Analisis Rasiao Keuangan Untuk Memprediksi Kemungkinan Terjadinya Default : Studi Kasus Emiten Obligasi Dengan Status Gagal Bayar Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2007

(1)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADINYA DEFAULT

(Studi Kasus Emiten Obligasi Dengan Status Gagal Bayar Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2007)

SKRIPSI

Disusun oleh: Siti Rakhmaniar Sumiati

104081002590

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADINYA DEFAULT

(Studi Kasus Emiten Obligasi Dengan Status Gagal Bayar Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2007)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh :

Siti Rakhmaniar Sumiati NIM: 104081002590

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE., M,Si

NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADINYA DEFAULT

(Studi Kasus Emiten Obligasi Dengan Status Gagal Bayar Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2007)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh :

Siti Rakhmaniar Sumiati NIM: 104081002590

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE., M,Si

NIP. 150 317 955 NIP. 150 368 746

Penguji Ahli

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Hari ini Jum’at Tanggal 08 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan talah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Siti Rakhmaniar Sumiati NIM : 104081002590 dengan judul skripsi ” ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADINYA DEFAULT (Studi Kasus Emiten Obligasi Dengan Status Gagal Bayar Yang Teradaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2007)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Eknomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Maret 2009

Tim Uji Komprehensif

Prof. Dr. Ahmad rodoni, MM Indoyama nasarudin SE., MAB

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SITI RAKHMANIAR SUMIATI

Jl. Siliwangi warung-bandrek Rt. 02 Rw. 13 No.38 Bogor 16131 Phone : (0251) 8370716

Mobile Phone : 085718120422

Email : rahma_niyar@yahoo.co.id

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Siti Rakhmaniar Sumiati Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 19 April 1986

Alamat : Jl. Siliwangi Warung Bandrek Rt. 02 Rw. 13 No. 38 Bogor Selatan 16131

Phone : (0251) 8370716

Mobile Phone : 085718120422 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

PENDIDIKAN

1. Tahun 1992 – 1998 : MI PUI Bogor 2. Tahun 1998 – 2001 : MTs PUI Bogor 3. Tahun 2001 – 2004 : MAN 2 Bogor

4. Tahun 2004 – sekarang : Universitas Islan Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta


(6)

ABSTRACT

This aim of this research is giving empirical fact about the factors that influence default condition at emiten. Financial ratio ( Income Statement, balance sheet, and cash flow) are used to predict default condition. Based on annual financial statement and bond rating, up found 13 sample of default company and 13 sample of non default company. Observation period 2001-2007 and prediction period 3 years before default and non default.

In this research the statistict method used to predict the default condition is binary logistic regression. Independent Sample T-Test and Mann Whitney Test used to analyze, is there the significant difference between financial ratio default and non default.

The result of this research show that the financial ration can predict default condition of company with 88.5% accuracy of classification and Current Asset/Current Liabilities, Cash/Current Liabilities, Cash/Total Asset, Current Liabilities/Totol Equity, Long Term Debt/Total Equity, Total Liabilities/Total Equity, Total Liabilities/Total Asset, Sales/Total Asset, Quick Asset/Total Asset, Cash Flow/Total Asset, Cash Flow/Total Liabilities are significant variables to predict default condition. This reasech also show thaht there is the different significant on financial ration Sales/Total Asset, Current Asset/Sales, Current Asset/Total Asset, Current Liabilities/Totol Equity, Quick Asset/Sales, Cash Flow/Total Asset, Cash Flow/Total Liabilities between default and non default condition.

Key Word : Default, Financial Ratio, Logistic Regression, Independent Sample T-Test and Mann Whitney


(7)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi default pada perusahaan penerbit obligasi. Rasio keuangan yang berasal dari laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas, digunakan untuk memprediksi kondisi default. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan dan rating obligasi, sehingga ditemukan 13 sampel perusahaan penerbit obligasi yang mengalami default dan 13 sampel perusahaan penerbit obligasi yang tidak mengalami default (non default) dengan periode pengamatan 2001-2007 dan periode prediksi 3 tahun sebelum terjadinya default maupun non default.

Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan untuk memprediksi kondisi default adalah regresi logistik binary. Independent sample T-test dan mann-whitney test digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan perusahaan yang mengalami default dan non default.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa rasio keuangan dapat memprediksi kondisi default perusahaan penerbit obligasi dengan ketepatan klasifikasi keseluruhan sebesar 88.5% dan variabel Current Asset/Current Liabilities, Cash/Current Liabilities, Cash/Total Asset, Current Liabilities/Totol Equity, Long Term Debt/Total Equity, Total Liabilities/Total Equity, Total Liabilities/Total Asset, Sales/Total Asset, Quick Asset/Total Asset, Cash Flow/Total Asset, Cash Flow/Total Liabilities merupakan variabel yang signifikan untuk memprediksi kondisi default. Penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan Sales/Total Asset, Current Asset/Sales, Current Asset/Total Asset, Current Liabilities/Totol Equity, Quick Asset/Sales, Cash Flow/Total Asset, Cash Flow/Total Liabilities antara perusahaan dengan kondisi default dan non default secara statistik.

Kata kunci : Default, Rasio Keuangan, Regresi Logistik, Independent Sample T-Test, Mann-Whitney Test.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji hanya milik Allah, maha suci Allah, tiada daya dan upaya kecuali atas kuasa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatanku dan keburukan amalku. Hanya karena kuasa-Nya dan Anugerah dari-Nyalah penulis mampu meneyesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan-Nya, Nabi pemberi syafa’at, Nabi di akhir zaman, Muhammad SAW.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan gelar sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Keuangan dan Pasar Modal Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan kali ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Seluruh keluarga, terutama orang tua yang telah membesarkan, serta memberikan pendidikan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil hingga penulis mampu meraih gelar sarjana. buat saudara-saudara ku yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Buat abang izal, buat defri Makasih banyak y....

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berusaha mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial hingga saat ini.

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Titi Dewi Warninda SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

5. Rahman Muslim SE, atas kontribusinya dalam penyusunan skripsi ini, dan selalu memberikan semangat untuk secepatnya menyelesaikan skripsi. 6. Ferawati SE, atas semua buku-bukunya yang bermanfaat banget dalam

menyusun skripsi ini.

7. Rahmat Savandy SE, yang udah bantuin ngebenerin nginput data. Thank’s banget y....

8. Sahabat-sahabat ku tercinta Nanin, Reni SE, Itha SE, temen seperjuangan selama 4 tahun, yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis, makasih y sering dengerin curhatan gw,,,

9. Untuk seseorang yang ”terindah” yang hadirnya selalu memberikan inspirasi, melihatnya merupakan keindahan, memilikinya merupakan anugerah, bersamanya adalah kebahagiaan, kau caiptaan-Nya yang terindah yang menghanyutkan hatiku, senyum manismu yang selalu menghiasi hariku, yang selalu menyemangatiku saat ku jenuh menjalani semuanya. Kau yang ingin ku miliki tapi tak bisa ku miliki Makasih y... 10. Semua pihak yang telah dianugerahkan Allah kepada penulis, yang selalu mendo’akan dan selalu memberikan semangat di saat penulis merasa jenuh dalam mengerjakan skripsi, buat a’ Ari yang senanatiasa memberikan support dan semangat selama mengerjakan skripsi, buat Iwan, BojEs, makasih buat komputernya, dan Sahabat – Sahabat terbaik Menejemen E dan Keuangan B angkatan ’04

Akhir kata penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca umumnya.

