Perlindungan Hukum Terhadap Investor Pasar Modal Apabila Emiten Gagal Bayar (Default) Di dalam Perdagangan Obligasi Secara Elektronik

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR PASAR MODAL APABILA EMITEN GAGAL BAYAR (DEFAULT) DI DALAM

PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

HELEN HOSIANNA HUTAHAEAN 060200220

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR PASAR MODAL APABILA EMITEN GAGAL BAYAR (DEFAULT) DI DALAM

PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

HELEN HOSIANNA HUTAHAEAN 060200220

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

NIP. 19560329 198601 1 001 (Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH)

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution,SH, MH) (

NIP. 19560329 198601 1 001 NIP. 19630215 198903 2 002 Prof. Dr. Sunarmi, SH. M.Hum)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur Penulis panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala petunjuk Rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini berjudu l “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Pasar Modal Apabila Emiten Gagal Bayar (Default) Di dalam Perdagangan Obligasi Secara Elektronik” , yang ditulis sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan program studi Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis akan sangat berterima kasih jika ada krtik dan saran membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah membantu sebelum, selama, dan setelah penulis mengerjakan skripsi. Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua yang sangat penulis sayangi, Alm. ST. Rupinus. Hutahaean, SH dan Ibunda Herlina Silalahi (You’re the best mom in the world), atas pengertian, dukungan dan perhatian kepada penulis. Mudah- mudahan semua yang penulis lakukan dapat membahagiakan dan membanggakan keluarga tercinta.

Melalui kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M. Hum., sebagai Dosen Pembimbing II serta sebagai Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Berlin. Nainggolan selaku Dosen Wali Penulis dari Semester I sampai terakhir.

5. Ibu Prof. Ningrum Natasya, SH, M.LI, Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, Ibu Nurmalawaty, SH, M.hum, Bapak Edi Ikhsan SH, M.Hum, Para Dosen dan seluruh staf serta karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu.

6. Ibu Rafiqoh Lubis, SH, M.Hum , makasi mem buat masukan-masukannya dan motivasinya.

7. Saudara-saudaraku tercinta abang Guntur Godfrits Hutahaean, SE. Ak, Febrina Krisma Sari Hutahaean, Amd, Martin Machiavelli Hutahaean serta kakak ipar ku Hetty Tambunan, SE. Ak, terimakasi buat dukungan dan doanya.

8. Keluarga Besar Pomp. Op. Dharma. Hutahaean, terkhusus Bapauda Ir. Yongker Hutahaean, MM ., Inanguda H. Damanik, Amd., Namboru


(5)

Theresia Hutahaean, SH, M.Hum (makasi buat perhatian, pengertian dan motivasi nya), adik-adik ku tersayang “Agatha Cecilia Hutahaean, Bryan Ignatius Hutahaean, Charlito Hutahaean, aku mengasihi kalian.

9. Teman-teman “UNO” Aswin Asmara, Jaswinderjit, Dwi Silvia, Iryanti Sagala, Wartini Wijaya, Agnest Elga Margareth Sihaloho, Miranda Syahputri Siregar, Imelda Sugiharti Halim, kalian hal terindah yang ku dapat semenjak aku di Fakultas Hukum (begitu indahnya Persahabatan kita walau banyak perbedaan diantara kita).

10.Para Oon’ers; Sahabatku Agnest Elga Margareth Sihaloho (my nenez..beibihkuw), makasi buat editannya ya (my best Editor..haa..), sahabatku Iryanti Sagala (my beibbh), makasi buat jebakannya ya “ BES”..haa.Sahabatku Imelda Sugiharti Halim (my inong), thx for everything..banyak suka dan duka yang uda kita lewati bersama yang tidak akan pernah bisa penulis lupakan.

11.Sahabat-sahabat Kelompok Kecil ku ’Gedolva’; Kak Julianna Napitulu, Henny Sinaga, Maria Afriyanti, Iryanti Sagala, Agnes Elga Margareth Sihaloho, Jenny Simatupang , terimakasi kita boleh sama-sama bertumbuh dan belajar firman bersama.

12.Tante Rimbun Sitindaon, terimakasi tante buat motivasi nya selama ini yang selalu mengingatkan untuk tetap semangat dalam mengerjakan skripsi ini. 13.Teman-teman stambuk’06, Rentha Nathalia Pardede (makasi ya inong buat

dukungannya slama ini), Ingrid Gratsya Zega (makasi buat buku nya yg uda di pinjemin ya grid), Debora Saragih, Witra Sinaga, Siska Siagian, Slamet


(6)

Teguh, Christina Grace Hutauruk, Gishela Hutagalung, Christy Cecilia, Dea Panjaitan, Fitri Manurung, Randy Syahputra, Chandra Yadi Simatupang, Tondy Elia Sianturi, Egi Arjuna Ginting, serta banyak lagi yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, thanks to you all.

14.Seluruh civitas GMKI FH USU, senior maupun junior, terimakasih buat kehangatan yang selama ini sudah terjalin.

15.Semua senior yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Janroy Purba, SH., Doni Manurung, SH., Sahala Siagian, SH., Frans Margo Leo, SH., Wilianna, SH., Debora Doloksaribu, SH, serta banyak lagi yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Medan, February 2010 Penulis,


(7)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... v ABSTRAK...

vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 10

D. Keaslian Penulisan ... 11

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

F. Metode Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II OBLIGASI SEBAGAI INSTRUMEN PERDAGANGAN DI

PASAR MODAL

A. Obligasi sebagai Instrumen Perdagangan di Pasar Modal... 18


(8)

1. Jenis-jenis Obligasi di Pasar Modal ... 19

2. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Obligasi... 26

3. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Perdagangan Obligasi... 35

B. Peran Wali Amanat dalam Perdagangan Obligasi ... 38

C. Jatuh Tempo (Maturity Date) dan Gagal Bayar (Default) dalam Perdagangan Obligasi

... 45 D. Tinjauan Umum Pembuktian Hak Kepemilikan Obligasi ...

47

BAB III TRANSAKSI PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK DI PASAR MODAL

A. Proses Penyimpanan Obligasi secara Elektronik ... 50

1. Pembukaan Rekening Obligasi di PT. KSEI ... 50

2. Perjanjian Pendaftaran Obligasi di PT. KSEI ... 53

3. Perjanjian Agen Pembayaran ... 54


(9)

4. Penerbitan Sertifikat Jumbo Obligasi ... 55

B. Penawaran Umum Obligasi ... 56

C. Proses Perdagangan Obligasi Secara Elektronik ... 67

D. Penyelesaian Transaksi Perdagangan Obligasi Secara Elektronik... 70

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DI DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK

A. Tanggung Jawab Wali Amanat Terhadap Investor dalam hal

Emiten Gagal Bayar (Default)

... 77

B. Perlindungan Hukum bagi Investor Pemegang Obligasi dalam hal Emiten Gagal Bayar (Default)

... 88

C. Pembuktian Hak Kepemilikan Obligasi Secara Elektronik ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(10)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR PASAR MODAL APABILA EMITEN GAGAL BAYAR (DEFAULT) DI DALAM

PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK

ABSTRAKSI

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H. **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum

***) Helen Hosianna Hutahaean

Pasar modal memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan investasi yang berjangka pendek, menengah, maupun berjangka panjang, sedangkan bagi para pihak semakin mudah mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor) dengan cara menerbitkan surat berharga, salah satunya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi tergolong ke dalam hutang jangka panjang, sehingga dalam jangka waktu yang begitu lama, berbagai kemungkinan dapat terjadi terhadap Emiten, salah satunya adalah risiko gagal bayar (default). Saat ini perdagangan obligasi dilakukan secara elektronik yaitu dengan sistem terkomputerisasi.

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai bagaimana obligasi sebagai instrumen perdagangan di pasar modal, bagaimana mekanisme transaksi perdagangan obligasi secara elektronik di pasar modal, bagaimana perlindungan hukum terhadap investor di dalam transaksi perdagangan obligasi secara elektronik.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dengan mengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai dengan mengumpulkan data dan membaca referensi melalui peraturan, majalah, internet dan sumber lainnya, kemudian diseleksi data-data yang layak untuk mendukung penulisan.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa investor pemegang obligasi yang telah membeli obligasi yang diterbitkan oleh Emiten diberikan perlindungan hukum dalam Perjanjian Perwaliamanatan dan bukti transaksi obligasi secara elektronik merupakan alat bukti yang sah.

Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah hendaknya dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap investor obligasi, dianggap perlu untuk membuat sebuah peraturan yang khusus mengatur obligasi secara elektronik yang dapat menjamin kepentingan investor.

Kata Kunci : Transaksi obligasi secara elektronik *) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II


(11)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR PASAR MODAL APABILA EMITEN GAGAL BAYAR (DEFAULT) DI DALAM

PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK

ABSTRAKSI

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H. **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum

***) Helen Hosianna Hutahaean

Pasar modal memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan investasi yang berjangka pendek, menengah, maupun berjangka panjang, sedangkan bagi para pihak semakin mudah mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor) dengan cara menerbitkan surat berharga, salah satunya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi tergolong ke dalam hutang jangka panjang, sehingga dalam jangka waktu yang begitu lama, berbagai kemungkinan dapat terjadi terhadap Emiten, salah satunya adalah risiko gagal bayar (default). Saat ini perdagangan obligasi dilakukan secara elektronik yaitu dengan sistem terkomputerisasi.

Skripsi ini mengemukakan permasalahan mengenai bagaimana obligasi sebagai instrumen perdagangan di pasar modal, bagaimana mekanisme transaksi perdagangan obligasi secara elektronik di pasar modal, bagaimana perlindungan hukum terhadap investor di dalam transaksi perdagangan obligasi secara elektronik.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dengan mengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai dengan mengumpulkan data dan membaca referensi melalui peraturan, majalah, internet dan sumber lainnya, kemudian diseleksi data-data yang layak untuk mendukung penulisan.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah bahwa investor pemegang obligasi yang telah membeli obligasi yang diterbitkan oleh Emiten diberikan perlindungan hukum dalam Perjanjian Perwaliamanatan dan bukti transaksi obligasi secara elektronik merupakan alat bukti yang sah.

Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah hendaknya dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadap investor obligasi, dianggap perlu untuk membuat sebuah peraturan yang khusus mengatur obligasi secara elektronik yang dapat menjamin kepentingan investor.

Kata Kunci : Transaksi obligasi secara elektronik *) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini sedang melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia difokuskan terhadap usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan global.

Pembangunan suatu negara memerlukan dana dalam jumlah yang sangat besar. Pelaksanaan tersebut diutamakan pada pemanfaatan sumber dana domestik, sedangkan dana pinjaman luar negeri sebagai pendukung. Sumber dana pinjaman luar negeri tidak selalu dapat diandalkan untuk pembangunan, oleh karena itu perlu ada upaya yang serius untuk menciptakan iklim investasi. Iklim investasi dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara.1

Dana investasi tidak hanya dimanfaatkan oleh sektor pemerintah, tapi juga sektor swasta. Pemerintah biasanya bertindak sebagai pengambil inisiatif pembangunan prasarana fisik, sedangkan pihak swasta (perorangan/perusahaan) bertindak sebagai penggerak kegiatan ekonomi komersial. Semuanya ini memerlukan dana investasi baik yang sifatnya jangka pendek seperti modal kerja

1

Panji Anoraga & Ninik Widiyanti, Pasar Modal; Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, (Jakarta:Rineka Cipta, 1995), hlm. 2.


(13)

untuk biaya kebutuhan operasional, maupun jangka panjang seperti untuk pengadaan aktiva-aktiva tetap yang dibutuhkan.2

Alternatif investasi yang berkembang saat ini berupa pasar uang dan pasar modal. Pasar uang dan pasar modal keduanya merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang merupakan sarana penggerakkan dana atau tempat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang mengalami kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara penabung dan peminjam.3 Hakekat dari kedua pasar ini pada dasarnya adalah sebagai perantara (intermediary) dari proses penyerahan dana dari individu atau lembaga yang memiliki kelebihan dana (supplier of fund) kepada orang yang membutuhkan dana (user of fund) serta menggunakannya untuk kegiatan produktif baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.4

1. Waktu jatuh tempo. Dana yang diperjual belikan di pasar uang ditujukan untuk penggunaan dana jangka pendek (short time) lazimnya kurang dari satu (1) tahun,

Pasar modal dan pasar uang memiliki beberapa perbedaan antara lain dapat dilihat berdasarkan :

5

2. Jenis instrumen surat berharga yang diperdagangkan. Instrumen surat berharga yang diperdagangkan di pasar uang antara lain, seperti : Sertifikat

sedangkan di pasar modal penggunaan ditujukan untuk jangka waktu menengah atau panjang.

2

M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. 10.

3

M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2008), hlm. 1.

4

M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Loc.cit, hlm. 10. 5


(14)

Bank Indonesia (SBI), Deposito, Aksep, dan Promes, Sedangkan di pasar modal instrumen yang diperdagangkan disebutkan dalam Pasal 1 ayat (5) UUPM, yaitu : surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek.

3. Lembaga yang mengawasi. Dalam hal pengawasan, pasar uang di bawah pengawasan/pembinaan Bank Indonesia (BI). Sedangkan Pasal 3 UUPM menetapkan bahwa pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).6

Pasar Modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana atau pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor) dan pihak yang memerlukan dana misalnya perusahaan (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan atau tingkat keuntungan tertentu (return) sedangkan pihak perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.7

6

Jusuf Anwar, Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung : Alumni, 2005), hlm. 4.

7


(15)

Pasar Modal merupakan pasar yang memperdagangkan efek dalam bentuk instrumen keuangan jangka panjang baik dalam bentuk modal (equity) dan utang. Pasar Modal merupakan tempat orang membeli atau menjual surat efek yang baru dikeluarkan.8

Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di Pasar Modal pada umumnya dapat dibedakan ke dalam surat berharga yang bersifat utang yang dikenal dengan nama obligasi (bonds) dan surat berharga yang bersifat pemilikan atau umumnya disebut saham. Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan, yang menyatakan bahwa investor/pemegang obligasi tersebut telah meminjamkan sejumlah uang, Sedangkan saham adalah sertifikat yang menunjukkan kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.9

Saham dan obligasi merupakan dua surat berharga paling populer di Pasar Modal. Saham dan obligasi memiliki perbedaan antara lain dilihat dari definisi dan hak-hak dari pemegang efek tersebut. Saham merupakan surat berharga yang bersifat penyertaan artinya jika seseorang membeli saham suatu perusahaan maka ia telah melakukan penyertaan modal atas perusahaan tersebut sebaliknya obligasi merupakan surat berharga utang, artinya jika seseoramg membeli obligasi suatu perusahaan maka ia telah meminjamkan dana ke perusahaan tersebut. Jika suatu ketika terjadi likuidasi atau perusahaan dibubarkan, maka pemegang saham akan mendapatkan pembagian terakhir setelah aset-aset perusahaan dijual, sementara

8

M. Irsan Nasaruddin & Indra Surya, Op.cit, hlm. 181. 9


(16)

pemegang obligasi akan mendapatkan prioritas utama atas penjualan aset-aset tersebut.10

Obligasi ditawarkan kepada masyarakat melalui penawaran umum (Initial

Public Offering). Pihak yang melakukan penawaran umum obligasi disebut

emiten. Emiten obligasi disebut sebagai debitur atau yang menerima hutang, Suatu perusahaan umumnya memerlukan dana yang bersumber dari luar perusahaan untuk pengembangan usahanya. Dana luar itu, selain berupa pinjaman dari bank dapat pula dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari obligasi adalah tidak adanya campur tangan pemilik dana terhadap perusahaan dan tidak ada controlling terhadap perusahaan.

Obligasi pada prinsipnya merupakan surat hutang jangka panjang karena jatuh temponya rata-rata 5 tahun ke atas. Sebagai hal ini obligasi merupakan suatu instrumen pendanaan (funding instrument) yang sangat efektif guna mengumpulkan dana dari masyarakat. Dengan menerbitkan obligasi penerbit berarti telah mengumpulkan dana dari pemegangnya. Dana ini dapat dipergunakan untuk perluasan usaha penerbitnya ataupun untuk tujuan lain dari penerbitnya.

Saat ini cukup besar animo masyarakat untuk berinvestasi ke dalam obligasi. Hal ini tercermin dari tingginya permintaan atas obligasi dalam setiap pelaksanaan emisi yang sudah dilakukan, bahkan ada beberapa perusahaan yang harus melakukan penjatahan akibat tingginya permintaan dibandingkan dengan jumlah obligasi yang di tawarkan (over subscribe).

10


(17)

sedangkan investor adalah kreditur atau pihak yang memberikan hutang dan sebagai pemegang obligasi.

Obligasi tergolong kedalam hutang jangka panjang, sehingga dalam jangka waktu yang begitu lama, berbagai kemungkinan dapat terjadi terhadap perusahaan penerbit obligasi atau emiten, misalnya usaha perusahaan mengalami penurunan sehingga mengalami kerugian dan akhirnya perusahaan jatuh pailit atau dilikuidasi, dan hal-hal lain yang tidak pernah diduga sebelumnya seperti adanya krisis ekonomi, bencana alam dan sebagainya. Oleh karena itu dalam investasi investor harus berhati-hati, hal ini dikarenakan dalam setiap berinteraksi pasti ada risiko-risiko yang timbul, maka dari itu investor harus dapat menganalisis risiko dan memperkecil kemungkinan risiko yang ada, salah satunya dengan melihat pemeringkat yang diberikan dalam obligasi yang diterbitkan.11

Gagal bayar (Default) dapat dideskripsikan sebagai suatu keadaan dimana emiten selaku debitur yang telah melakukan ingkar janji (wanprestasi) terhadap kewajibannya untuk membayar pokok pinjaman dan atau bunga obligasi pada saat jatuh tempo (maturity date) kepada pemegang obligasi selaku kreditur.12

Selain permasalahan gagal bayar dalam penerbitan obligasi ada pula yang perlu diperhatikan terkait perkembangan sistem perdagangan di dalam kegiatan pasar modal. Sebelum tahun 1996, pasar modal Indonesia hanya mengenal perdagangan obligasi dengan menggunakan warkat yaitu kepemilikan atas efek ditandai dengan bukti fisik yang berupa sertifikat atas kepemilkan obligasi. Akan tetapi sistem perdagangan obligasi ini sudah tidak sesuai lagi dengan

11

Jusuf Anwar, Op.cit, hlm. 11 12

Bapepam, Panduan, Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia, (Jakarta : Bapepam, 2003), hlm. 16.


(18)

perkembangan Pasar Modal Indonesia yang ramai, karena tidak efisiennya proses penyelesaian transaksi, selain itu banyak terjadi masalah dan kerugian.

Tahun 1997 BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), yaitu sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual yang dapat memfasilitasi perdagangan efek dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem manual. Pada tahun 2000 BEJ menerapkan perdagangan tanpa warkat (scripless trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan untuk mempercepat penyelesaian transaksi. Sementara itu, di BES sudah mempunyai sistem perdagangan secara jarak jauh (remote system) sejak tahun 1996 yang disebut SMART (Surabaya Market Information & Automatic Remote Trading). Perdagangan ini dilakukan secara elektronik yaitu dengan sistem terkomputerisasi.13

Saat ini kegiatan pasar modal sudah menuju perdagangan tanpa warkat

(scripless trading) atau perdagangan tanpa warkat adalah perdagangan yang

secara elektronik merubah sertifikat efek ke dalam bentuk elektronik. Karakteristik dari scripless trading, yaitu:

Sejak tanggal 3 Desember 2007 di Indonesia hanya terdapat satu bursa yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan gabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

14

1. Tidak ada fisik efek.

13

Ibid, hlm. 34. 14

Herwidayatmo, “Kesiapan Bapepam sebagai Regulator dalam Perdagangan Efek secara Elektronik (E-Commerce)”, Makalah dalam seminar sehari Pasar Modal Kesiapan Pelaku Pasar Modal dengan diimplementasikannya Scripless Trading Menuju Era On Line Trading, Jakarta, 1 November 2000, hal. 5-6.


