BAB III MORFOLOGI, PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN, HAMA DAN
PENYAKIT 3 SPESIES TRICHOSANTHES Abstrak
Penelitian dilakukan bertujuan untuk 1 mendapatkan gambaran ringkas tentang morfologi, pertumbuhan dan perkembangan
Trichosanthes cucumerina var. anguina, Trichosanthes tricuspidata Lour. dan T. quinquangulata 2 mengetahui
keragaan tanaman terhadap hama dan penyakit di lapangan . Benih dari ketiga
spesies dikecambahkan dan setelah bibit memiliki 2-3 daun, bibit dipindahkan ke media tanam campuran tanah dan pupuk kandang 1:1 vv di polibag.
Pengamatan dilakukan terhadap morfologi daun, bunga, buah, benih dan fenologi pertumbuhan seperti waktu untuk berkecambah, waktu berbunga dan berbuah
serta hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan karakter yang diamati dari tiga spesies yaitu dalam bentuk daun, bentuk
bunga, bentuk buah dan bentuk benih. T. cucumerina var. anguina tumbuh
terbatas sehingga bersifat sebagai tanaman semusim. Sebaliknya T. tricuspidata
dan T. quinquangulata tumbuh tak terbatas dan bersifat sebagai tanaman tahunan.
Waktu berbunga T. cucumerina terjadi sejak tanaman berumur 1 – 1.5 bulan
setelah tanam. T. tricuspidata dan T. quinquangulata membentuk bunga jantan
pada umur 5-6 bulan sesudah tanam. Hama dan penyakit banyak ditemukan pada T. cucumerina var. anguina antara lain embun bulu Pseudoperonospora
cubensis, bercakbusuk daun oleh cendawan Oidium sp. dan busuk batang oleh Fusarium sp. Hama yang ditemukan adalah Lyriomiza pada fase bibit, ulat
Epilachna, kumbang daun dan kumbang yang menyerang buah. T. tricuspidata hanya diserang penggerek daun
Lyriomiza pada fase bibit sedangkan T. quinquangulata diserang Lyriomiza pada fase bibit dan penyakit keriting daun
pada daun tanaman dewasa.
Kata kunci :
morfologi tanaman, pertumbuhan, perkembangan, hama, penyakit.
27
MORPHOLOGY , GROWTH, DEVELOMPMENT, PEST AND DISEASE OF 3 TRICHOSANTHES SPECIES
Abstract
The research was done to 1 get brief picture of morphology, growth and development of
Trichosanthes cucumerina var. anguina, Trichosanthes tricuspidata Lour. and Trichosanthes quinquangulata and 2 to know the
performance of Trichosanthes to pest and disease in field. Seeds of the species
were germinated and seedling with 2-3 leaves were transferred to soil-manure mix medium 1:1 vv in polybag. Plants were observed for their morphology such as
leaves, flower, fruit and seed. Growth and development was evaluated based on growth habit such as germination time, flowering time and fruitset. Observation
was done on pest and disease attacking the plants. The results of the research showed the differences of three species in their leaves, flower, fruit and seed
shape and growth habit. T. cucumerina had determinate growth as annual plant,
while T. tricuspidata and T. quinquangulata had indeterminate growth as
perennials. T. cucumerina started to form male flower about 1 – 1.5 month after
planting while T. tricuspidata and T. quinquangulata formed male flower about 5-
6 month after planting. Most of diseases were found on T. cucumerina var.
anguina such as downy mildew Pseudoperonospora cubensis, stem rot, and leaves spot caused by
Oidium sp.. T. cucumerina var. anguina was also attacked by
Epilachna and leaf beetle. T. tricuspidata dan T. quinquangulata was attacked by leafminers on seedling and
T. quinquangulata suffered by leafminers on seedling and curly leaves disease on mature plants.
Key Word :
plant morphology, growth, development, pest, disease.