Jakarta, Maret 2009


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...11

2.1. Pendahuluan ...11

2.2. Obligasi ...12

2.2.1. Pengertian Obligasi ...12

2.2.2. Jenis-Jenis Obligasi ...15

2.2.3. Resiko Obligasi ...17

2.2.4. Tipe Penerbitan Obligasi ...19

2.2.5. Nilai Obligasi ...20

2.2.6. Rating Obligasi ...21

2.2.7. Obligasi Default...23

2.2.7.1. Pengertian...23

2.2.7.2. Sebab-Sebab Terjadinya Default...23

2.3 Financial Distress...24

2.3.1 Pengertian Financial Distress...24

2.3.2 Penyebab Business Failure...25


(11)

2.4. Kepailitan ...25

2.5. Laporan Keuangan...29

2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan ...29

2.5.2. Tujuan Laporan Keuangan ...30

2.5.3. Bentuk Laporan Keuangan ...30

2.5.3.1. Neraca ...31

2.5.3.2. Laporan L/R ...32

2.5.3.3. Laporan Arus Kas...32

2.6. Rasio Keuangan ...33

2.6.1. Rasio Profitabilitas ...34

2.6.2. Rasio Likuiditas ...34

2.6.3. Rasio Leverage...36

2.7. Penelitian Sebelumnya...37

2.8. Hipotesis...40

2.9. Kerangka Pemikiran ...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...43

3.1 Ruang Lingkup Penelitian...43

3.2 Metode Penentuan Sampel ...43

3.3 Metode Pengumpulan Data ...45

3.4 Metode Analisis ...46

3.5.1. Uji Normalitas Data (1 Sample K- S) ...46

3.5.2. Uji Independent Sample T-test...47

3.5.3. Uji Mann Whitney...49

3.5.4 Analisis Regresi Logistik Binary...50

3.5 Deskripsi Operasional Variabel...56

3.6.1. Variabel Independen...56


(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...61

4.1. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...61

4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ...61

4.1.2. Lembaga Penunjang Pasar Modal...62

4.2. Obligasi ...64

4.2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Penerbit Obligasi ...65

4.3. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif ...75

4.4. Uji Normalitas Data ...82

4.5. Uji Independent Sample T-test...86

4.6. Uji Man Witney...89

4.7. Analisis Regresi Logistik Binary...92

4.8. Interpretasi...93

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...109

5.1. Kesimpulan...109

5.2. Implikasi...110

5.3. Keterbatasan Penelitian dan Saran...111

Daftar Pustaka ...113


(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1. Perkembangan Emiten Obligasi dan obligasi Outstanding ...2

1.2. Daftar Emiten Obligasi Korporasi Yang Default...4

2.1. Kategori Dan Definisi Peringkat (Perusahaan Penerbit Obligasi) ...22

3.1. Emiten Yang Mengalami Default...44

3.2. Emiten Yang Tidak Mengalami Default...45

4.1. Descriptive Statistics Default...76

4.2 Descriptive Statistics Non Default...77

4.3 Perbandingan Deskriptif Statistik ...78

4.4. Hasil Uji Normalitas (One Sample Kolmogorov-Smirnov) ...83

4.5. Hasil Statistik Deskriptif STA Dan QATA ...87

4.6. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test...87

4.7. Hasil Uji Beda Mann Whitney U...89

4.8. Tabel Identifikasi Data Pada Regresi Logistik ...93

4.9. Tabel Data Yang Diproses Pada Regresi Logistik...93

4.10. Ketepatan Model Dalam Memprediksi (Blok Number = 0)...94

4.11 Ketepatan Model Dalam Memprediksi (Blok Number =1)...94

4.12. Hasil Uji Chi Square Hosmer & Lemeshow...95

4.13. Koefisien Cox & Snell R Square dan Negelkarke R Square...96

4.14. Ketepata Prediksi Klasifikasi...97


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(15)

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Kondisi perekonomian Indonesia selama hampir sepuluh tahun terakhir ini selalu mengalami gejolak ekonomi yang membawa pada tumbuhnya masalah-masalah yang harus selalu diantisipasi, dimulai dengan munculnya masalah-masalah krisis ekonomi tahun 1997 hingga kenaikan harga minyak dunia yang mengakibatkan kenaikan harga BBM dan Inflasi hingga mencapai 17,11% (Kompas: 2007).