(19)

Warkat efek yang diperdagangkan sudah dimasukkan dalam penitipan kolektif pada PT. KSEI dan sertifikat efek dikonversikan menjadi data elektronik sehingga tidak ada lagi bentuk fisik efek dalam kegiatan transaksi.

2. Kepemilikan efek dinyatakan dengan posisi pada rekening.

Tidak adanya perpindahan warkat efek secara fisik, sehingga mengharuskan para pihak yang melakukan transaksi bursa membuka rekening terlebih dahulu pada PT. KSEI.

3. Pemindahan secara elektronik.

Perpindahan kepemilikan efek dilakukan dengan pemindahbukuan efek di antara rekening efek yang diselenggarakan secara elektronik melalui sistem yang terintegrasi antara sistem KSEI, Pemegang Rekening maupun Emiten/BAE. Dengan demikian seluruh instruksi, konfirmasi maupun sistem pencatatan kepemilikan dari partisipan ke KSEI dan sebaliknya dilakukan secara elektronik.

Dengan memperhatikan perkembangan transaksi obligasi elektronik yang semakin berkembang saat ini dan guna memberikan jaminan bagi investor yang diakibatkan karena adanya pergeseran sistem teknologi yang dapat menimbulkan permasalahan hukum antara lain masalah risiko yang sering terjadi dalam perdagangan obligasi yaitu risiko gagal bayar dan bagaimana permasalahan pembuktian kepemilikan yang ditimbulkan akibat perdagangan secara elektronik, maka penulis mencoba untuk memaparkannya melalui penulisan skripsi ini yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Investor Pasar Modal Apabila


(20)

Emiten Gagal Bayar (Default) di dalam Perdagangan Obligasi secara Elektronik”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang mendasari skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah Obligasi sebagai Instrumen Perdagangan di Pasar Modal ? 2. Bagaimanakah Mekanisme Transaksi Perdagangan Obligasi Secara

Elektronik di Pasar Modal ?

3. Bagaimanakah Perlindungan Hukum terhadap Investor di dalam Transaksi Perdagangan Obligasi Secara Elektronik ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Setiap pekerjaan atau kegiatan memiliki tujuan sasaran yang hendak di capai dari kegiatan tersebut, agar kegiatan tersebut dapat dilakukan secara maksimal.

Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui obligasi sebagai instrumen perdagangan di Pasar Modal. 2. Untuk mengetahui mekanisme transaksi perdagangan obligasi secara


(21)

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap investor di dalam transaksi perdagangan obligasi secara elektronik.

Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya ilmu hukum pasar modal dalam perdagangan obligasi secara elektronik.

2. Secara Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi tambahan materi bagi para pembacanya, baik umum maupun para akademisi pada khususnya dalam mengkaji kegiatan perdagangan obligasi di pasar modal.

D. Keaslian Penulisan

“Perlindungan Hukum Terhadap Investor Pasar Modal Apabila Emiten Gagal Bayar (Default) Di Dalam Perdagangan Obligasi Secara Elektronik”. Yang diangkat menjadi judul skripsi ini adalah merupakan karya ilmiah yang belum pernah diangkat menjadi judul skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pasar modal, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan dari berbagai pihak.


(22)

Secara sederhana, investasi dapat diartikan sebagai cara penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu sabagai hasil penanaman modal tersebut. Alternatif investasi sangat beragam, misalnya membeli emas, membeli aktiva tetap tak bergerak (rumah, tanah), meminjamkan uang kepada orang/pihak lain, menabung di bank, membuka usaha tertentu, menanamkan uang dalam valuta asing, dan membeli saham, obligasi atau surat berharga lainnya.15

Obligasi merupakan surat perjanjian jangka panjang, di mana penerbit obligasi berjanji akan membayar bunga dan pokok hutang pada waktu tertentu kepada pemegang obligasi. Berdasarkan definisi ini dapat disimpulkan bahwa obligasi merupakan surat pernyataan hutang yang diterbitkan oleh pihak yang membutuhkan dana jangka panjang. Obligasi akan membebani penerbitnya dengan kewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman. Kewajiban tersebut bersifat tetap. Apabila penerbit obligasi gagal memenuhi kewajibannya, maka pemegang obligasi berhak mengajukan klaim terhadap aktiva yang dimiliki pihak yang berhutang.16

1. Nilai di dalam surat berharga tersebut sama dengan nilai perikatan dasarnya, dan

Obligasi adalah surat berharga yang termasuk dalam kategori efek. Obligasi memenuhi unsur-unsur surat berharga. Dua unsur surat berharga, yaitu:

2. Mudah untuk diperdagangkan (transferable).

15

Sri Handaru Yuliati, dkk, Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta : Andi Offset, 1996), hlm. 23.

16


(23)

Di dalam obligasi tertera bahwa obligasi adalah tanda bukti utang sejumlah tertentu yang memiliki tanggal jatuh waktu. Mempelajari obligasi sebagai salah satu surat berharga, maka akan diketahui bahwa obligasi merupakan suatu bentuk surat pengakuan utang. Apabila dibandingkan dengan perikatan lainnya, obligasi merupakan salah satu instrumen investasi yang memiliki pendapatan tetap17

Keputusan Menteri Keuangan No. 1548 Pasal 1 Butir 34 menyebutkan bahwa obligasi ialah bukti utang emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lain serta pelunasan pokok pinjamannya dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.

. Hal ini dapat ditemukan pada Pasal 1754 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang menyebutkan bahwa:

“Setiap wanprestasi terhadap utang tersebut akan menimbulkan kewajiban dari pihak berutang untuk membayar ganti rugi, pelunasan pokok dan seterusnya”.

18

Berdasarkan Pasal I huruf a Kep. Menkeu No. 755/KMK.011/1982, bahwa obligasi adalah jenis efek, berupa surat pengakuan hutang atas peminjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten.19

17

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 31.

18

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1548/KMK. 013/1990 sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1199/KMK.010/1991. Kedua surat keputusan ini selanjutnya disebut sebagai Keputusan Menteri Keuangan No. 1548 Pasal 1 Butir 34.

19

Tri Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia


(24)

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya.

Investor adalah pihak terpenting yang berperan di dalam kegiatan pasar modal. Bisa dikatakan sebagai salah satu indikator terpenting dalam pasar modal adalah keberadaan investor. Investor yang terlibat dalam pasar modal Indonesia adalah investor domestik dan asing, perorangan dan institusi yang mempunyai karakteristik masing-masing.20

Default risk merupakan risiko yang dihadapi oleh investor atau pemegang obligasi dikarenakan emiten tersebut tidak dapat membayar obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.

21

Keberpihakan hukum kepada investor dapat dilihat dari penegakan hukum pasar modal oleh otoritas pasar modal, yakni Bapepam dalam menangani kasus pelanggaran kejahatan. Dengan adanya penegakan hukum kepastian hukum akan terjamin dan memberikan perlindungan hukum terhadap investor.22

F. Metode Penulisan

Bobot keilmuan yang terdapat dalam karya tulis termasuk skripsi ini dipengaruhi oleh keakuratan data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil yang

20

M. Irsan Nasaruddin & Indra Surya, Op.cit, hlm. 165. 21

Adler Haymans Manurung, Dasar-dasar Investasi Obligasi, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 8.

22


(25)

optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skripsi ini, maka diadakan penelitian dalam rangka pengumpulan data. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan telah disesuaikan dengan masalah yang diangkat di dalam skripsi ini, sehingga penelitian yang dilakukan adalah “penelitian hukum normatif”, yaitu penelitian terhadap perlindungan hukum terhadap investor pasar modal apabila emiten gagal bayar (default) di dalam perdagangan obligasi secara elektronik.

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan sebagai bahan analisis penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder, dalam hal ini dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu segala bentuk peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku hasil penelitian dan atau karya ilmiah serta bahan-bahan dari internet yang relevan terhadap permasalahan yang diteliti.

c. Badan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/ atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedi, majalah, media massa dan internet.


(26)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah dengan cara “penelitian kepustakaan” (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum primer dan ataupun bahan hukum sekunder yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Di dalam penelitian skripsi yang termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa data terhadap permasalahan yang dibahas. Hal ini dilakukan dengan menganalisa bahan-bahan yang diperoleh dari peraturan produk perundang-undangan, buku dan karya ilmiah serta bahan internet yang berkaitan erat dengan perlindungan hukum terhadap investor pasar modal apabila emiten gagal bayar (default) di dalam perdagangan obligasi secara elektronik, yang kemudian di analisa secara induktif kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam V (lima) Bab, yang masing-masing bab tersebut memiliki beberapa sub bab tersendiri, yang secara garis besarnya dapat diuraikan sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini diuraikan secara umum tentang keadaan-keadaan yang berhubungan dengan objek penulisan seperti latar belakang masalah,


(27)

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II OBLIGASI SEBAGAI INSTRUMEN PERDAGANGAN DI

PASAR MODAL

Bab ini menguraikan tentang jenis-jenis obligasi di pasar modal, pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan obligasi, dan hubungan hukum para pihak dalam perdagangan obligasi. Bab ini juga menguraikan mengenai peran wali amanat dalam penerbitan obligasi serta menguraikan jatuh tempo (maturity date) dan gagal bayar (default) dalam perdagangan obligasi serta tinjauan umum pembuktian hak kepemilikan obligasi.

Bab III TRANSAKSI PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA

ELEKTRONIK DI PASAR MODAL

Bab ini menguraikan tentang proses penyimpanan obligasi secara elektronik, penawaran umum obligasi, proses perdagangan obligsi secara elektronik, penyelesaian transaksi perdagangan obligasi secara elektronik.

