seseorang untuk bergabung dengan suatu organisasi. Tetapi, kebebasan tersebut tidak boleh mengganggu hak dan kebebasan orang lain Kusumawati, 2011
.
Kebebasan berorganisasi diatur dalam UUD 1945 pasal 28 E ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Artinya, setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk bebas memilih atau membentuk suatu organisasi atau kelompok yang sesuai
dengan minat yang mereka miliki. Menurut Ruminiati 2007:1-50, materi kebebasan berorganisasi bertujuan
untuk membentuk warga negara yang baik dan paham berorganisasi. Untuk itu, perlu membentuk perilaku senang berorganisasi melalui pembinaan moral dalam
berserikat berkumpul kepada siswa sejak dini, salah satunya melalui organisasi di sekolah. Penyelenggaraan organisasi di sekolah telah diatur dalam Pasal 4
Permendiknas No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan yang menyatakan bahwa organsiasi kesiswaan di sekolah berbentuk organisasi siswa
intra sekolah yaitu OSIS untuk jenjang pendidikan menengah dan organisasi kelas untuk jenjang pendidikan dasar. Secara inplisit, materi kebebasan berorganisasi
memiliki konsep nilai dan moral yang ingin disampaikan, yaitu: kesadaran berserikat dan berkumpul, kebersamaan sebagai siswa serta kesadaran akan hak
pilih Winataputra, 2011:2.38.
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Scramble
2.1.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan
belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain Anitah, 2011:3.7. Selanjutnya, Hamdani 2010:30 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan teori konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif menggunakan strategi belajar dengan sejumlah siswa yang tingkat
kemampuannya berbeda sebagai anggota kelompok kecil. Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Hamdani 2010:31
adalah: a.
Setiap anggota memiliki peran. b.
Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. c.
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok. e.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Kemudian Ibrahim dalam Hamdani, 2010:34 mengemukakan langkah-langkah
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
Langkah 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Pada tahap ini, guru menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa.
Langkah 2: Menyajikan informasi
Pada tahap ini, guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Informasi yang diperoleh siswa digunakan sebagai
dasar untuk melakukan diskusi kelompok pada tahap selanjutnya.
Langkah 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Pada tahap ini, guru menjelaskan kepada siswa cara menbentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Langkah 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka serta meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. Melalui kerja kelompok, siswa
dapat bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Langkah 5: Evaluasi
Pada tahap ini, guru meminta presentasi hasil kerja kepada kelompok kemudian mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari. Melalui kegiatan
presentasi, siswa dapat menyampaikan hasil kerja kelompoknya secara klasikal dan memperoleh tanggapan dari kelompok lain sehingga dapat menambah
pengetahuan siswa. Selanjutnya, guru mengukur tingkat pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari dengan memberikan soal evaluasi.
Langkah 6: Memberikan penghargaan
Pada tahap ini, guru menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok dengan memberikan penghargaan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
keaktifan siswa pada pertemuan selanjutnya. Selanjutnya, Anitah 2011:3.9 mengemukakan manfaat menerapkan model
pembelajaran kooperatif antara lain: a.
Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan hubungan antarkelompok, pembelajaran kooperatif memberi
kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi. c.
Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, pembelajaran kooperatif dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan
tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim. d.
Menumbuhkan realisasi kebutuhan siswa untuk belajar berpikir, pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar.
e. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
f. Meningkatkan perilaku dan kehadiran kelas.
g. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk
menerapkannya. Berdasarkan uraian mengenai pembelajaran kooperatif, peneliti
menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk bekerja sama, saling tukar pikiran serta berbagi pengetahuan yang dimiliki untuk
menyelesaikan masalah. Pembelajaran kooperatif memberikan dampak positif diantaranya menimbulkan rasa percaya diri dan keberanian mengungkapkan
pendapat. 2.1.3.2
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Scramble Scramble
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu. Suhani 2010 menjelaskan bahwa model
pembelajaran scramble merupakan model pembelajaran yang bersifat aktif, yaitu menuntut siswa aktif bekerjasama menyelesaikan kartu soal untuk memperoleh
point bagi kelompok mereka. Siswa mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam menyelesaikan tugasnya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran scramble menurut Suyatno 2009:72 adalah sebagai berikut:
a. Buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar
b. Buat kartu jawaban dengan diacak nomornya
c. Sajikan materi
d. Membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban
e. Siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk
jawaban yang cocok. Suhani 2010 juga mengemukakan bahwa model pembelajaran scramble
memiliki tujuan berupa dampak instruksional dan dampak pengiring pada siswa. Dampak instruksional model pembelajaran scramble yaitu siswa menjadi lebih
aktif, berani mengemukakan pendapat dan aktif berdiskusi. Sedangkan dampak pengiringnya adalah mampu meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk
mengerjakan tugas, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan rasa percaya diri. Menurut Junaidi 2010, model pembelajaran scramble memiliki
keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya yaitu: a.
Memudahkan siswa mencari jawaban b.
Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut c.
Melatih siswa untuk berpikir aktif d.
Membuat pelajaran lebih menarik dan membuat siswa tertantang untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada permainan tersebut.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran scramble yaitu siswa kurang berpikir kritis dan memungkinkan siswa mencontek jawaban teman yang lain. Untuk
mengatasi kekurangan tersebut, peneliti akan menerapkan beberapa solusi yaitu: a.
Membuat satu paket soal dengan jumlah kartu jawaban lebih banyak daripada jumlah soal sehingga siswa dapat terpacu untuk berpikir secara
logis dan kreatif. Selain itu, di dalam kartu isian, kelompok diminta memberikan penjelasan sesuai dengan jawaban yang dipilih sehingga
mencegah kelompok mencontek jawaban kelompok lain. b.
Melakukan pengawasan untuk mencegah kelompok meniru jawaban kelompok lain dan mengurangi kegaduhan yang ditimbulkan serta
meminimalisir pembicaraan siswa di luar materi pelajaran. c.
Membacakan tata tertib sebelum permainan dilaksanakan. d.
Setelah tugas diselesaikan, siswa diminta menjelaskan jawabannya pada kelompok lain.
2.1.4 Media Powerpoint