28
Pendahuluan
Trichosanthes termasuk tanaman yang belum populer di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengenal tanaman ini kecuali untuk
spesies yang dibudidayakan T. cucumerina var. anguina. Kalangan peneliti dari
ilmu tumbuhan juga belum banyak meneliti tanaman ini sehingga informasi tentang berbagai spesies
Trichosanthes yang ada di Indonesia belum begitu banyak. Rugayah 1999 mempelajari tentang taksonomi
Trichosanthes yang ditemukan di Malaysia dan Indonesia berdasarkan morfologi, sitologi, pola isozim
serta analisis hasil Scanning Electron Microscope SEM dari kulit benih.
Informasi yang umum tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapang serta hama penyakit yang menyerang tanaman
T. cucumerina pernah dilaporkan Gildemacher
et al. 1993. Hama dan penyakit yang menyerang Trichosanthes khususnya untuk spesies yang ada di Indonesia belum banyak
dipublikasikan, karena tanaman ini belum menjadi komoditi yang penting bagi masyarakat atau petani.
Pertumbuhan, perkembangan tanaman di lapang serta identifikasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman merupakan informasi penting yang
diperlukan antara lain untuk mengetahui spesies yang tidak banyak mengalami serangan hama dan penyakit. Berdasarkan asumsi bahwa hama dan penyakit
tanaman tertentu dapat menyerang beberapa spesies dalam satu genus tanaman bahkan dalam satu famili tanaman, maka jika beberapa spesies dalam satu genus
ditanam di lokasi yang sama secara bersamaan, kemungkinanan semua spesies akan terserang oleh hama dan penyakit yang sama kecuali spesies tersebut
memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit atau escape dari proses infeksi
patogen. Penelitian ini bertujuan untuk 1 mendapatkan gambaran ringkas tentang
morfologi, pertumbuhan dan perkembangan Trichosanthes cucumerina var.
anguina, Trichosanthes tricuspidata Lour. dan T. quinquangulata 2 mengetahui keragaan tanaman terhadap hama dan penyakit di lapangan
.
29
Bahan dan Metode Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2007. Lokasi penelitian adalah lahan masyarakat di Desa Sinar Sari, Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor.
Bahan Tanaman
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer berdasarkan pengamatan terhadap tanaman yang ditemui atau ditanam di lapang dan data
sekunder berdasarkan hasil studi pustaka. Bahan tanaman yang digunakan terdiri atas benih
T. cucumerina var. anguina, T. quinquangulata dan T. tricuspidata. Benih
T. cucumerina diperoleh dari Magelang, Jawa Tengah. Benih T. quinquangulata dan T. tricuspidata diperoleh dari hutan penelitian Balai
Penelitian Tanaman Kehutanan Dramaga.
Penanaman
Benih diambil dari buah yang sudah masak dari ketiga spesies, dibersihkan dari selaput yang membalut benih, lalu dikeringkan dengan sinar matahari selama
2-3 hari. Benih yang sudah kering disimpan di kulkas sebelum disemai. Sebelum penyemaian, benih direndam dalam air semalaman. Benih disemai dalam bak
semai dengan media sekam yang dicampur dengan kompos dengan perbandingan 1:1 vv. Bibit berumur 2 – 3 minggu setelah perkecambahan dipindah ke polibag
dengan media tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 vv. Polibag tanaman ditempatkan di lapangan dengan bangunan para-para
untuk perambatan tanaman.
Pengamatan
Pengamatan morfologi tanaman dilakukan terhadap peubah-peubah berikut : bentuk buah, warna buah muda, warna buah masak, ukuran buah
panjang dan diameter, warna selaput benih pada buah yang sudah masak, bentuk benih, bentuk daun muda, bentuk daun dewasa, morfologi bunga jantan dan
30 betina. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman meliputi waktu
perkecambahan, pertumbuhan vegetatif, waktu berbunga. Pengamatan terhadap gejala serangan hama dan penyakit dan identifikasi jenis hama dan penyakit
berdasarkan literatur yang tersedia maupun konsultasi dengan ahli hama dan penyakit tanaman.
Hasil Morfologi Tanaman
Morfologi tanaman untuk berbagai peubah yang diamati dapat dilihat pada Gambar 6-14. Perbedaan yang mencolok dari ketiga spesies adalah dalam bentuk
buah antara T. cucumerina var. anguina dengan dua spesies lainnya Gambar 6.