Bab IV ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DI DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK

Bab ini berisi mengenai tanggung jawab wali amanat terhadap investor dalam hal emiten gagal bayar (default), perlindungan hukum


(28)

bagi investor pemegang obligasi dalam hal emiten gagal bayar (default) serta pembuktian hak kepemilikan obligasi secara elektronik.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini yang akan memuat kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

OBLIGASI SEBAGAI INSTRUMEN PERDAGANGAN DI PASAR MODAL

A. Obligasi sebagai Instrumen Perdagangan di Pasar Modal

Kata obligasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu “Obligatie” atau

Verplichting” atau “Obligataat”, yang berarti kewajiban yang tak dapat

ditinggalkan, atau surat utang suatu pinjaman negara atau daerah swapraja atau perseroan dengan bunga tetap untuk si pemegang. Dalam kamus hukum Sudarsono, obligasi mempunyai dua pengertian, yaitu :

1. Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat diperdagangkan atau diperjualbelikan; atau

2. Surat utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku bunga tertentu, dimana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.23

Dalam UUPM tidak terdapat definisi obligasi secara eksplisit, tetapi terdapat kata “obligasi” pada Pasal 1 butir 5, Penjelasan Pasal 21 ayat (3), Pasal

23

Gunawan Widjaja&Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat dalam Pasar Modal,(Jakarta : Kencana, 2006), hlm. 47.


(29)

24 ayat (1), dan Penjelasan Pasal 25 ayat (1), di mana intinya bahwa Obligasi termasuk salah satu jenis efek. Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada penjelasan Pasal 51 ayat (4),di mana dikatakan bahwa Obligasi sebagai contoh Efek yang bersifat utang jangka panjang. Obligasi adalah bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi (Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548 / KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991). Obligasi juga dapat diartikan sebagai salah satu instrumen yang bersifat utang yang diperdagangkan di bursa Efek dan jangka waktu jatuh temponya lebih dari satu tahun.24

1. Jenis-Jenis Obligasi di Pasar Modal

Obligasi merupakan salah satu instrumen yang diterbitkan oleh suatu pihak tertentu dan diperjualbelikan di bursa Efek. Di Indonesia, saat ini hanya terdapat satu bursa yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Ada beberapa macam obligasi yang dikenal dalam kehidupan pasar modal. Semua jenis obligasi tersebut pada dasarnya mempunyai sifat yang sama, yaitu sebagai surat hutang. Hanya saja dalam perkembangan pasar modal, obligasi tidak hanya semata-mata bersifat suatu surat hutang murni, tetapi di modifikasi sedemikian rupa sehingga pemegang obligasi tidak saja memiliki hak atas pelunasan hutang pokok obligasi, tetapi juga memiliki hak-hak lain yang diberikan melalui perjanjian penerbitnya.

24


(30)

Secara garis besar pada dasarnya ada dua kelompok obligasi. Pertama ialah apa yang disebut sebagai “plain vanilla bonds” yaitu obligasi yang bersifat hutang. Sedangkan yang lain ialah apa yang disebut sebagai “equity like bonds” atau obligasi yang menyerupai ekuitas atau penyertaan modal. Tujuan dari pembentukan derivatif-derivatif obligasi ini tidak lain adalah agar para pemodal lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya pada obligasi yang berbagai jenis tersebut.25

a. Berdasarkan Proses Peralihan Kepemilikan

Ada beberapa jenis obligasi, yaitu :

Berdasarkan proses peralihan kepemilikan, obligasi ada 2 jenis yaitu: 1) Obligasi atas nama (registered bond)

Jenis obligasi ini merupakan jenis obligasi yang proses peralihannya harus dibuat dalam suatu akta perjanjian yang menyatakan bahwa pihak yang satu mengalihkan obligasinya kepada pihak lain. Pembuatan akta tersebut diperlukan karena di dalam surat obligasi sudah tertera nama pemilik asal sehingga mau tidak mau harus dibuat akta perjanjian peralihan. Akta perjanjian peralihan ini akan dijadikan sebagai alat untuk mengklaim pada waktu obligasi tersebut jatuh tempo.

Akta perjanjian peralihan ini merupakan akta cessie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 613 ayat (2) KUHPerdata. Peralihan tersebut harus meminta persetujuan atau melaporkan kepada penerbit obligasi.

25


(31)

Obligasi jenis ini umumnya tidak dapat diperdagangkan dalam burasa Efek karena rumitnya proses peralihan kepemilikan.26

2) Obligasi atas unjuk (Bearer bond)

Jenis obligasi ini merupakan jenis obligasi yang proses peralihan sangat mudah, yaitu hanya berupa penyerahan secara langsung. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang memegang sertifikat obligasi, maka dialah sebagai pemiliknya. Dengan kata lain, siapa yang memegang/menguasai sertifikat obligasi, maka dialah sebagai pemiliknya. Ciri-ciri penting dari obligasi atas unjuk meliputi:27

a. Nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi.

b. Setiap sertifikat obligasi disertai dengan kupon bunga yang dilepaskan setiap pembayaran bunga dilakukan.

c. Sangat mudah untuk dialihkan.

d. Kertas sertifikat obligasi dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti bahan pembuat uang.

e. Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan kepada orang yang dapat menunjukkan kupon bunga dan sertifikat obligasi. f. Kupon bunga dan sertifikat obligasi yang hilang tidak dapat

dimintakan penggantian.

26

Gunawan Widjaja&Jono, Op. cit, hlm. 49. 27


(32)

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa jenis obligasi ini yang bersifat transferable, maka jenis obligasi ini yang biasanya diperjualbelikan dalam bursa Efek.28

b. Berdasarkan Penghitungan Bunga Obligasi

Ada beberapa jenis obligasi dilihat dari segi penetapan dan pembayaran bunga, yaitu:

1) Obligasi dengan bunga tetap

Obligasi dengan bunga tetap merupakan obligasi yang memberikan bunga yang bersifat tetap selama jangka waktu obligasi tersebut.

2) Obligasi dengan bunga tidak tetap

Cara penetapan bunga obligasi ini bermacam-macam, misalnya bunga yang dikalikan dengan indeks atau dengan tingkat bunga deposito atau tingkat bunga deposito yang berlaku.

3) Obligasi yang tidak terbatas jatuh temponya (perpectual bond)

Perpectual bond adalah salah satu jenis obligasi yang tidak mempunyai batas jatuh temponya. Perusahaan yang menerbitkan surat berharga ini tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan utang tersebut, kecuali perusahaan tersebut dilikuidasi.

4) Obligasi tanpa bunga (zero coupon bond)

28


(33)

Jenis obligasi ini tidak mempunyai kupon bunga dan sebagai konsekuensinya pemilik tidak memperoleh pembayaran bunga secara periodik. Keuntungan yang diperoleh dari pemilikan obligasi ini diukur dari selisih antara nilai pada waktu jatuh tempo dengan harga pembelian. 5) Obligasi dengan bunga mengambang (floating rate bond)

Obligasi ini menjanjikan untuk memberikan suku bunga secara mengambang. Bunga obligasi ini dapat berubah-ubah setiap saat secara periodik.29

c. Berdasarkan Penerbit (Issuer)

Dilihat dari segi penerbitnya, obligasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bonds)

Obligasi ini merupakan suatu jenis obligasi yang dikeluarkan oleh suatu pemerintah pusat dari suatu negara dengan tujuan untuk membiayai dan membangun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di Indonesia saat ini hanya obligasi Bank Indonesia yang dipasarkan di pasar internasional yang dimaksudkan untuk bench mark bagi obligasi BUMN dan perusahaan swasta nasional.

2) Obligasi pemerintah daerah (municipal bonds)

29


(34)

Obligasi ini merupakan suatu jenis obligasi yang dikeluarkan oleh suatu pemerintah daerah dengan tujuan untuk membiayai dan membangun Badan Usaha Milik Daerah. Undang-undang Otonom Daerah memungkinkan Pemda untuk mengeluarkan obligasi, karena Pemda sudah lebih bebas menentukan kebijakan dalam memajukan daerahnya. Obligasi Pemda belum ada di Indonesia, walaupun dari segi potensi ada beberapa Pemda yang mempunyai prospek untuk mengeluarkan obligasi dalam rangka menambah dana investasi Pemda.

3) Obligasi perusahaan swasta (corporate bonds)

Obligasi ini merupakan suatu obligasi yang diterbitkan oleh suatu perusahaan swasta yang membutuhkan dana atau modal secara cepat dalam rangka membangun dan memperluas bisnis perusahaannya. Di Indonesia, obligasi perusahaan swasta ini diterbitkan oleh suatu perusahaan yang telah memenuhi persyaratan dan pernyataan pendaftarannya telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.30

d. Berdasarkan Jaminan atau Kolateral

Ditinjau dari segi jaminan yang diberikan, terdapat beberapa jenis obligasi, yaitu:

1) Obligasi dengan jaminan tertentu (secured bond)

30


(35)

Obligasi jenis ini merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga.

2) Obligasi tanpa jaminan (unsecured bond)

Obligasi ini merupakan suatu jenis obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya berdasarkan titel umum atau dengan “earning power” penerbitnya.31

e. Berdasarkan Tujuan Penerbitan

3) Guaranted bonds

Obligasi ini merupakan pembayaran pokok pinjaman beserta bunganya dijamin oleh penanggung utang selaku pihak ketiga.

4) Mortgage and other asset backed bonds

Obligasi ini merupakan obligasi yang diterbitkan dengan jaminan hak tanggungan dan/ atau agunan asset perusahaan lainnya.

Berdasarkan tujuannya, ada 2 jenis obligasi yang bisa ditemukan, yaitu: 1) Improvement bonds

Obligasi ini merupakan suatu obligasi yang diterbitkan oleh suatu pihak (biasanya Pemda) dengan tujuan untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak dan pengembalian pinjamannya bergantung pada hasil yang diperoleh dari proyek perbaikan tersebut.

