7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Bank
Bank menurut UU No. 10 tahun 1998 mengenai Perbankan tahun menyatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian bank menurut UU Perbankan diatas, bank dapat dikatakan sebagai lembaga
intermediasi yang membantu kelancaran pembayaran dan disamping itu menjadi sarana pelaksanaan kebijakan moneter dalam kebijakan
pemerintahan.
2.1.2. Kinerja Keuangan Perbankan
Kinerja suatu badan usaha sangatlah penting karena kinerja merupakan wujud dari kemampuan perusahaan untuk mengelola
sumber daya yang ada. Suatu badan usaha dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila setiap bagian dalam badan usaha tersebut
melaksanakan serta mencapai visi dan misi yang ditetapkan badan usaha tersebut. Dalam bisnis perbankan, sebagai suatu badan usaha
yang bergerak dalam bidang jasa, merupakan suatu hal yang sangat
Universitas Sumatera Utara
8
mutlak untuk mengedepankan kepentingan masyarakat nasabah untuk
memperoleh kepercayaan yang tinggi dari masyarakat.
Untuk mendapat kepercayaan nasabah tersebut, perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja bank. Penilaian kinerja bank bertujuan
memberi motivasi kepada karyawan untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi perusahaan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
rencana anggaran. Semakin meningkat motivasi karyawan untuk bekerja, maka dapat berdampak pada semakin baiklah kinerja karyawan
tersebut. Apabila kinerja karyawan semakin baik dari segi kualitasnya dapat memberikan efek pada segi kuantitas hasil pekerjaan karyawan
tersebut. Peningkatan positif ini memberikan dampak positif bagi bank tersebut untuk menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dan
sebagai timbal baliknya dapat meningkatkan taraf hidup karyawannya.
Standar Akuntansi Keuangan SAK No. 1 menyatakan bahwa “tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan”.
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pihak manajemen, pemilik, maupun
pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan. Dari laporan keuangan akan diketahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang
Universitas Sumatera Utara
9
dimiliki serta menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu. Dalam hal inilah dibutuhkan analisis laporan keuangan untuk
mengukur kinerja bank. Dalam analisis laporan keuangan, kinerja keuangan periode
sebelumnya dijadikan dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa mendatang. Dengan begitu pihak manajemen dapat
meminimalisir dengan memperbaiki kelemahan yang ada pada periode sebelumnya serta semakin meningkatkan kekuatan yang dimiliki.
Dasar yang digunakan untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan diperlukan analisis rasio keuangan. Bagi pihak
manajemen perusahaan analisis rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Para investor menggunakan analisis
rasio keuangan untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi perusahaan. Dari analisis rasio keuangan ini, para investor juga dapat
mengukur tingkat keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan. Secara umum, analisis rasio keuangan yang digunakan
dalam perbankan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.
Rasio Likuiditas Liquidity Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka
pendeknya tepat waktu. Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank tersebut mampu memenuhi semua kewajiban jangka pendek yang
berkaitan dengan simpanan masyarakat simpanan, tabungan, giro dan
Universitas Sumatera Utara
10
bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Rasio-rasio yang diukur dalam rasio likuiditas yaitu Loan to Deposit
Ratio LDR. Rasio Solvabilitas Leverage Ratio merupakan analisis yang
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank. Apabila dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan lebih kecil dibanding dana yang
diserahkan para kreditur maka berarti perusahaan sangat tergantung pada para kreditur sehingga kreditur mempunyai peranan yang lebih
besar untuk mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio solvabilitas rendah berarti perusahaan tersebut mempunyai resiko
kerugian lebih kecil ketika keadaan ekonomi merosot dan juga mempunyai kesempatan memperoleh laba yang rendah ketika ekonomi
melonjak dengan baik, begitu pula sebaliknya. Rasio ini dapat diukur dengan Capital Adequancy Ratio CAR.
Rasio Rentabilitas Rentability Ratio menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas
operasi perusahaan dalam memperoleh laba Harmono, 2009:109. Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas keuntungan, rasio
Universitas Sumatera Utara
11
yang dapat diukur antara lain: Biaya OperasiPendapatan Operasi dan Net Interest Margin.
Dari analisis rasio-rasio keuangan terhadap laporan keuangan yang dibuat pihak manajemen bank, para pihak yang berkepentingan
dapat mengetahui tingkat kesehatan bank tersebut. Menurut Peraturan Perbankan Indonesia Nomor 610PBI2004 penilaian terhadap tingkat
kesehatan bank diharuskan untuk seluruh bank konvensional yang terdaftar di Indonesia.
Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil evaluasi kondisi bank yang dilakukan terhadap resiko dan kinerja Bank. Penilaian kesehatan
bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Bank wajib melakukan
penilaian sendiri self assessment atas Tingkat Kesehatan Bank. Penilaian sendiri terhadap Tingkat Kesehatan Bank tersebut setidaknya
dilakukan satu kali setahun atau setiap satu semester yaitu pada bulan Juni dan Desember. Bank Indonesia melakukan Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember.
Di Indonesia, kinerja perbankan diukur sesuai dengan tata cara penilaian kesehatan bank yang mengacu pada Bank for International
Settlement BIS yang dikeluarkan oleh Komisi Basic Swiss. Ada lima aspek yang dinilai yaitu capital, asset, management, earning, dan
liquidity CAMEL.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.3. Metode CAMEL
Metode penilaian tingkat kesehatan bank menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dikenal dengan metode CAMEL. Penilaian kesehatan bank meliputi 5 aspek, yaitu aspek kuantitatif yaitu Capital,
Asset, Earning, Liquidity, dan aspek kualitatifnya adalah Management yang menggunakan Sensitivity to Market Risk. Penilaian terhadap
permodalan digunakan rasio Capital Adequacy Ratio CAR, sedangkan penilaian terhadap kualitas aset digunakan rasio Non-Performing Loan
NPL. Efisiensi terhadap rentabilitas dinilai dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan BOPO dan Net Interest Margin
NIM. 2.1.4.