Seiring dengan adanya anomali dalam kondisi perekonomian tentu saja hal tersebut berdampak pada kegiatan sektor industri, sebagai contoh yaitu dampak dari inflasi yang mengakibatkan meningkatnya harga bahan baku serta overhead sebagai bagian dari biaya operasional perusahaan yang selanjutnya dapat berdampak buruk bagi kelangsungan usaha perusahaan agar dapat terus survive di pasar. Untuk itu dalam menjalankan usahanya sebuah perusahaan tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit. Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi melalui berbagai sumber yaitu yang berasal dari modal sendiri, modal patungan, menerbitkan saham, atau dengan melakukan pinjaman pada lembaga keuangan serta dapat pula dengan menerbitkan surat utang (Obligasi)

Perkembangan pasar obligasi di Indonesia hingga kini terus mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin pada meningkatnya volume transaksi Obligasi Korporasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari majalah Investor terdapat perkembangan emisi obligasi dari tahun ke tahun sehingga meningkatkan


(16)

jumlah obligasi yang outstanding di Bursa Efek Surabaya (BES) yang kini diganti menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tabel 1.1

Perkembangan emisi obligasi dan obligasi “outstanding” di Bursa Efek Surabaya (BES) Desember 1999-2005

Emisi obligasi baru Obligasi outstanding

Periode Jumlah emiten Jumlah obligasi Nilai emisi (Rp milyar) Jumlah emiten Jumlah obligasi Nilai emisi (Rp milyar)

Des 1999 6 14 2.084 38 77 14.180

Des 2000 23 35 7.227 54 103 18.885

Des 2001 6 15 2.494 54 98 18.831

Des 2002 11 24 6.000 55 111 21.521

Des 2003 57 80 25.512 92 180 45.390

Des 2004 35 81 19.919 107 243 58.791

Des 2005 20 53 9.050 107 272 60.342

Sumber : BES

Di lain pihak, sinyal stabilnya suku bunga dan prospek menurunnnya belum dapat meyakinkan emiten untuk melakukan emisi obligasi. Beberapa emiten yang mulai merencanakan emisi obligasi hanya Perbankan, relatif tingginya yield spread cenderung dimanfaatkan untuk memperoleh dana dari pasar modal Internasional melalui penerbitan obligasi subordinasi. Emiten yang juga terdorong untuk menerbitkan obligasi adalah perusahaan pembiayaan umum, hal ini mereka lakukan dalam rangka memperoleh dana untuk melunasi utang yang jatuh tempo.

Kecenderungan meningkatnya minat investor pada obligasi korporasi didorong oleh adanya regulasi ketat untuk melindungi investor. Pengaturan tersebut terkait dengan persyaratan minimum peringkat BBB bagi obligasi korporasi yang dapat dicatatkan dan diperdagangkan di bursa. Dengan adanya persyaratan tersebut, perusahaan yang dapat melakukan emisi obligasi korporasi


(17)

menjadi semakin selektif sehingga memperkecil kemungkinan resiko gagal bayar ( Default).

Dari sisi perusahaan, kebijakan untuk menerbitkan obligasi merupakan hal yang tidak mudah, karena harus melalui persetujuan shareholder khususnya pemegang saham, karena bagian yang akan diterima secara otomatis akan dikurangi dengan kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu kinerja perusahaan tergantung pula pada kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajibannya yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan resiko gagal bayar (default) sehingga memungkinkan terjadinya financial distress berupa kepilitan.

Bagi bond holder atau pemegang obligasi tiada ketakutan yang lebih besar selain default. Artinya, pemegang obligasi tak mampu membayar bunga dan pokok obligasi saat jatuh tempo. Lebih menakutkan lagi, kondisi default alias gagal bayar sulit disembuhkan, karena emiten tak hanya mengalami cash flow mismatch, tapi kinerjanya terus menerus menuju kebangkrutan.(Investor:2001).