2) Industrial developments bonds

31


(36)

Obligasi ini merupakan suatu obligasi yang dipasarkan oleh Pemda di mana hasil penjualan obligasi tersebut digunakan untuk pembangunan fasilitas bisnis usaha swasta.32

2. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Obligasi

Dalam melakukan penerbitan suatu obligasi, tidak terlepas dari beberapa pihak yang berperan dalam penerbitan obligasi tersebut, antara lain :

a. Emiten (Issuer)

Emiten merupakan suatu perusahaan yang menjadi aktor utama yang bermaksud menerbitkan suatu obligasi. Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Pasar Modal, mendefinisikan Emiten sebagai berikut : “ Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum”.33 Pihak adalah orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. Yang dapat bertindak menjadi Emiten adalah perusahaan, BUMD, BUMN, pemerintah daerah, negara, badan-badan internasional, atau badan otonomi khusus. Untuk mencari dana dari masyarakat pemodal (investor), maka emiten menerbitkan dan memperjualbelikan Efek yang bersifat utang (obligasi) di pasar modal.34 Ada 4 keharusan yang wajib dilakukan Emiten untuk beraktivitas di pasar modal, yaitu :35

1) Keterbukaan Informasi

32

Gunawan Widjaja&Jono, Op. cit, hlm. 54. 33

Bab I Pasal 1 Angka 6 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 34

Ibid, hlm. 56. 35


(37)

Setiap Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan pada masyarakat secepat mungkin apabila terjadi sebuah peristiwa, informasi atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai Efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Pelaksanaan prinsip keterbukaan dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :

a) Tahap keterbukaan pada saat Emiten melakukan penawaran umum (primary market level).

b) Tahap keterbukaan setelah Emiten mencatat dan memperdagangkan sahamnya di bursa Efek (secondary market level), di mana Emiten berkewajiban untuk menyampaikan secara terus menerus laporan berkala (continuously disclosure) kepada Bapepam.

c) Tahap keterbukaan karena terjadi peristiwa penting yang laporannya harus disampaikan secara tepat waktu kepada Bapepam dan bursa Efek (timely disclosure).

2) Peningkatan Likuiditas

Emiten dapat meningkatkan likuiditas Efek di pasar modal karena harga Efek di pasar modal melalui penambahan jumlah Efek yang beredar, yang dapat dilakukan melalui penawaran dengan Hak Memesan Terlebih Dahulu (HMETD), penerbitan obligasi konversi, dan lain-lain. Melalui peningkatan


(38)

kinerja Emiten, berupa peningkatan laba, hal ini akan lebih menarik investor untuk menginvestasikan dananya pada efek perusahaan.

3) Pemantauan Harga Efek

Emiten harus selalu memantau harga efeknya di pasar modal, karena harga efek adalah cerminan dari kinerja dan kondisi suatu perusahaan. Harga efek yang tinggi berarti kinerja emiten baik dan sebaliknya harga Efek yang rendah menunjukkan kinerja Emiten baik dan sebaliknya harga Efek yang rendah menunjukkan kinerja Emiten yang buruk.36

4) Menjaga hubungan baik dengan investor

Untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham ataupun calon investor kepada perusahaan, Emiten perlu terus menerus membina hubungan baik pemegang saham dan calon investor. Sehingga apabila suatu saat Emiten memerlukan tambahan dana, Emiten tidak mengalami kendala komunikasi, karena hubungan baik telah terbangun melalui komunikasi. Dengan begitu calon investor telah mengenal, mengetahui, dan percaya pada kinerja perusahaan.37

b. Penjamin Emisi Efek (Underwriter)

Penjamin emisi Efek merupakan pihak yang juga memegang peranan sangat penting dalam penerbitan obligasi. Pasal 1 Angka 17 UUPM memberikan definisi sebagai berikut :“Penjamin emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan Emiten untuk melakukan penawaran umum

36

Ibid, hlm. 154. 37


(39)

bagi kepentingan Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual”38. Penjamin emisi adalah perusahaan yang menjamin penjualan obligasi. Pada dasarnya penjamin emisi merupakan mediator antara Emiten dengan pemodal.39

Dalam praktek penerbitan obligasi biasanya penjaminan emisi efek dilakukan oleh lebih dari satu penjamin emisi. Dalam hal ini salah satu dari penjamin emisi ini akan bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi

(managing underwriter) yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan

suatu penawaran umum. Jadi, penjamin emisi efek ini yang mempersiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan penerbitan obligasi termasuk mempersiapkan prospektus dan sebagainya.40

c. Wali Amanat

Dalam penerbitan obligasi dikenal lembaga wali amanat (trustee). Lembaga ini merupakan lembaga khusus yang harus ada dalam setiap penerbitan efek yang bersifat hutang seperti obligasi. Wali amanat merupakan pihak yang mewakili para pemegang obligasi dalam hubungannya dengan penerbitan obligasi yang bersangkutan. Obligasi pada dasarnya merupakan surat hutang yang sifatnya sepihak dan para

38

Pasal 1 angka 17 Undang-undang Pasar Modal. 39

Gunawan Widjaja&Jono, Op. cit, hlm. 58. 40


(40)

pemegangnya tersebar luas. Oleh karena itu untuk mengurus dan mewakili mereka selaku kreditur perlu dibentuk lembaga perwaliamanatan.41

d. Penanggung (Guarantor)

Wali amanat dalam Undang-undang Pasar Modal didefinisikan sebagai berikut: “ Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat hutang .” Dalam Undang-undang pasar modal menyebutkan bahwa kegiatan usaha sebagai wali amanat dapat dilakukan oleh bank umum atau pihak lain yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.

Jasa penanggung (guarantor) diperlukan apabila suatu pihak (perusahaan, negara, pemerintah daerah) menerbitkan obligasi. Tujuannya adalah untuk menjamin pelunasan seluruh pinjaman pokok beserta bunga, apabila ternyata di kemudian hari Emiten tidak mampu membayar atau wanprestasi. Biasanya jasa pertanggungan ini dilaksanakan oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai reputasi sangat baik.42

Penanggung dalam penerbitan obligasi dapat lebih dari satu penanggung. Penanggungan yang demikian merupakan suatu sindikasi. Dalam hal ini setiap penanggung bertanggung jawab baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama (tanggung renteng).43

e. Investor (masyarakat pemodal)

Investor merupakan aktor utama yang berperan dalam kegiatan pasar modal. Investor sebagai pihak yang menginvestasikan dananya di pasar

41

Ibid, hlm. 46. 42

Gunawan Widjaja&Jono, Op. cit, hlm. 60. 43


(41)

modal, dengan cara membeli Efek yang bersifat utang (obligasi) maupun efek yang bersifat ekuitas. Investor yang terlibat dalam pasar modal Indonesia adalah investor domestik dan asing, perorangan dan institusi yang mempunyai karakteristik masing-masing.44

f. Lembaga Kliring

Lembaga ini berfungsi menyelesaikan semua hak-hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi di bursa Efek. Lembaga kliring dapat juga bertindak sebagai agen pembayaran atas transaksi jual beli obligasi. Umumnya yang ditunjuk sebagai lembaga kliring adalah bank. Ia bertugas membayar bunga dan pinjaman pokok atas obligasi, namun keterlibatan hanya setelah obligasi masuk di bursa Efek atau di pasar sekunder.

g. Bursa Efek

Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka (Pasal 1 butir 4 UUPM). 45

h. Profesi Penunjang Pasar Modal

Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Bab VIII dan PP No. 45 Tahun 1995 Bab X, profesi penunjang pasar modal memiliki ketentuan sebagai berikut:46

44

Gunawan Widjaja&Jono, Loc. cit, hlm. 60. 45

Ibid, hlm.61. 46


(42)

1) Profesi penunjang pasar modal wajib terdaftar di Bapepam.

2) Setiap profesi pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi yang ditetapkan asosiasinya masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan UU Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya.

3) Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bidang pasar modal profesi penunjang pasar modal wajib memberikan pendapat atau penilai independen.

Profesi penunjang pasar modal terdiri dari: 1) Akuntan Publik

Akuntan publik merupakan profesi penunjang pasar modal yang berfungsi memeriksa kondisi keuangan emiten serta memberikan pendapatnya tentang kelayakan Emiten dalam menerbitkan obligasi. Apabila Emiten adalah perseroan maka penilaian akuntan publik atas kesehatan perusahaan selama dua tahun berturut-turut adalah faktor yang sangat menentukan atas boleh tidaknya perseroan tersebut melakukan penjualan obligasi di bursa efek.47

2) Konsultan Hukum

47


(43)

Konsultan hukum yang ditunjuk oleh Emiten berperan sebagai legal drafter and adviser. Dari segi keberpihakan, fungsi konsultan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai inhouse lawyer dan

independent lawyer. Sebagai inhouse lawyer tugas konsultan hukum adalah menyiapkan semua dokumen untuk kepentingan Emiten, terutama membantu Emiten menyiapkan perjanjian penjaminan emisi, perjanjian perwaliamanatan, perjanjian penanggungan, perjanjian dengan lembaga kliring, perjanjian dengan akuntan publik, dan memberikan nasihat mengenai masalah-masalah hukum sehubungan dengan emisi obligasi. Tugas konsultan hukum sebagai inhouse lawyer

ini, dapat mewakili Emiten dalam melakukan negoisasi dengan pihak-pihak tertentu, dan berusaha mempertahankan kepentingan emiten dalam berbagai persoalan hukum. Sedangkan sebagai independent

lawyer, tugasnya adalah melakukan legal audit dan memberikan

pendapat hukum atas emisi obligasi. Independent lawyer harus bersikap netral dan objektif dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.48 3) Penilai

Penilai yang dimaksud di sini adalah suatu pihak yang memberikan penilaian atas asset perusahaan yang melakukan penawaran umum. Penilai di sini juga harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam sebelum melakukan kegiatan sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal. 4) Notaris

48


(44)

Yang dimaksud dengan notaris di sini ialah notaris sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 Angka (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Dalam ketentuan tersebut notaris didefinisikan sebagai berikut:49

Notaris yang bermaksud melakukan kegiatan sebagai profesi penunjang pasar modal diwajibkan terlebih dahulu terdaftar di Bapepam. Perlunya notaris dalam proses emisi obligasi ialah dalam rangka pembuatan perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan emisi obligasi, seperti misalnya perjanjian perwaliamanatan, perjanjian penjaminan emisi, perjanjian penanggungan dan sebagainya yang diwajibkan oleh Undang-undang Pasar Modal.

“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”.

50

5) Agen Pembayaran (Paying Agent)

Agen pembayaran bertugas membayar bunga obligasi yang biasanya dilakukan setiap dua kali setahun dan pelunasan pada saat obligasi jatuh tempo.

6) Agen Penjual (Selling Agent)

Agen ini umumnya dilakukan perusahaan Efek dengan tugas: a) Melayani investor yang akan memesan saham;

49

Pasal 1 Angka (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 50


(45)

b) Melaksanakan pengembalian uang pesanan (refund) kepada investor; c) Menyerahkan sertifikat Efek kepada pemesan (investor).51

3. Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Penerbitan Obligasi

Akibat diterbitkan obligasi tercipta suatu hubungan hukum antara emiten dan wali amanat, emiten dan investor, dan antara wali amanat dan investor. Hubungan hukum antara emiten dan investor dalam transaksi perdagangan obligasi antara lain berupa kewajiban membayar pinjaman beserta bunga oleh emiten kepada investornya, dengan demikian, timbulnya perjanjian antara kedua belah pihak. Dalam hal ini kedudukan investor sebagai kreditur dan emiten sebagai debitur. Hal ini karena emiten meminjam uang kepada investor, sehingga timbul kewajiban bagi emiten untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya kepada investor yang sesuai dengan yang telah diperjanjikannya. Sehingga kedudukan emiten adalah sebagai debitur dan pemegang obligasi sebagai kreditur. Pemegang obligasi berhak atas pengembalian hutang pokok obligasi (hoofdsom) dan juga bunga (interessen) dari hutang pokok tersebut.

Hubungan hukum perjanjian dalam perdagangan obligasi ini menurut Wirjono Projodikoro merupakan perjanjian pinjam meminjam (Hutang-Piutang)52

“Pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain sejumlah tertentu barang-barang yang

. Dasar Hukum yang mengatur perjanjian pinjam-meminjam adalah Pasal 1754-1769 KUHPerdata:

51 Ibid. 52


(46)

menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.

Akibat hukum yang timbul dari hubungan hukum dalam perjanjian pinjam meminjam yaitu timbulnya hak dan kewajiban antara pihak peminjam (kreditur) dan pihak yang meminjamkan (debitur), hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1759 dan Pasal 1763 KUH Perdata:

Pasal 1759 KUHPerdata:

“Orang yang meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian”.53

“Siapa yang menerima pinjaman, sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama dan pada waktu yang ditentukan”.

Pasal 1763 KUH Perdata:

54

Hubungan hukum antara emiten dan wali amanat adalah hubungan hukum antara penerbit obligasi dan pihak yang mewakili investor. Hubungan keduanya diawali oleh kewajiban dari setiap emiten yang ingin menerbit obligasi untuk menunjuk salah satu pihak independen sebagai wali amanat yaitu pihak yang mewakili calon investor. Hubungan hukum antara emiten dengan wali amanat di buat dalam suatu kontrak yang disebut kontrak perwaliamanatan. Pada waktu ini wali amanat adalah dianggap sebagai wakil para pemegang obligasi yang nantinya akan membeli obligasi dari penerbit. Kontrak perwaliamanatan merupakan perjanjian tak bernama yang diatur dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang

53

Pasal 1759 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 54


(47)

menyebutkan, semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Kesepakatan atas perjanjian yang di buat secara sah merupakan undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya.55

B. Peran Wali Amanat dalam Perdagangan Obligasi

Menurut ketentuan Pasal 1 butir 30 UUPM, Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek yang bersifat hutang, sedangkan pihak diartikan sebagai orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. 56

Dalam kegiatan bisnis di pasar modal, salah satu pihak yang berperan penting dalam kegiatan penerbitan Efek bersifat hutang di samping Emiten sendiri, adalah Wali Amanat. Sebagai pihak yang mewakili kepentingan-kepentingan pemegang Efek bersifat Hutang, baik di dalam maupun diluar pengadilan. Peran Wali Amanat sudah mulai berjalan sebelum efek bersifat hutang diterbitkan, terutama dalam perundingan dengan pihak-pihak terkait untuk menyusun suatu kontrak perwaliamanatan. Inilah yang menjadi dasar utama dalam mengatur syarat dan kondisi penerbitan Efek bersifat hutang, termasuk kewajiban para pihak yang terlibat.57

1. Pihak-pihak yang Berhak Menjadi Wali Amanat dalam Penerbitan Obligasi

55

Wirjono Projodikoro, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1986), hlm. 10.

56

Gunawan Widjaja&Jono, Op. cit, hlm. 75. 57

Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang

Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia; Departemen Keuangan Republik Indonesia; Badan Pengawas Pasar Modal;Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, 2005, hlm. 7.


(48)

Pada prinsipnya, tidak semua pihak dapat bertindak sebagai Wali Amanat dalam setiap penerbitan obligasi. Pasal 50 ayat (1) UUPM menentukan bahwa yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat adalah Bank Umum dan pihak lain yang ditetapkan peraturan pemerintah. Perlu diketahui bahwa tidak semua Bank Umum secara otomatis dapat bertindak sebagai Wali Amanat. Sebelum Bank Umum bertindak sebagai Wali Amanat, Bank Umum tersebut harus terdaftar terlebih dahulu di Bapepam (sesuai Penjelasan Pasal 50 ayat (2) UUPM dan Pasal 6 huruf I UU Perbankan).58

2. Perjanjian Perwaliamanatan

Pada prinsipnya Wali Amanat ditunjuk oleh emiten yang ingin menerbitkan suatu obligasi pada saat sebelum melakukan emisi. Penunjukkan ini tidak dilakukan oleh pemegang obligasi mengingat pada waktu penunjukkan tersebut belum terdapatnya pemegang obligasi karena pada saat itu obligasi tersebut belum ditawarkan kepada umum. Setelah penunjukkan Wali Amanat oleh emiten, maka antara emiten dengan wali amanat harus dibuat suatu pejanjian yang disebut dengan Perjanjian Perwaliamanatan. Sejak ditandatangani perjanjian perwaliamanatan tersebut, maka wali amanat telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek tersebut, tetapi perwakilan tersebut baru berlaku efektif pada saat efek tersebut telah dialokasikan kepada para pemodal. Wali Amanat berhak mewakili pemegang efek tersebut dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek tersebut dalam melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan kepentingan pemegang efek

58


(49)

tersebut baik di dalam maupun di luar pengadilan. Secara lebih rinci Perjanjian Perwaliamanatan setidak-tidaknya memuat ketentuan tentang:59

a. Penunjukkan wali amanat oleh emiten; b. Dasar dan tujuan penerbitan obligasi; c. Jumlah pinjaman pokok;

d. Tingkat bunga dan jumlah lembar kupon bunga; e. Jenis obligasi serta denominasinya;

f. Penggantian surat obligasi dan kupon bunga yang rusak; g. Pembayaran bunga dan pinjaman pokok;

h. Jangka waktu pinjaman dan cara-cara pelunasannya;

i. Penyisihan dana untuk pelunasan obligasi (sinking fund) dan pengelolaannya;

j. Agen pembayaran;

k. Perincian dan nilai harga kekayaan emiten yang dijaminkan; l. Ketentuan mengenai pengelolaan kekayaan jaminan;

m. Ketentuan mengenai penanggung (jika ada); n. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab wali amanat; o. Penggantian wali amanat;

p. Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO); q. Sanksi- sanksi.

3. Kewajiban-kewajiban Wali Amanat

59


(50)

Wali Amanat memiliki berbagai macam kewajiban yang harus dipenuhi atau dilaksanakan olehnya, khususnya yang terkait dengan kegiatan penerbitan efek yang bersifat utang (obligasi), yaitu:60

a. Wali Amanat wajib bersikap netral dan independen serta tidak memihak kepada emiten, melainkan mewakili dan melindungi kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. (Penjelasan Pasal 51 Ayat (1) UUPM);

b. Wali Amanat wajib membuat kontrak perwaliamanatan dengan emiten sesuai dengan ketetapan yang ditetapkan oleh Bapepam (Pasal 52 UUPM);

c. Wali Amanat wajib memberikan ganti rugi kepada pemegang efek yang bersifat utang atas kerugian karena kelalaiannya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai mana diatur dalam Undang-undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya serta kontrak perwalimanatan (Pasal 53 UUPM);

d. Wali Amanat wajib menyampaikan laporan kegiatan kepada Bapepam dalam rangkap 4 yang meliputi:

1) Laporan tengah tahunan dan tahunan mengenai kegiatan Wali Amanat yang wajib disampaikan kepada Bapepam paling lambat 30 hari setelah periode laporan yang bersangkutan;

2) Laporan peristiwa penting yang menyangkut kegiatan perwaliamanatan yang wajib disampaikan kepada Bapepam

60


(51)

paling lambat 2 hari setelah terjadinya peristiwa atau sejak diketahuinya peristiwa tersebut.61

e. Wali Amanat wajib mengadministrasikan, menyimpan dan memelihara catatan, pembukuan, data dan keterangan tertulis yang berhubungan dengan emiten yang menggunakan jasa wali amanat. Dokumen tersebut wajib disimpan di tempat yang aman dan terpisah dari kegiatan bank lainnya dan wajib tersedia setiap saat untuk kepentingan pemeriksaan Bapepam. Penyimpanan dokumen tersebut sekurang-kurangnya untuk masa 5 tahun sejak seluruh kewajiban emiten terhadap pemegang efek bersifat utang telah dipenuhi. Dokumen-dokumen tersebut terdiri dari:62

1) Kontrak perwaliamanatan;

2) Kontrak yang berkaitan dengan pemberian jaminan dan bukt i kepemilikan atau penguasaan atas harta yang dijamnikan;

3) Catatan, risalah dan atau laporan mengenai jumlah dan jenis efek bersifat utang yang masi beredar dan yang telah dilunasi; 4) Catatan, risalah dan atau laporan mengenai pelaksanaan

pengawasan terhadap emiten termasuk tindakan yang dilakukan oleh Wali Amanat karena tidak terpenuhinya persyaratan kontrak perwaliamanatan, antara lain tidak dibayarnya pokok dan bunga, atau adanya pelanggaran terhadap peraturan

61

Ibid, hlm. 84. 62


(52)

perundang-undangan di bidang pasar modal yang dilakukan oleh emiten;

5) Catatan, risalah dan atau laporan mengenai jumlah dan jenis efek bersifat utang yang dapat dikonversikan menjadi saham, apabila ada;

6) Daftar emiten yang menggunakan jasa Wali Amanat; dan 7) Buku pedoman operasional Wali Amanat.63

4. Kegiatan-kegiatan atau Tugas Wali Amanat

Wali Amanat sebagai pihak yang dituntut untuk bersikap netral dan independen dalam melakukan tugasnya sebagai perwakilan dari pemegang efek yang bersifat utang (obligasi). Tugas pokok wali amanat adalah bertindak mewakili dan melindungi kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Ada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan tugas pokok wali amanat tersebut adalah sebagai berikut:64

a. Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten apakah secara operasional perusahaan (emiten) mempunyai kesanggupan menghasilkan dan membayar obligasi beserta bunganya.

b. Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan wali amanat harus mengetahui dengan pasti apakah nilai kekayaan emiten yang menjadi jaminan setara atau memadai dibanding nilai obligasi yang diterbitkan.