T. cucumerina var. anguina memiliki bentuk buah yang panjang cyllindrical seperti ular. Sebaliknya
T. tricuspidata memiliki bentuk buah bulat lonjong ovoid atau elipsoid dan
T. quinquangulata memiliki bentuk buah bulat globose. T. cucumerina var. anguina memiliki kulit buah yang berwarna hijau
bergaris-garis putih tidak beraturan. Makin tua umur buah, warna putih makin dominan dan buah berubah menjadi kuning-oranye ketika sudah masak.
T. tricuspidata dan T. quinquangulata berwarna hijau muda ketika buah masih muda, selanjutnya buah akan berwarna merah ketika sudah tua. Ukuran buah dan
benih ketiga spesies Trichosanthes yang diteliti disajikan pada Tabel 1.
Beberapa karakter morfologi buah dari ketiga spesies yang diteliti disajikan pada Tabel 2. Bagian dalam buah masak seperti terlihat pada Gambar 7.
Pada T. cucumerina var. anguina yang sudah masak, selaput benih berubah
menjadi merah. Tekstur buah T. cucumerina var. anguina menjadi lebih lunak
ketika buah sudah masak. Sementara pada T. tricuspidata dan T. quinquangulata,
ketika buah telah masak, buah tetap keras, daging buah berwarna kuning, dan warna selaput benih menjadi berwarna hitam.
T. cucumerina var. anguina memiliki buah dengan ukuran panjang berkisar antara 40 hingga 150 cm dan diameter buah antara 3 – 5 cm.. Untuk
membentuk buah panjang dan lurus, pada ujung buah dapat diberi pemberat.
31 T. tricuspidata memiliki buah dengan mencapai 1.5 cm, dengan diameter buah
sekitar 3-4 cm. Buah T. tricuspitada memiliki panjang buah antara 7 – 9 cm dan
diameter buah sekitar 5 – 7 cm. T. quinquangulata memiliki buah dengan ukuran
panjang 4.5 – 6.5 cm dan diameter 5.5 – 6.5 cm. Ukuran buah dan benih dari ketiga spesies dalam penelitian disajikan pada Tabel 1 dan bentuk bagian dalam
buah dan benih seperti terlihat pada Gambar 7.
Gambar 6. Bentuk buah : a. T. cucumerina var. anguina buni, silindris anjang,
b. T. tricuspidata buni silindris, oval. c. T. quinquangulata buni
silindris, bulat.
Benih Trichosanthes berwarna coklat tua dengan ukuran bervariasi antar
spesies. Benih T. cucumerina berukuran lebih besar dari T. tricsupidata dan
T. quinquangulata seperti terlihat pada Tabel 1. Benih T. cucumerina berbentuk agak pipih
flat dan elliptic oblong dengan pinggiran benih bergerigi. Benih T. tricuspidata menghasilkan benih yang pipih berbentuk obovate-oblong dengan
a
b c
32 bentuk pinggir benih rata. Sementara
T. quinquangulata memiliki benih yang pipih berbentuk
elliptic-oblong dengan pinggir benih agak bersegi. Ukuran benih paling yang paling besar adalah dari
T. cucumerina var. anguina, sedangkan T. tricuspidata dan T. quinquangulata memiliki ukuran panjang, lebar dan tebal
benih yang hampir sama. Ringkasan karakter morfologi ketiga spesies disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Rataan ukuran buah dan benih T. cucumerina var. anguina,
T. tricuspidata dan T. quinquangulata. Spesies Panjang
buah cm
Lebar buah
cm Panjang
benih cm
Lebar benih
cm Tebal benih
cm T. cucumerina var.
