Istiqamah dan Teguh Pendirian Lurus Tauhidnya kepada Allah Cerdas, Diplomatis, dan Pemberani

Pelajaran 9. Perilaku Terpuji 101 Mukadimah Mukadimah Pada pelajaran yang lalu telah dibahas tentang sejarah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai salah seorang nabi atau rasul ulul azmi yang memiliki keteguhan. Beliau juga sering disebut sebagai Khalilullah kekasih Allah dan Abul Anbiya’ bapaknya para nabi. Nabi Ismail adalah putra Nabi Ibrahim dengan istrinya yang bernama Hajar. Saat masih bayi, Ismail dan ibunya hidup di tengah padang pasir Mekah. Di lembah tandus itu, setelah lama menahan haus, Ismail akhirnya minum air zam-zam.

A. Meneladani Perilaku Nabi Ibrahim a.s.

A. Meneladani Perilaku Nabi Ibrahim a.s.

Berikut ini akan diuraikan perilaku terpuji Nabi Ibrahim a.s. Mari kita jadikan teladan kehidupan.

1. Istiqamah dan Teguh Pendirian

Nabi Ibrahim a.s. mempunyai pendirian yang kuat. Beliau senantiasa istiqamah di jalan Allah. Nabi Ibrahim dilahirkan di lingkungan penyembah berhala. Ternyata, lingkungan tidak berpengaruh terhadap dirinya. Hal ini karena sikap teguh pendirian dan istiqamah yang beliau miliki. Beliau bertanya kepada bapaknya tentang penyembahan berhala, sebagaimana firman Allah: Wa i© q±la ibr±h³mu liab³hi ±zara atattakhi©u a¡n±man ±lihahtan, inn³ ar±ka wa qaumaka f³ «al±lim mub³nin. Artinya: “Dan ingatlah di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar, “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan-tuhan. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. Q.S. Al-An’am6: 74 Pendidikan Agama Islam Kelas IV 102

2. Lurus Tauhidnya kepada Allah

Nabi Ibrahim a.s. sangat kuat imannya. Kesesatan tetaplah dikatakan sebagai kese satan meskipun itu ayahnya sendiri. Beliau akhirnya diusir oleh sang ayah. Nabi Ibrahim mencari siapakah sesembahan atau Tuhan yang sebenarnya. Tatkala beliau melihat bintang, ia katakan; “Inilah Tuhanku.” Namun, ketika bintang itu tenggelam, ia berkata; “Saya tidak suka yang tenggelam.” Demikian juga ketika melihat bulan dan matahari. Karena merasa benda-benda di alam ini tak ada yang pantas untuk disembah, ia berkata, sebagaimana dalam firman Allah Inn³ wajjahtu wajhiya lil-la©³ fa¯aras-sam±w±ti wal-ar«a ¥an³faw wa m± ana minal-musyrik³na. Artinya: “ Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” Q.S. Al-An’am6: 79 Nabi Ibrahim mampu menjadi muslim yang muwahid lurus tauhidnya meski lingkungan tidak mendukung. Ini menunjukkan bahwa fitrah manusia pada dasarnya adalah bertauhid.

3. Cerdas, Diplomatis, dan Pemberani

Kecerdasan Nabi Ibrahim, dapat dilihat ketika menghancurkan berhala- berhala kaum musyrikin. Beliau menyisakan satu berhala yang terbesar. Hal ini tentunya bukan dengan tanpa tujuan. Ketika dalam persidangan, beliau pun ditanya tentang siapa yang menghancurkan berhala-berhala itu. Nabi Ibrahim menjawab; “Tanyakan saja kepada berhala yang paling besar yang belum rusak” Sebenarnya jika kaum musyrikin itu mau menggunakan otaknya mereka sudah tahu maksud perkataan Nabi Ibrahim tersebut. Namun karena kebodohan mereka, mereka pun balik mengumpat: “Bagaimana Pelajaran 9. Perilaku Terpuji 103 kami bertanya kepadanya, bukankah dia itu hanyalah benda mati?” Nabi Ibrahim dengan lebih tegas menjawab: “Jika sudah tahu itu benda mati mengapa kalian sembah?” Inilah bukti kecerdasan dan kehebatan beliau dalam berdiplomasi.

4. Taat terhadap Perintah Allah