63

Ibid, hlm. 86. 64


(53)

c. Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten. Apabila harta yang menjadi jaminan tadi dialihkan pemanfaatan atau pemilikannya haruslah sepengetahuan wali amanat.

d. Memantau dan mengikuti perkembangan secara terus menerus terhadap perkembangan perusahaan emiten dan memberikan nasihat dan masukan kepada emiten.

e. Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap pembayaran bunga dan pinjaman pokok obligasi yang menjadi hak pemodal.

f. Bertindak sebagai agen utama pembayaran untuk menunjang kegiatan pengawasan terhadap pembayaran bunga dan pinjaman pokok, maka wali amanat semula bertindak sebagai agen utama pembayaran. Dengan telah dibentuknya PT. KSEI, maka pada saat ini kegiatan agen pembayaran dilaksanakan oleh PT. KSEI.

g. Sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-02/PM/1998, wali amanat berperan juga sebagai pemimpin dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).65

5. Larangan-larangan bagi Wali Amanat

Wali Amanat yang bertugas mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang (masyarakat pemodal) berdasarkan kepercayaan, diharapkan dapat melaksanakan tugasnya secara independen dan netral. Untuk itu ada beberapa larangan bagi wali amanat sebagai berikut:

65


(54)

a. Wali Amanat dilarang mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten kecuali hubungan afiliasi tersebut terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal pemerintah (Pasal 50 Ayat (1) UUPM). Larangan ini bertujuan agar wali amanat dapat melaksanakan fungsinya secara independen sehingga dapat melindungi kepentingan pemegang efek bersifat utang secara maksimal.

b. Wali Amanat dilarang mempunyai hubungan kredit dengan emiten dalam jumlah sesuai dengan ketentuan Bapepam yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan antara wali amanat sebagai kerditor dan wakil pemegang efek bersifat utang (Pasal 51 Ayat (3) UUPM).

c. Wali Amanat dilarang merangkap sebagai penanggung dalam emisi efek bersifat utang yang sama (Pasal 54 UUPM).66

C. Jatuh Tempo (Maturity Date) dan Gagal bayar (Default) dalam Perdagangan Obligasi

Dalam obligasi terdapat maturity date, yaitu tanggal jatuh tempo atau jatuh waktu terakhir kali sesuai kesepakatan surat utang tersebut berakhir. Pada waktu itulah surat utang tersebut bisa direalisasikan atau dikembalikan utang pokoknya. Biasanya dibuat lebih dari 1 tahun, maka obligasi sebagai surat berharga masuk ke dalam kategori surat berharga jangka panjang.67

66

Ibid, hlm. 89. 67


(55)

Bentuk wanprestasi atau kelalaian yang sering terjadi di dalam perdagangan obligasi adalah gagal bayar. Gagal bayar adalah suatu keadaan dimana dalam hal ini emiten selaku debitur telah melakukan ingkar janji (wanprestasi) atau lalai terhadap kewajiban membayar pokok pinjaman dan atau bunga obligasi pada saat jatuh tempo yang telah diperjanjikan dalam perjanjian perwaliamanatan.68 Gagal bayar disebut juga dengan credit risk, hal ini karena gagal bayar obligasi yang jatuh tempo serupa dengan suatu kredit macet dalam pinjaman perbankan.69 Gagal bayar (credit risk/default) dapat terjadi apabila emiten/issuer yang mengeluarkan obligasi mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga ataupun jumlah pokok utang pada saat jatuh tempo. Pembelian obligasi sebenarnya merupakan kredit kepada emiten/issueryang harus dipertimbvangkan sesuai dengan term dan condition yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.70

Event of Default (kelalaian) terdiri dari dua bentuk, yaitu Technical Default

dan Payment Default. Technical Default adalah pelanggaran yang dilakukan oleh emiten yang tidak ada hubungannnya dengan masalah pembayaran pokok dan bunga obligasi. Payment Default adalah pelanggaran yang berhubungan dengan masalah pembayaran, baik pembayaran utang pokok maupun bunga obligasi. Kelalaian yang sering terjadi dalam perdagangan obligasi adalah Payment Default

(gagal bayar).71

D. Tinjauan Umum Pembuktian Hak Kepemilikan Obligasi

68

Bapepam, Op.cit, hlm. 14 69

Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis), (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997), hlm. 14.

70

Ibid.

71

Wahyuni Bahar, Aspek Hukum Perjanjian Perwaliamanatan ( Tanggung Jawab wali amanat dan Emiten, serta Perlindungan Hukum Pemegang Obligasi), Lampiran Makalah Dalam Prosiding Transaksi Obligasi Di Pasar Modal.


(56)

Akibat dari perdagangan obligasi secara elektronik ini adalah adanya perubahan dari bentuk sertifikat obligasi secara fisik menjadi data elektronik dan tersimpan dalam lembaga penyimpanan (Kustodian) secara terpusat yaitu PT. KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-undang N0. 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan menyebutkan, yaitu:72

“Dokumen Perusahaan yang telah dimuat dalam mikrofilm atau media lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah”.

“Dokumen Perusahaan adalah data, catatan dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar”.

Selanjutnya dengan memperhatikan Pasal 12 ayat (1) Jo. Pasal 15 ayat (1) UU Dokumen Perusahaan yang menyebutkan:

Pasal 12 ayat (1):

“Dokumen perusahaan dapat dialihkan ke dalam mikrofilm atau media lainnya”.

Pasal 15 ayat (1):

73

72

Pasal 1 Angka (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.

73


(57)

BAB III

TRANSAKSI PERDAGANGAN OBLIGASI SECARA ELEKTRONIK

Pada dasarnya perdagangan efek terdiri dari 2 (dua) proses, yaitu proses transaksi dan proses penyelesaian transaksi. Penerapan sistem perdagangan efek secara elektronik ini ditujukan untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi, dengan demikian proses transaksi tidak mengalami perubahan. Penyelesaian transaksi dalam perdagangan secara elektronik ini dilakukan dengan sistem The Central Book Entry Settlement (C-BEST) oleh PT. KSEI.74

Dasar Hukum pelaksanaan sistem perdagangan efek secara elektronik dan penyelesaian transaksi efek dengan Book Entry Settlement ini diatur dalam Pasal

74

Hendy. M. Fakhruddin dan Tjiptono Darmadji, Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), hlm. 173.


(58)

55 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yaitu, Pasal 55 ayat (1) menyatakan:75

A. Proses Penyimpanan Obligasi Secara Elektronik

“penyelesaian transaksi bursa dapat dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik atau cara lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah”.

Cara lain tersebut dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (1) huruf c, yaitu penyelesaian transaksi bursa secara elektronik atau cara lain yang mungkin ditemukan dan ditetapkan di masa datang sesuai dengan perkembangan teknologi.

Penerapan C-BEST ini tercantum pula dalam peraturan PT. KSEI Tentang Jasa Kustodian Sentral, Lampiran Kep. Dir PT. KSEI No. Kep. 015/Dir/KSEI, pada angka 1.6.1 menyebutkan bahwa:

“Jasa Kustodian Sentral dilaksanakan melaui C-BEST yang terhubung dengan terminal komputer pemegang rekening dan atau sarana lain yang ditentukan oleh KSEI “.

Di dalam sistem perdagangan obligasi secara elektronik, perdagangan obligasi dilakukan dengan cara pemindah bukuan rekening efek (Book Entry Settlement) tanpa penyerahan fisik. Untuk itu seluruh obligasi akan dicatat dalam bentuk data elektronik dan akan di administrasikan ke dalam rekening efek.76 1. Pembukaan Rekening Obligasi di PT. KSEI

a. Pendaftaran Obligasi

75

Pasal 55 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 76

PT. KSEI, Peraturan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia tentang Jasa Kustodian Sentral, Keputusan Direksi PT. KSEI No. Kep-05/DIR/KSEI/0500 tentang Peraturan Jasa Kustodian Sentral, butir 3.1.1


(59)

1) Calon perusahaan terdaftar yang bermaksud menerbitkan Obligasi segera menghubungi PT. KSEI, u.p: Divisi Jasa Kustodian Sentral (Bagian Hubungan Pemakai Jasa), untuk memperoleh beberapa penjelasan mengenai pendaftaran Obligasi di KSEI.

2) Calon perusahaan terdaftar mengajukan permohonan pendaftaran obligasi melalui surat kepada KSEI.

3) PT. KSEI akan mengirimkan undangan kepada calon perusahaan terdaftar untuk bertemu dengan pihak PT. KSEI terkait dengan rencana pendaftaran obligasi yang akan didaftarkan di PT. KSEI. b. Kelengkapan Dokumen

Calon perusahaan terdaftar diwajibkan menyerahkan beberapa dokumen pendukung kepada KSEI, meliputi:77

1) Anggaran Dasar beserta perubahannya;

Anggaran Dasar yang diserahkan kepada KSEI adalah AD terakhir yang memuat keterangan mengenai kewenangan pengurus perseroan.

2) Akta susunan direksi dan komisaris terakhir;

3) Fotokopi identitas dari pejabat yang akan menandatangani perjanjian dengan KSEI;

4) Fotokopi NPWP yang terakhir; 5) Fotokopi surat keterangan domisili;

77


(60)

6) Surat kuasa dari direksi kepada pejabat berwenang yang ditunjuk untuk mewkili perusahaan terdaftar dalam berhubungan dengan KSEI; Kuasa tersebut umumnya diberikan kepada Coorporate Secretary dan atau pejabat terkait lainnya.