Dibawah ini terdapat daftar emiten obligasi korporasi yang dinyatakan default selama kurun waktu 2001-2007.


(18)

Tabel 1.2

Daftar emiten obligasi korporasi yang default 2001-2007

Nama Emiten Rating Tanggal

listing Tanggal jatuh tempo Nilai obligasi (Rp Juta) PT. Barito Pasific Timber Tbk idD 25-06 97 10-07-02 400.000 PT. BBL Danatama Finance Tbk idD 20-12-96 13-12-01 100.000 PT. Bakrie finance Corporation Tbk idD 27-06-97 23-07-02 200.000 PT. Ciputra Development idD 06-27-96 07-18-01 160.000

PT. Ciputra Surya idD 09-06-97 25-06-03 300.000

PT. Global Financindo d/h Bakrie

Finance. Tbk idD 04-08-97 23-07-02 200.000

PT. Mulya Keramik Indah Raya

Tbk idD 21-12-00 31-10-07 126.610

PT. Muliaglass Tbk idD 21-12-00 31-10-97 126.640

PT. Muliasentra Gunaswakarya Tbk idD 21-04-97 11-04-02 242.913 PT. Sinarmas Multi Finance Tbk idD 21-04-97 27-09-02 500.000 PT. Jakarta Int’l Hotel & Dev. Tbk idD 30-06-97 16-07-02 600.000 PT. Panasia Filament Inti Tbk idD 20-08-97 06-11-02 100.000 PT. Suryamas Duta Makmur idD 21-05-97 06-06-02 300.000 PT. Eka Gunatama Mandiri idD 07-08-97 20-09-07 171.864 PT. Indah Kiat Pulp&Paper Tbk idD 27-09-99 04-10-06 1.000.000 PT. Pindo Deli Pulp&Paper Mills idD 23-01-97 01-10-14 200.000 PT. Lontar Papyrus Pulp&Paper.

Tbk idD 31-03-00 26-04-05 1.000.000

PT. Tjiwi Kimia idD 24-10-96 08-11-01 200.000

PT. Great River Int’l. Tbk idD 14-10-03 13-10-08 300.000 PT. Bank Global Int’l idD 11-06-03 06-06-13 300.000 PT. Bahtera Admina Sejahtera idD 12-06-00 05-06-05 100.000

PT. Inti fasindo idD 09-01-03 06-01-08 5.000

Sumber : BEI, Bapepam, Pefindo, data diolah

Kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman dapat dikategorikan bahwa perusahaan mengalami corporate failure (kegagalan perusahaan) (Hadad dkk, 2003:2-3). Salah satu penelitian yang sering dijadikan acuan utama dalam penelitian tentang corporate failure adalah penelitian yang dilakukan oleh Beaver (1966) dalam ferawati (2008 : 6). Beliau menggunakan 29 rasio keuangan pada 5 tahun selama teerjadinya kebangkrutan. Dalam studinya, Beaver membuat 6 kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analysis yaitu menghubungkan


(19)

tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai prediktor. Rasio keuangan tersebut terdiri dari cash flow ratio, net income ratio, debt to total asset ratio, liquid asset to current debt ratio, turn over ratio, liquid asset total asset ratio. Dari 6 kelompok rasio tersebut, Beaver menemukan bahwa rasio dari aliran kas terhadap kewajiban total merupakan prediktor yang paling baik untuk menentukan tingkat kebangkrutan perusahaan. Dengan studi ini, Beaver menemukan bahwa rasio keuangan terbukti sangat berguna untuk prediksi kebangkrutan dan dapat digunakan untuk membedakansecara akurat perusahaan yang akan bangkrut dan yang baik. Sayangnya, penelitian Beaver ini gagal dirumuskan dalam sebuah formula yang sederhana dan mudah diterapkan.

