Penulis juga melakukan wawancara kepada Syaefulloh, Mengatakan :
“Kendala lainya yaitu banyaknya warga yang bekerja di luar negeri yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia
TKI, sehingga tanah yang dimilikinya in absentia dimana tanah dan orang yang memilikinya tidak berada dalam
domisili yang sama, jadi tanahnya di sewakan kepada penggarapditinggal untuk di investasikan saja sementara
orangya berada di luar negeri. Hal ini juga menjadi kendala bagi panitia pengadaan tanah untuk melakukan pembebasan
tanah karena orangnya tidak berada di domisili itudi luar
negeri.” Wawancara dengan Syaefulloh, Kaepala Sub. Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah di Kantor Pertanahan
Kabupaten Brebes, Tanggal 16 Juni 2015 Pukul 10.00.
Kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan Kepala Desa Sutamaja, yaitu Wursidik, yang mengatakan :
“Di desa ini tidak begitu banyak yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia Mas, cuman ada beberapa orang
saja. Mereka kerja di luar negeri sementara tanah yang mereka miliki mereka biarkan begitu saja untuk investasi,
tapi ada juga yang disewakan kepada penggarap untuk
digarap tanahnya.” Wawancara dengan Wursidik Kepala Desa Sutamaja, Tanggal 19 Juni 2015 Pukul 10.00.
4.1.4.4. Tidak Sepakat Dengan Harga Yang Ditawarkan
Berdasarkan Perpres nomor 65 tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Untuk Kepentingan Umum,
dijelaskan bahwa penentuan harga ganti rugi dilihat dari Nilai Jual Objek Pajak NJOP dan harga riil atau harga pasar dengan
memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak berjalan. Dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Trans
Jawa di Kabupaten Brebes tersebut sebagian besar masyarakat
masih tidak setuju dengan harga yang ditetapkan oleh panitia pengadaan tanah. Harga yang di tetapkan panitia pengadaan tanah
harga terendahnya Rp. 228.800 dan harga tertingginya Rp. 420.000. kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan
Syaefulloh, mengatakan : “Harga yang ditetapkan panitia pengadaan tanah
kepada pemilik tanah itu memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak NJOP berjalan, selain itu juga memperhatikan
kondisi tanah,
sehingga panitia
pengadaan tanah
menentukan harga ganti rugi tanah tersebut tertingginya yaitu : Rp.420.000
dan terendahnya Rp.228.800.” Wawancara dengan Syaefulloh, Kepala Sub. Seksi
Pengaturan Tanah Pemerintah di Kantor Pertanahan Kabupaten Brebes, Tanggal 16 Juni 2015 Pukul 10.00.
Kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan salah satu warga yang tanahnya terkena pembangunan Jalan Tol
Trans Jawa tersebut, Lukma warga desa Krasak Kecamatan Brebes, berikut wawancaranya :
“Harga yang di tawarkan panitia sangat kecil mas, harga terendahnya 228.800 dan harga tertingginya 420.000
dengan memperhatikan NJOP, menurut saya itu begitu kecil mas gantiruginya. Karena harga tanah sekarang
mahal, tanah disekitar sini saja sudah mencapai Rp. 500.00
per meternya.” Wawancara dengan Lukma, warga desa krasak Tanggal 20 Juni 2015 Pukul 10.00.
Sesuai wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan, walaupun penitia pengadaan tanah sudah memepertimbangkan
harga ganti rugi sesuai prosedur hukum yang berlaku, tetapi menurut warga harga ganti rugi tersebut belum dapat membuat
mereka menjadi lebih baik kehidupannya dengan harga ganti rugi
tersebut. Seharusnya panitia pengadaan tanah juga harus memperhatikan harga pasaran tanah di daerah tersebut bukan
hanya berpatokan pada Nilai Jual Objek Pajak NJOP saja. Dalam setiap pengadaan tanah, selalu saja ada kendala yang
dihadapi. Maka perlu adanya upaya-upaya dari panitia pengadaan tanah untuk mengatasi kendal tersebut, diantaranya :
4.1.4.5. Adanya Peran Aktif Panitia Pengadaan Tanah Dalam Melakukan Musyawarah Mufakat.