7) Fotokopi identitas (KTP), contoh (spesimen) tanda tangan dan paraf pejabat berwenang.

8) Fotokopi draft perjanjian perwaliamanatan (PWA) yang dibuat antara calon perusahaan terdaftar dan wali amanat. Dokumen-dokumen tersebut harus diserahkan kepada PT. KSEI, u.p: Divisi Jasa Kustodian Sentral (Bagian Pemakai Jasa) selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal penandatanganan perjanjian dengan KSEI.78

c. Pendaftaran Obligasi dalam Sistem KSEI (C-BEST)

KSEI akan mendaftarkan obligasi kedalam C-BEST setelah PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tempat obligasi tersebut dicatatkan (listed) menerbitkan kode obligasi dan telah diterimanya formulir pendaftaran efek obligasi dan telah diterimanya formulir pendaftaran efek (obligasi) yang telah diisi secara lengkap oleh perusahaan terdaftar, yaitu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum tanggal distribusi. BEI akan menerbitkan kode obligasi sesuai dengan jumlah seri obligasi yang diterbitkan perusahaan terdaftar.

d. Penjatahan (allotment)

78


(61)

Prosedur penjatahan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang disepakati perusahaan terdaftar dan penjamin emisi. Hasil penjatahan dibuat dalam bentuk rekapitulasi instruksi distribusi obligasi hasil IPO yang dibuat pada disket atau sarana elektronik lainnya sesuai dengan format MS Excel yang ditetapkan. Data hasil penjatahan harus terlebih dahulu disampaikan oleh penjamin emisi kepada KSEI utnutk diperiksa kebenaran mengenai pengisisan data pada format yang ditetapkan.79

2. Perjanjian Pendaftaran Obligasi di PT. KSEI

Hasil penjatahan (dalam bentuk hardcopy) yang telah diperiksa KSEI harus diserahkan oleh penjamin emisi kepada KSEI dengan menggunakan surat pengantar sesuai format yang ditetapkan.

Untuk distribusi hasil penjatahan tersebut, perusahaan terdaftar wajib menyampaikan surat pemberian instruksi distribusi obligasi secara elektronik kepada KSEI yang telah diberikan materai Rp. 6000,-. Instruksi dan hardcopy hasil penjatahan harus diserahkan kepada KSEI selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal distribusi obligasi secara elektronik.

Perjanjian-perjanjian dengan KSEI dilakukan secara terpisah (circular). Perjanjian yang telah ditandatangani akan menjadi salah satu dokumen pendukung yang harus disampaikan kepada Bapepam dalam rangka permohonan untuk memperoleh pernyataan pendaftaran atas penerbitan obligasi. Permohonan kepada

79


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Obligasi merupakan salah satu instrumen perdagangan di dalam Pasar Modal. Obligasi dapat diartikan sebagai salah satu instrumen yang bersifat utang yang diperdagangkan di bursa efek dan jangka waktu jatuh tempo nya lebih dari satu tahun. Sebagaimana dengan instrumen lainnya obligasi juga tidak terlepas dari resiko seperti, resiko perusahaan tidak mampu membayar kupon obligasi dan resiko tingkat suku bunga.

2. Di dunia pasar modal sekarang ini transaksi di Bursa Efek sudah menggunakan sistem scripless trading-book entry settlement, suatu model transaksi yang sudah tidak menggunakan warkat Efek secara riil, tetapi sudah menggunakan teknologi telematika dan penyelesaian transaksinya sudah menggunakan sistem pemindahbukuan dana layaknya rekening giro di bank. Dalam hal transaksinya, obligasi sering diperdagangkan di Bursa Efek. Pihak Emiten yang mau masuk ke Bursa harus telah mendapat pernyataan efektif oleh Bapepam. Kemudian Emiten yang mau masuk ke Bursa itu akan melakukan Penawaran Umum Obligasi. Setelah itu baru dapat dilakukan transaksi di Bursa. Sementara itu untuk dapat melakukan investasi obligasi seorang investor diwakilkan oleh Wali Amanat melalui suatu Perjanjian Perwaliamanatan.

3. Inti dari regulasi pasar modal di seluruh dunia adalah perlindungan terhadap investor. Pasar modal tidak dapat tumbuh dan berjalan tanpa adanya investor. Perusahaan membutuhkan investor untuk pendanaan


(2)

perusahaannya, dengan demikian pasar instrumen keuangan menjadi semakin banyak. Manajer investasi tidak dapat mendiversikan portofolionya apabila sangat sedikit instrumen yang ada di pasar. Investor dalam posisi yang selalu tidak menguntungkan, apabila dibandingkan dengan manajemen perusahaan. Perlindungan merupakan kebutuhan dasar investor yang harus dijamin keberadaannya. Ini penting dan muthlak. Bisa dibayangkan, bagaimana mungkin investor bersedia menanamkan dananya jika tidak ada jaminan perlindungan terhadap investasinya. Investor pemegang obligasi yang telah membeli obligasi yang diterbitkan oleh Emiten diberikan perlindungan hukum dalam Perjanjian Perwaliamanatan dalam bentuk:

a. Pembebanan kewajiban dan pemberian hak kepada Wali Amanat untuk kepentingan investor pemegang obligasi;

b. Pemberian kewajiban kepada Emiten yang harus dipenuhi kepada Wali Amanat.

B. Saran

Dari kesimpulan-kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Obligasi tergolong ke dalam hutang jangka panjang, sehingga dalam jangka waktu yang begitu lama, berbagai kemungkinan dapat terjadi terhadap perusahaan penerbit obligasi atau Emiten, misalnya usaha perusahaan mengalami penurunan sehingga mengalami kerugian dan akhirnya perusahaan jatuh pailit atau dilikuidasi, dan hal-hal lain yang tidak pernah


(3)

diduga sebelumnya seperti adanya krisis ekonomi, bencana alam dan sebagainya. Oleh karena itu dalam investasi investor harus berhati-hati, hal ini dikarenakan dalam setiap berinvestasi pasti ada risiko-risiko yang timbul maka dari investor harus dapat menganalisis risiko dan memperkecil kemungkinan risiko yang ada, salah satunya dengan melihat pemeringkat yang diberikan dalam obligasi yang diterbitkan.

2. Perlu disusun pedoman mengenai transaksi obligasi secara elektronik di Pasar Modal, Bapepam selaku regulator dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari berbagai pelaku pasar yang berkepentingan.

3. Dengan memperhatikan perkembangan transaksi obligasi secara elektronik yang semakin berkembang saat ini dan guna memberikan jaminan bagi investor yang diakibatkan karena adanya pergeseran sistem tekhnologi yang dapat menimbulkan permasalahan hukum, sehingga dianggap perlu untuk membuat sebuah peraturan yang khusus mengatur tentang obligasi secara elektronik agar kepentingan investor dapat terlindungi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Anwar, Jusuf., Pasar Modal sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung: Alumni, 2005.

Anoraga, Panji, dkk., Pasar Modal; Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Bapepam, Panduan, Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Bapepam, 2003.

Badrulzaman, Mariam, Darus., Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001.

Fakhruddin, Hendy, M., Tanya Jawab Pasar Modal, Jakarta: Gramedia, 2008. Fakhruddin, Hendy, M dkk., Pasar Modal Indonesia Pendekatan Tanya Jawab,

Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2001.

Fuady, Munir., Pembiayaan Perusahaan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.

Mansur, Dikdik, M, Arief dkk., Cyber Law, (Aspek Hukum Teknologi Informasi), Bandung: PT. Refika Aditama, 2005.

Manurung, Adler, Haymans., Dasar-dasar Investasi Obligasi, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006

Nasaruddin, M. Irsan dkk., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008.

Pramono, Nindyo., Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

Projodikoro, Wirjono., Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi, Jakarta: Pradnya Paramita, 1986.

Situmorang, M, Paulus., Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008.


(5)

Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Obligasi dan SUKUK, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Widiyono, Tri., Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di

Indonesia (simpanan jasa dan kredit), Bogor: Ghalia Indonesia, 2006. Widjaja, Gunawan dan Jono, Penerbitan Obligasi dan Peran serta Tanggung

Jawab waliAmanat dalam Pasar Modal, Jakarta: Kencana, 2006.

Yuliati, Sri, Handaru, dkk, Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta: Andi Offset, 1996.

II. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Undang-undang Dokumen Perusahaan.

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991 tentang Perubahan

atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal.

PT. KSEI, Peraturan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia tentang Jasa Kustodian Sentral, Keputusan Direksi PT. KSEI No. Kep-05/DIR/KSEI/0500 tentang Peraturan Jasa Kustodian Sentral.

PT. KSEI, Peraturan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia tentang Jasa Kustodian Sentral, Keputusan Direksi PT. KSEI No. Kep-015/DIR/KSEI tentang Peraturan Jasa Kustodian Sentral


(6)

II. Internet

Wib.

http://elearning.gunadarma.ac.id/.../BAB%202.%20MEKANISME%20PERDAGAN GAN%20BEI.pdf, diakses pada tanggal 15 Januari 2010.

http:/ tanggal 28 Desember 2009

Tim Studi Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang Perwaliamanatan Di Pasar Modal Indonesia; Departemen Keuangan Republik Indonesia; Badan Pengawas Pasar Modal;Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal, 2005, tanggal 12 Januari 2010.

III. Makalah, Koran, dan lain-lain

Wahyuni Bahar, Aspek Hukum Perjanjian Perwaliamanatan ( Tanggung Jawab wali amanat dan Emiten, serta Perlindungan Hukum Pemegang Obligasi), Lampiran Makalah Dalam Prosiding Transaksi Obligasi Di Pasar Modal.

Herwidayatmo, “Kesiapan Bapepam sebagai Regulator dalam Perdagangan Efek secara Elektronik (E-Commerce)”, Makalah dalam seminar sehari Pasar Modal Kesiapan Pelaku Pasar Modal dengan diimplementasikannya Scripless Trading Menuju Era On Line Trading, Jakarta, 1 November 2000, hal. 5-6