Kemudian Altman (1968) melakukan penelitian pada topik yang sama seperti pada topik penelitian yang dilakukan oleh Beaver tetapi Altman menggunakan teknik multivariate discriminant analysis dan menemukan ada 5 rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Terutama likuiditas dan leverage memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Model Altman dikenal dengan Z-Score model. Formulany sebagai berikut :

Z-Score = 1,2 Working Capital/Total Asset + 1,4 Retained Earning/Total Asset + 3,3 EBIT/Total Asset + 0,6 Market Value Equity/Book Value of Debt + 1,0 Sales/ Total Asset. Dalam model tersebut skor 2,99 merupakan ambang batas untuk perusahaan sehat,perusahaan yang mempunyai skor 1,81 akan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang potensi bangkrut. Almilia dan kristijadi (2003:4),


(20)

Altman melakukan penelitian kembali di berbagai Negara, penelitian ini memasukan dimensi interenasional sehingga Z-Score diubah menjadi foemula = 0,717 WC/TA+0,847RE/TA+3,107EBIT/TA+0,420MVE/BVD+0,998S/TA.

Peneliti dari Bank Indonesia (BI) yang melakukan penelitian terhadap 32 perusahaan yang terdiri dari 2 kelompok yaitu pailit dan non pailit serta melakukan uji coba terhadap 2 teknik dalam memprediksi kepailitan dimana variable independent yang digunakan adalah rasio keuangan, yang menemukan bahwa rasio likuiditas merupakan discriminator terbaik dalam membedakan perusahaan yang pailit dan perusahaan yang tidak pailit. Selanjutnya, penelitian mereka juga menunjukan bahwa logistic regression merupakan pendekatan yang relative lebih baik jika dibandingkan dengan discriminant analysis. Hal ini dicerminkan oleh nilai correct estimates logistic regression yang rata-rata lebih tinggi dari nilai correct estimates discriminant analysis yaitu masing-masing sebesar 86,72% dan 78,1% untuk satu tahun sebelum perusahaan pailit.

Dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau dalam hal ini untuk memprediksi kemungkinan terjadinya default / gagal bayar. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas karena rasio keuangan tersebut merupakan discriminator terbaik dalam membedakan perusahaan yang pailit dan perusahaan yang tidak pailit.

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio ini


(21)

membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan modal tertentu. Profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil. Pelaksanaan hasil operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat resiko. Semakin besar resiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula. Sedangkan rasio leverage digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan di biayai oleh hutang dalam mengoperasikan perusahaannya.

Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Muliaman D. Hadad dkk, tahun 2003, yang meneliti mengenai masalah kepailitan perusahaan di Indonesia, dengan menggunakan metode regresi logistik dan Diskriminan untuk mengetahui perbandingan antara kedua metode tersebut, maka dalam konteks yang sama tetapi dalam tema yang berbeda, penelitian ini mencoba untuk menganalisa kepailitan perusahaan dilihat dari sisi penerbitan obligasi yang mengalami masalah gagal bayar (default) dengan menggunakan metode regresi logistik.

Selain itu penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lya Sapitri Indi, tahun 2005 dalam tesisnya yang berjudul Analisis pengaruh factor- factor keuangan terutama rasio keuangan untuk memprediksi probabilita terjadinya default. Penelitian tersebut menggunakan 26 rasio keuangan dan dari 26 rasio tersebut terdapat 16 rasio yang signifikan dengan menggunakan Software


(22)

Eviews. Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian sebelumnya dengan menambahkan uji beda untuk mengetahui perbedaan antara rasio keuangan yang Default dan Non Default, dengan Software yang berbeda yaitu SPSS.

Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang diatas dan hasil penelitian sebelumnya, penulis sangat tertarik untuk mengkaji kembali mengenai masalah corporate failure tetapi dalam tema yang berbeda, dalam hal ini penulis mencoba menerapkannya pada penelitian mengenai obligasi yang gagal bayar (Default). Karena itu tema yang diambil pada skripsi ini adalah :

“Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Terjadinya Default ( Studi kasus Emiten Obligasi dengan status gagal bayar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001 – 2007 )”

Agar penelitian tidak keluar dari tema yang telah ditentukan dan peneliti bisa lebih fokus, sehingga penelitian ini perlu dibatasi agar tidak terlalu luas pembahasannya, maka penulis membatasinya hanya pada hal-hal berikut :

1. Rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan tahunan perusahaan yang laporan keuangannya dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah rasio keuangan yang berhubungan dengan Profitabilitas, likuiditas dan rasio leverage.

2. Emiten obligasi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu obligasi non finansial yang mengalami masalah gagal bayar (default), baik bunga maupun kupon obligasi.

3. Rating Obligasi yang digunakan sebagai pedoman penentu apakah obligasi mengalami default atau tidak adalah rating obligasi tahun 2001– 2007.


(23)

4. Data yang akan di olah adalah laporan keuangan 3 tahun kebelakang, baik yang default maupun non default.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan diteliti pada skripsi ini adalah perlunya pengidentifikasian faktor-faktor yang menyebabkan corporate failure, yaitu :

1. Apakah rasio likuiditas, profitabilitas, dan leverage secara signifikan mampu membedakan perilaku perusahaan yang masuk kelompok default dan non default.

2. Mengidentifikasi dan menjelaskan apakah rasio keuangan secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya default.

I.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan penelitian :

Untuk menjawab masalah tersebut diatas, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut sebagai tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Menganalisis rasio keuangan terutama rasio likuiditas, profitabilitas, dan Leverage untuk membedakan perilaku perusahaan yang masuk kelompok default dan non default.

2. Mengidentifikasi rasio keuangan yang secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadi default.


(24)

B. Manfaat Penelitian :

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut ini :

1. Pemegang Obligasi (Bondholder)

Melalui penelitian ini, investor dapat menganalisa perusahaan yang menerbitkan obligasi. Apakah perusahaan yang menerima dana mereka merupakan perusahaan yang sehat dan dapat memberikan return yang optimal yang dapat diketahui melalui rating obligasi yang berhubungan dengan likuiditas dan kecukupan modal.

2. Investor

Bagi kalangan investor, khususnya pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen. Penelitian ini berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan menilai kinerja keuangan serta dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya kepailitan perusahaan, karena pemegang saham merupakan pihak yang sangat dirugikan bila terjadi kepailitan yang disebabkan oleh tidak meratanya distribusi kashasil likuidasi.

3. Akademisi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi perbendaharaan khazanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang menejemen keuangan dan sebagai perbandingan untuk penelitian sejenis selanjutnya.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan

Sumber pendanaan kegiatan bisnis perusahaan dapat diperoleh melalui kewajiban (hutang), modal (ekuitas), maupun keduanya. Hutang merupakan kewajiban financial dalam bentuk uang, jasa, maupun aset lain. Hutang juga merupakan klaim dari pihak lain atas asset dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Financing liabilities merupakan semua bentuk pembiayaan kredit seperti: wesel jangka panjang, obligasi, pinjamana jangka pendek, dan sewa guna usaha (leasing). Operating liabilities merupakan kewajiban yang timbul dari kegiatan operasi seperti hutang usaha, kredit tangguhan. Operating liabilities merupakan bentuk dari pendanaan implisit. Hutang umumnya dilaporkan dalam current (hutang lancar) atau non current (hutang jangka panjang) biasanya berdasarkan jangka waktu pinjaman, apakah jatuh tempo dalam waktu 1 tahun atau lebih. Hutang lancar adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun, sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu lebih dari 1 tahun seperti pinjaman jangka panjang, obligasi, dan wesel. Bentuknya beragam dan dalam penetapan serta perhitungannya membutuhkan pengungkapan dari semua pembatasan dan convenants. Pengungkapan tersebut mencakup tingkat suku bunga, tanggal jatuh tempo, conversion, privilages, call features, subordination provision (peraturan perundang-undangan), adanya jaminan, dana pelunasan obligasi (dana cadangan premi) sinking fund, dan mengumumkan persyaratan kredit. Perusahaan juga