Capital Adequacy Ratio CAR
Modal capital merupakan faktor utama dalam suatu bisnis. Besar kecilnya modal menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
tetap bertahan dan mengembangkan usahanya. Tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan perbankan dalam operasinya, modal juga
memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba. Modal juga digunakan
untuk mengetahui kemampuan perbankan dalam menampung resiko
kerugian yang mungkin dihadapi.
Jumlah modal yang dimiliki bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja perbankan terutama
Universitas Sumatera Utara
13
masyarakat peminjam. Bank Indonesia menilai faktor permodalan dari sisi jumlah kewajiban penyediaan modal minimum yang dimiliki oleh
bank. Rasio kecukupan permodalan yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio CAR, yaitu Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum yang harus selalu harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko ATMR. Perbandingan rasio CAR dirumuskan sebagai berikut :
CAR = Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko × 100
Nilai CAR memiliki hubungan yang positif terhadap kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko yang akan dihadapi
perusahaan, misalnya resiko kredit yang diberikan. Hal ini berarti semakin tinggi nilai CAR dalam suatu perusahaan maka semakin baik
pula kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko dari aktiva produktif maupun resiko kredit yang akan terjadi. Hasil perhitungan
rasio ini kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum yakni sebesar 8 sesuai ketentuan CAR yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004.
2.1.5. Non Performing Loan NPL
Pada penilaian kualitas aset, rasio yang digunakan adalah rasio Non Performing Loan NPL. Yang dianalisis pada penilaian kualitas
aset ini adalah kualitas aktiva produktifnya. Tingkat kualitas aktiva
Universitas Sumatera Utara
14
produktif menunjukkan tingkat kualitas aset yang dihubungkan dengan resiko kredit yang mungkin dihadapi oleh bank akibat dari pemberian
kredit maupun penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun dalam
valuta asing juga dalam bentuk kredit maupun surat berharga..
Resiko kredit dicerminkan melalui analisis pada rasio Non Performing Loan NPL. Rasio Non Performing Loan NPL
merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur
Komang Darmawan, 2004. Rasio NPL dirumuskan sebagai berikut :
NPL = Total Kredit Bermasalah
Total Kredit × 100
Semakin kecil nilai NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.
69PBI2004, Standar terbaik NPL adalah bila nilai NPL berada
dibawah 5. 2.1.6.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO
Rasio BOPO sering disebut juga rasio efisiensi. Dikatakan rasio efisiensi karena yang dinilai pada rasio ini adalah kualitas kinerja
manajemen bank. Kualitas manajemen yang dimaksud adalah kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional bank. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban
Universitas Sumatera Utara
15
operasional lainnya. Pendapatan operasional dihitung dengan cara menjumlahkan total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional
lainnya. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio BOPO dirumuskan
sebagai berikut :
BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional × 100
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Standar BOPO menurut Peraturan Bank Indonesia No. 69PBI2004 adalah 92.
2.1.7. Net Interest Margin NIM
Net Interest Margin NIM merupakan pengukuran kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan dari kredit yang disalurkan.
Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang
dikumpulkan. NIM dikatakan sebagai salah satu rasio efisiensi karena untuk
menghasilkan laba dari kredit yang disalurkan dalam usahanya meningkatkan nilai NIM, maka bank perlu menekan biaya dana. Biaya
Universitas Sumatera Utara
16
dana merupakan bunga yang dibayarkan oleh bank kepada masing
‐masing sumber dana bank yang bersangkutan. Tingkat suku bunga sangat menentukan nilai NIM. Hal ini
disebabkan karena secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank harus menetapkan
tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh pendapatan netto bank.
Nilai NIM dihitung menggunakan rumus:
NIM = Pendapatan Bunga Bersih
Rata − Rata Aktiva Produktif
× 100
Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Standar NIM yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 6 keatas.
2.1.8. Loan to Deposit Ratio LDR
Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi semua kewajibannya, khususnya kewajiban jangka pendek
yang berkaitan dengan simpanan masyarakat simpanan, tabungan, giro dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Untuk mengukur tingkat likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio LDR.
Nilai LDR dihitung menggunakan rumus:
LDR = Total Kredit yang Diberikan
Total Dana Pihak Ketiga × 100
Universitas Sumatera Utara
17
Semakin rendah rasio ini memberikan indikasi semakin tingginya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
dikarenakan LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Standar terbaik LDR menurut Peraturan Bank Indonesia No.
69PBI2004 berada pada range 85-110.
2.1.9. Return On Asset ROA
Rasio ROA digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam usahanya untuk menghasilkan keuntungan dari setiap nilai
aset yang digunakan. Dikatakan sebagai rasio efisiensi karena dari
perhitungan rasio ini dapat dinilai apakah perusahaan secara efisien memanfaatkan aktivanya dalam setiap kegiatan operasionalnya.
Alasan dipilihnya Return on Asset ROA sebagai ukuran kinerja adalah karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas dan
kinerja perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Untuk menilai kinerja, ROA
membandingkan antara rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Rumus rasio ROA, yaitu :
ROA = Laba Bersih sebelum pajak
Total Aset × 100
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian lebih tinggi daripada tingkat
Universitas Sumatera Utara
18
aktiva yang diinvestasikan. Peraturan Bank Indonesia No. 69PBI2004, menentukan standar terbaik ROA adalah 1,5.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu