10 buangan, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi air buangan
domestik dan untuk menentukan efisiensi unit-unit pengolahan. Besarnya padatan tersuspensi dalam suatu perairan akan menurunkan
aktivitas fotosintesis fitoplankton dan algae. Pada dasar perairan, padatan tersuspensi secara perlahan akan menutupi organisme benthos
dan mempengaruhi jaring-jaring makanan. Contoh padatan tersuspensi adalah tanah liat dalam bentuk suspensi yang dapat tahan berbulan-
bulan. Air buangan industri mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya.
Air buangan dari industri-industri makanan, terutama industri fermentasi dan industri tekstil sering mengandung padatan tersuspensi
dalam jumlah yang relatif tinggi. d.
Kandungan Padatan Terlarut Padatan terlarut adalah padatan yang memiliki ukuran yang lebih kecil
daripada padatan tersuspensi. Padatan terlarut merupakan komponen abiotik yang berasal dari bahan buangan yang berbentuk padatan, yang
terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya. Padatan terlarut mempengaruhi
ketransparan dan warna air, yang ada hubungannya dengan produktivitas Fardiaz, 1992. Sebagai contoh, air buangan pabrik gula
biasanya mengandung berbagai jenis gula yang larut, sedangkan air buangan industri kimia sering mengandung mineral-mineral seperti
merkuri Hg, timbal Pb, arsenik AS, cadmium Cd, kromium Cr dan nikel Ni. Selain itu air buangan juga sering mengandung sabun
dan detergen yang larut air, misalnya air buangan limbah rumah tangga dan industri pencucian.
2. Parameter Kimia
a. pH
Konsentrasi ion hidrogen H
+
dalam suatu cairan dinyatakan dengan pH. Organisme sangat sensitif terhadap perubahan ion hidrogen
11 Fardiaz,1992. Dan pH yang lebih kecil dari 6,5 akan menyebabkan
korosi pada pipa air. Derajat keasaman pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme akuatik, sehingga seringkali pH
suatu perairan digunakan sebagai petunjuk baik-buruknya kualitas suatu perairan. Nilai perairan air tawar berkisar 5-9, sedangkan pH air
tercemar, misalnya air buangan berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.
b. COD
Chemical Oxygen Demand Nilai COD dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat pencemaran di
perairan oleh bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidsasi dengan proses kimiawi dan akan menyebabkan berkurangnya
konsentrasi oksigen di perairan. Sedangkan menurut Hariyadi 2001 dalam
Taufik 2003 COD adalah jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organik yang terdapat di perairan,
menjadi CO
2
dan H
2
O. Nilai COD akan meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai bahan organik di perairan. Uji COD adalah suatu
uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD, karena
bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD Fardiaz, 1992. Pengukuran
COD didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan
oksidator kuat potassium dikromatK
2
Cr
2
O
7
dalam suasana asam. Dengan menggunakan dikromat sebagai oksidator, diperkirakan sekitar
95-100 bahan organik dapat dioksidasi. Meskipun demikian terdapat pula bahan organik yang tak dapat dioksidasi dengan metode ini seperti
piridin dan bahan organik yang bersifat sangat mudah menguap volatile.
12 c. BOD Biochemical Oxygen Demand
Biochemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah mendegradasi bahan buangan organik
yang ada di dalam air lingkungan Wardhana, 1995 dalam Taufik 2003. Peningkatan BOD merupakan penunjuk adanya penurunan
kandungan oksigen pengurai dan meningkatnya laju penguraian. Perairan yang memiliki nilai BOD tinggi dan tidak mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarutnya akan sangat berbahaya bagi kehidupan akuatik yang ada. Pemanfaatan
oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi bahan organik pada suhu 20
°C yang digunakan merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam
inkubator. Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi. Nilai ini dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi
oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi. d.
Nitrat Senyawa nitrogen terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi.
Senyawa tersebut sangat penting dalam reaksi-reaksi biologis suatu perairan. Jenis nitrogen anorganik utama dalam air adalah ion nitrat
NO
3
, nitrit NO
2
dan amoniak NH
3
. Sedangkan nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea. Nitrogen organik merupakan
komponen terbesar dari total nitrogen yang berada dalam air yang berasal dari berbagai jenis limbah yang dapat mengakibatkan
pertumbuhan ganggang dengan cepat blooming. Nitrit merupakan nitrogen anorganik yang tidak tetap dan dapat merosot menjadi
amoniak atau dioksidasikan menjadi nitrat. Keberadaan nitrit dalam perairan menunjukkan adanya air limbah yang tidak mengalami
pembenahan secara sempurna. Sumber utama nitrogen antropogenik di perairan berasal dari limbah pertanian dan perkebunan yang
menggunakan pupuk kandang maupun pupuk buatan dan juga berasal
13 dari kegiatan domestik. Konsentrasi nitrat yang melebihi 45mgl
dalam air merupakan peringatan agar berhati-hati dalam penggunaan air untuk campuran makanan atau minuman untuk bayi. Jumlah nitrat
yang besar dalam usus cenderung menyebabkan terbentuknya methaemoglobine
dalam darah dan dapat menghalangi perjalanan oksigen dalam tubuh.
e. Phospor Dalam ekosistem air phospor terdapat dalam tiga bentuk yaitu senyawa
phospor organik, senyawa organik dalam protoplasma dan sebagai senyawa organik terlarut yang terbentuk karena kotoran atau tubuh
organisme yang mengurai. Sumber alami phospor di perairan adalah pelapukan batuan mineral, dekomposisi bahan organik dan sumber
antropogenik bahan pencemar yang masuk ke suatu lingkungan akibat aktivitas manusia. Phospor adalah limbah industri pabrik dan
domestik, phospor berasal dari detergen. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi keberadaan phospor. Phospor diduga merupakan nutrien pembatas dan eutrofikasi pertumbuhan fitoplankton dalam
waktu singkat.
3. Parameter Biologis