Pola Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Indikator Produk Domestik Regional Bruto PDRB

1,39 persen pada tahun 2005 dan sebesar 0,58 persen pada tahun 2006 dari total APBN.

4.4. Pola Perekonomian Provinsi DKI Jakarta

Sepanjang periode 2003-2005, tingkat pendapatan perkapita DKI Jakarta selalu berada diatas tingkat pendapatan perkapita nasional. Namun laju pertumbuhan pendapatan perkapita DKI Jakarta ternyata tidak lebih tinggi dari laju pertumbuhan pendapatan perkapita nasional. Selama periode 2003-2005, rata- rata laju pertumbuhan pendapatan perkapita DKI Jakarta sebesar 4,35 persen per tahun. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan pendapatan perkapita nasional yakni sebesar 4,50 persen per tahun Tabel 4.5. Tabel 4.5. Perkembangan Tingkat Pendapatan Perkapita dan Laju Pertumbuhan DKI Jakarta dan Nasional DKI JAKARTA NASIONAL Tahun Pendapatan perkapita juta Rp Laju Pertumb. per tahun Pendapatan perkapita juta Rp Laju Pertumb. per tahun 2003 30,4 3,99 7,2 3,17 2004 31,7 4,34 7,4 3,11 2005 33,2 4,71 7,9 7,24 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 2003-2005 Kondisi di atas menunjukkan bahwa posisi perekonomian DKI Jakarta memiliki pendapatan perkapita diatas rata-rata nasional, namun memiliki laju pertumbuhan pendapatan perkapita sedikit lebih rendah dari rata-rata nasional. Perkembangan perekonomian DKI Jakarta dengan sifat struktur perekonomian dimana kontribusi investasi agregat di dalam PDRB DKI Jakarta selalu lebih besar dari kontribusi investasi agregat dalam PDB Nasional. Oleh karena itu dibutuhkan proses transformasi perekonomian kearah sektor yang memiliki produktivitas tinggi sehingga meningkatkan kebutuhan investasi.

4.5. Indikator Produk Domestik Regional Bruto PDRB

Sejak tahun 2000 pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta kembali positif dengan kecenderungan terus meningkat Tabel 4.6. Dari sejumlah subsektor, sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan lapangan usaha dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun yang paling tinggi selama empat tahun terakhir 2002- 2005 yakni sebesar 12,7 persen, kemudian disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,18 persen. Secara umum laju pertumbuhan sektor primer pertanian di Provinsi DKI Jakarta rata-rata negatif, sementara sektor sekunder yakni sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, serta sektor bangunan memperlihatkan laju pertumbuhan yang positif kecuali tahun 2001, sedangkan sektor tersier yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa memiliki laju pertumbuhan yang positif serta memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Tabel 4.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta dalam persen Tahun Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 A. Sektor Primer 11,33 -0,96 -9,23 -6,79 -17,85 -1,27 0,98 Pertanian 11,33 -0,96 -9,23 -6,79 -17,85 -1,27 0,98

B. Sektor Sekunder 0,79

3,38 -1,86 4,25 4,71 5,27 5,41 Industri Pengolahan 2,63 3,91 -3,46 4,59 5,05 5,74 5,07 Listrik, gas dan air minum 5,25 7,29 -34,24 6,44 5,70 5,66 6,95 Bangunan -2,80 2,04 4,39 3,54 4,04 4,42 5,89

C. Sektor Tersier -1,12

4,74 41,54 5,24 5,73 5,88 6,32 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,62 4,54 9,86 7,26 6,60 6,96 7,89 Pengangkutan dan Komunikasi 2,17 6,17 5,81 12,34 12,57 12,63 13,26 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan -6,17 4,75 81,31 3,24 3,97 4,17 4,10 Jasa-jasa 5,09 4,15 50,14 3,74 5,24 4,65 5,06 PDRB -0,40 4,23 25,55 4,94 5,40 5,70 6,06 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 1999-2005 Dalam perekonomian DKI Jakarta, ternyata sektor keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan merupakan sektor dengan kontribusi nilai tambah paling besar terhadap PDRB pada tahun 2005 Tabel 4.7. Tiga sektor penyumbang nilai tambah terbesar berikutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan; serta sektor jasa-jasa. Oleh sebab itu, selama ini perekonomian Provinsi DKI Jakarta telah lebih banyak didominasi oleh kegiatan sektor tersier, bahkan sejak tahun 2001 kontribusi nilai tambah sektor ini sudah berada diatas 70 persen dari PDRB. Tabel 4.7. Perkembangan Kontribusi Sektor-sektor Perekonomian Terhadap PDRB Riil Provinsi DKI Jakarta, Periode 1999-2005 dalam persen Tahun Sektor 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 A. Sektor Primer 0,23 0,22 0,16 0,14 0,11 0,10 0,10 Pertanian 0,23 0,22 0,16 0,14 0,11 0,10 0,10 B. Sektor Sekunder 36,89 36,59 28,61 28,42 28,23 28,12 27,94 Industri Pengolahan 23,04 22,97 17,66 17,60 17,54 17,55 17,39 Listrik, gas dan air minum 1,21 1,25 0,66 0,66 0,67 0,67 0,67 Bangunan 12,64 12,38 10,29 10,15 10,02 9,90 9,88 C. Sektor Tersier 62,87 63,18 71,23 71,44 71,66 71,78 71,96 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,10 23,17 20,27 20,72 20,95 21,20 21,57 Pengangkutan dan Komunikasi 7,08 7,22 6,08 6,51 6,95 7,41 7,91 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan 22,66 22,78 32,89 32,36 31,92 31,45 30,87 Jasa-jasa 10,33 10,03 11,99 11,85 11,83 11,72 11,61 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 1999-2005

V. HASIL DAN PEMBAHASAN