anguina 40 – 150
3.5 – 5.5 1.4 – 1.8
0.6 – 0.9 0.3 – 0.4
T. tricuspidata 7.0 – 9.0
5.5 – 7.5 1.1- 1.2
0.5 – 0.7 0.9 -1.1
T. quinquangulata 5.5 – 8.5
6.5 – 6.5 1.1 – 1.3
0.4 – 0.5 0.9 – 1.1
Tabel 2. Ringkasan karakter morfologi buah T. cucumerina var. anguina,
T. tricuspidata dan T. quinquangulata. Karakter
T. cucumerina var.
anguina T. tricuspidata
T. quinquangulata Warna buah muda
hijau belang- belang putih
hijau hijau
Warna buah masak kuning-oranye-
merah merah
merah Warna kulit benih
coklat kehitaman
coklat coklat
Bentuk pinggir benih bergerigi
licin licin
Warna selaput benih merah
hitam hitam
Panjang daun membujur cm
10.2 – 20.3 7.5 – 15.3
9.1 – 15.2 Panjang daun
melintang 8.4 – 18.5
5.2 – 15.5 8.2 – 20.3
Permukaan daun Berbulu halus
Berbulu kasar Berbulu kasar
33 Gambar 7. Bentuk bagian dalam buah dan benih
Trichosanthes : a. isi buah dan b benih
T. cucumerina var. anguina, c isi buah dan d benih T. tricuspidata, e isi buah dan f benih T. quinquangulata.
Daun Trichosanthes merupakan daun sederhana yang memiliki pola dasar
segi lima hingga segi delapan Gambar 8 atau memiliki kerangka ovate atau
orbicular Rugayah 1999. Daun memiliki lekukan yang kedalamannya bervariasi antar spesies. Warna daun
T. cucumerina var. anguina hijau muda, daun T. tricuspidata berwarna hijau tua dan daun T. quinquangulata berwarna hijau
keperakan. Tulang daun memiliki pola menjari muncul dari ujung petiol dengan 5 tulang daun utama. Daun
T. tricuspidata pada awal pertumbuhan berbentuk menjari dengan lekukan yang dalam, namun setelah tanaman dewasa, bentuk daun
a b
c d
e f e
34 tanaman berubah dimana lekukan pada daun menjadi tidak begitu dalam.
Perbedaan morfologi daun muda dan daun dewasa pada T. tricuspidata disebut
dengan dimorfisme daun Rugayah 1999.
Gambar 8. Bentuk permukaan daun Trichosanthes : a bagian atas daun dan b
bagian bawah daun T. cucumerina var. anguina, c bagian atas daun
dan d bagian bawah daun T. tricuspidata, e bagian atas daun dan f
bagian bawah daun T. quinquangulata.
a b
c d
e f
35 Daun
T. cucumerina var. anguina lebih tipis dan lemas sedangkan daun 2 spesies lainnya lebih kaku dan tebal. Tekstur permukaan daun
T. cucumerina var. anguina berbulu halus dan lembut, sementara permukaan daun T. tricuspidata dan
T. cucumerina var. anguina terasa kasar ketika digosok dengan tangan. Daun T. cucumerina var. anguina mengeluarkan bau khas yang tidak dihasilkan oleh
T. tricuspidata dan T. quinquangulata. Daun tanaman Trichosanthes memiliki kelenjar daun berukuran 0.5 hingga 5 mm yang terdapat pada dasar daun atau
menyebar secara acak Rugayah 1999. Pada 3 spesies yang diteliti dalam penelitian ini, kelenjar daun juga ditemukan namun kadang-kadang sulit
dibedakan dari bekas tusukan stilet serangga. Morfologi
bunga Trichosanthes seperti terlihat pada Gambar 9. Bunga
berwarna putih bersih memiliki 5 buah kelopak dan 5 mahkota. Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan keluar dalam bentuk tandan bunga
seperti terlihat pada Gambar 9a dan 9d. Satu tandan bunga jantan terdiri dari sekitar 6 individu bunga. Individu bunga yang paling bawah akan mekar lebih
dulu diikuti oleh individu bunga diatasnya. Sebagian besar spesies
Trichosanthes merupakan tanaman dioecious Rugayah 1999. Hal ini berarti bahwa satu individu tanaman hanya menghasilkan
bunga jantan saja atau sebaliknya hanya bunga betina atau bunga jantan dan betina dihasilkan dari individu tanaman yang berbeda. Bunga jantan biasanya
terbentuk dalam suatu tandan bunga yang terdiri dari beberapa individu bunga yang mekar berurutan dari bunga yang terbawah ke bunga yang paling atas.
Sebaliknya bunga betina terbentuk secara individual pada buku tanaman, namun pada tanaman monoecious, bunga betina dapat terbentuk dalam jumlah yang
sangat terbatas pada buku disamping tandan bunga jantan Rugayah 1999. Untuk mengetahui apakah suatu individu tanaman bersifat monoecious
jantanbetina atau dioecious jantan harus menunggu sampai tanaman berbunga. Belum ditemukan laporan penelitian yang dapat membedakan antara individu
tanaman dioecious dengan monoecious ataupun membedakan tanaman antara tanaman jantan dan betina pada stadia bibit. Namun pada
T. dioica, Singh et al. 2002 melaporkan adanya penanda molekuler RAPD yang berasosiasi dengan
sifat sex tanaman betina.
36 Gambar 9. Morfologi bunga
Trichosanthes : a bunga jantan pada tandan bunga, b bunga jantan dilihat dari arah atas dan c bunga betina dari
T. cucumerina var. anguina, d tandan bunga jantan, e bunga dilihat
dari arah atas dan f satu bunga jantan dari T. tricuspidata
Bunga betina ditandai dengan adanya bakal buah yang muncul pada bagian dasar bunga Gambar 9c. Pada
T. cucumerina var. anguina bunga jantan dan bunga betina terlihat keluar dari buku yang berbeda, sehingga setiap buku
tanaman yang sudah dewasa hanya menghasilkan bunga jantan atau bunga betina. Ukuran bunga pada
T. tricuspidata lebih besar dibandingkan T. cucumerina var. anguina. Bunga dari T. quinquangulata belum diperoleh sehingga foto bunga
T. quinquangulata belum dapat disajikan daam tulisan ini. Bunga jantan pada
T. cucumerina var. anguina dan T. tricuspidata akan segera gugur pada 1-2 hari sesudah mekar. Sebaliknya bunga betina akan
berkembang membentuk buah. Sampai saat ini belum diketahui apakah buah dapat berkembang jika tidak terjadi penyerbukan dan pembuahan. Namun dari
a b c
d e f
37 bentuk bunga dan putik yang terbuka, kemungkinan tidak ada masalah dalam
penyerbukan tanaman sehingga sebagian besar bunga betina akan berkembang menghasilkan buah.
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Benih tanaman T. cucumerina var anguina yang diperoleh dari toko
pertanian di daerah Magelang, Jawa Tengah tidak menunjukkan pertumbuhan sama sekali. Hal tersebut kemungkinan umur benih yang sudah lama dan juga
sifat benih yang cenderung rekalsitran sehingga daya perkecambahan benih sangat cepat menurun. Benih
T. cucumerina var. anguina yang diperoleh dari daerah lain seperti Brebes, Subang masih menunjukkan pertumbuhan dengan perkecambahan
sekitar 50. Benih T. tricuspidata dan T. quinquangulata yang diambil langsung
dari buah yang dipetik dari pohon tanaman yang tumbuh liar di hutan milik Balai Penelitian Tanaman Kehutanan, Situgede Bogor, menunjukkan tingkat
perkecambahan di lapang sekitar 75. Kecambah
T. tricuspidata muncul setelah 8-10 hari setelah semai HSS, sedangkan pada
T. quinquangulata kecambah muncul pada 14 hingga 18 HSS. Waktu muncul kecambah untuk
T. tricuspidata lebih cepat sekitar 4 hari dibandingkan
T. quinquangulata. Kecambah T. cucumerina var. anguina muncul setelah 10-14 HSS. Penampilan bibit
T. cucumerina var. anguina, T. tricuspidata dan
T. quinquangulata seperti terlihat pada Gambar 10.
38 Gambar 10. Morfologi bibit dan tanaman muda
Trichosanthes : a bibit dan b tanaman umur 1 bulan setelah tanam BST
T. cucumerina var. anguina, c bibit dan tanaman umur 1 BST T. tricuspidata, e bibit
dan f tanaman muda 1 BST T. quinquangulata
Selama di pembibitan tidak ada serangan hama dan penyakit kecuali beberapa daun tanaman menunjukkan gejala serangan
Lyriomiza. Setelah bibit dipindah ke polybag, beberapa tanaman
T. quinquangulata mengalami gejala penyakit karena
Lyriomiza, kemudian daun menguning dan busuk. T. tricuspidata
a b
c d
e f
39 hanya mengalami serangan
Lyriomiza dan dapat pulih kembali ketika tanaman bertambah besar.
Tabel 3. Pertumbuhan tanaman Trichosanthes hingga 3 minggu setelah tanam di
lapang. Peubah
T. cucumerina T. tricuspidata
T. quinquangulata 2 MST
3 MST 2 MST
3 MST 2 MST
3 MST Tinggi tanaman
cm 60.5 116.2
64.4 125.2
51.3 118.9
Jumlah daun 6.0
11.8 15.9
29.8 10.4
15 Jumlah cabang
0.0 2.4
0.0 8.5
2.0 5.6
Trichosanthes merupakan tanaman yang tumbuh merambatmemanjat seperti spesies dari famili Cucurbitaceae. Pada setiap buku tanaman muncul
struktur khusus seperti sulur sebagai alat untuk menempel atau merambat tanaman sehingga tanaman dapat ”berpegang” atau menempel pada tempat rambatannya.
Pertumbuhan tanaman relatif cepat, dimana dalam 1 bulan tinggi tanaman sudah mencapai 2 meter sehingga sulit dilakukan pengukuran tinggi tanaman, apalagi
tipe pertumbuhan tanaman bersifat merambat. Pertumbuhan vegetatif
T. tricuspidata dan T. quinquangulata berlangsung cukup lama. Pembungaan pada
T. tricuspidata baru terjadi pada umur tanaman sekitar 5 bulan setelah tanam. Bunga yang pertama muncul adalah bunga jantan.
Tidak semua tanaman menghasilkan bunga pada saat yang sama. T. quinquangulata belum membentuk bunga meskipun usia tanaman sudah
mencapai 7 bulan setelah tanam. Sebaliknya, T. cucumerina var anguina telah
berbunga pada 6-8 MST. Pada awal pembungaan jenis bunga yang muncul adalah bunga jantan. Namun pada buku-buku yang lebih atas muncul bunga betina.
Tanaman T. cucumerina var. anguina merupakan tanaman semusim
annual, sehingga dari mulai berkecambah sampai tanaman menyelesaikan siklus hidupnya lalu mati berkisar antara 6-7 bulan. Sebaliknya
T. tricuspidata dan T. quinquangulata bersifat tahunan perenial, sehingga siklus hidup dapat
berlangsung lebih dari satu musim atau satu tahun.
40
Hama dan Penyakit Tanaman
Pada fase bibit, ketiga spesies T. cucumerina var. anguina,
T. tricuspidata, T. quinquangulata terserang oleh Lyriomiza Gambar 11a, b, c. Sementara
T. tricuspidata hampir tidak mengalami gejala serangan hama maupun penyakit kecuali pada fase bibit. Berdasarkan penampilan tanaman di lapang
menunjukkan bahwa gejala serangan hama dan penyakit paling banyak ditemukan pada
T. cucumerina var. anguina. Hama Epilachna banyak menyerang daun dewasa dari
T. cucumerina var. anguina, sementara buah banyak diserang oleh hama dari jenis Hemiptera Coreidae seperti terlihat pada Gambar 11.
T. cucumerina var. anguina juga diserang oleh hama ulat daun seperti terlihat pada Gambar 11d dan 11e.
T. quinquangulata terlihat mengalami penyakit yang menyebabkan daun mengeriting yang diduga karena adanya hama kepik yang
menghisap cairan daun. Pada bagian bawah permukaan daun T. quinquangulata,
terlihat dari adanya bekas tusukan stilet serangga kepik seperti pada Gambar 11k. Hama kepik daun yang ditemukan pada tanaman
T. tricuspidata seperti terlihat pada Gambar 11l.
Beberapa gejala penyakit yang menyerang T. cucumerina var. anguina
adalah busuk batang, gejala bercak daun, busuk daun, embun bulu dan busuk ujung buah
. Bercak daun dapat menyebar di hampir seluruh permukaan daun sehingga daun menjadi berlobang-lobang dan robek.
41 Gambar 11. Hama dan gejala kerusakan tanaman
Trichosanthes sp : a gejala Liriomyza pada bibit T. cucumerina, b Liriomyza pada bibit
T. tricuspidata, c Liriomyza pada T. quinquangulata; d dan e ulat daun yang menyerang daun
T. cucumerina, f Epilachna pada T. cucumerina g telur hama pada tangkai bunga, h larva
Epilachna dan gejala serangannya pada daun, i hama serangga Hemiptera, Coreidae, n = nimpa, m = imago penghisap cairan buah
T. cucumerina var. anguina, j gejala keriting pada daun T. quinquangulatan, k bekas tusukan hama pada bagian bawah
daun
T. quinquangulata, dan l hama kumbang daun spot cucumber beetle yang menghisap cairan daun T. quinquangulata
a b c
d e
f
g h
i
j k
l
m n
42 Gambar 12. Gejala penyakit dan patogen yang ditemukan pada
Trichosanthes sp. T. cucumerina var. anguina : a busuk batang oleh cendawan,
b cendawan Oidium sp. diatas permukaan daun, c gejala embun
bulu Pseudoperonospora cubensis, d busuk dari pinggir daun,
e busuk ujung buah pada T. cucumerina var. anguina, f gejala
penyakit keriting daun pada T. quinquangulata, g spora cendawan
Oidium sp. h isolat Fusarium sp, dan i spora cendawan Fusarium sp. dari
T. cucumerina var. anguina. Trichosanthes cucumerina var. anguina mengalami serangan berbagai
hama dan penyakit yang tidak ditemukan pada spesies T. tricuspidata dan T.
quinquangulata. Serangan penyakit embun bulu makin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Bagian tanaman yang banyak diserang penyakit
adalah daun dan buah. Batang dan akar tidak begitu banyak diserang hama dan penyakit, terlihat dari tidak adanya tanaman yang layu atau mati karena penyakit
pada akar atau batang.
a b
c
d e f
g h
i
43
Pembahasan
Perbandingan morfologi tanaman 3 spesies Trichosanthes menunjukkan
perbedaan yang utama antara T. cucumerina var. anguina dengan 2 spesies
lainnya yaitu T. tricuspidata dan T. quinquangulata, terutama dalam bentuk dan
warna buah . Perbedaan tersebut menunjukkan perbedaan kekerabatan yang lebih
jauh antara T. cucumerina var. anguina dengan T. tricuspidata dan
T. quinquangulata. Rugayah 1999 menyatakan bahwa berdasarkan karakter anatomi dan morfologi,
T. tricuspidata dan T. quinquangulata merupakan jenis Trichosanthes yang sangat berkerabat dekat.
Trichosanthes sp. termasuk tanaman dikotil dengan tipe perkecambahan epigeal. Keberhasilan perkecambahan benih dipengaruhi sifat fisik benih yang
memiliki kulit benih eksokarp yang cukup keras. Mukhopadhyay dan Chattopadhyay 1976 menyatakan bahwa ekstraksi benih
Trichosanthes dengan menggunakan asam khlorida HCl dapat mendorong perkecambahan. HCl dapat
melunakkan kulit benih sehingga mengurangi hambatan fisik dalam perkecambahan. Perlakuan benih dengan thiurea 0.25 selama 24 jam sebelum
perkecambahan atau dengan GA3 50 ppm juga dapat mendorong perkecambahan benih yang sudah diekstraksi dari buah dengan HCl seperti tersebut di atas.
Pertumbuhan dan perkembangan 3 spesies yang diteliti menunjukkan bahwa
T. cucumerina var. anguina sebagai tanaman semusim dan T. tricuspidata dan
T. quinquangulata sebagai tanaman tahunan perenial. T. cucumerina yang bersifat semusim akan membentuk bunga lebih cepat yaitu sekitar 4 – 6 MST.
Gildemacher et al. 1993 menyatakan bahwa dari tanam sampai dihasilkan buah
muda pada T. cucumerina memerlukan waktu sekitar 7 minggu. T. tricuspidata
dan T. quinquangulata yang bersifat perenial membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk membentuk bunga atau memasuki fase pembungaan. Bunga
Trichosanthes disebut sebagai bunga uniseksual, karena hanya memiliki satu jenis kelamin jantan atau betina. Dengan demikian penyerbukan
terjadi dengan polen dari bunga jantan dari tanaman yang sama atau dari tanaman yang berbeda. Hal ini juga berhubungan dengan sifat tanaman
Trichosanthes, dimana
ada yang bersifat monoecious dan ada yang bersifat dioecieus. Tanaman
44 monoecious menghasilkan bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman
yang sama. Sebaliknya tanaman dioecious menghasilkan hanya satu jenis bunga yaitu bunga jantan atau bunga betina saja dalam satu tanaman.
Penampilan tanaman di lapang menunjukkan banyaknya hama dan patogen yang menyerang
T. cucumerina var. anguina. Hal ini menjadi indikasi bahwa spesies budidaya tersebut lebih rentan terhadap hama dan penyakit
dibanding T. tricuspidata dan T. quinquangulata yang merupakan spesies liar.
Gildemacher et al. 1993 menginventarisasi beberapa hama dan penyakit yang
menyerang T. cucumerina meliputi embun bulu Pseudoperonospora cubensis,
antraknosa Colletotrichum lagenarium, kumbang daun Aulacophora vinula,
Copa occidentalis dan Lagria villosa, dan nematoda bengkak akar Meloidogyne spp..
Keragaan yang berbeda dari ketiga spesies dalam ketahanan terhadap hama dan penyakit yang terjadi di lapangan berkaitan dengan dengan sifat fisik
dan kimia yang ada pada masing-masing spesies. Morfologi daun T. cucumerina
var. anguina yang teksturnya lebih halus dan lembut diduga menyebabkan
tanaman tersebut menjadi lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Sebaliknya pada
T. tricuspidata dan T. quinquangulata, tekstur permukaan daun yang tebal dan berlilin kemungkinan menjadi salah satu hambatan dalam invasi patogen pada
tanaman. Namun hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis faktor fisik dan biokimia tanaman dan melakukan uji ketahanan
tanaman terhadap beberapa patogen yang sudah ditemukan pada T. cucumerina
var. anguina.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui gambaran ringkas tentang perbedaan morfologi, pertumbuhan, perkembangan, hama dan penyakit dari 3
spesies Trichosanthes yang diteliti. Perbedaan morfologi terlihat pada beberapa
karakter yang diamati yaitu bentuk daun, bentuk bunga, bentuk buah dan bentuk benih.
T. cucumerina var. anguina tumbuh terbatas sehingga bersifat sebagai tanaman semusim.
T. tricuspidata dan T. quinquangulata tumbuh tak terbatas
45 sehingga bersifat sebagai tanaman tahunan. Waktu berbunga
T. cucumerina terjadi sejak tanaman berumur 1 – 1.5 bulan setelah tanam dengan bunga jantan keluar
lebih dulu. T. tricuspidata dan T. quinquangulata membentuk bunga jantan pada
umur 5-6 bulan sesudah tanam. Hama dan penyakit banyak ditemukan pada
T. cucumerina var. anguina antara lain embun bulu, bercak daun, busuk daun dan busuk batang serta hama
Lyriomiza pada fase bibit, ulat Epilachna, kumbang daun dan serangga yang menyerang buah.
T. tricuspidata hanya diserang Lyriomiza pada fase bibit sedangkan
T. quinquangulata diserang Lyriomiza pada fase bibit dan penyakit keriting pada daun yang belum diidentifikasi.
BAB IV AKTIVITAS KITINASE DAN PEROKSIDASE DARI EKSTRAK