(26)

harus mengumumkan apabila terjadi default termasuk dalam hal pembayaran suku bunga dan pokok pinjaman. (Bernstein, dkk :2000) dalam (Lya Sapitri Indi, 2005:12)

2.2. OBLIGASI

2.2.1. Pengertian Obligasi

Obligasi adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan hutang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap diatas 10 tahun. Misalnya saja pada obligasi pemerintah Amerika yang disebut "U.S. Treasury securities" diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun atau lebih. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang dibawah 1 tahun disebut "Surat Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang dibawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

Obligasi secara ringkasnya adalah merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti "Penerbit" obligasi adalah merupakan si peminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah merupakan pemberi pinjaman atau


(27)

kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.

Pada beberapa negara, istilah "obligasi" dan "surat utang" dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh tempo nya. Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah besar yang ditawarkan secara luas kepada publik dan istilah "surat utang" digunakan bagi penerbitan surat utang dalam skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada sejumlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah ini. Ada juga dikenal istilah "surat perbendaharaan" yang digunakan bagi sekuriti berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun atau kurang . Obligasi memiliki resiko yang tertinggi dibandingkan dengan "surat utang" yang memiliki resiko menengah dan "surat perbendaharaan" yang memiliki resiko terendah yang mana dilihat dari sisi "durasi" surat utang dimana makin pendek durasinya memiliki resiko makin rendah.

Obligasi dan saham keduanya adalah merupakan instrumen keuangan yang disebut sekuriti namun bedanya adalah bahwa pemilik saham adalah merupakan bagian dari pemilik perusahaan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi adalah semata merupakan pemberi pinjaman atau kreditur kepada penerbit obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangka waktu yang ditetapkan dimana setelah jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki selamanya (www.wikipedi.co.id).


(28)

Secara umum obligasi merupakan surat hutang jangka panjang yang diterbitkan perusahaan sebagai bagian dari struktur modal untuk mendanai kebutuhan keuangannya. Untuk melengkapi pengertian tersebut ada beberapa sumber yang dapat dijadikan referensi dalam mendefinisikan obligasi, antara lain sebagai berikut :

• BAPEKKI DEPKEU :

Obligasi (bond): surat hutang yang menjanjikan kepada pemiliknya sejumlah uang pada suatu tanggal jatuh tempo tertentu dan biasanya pembayaran bunganya dilakukan secara reguler.

Obligasi juga merupakan surat hutang dimana perusahaan berjanji untuk membayar bunga pinjaman serta uang yang dipinjamkan pada jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam kontrak yang biasa disebut sebagai bond indenture yaitu kontrak hukum antara perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan pemegang obligasi (bondholder)

Fitur yang terdapat dalam Bond Indenture, yaitu :

1. Nilai Par yang juga bisa disebut face value, yaitu spesifikasi jumlah uang yang harus dibayar pada akhir masa obligasi (jatuh tempo).

2. Janji untuk membayar kupon secara periode dalam masa obligasi.

3. Janji untuk membayar principal dari obligasi yang diterbitkan, principal merupakan jumlah total uang yang dipinjam.

4. maturity (waktu jatuh tempo)

5. call provision yaitu hak bagi perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk membayar semua obligasi sebelum tanggal jatuh tempo. Hal tersebut


(29)

dilakukan karena perusahaan tidak lagi membutuhkan dana pinjaman sehingga perusahaan langsung mengembalikannya kepada pemegang obligasi.

2.2.2. Jenis-Jenis Obligasi

Jenis-jenis obligasi menurut Dahlan Siamat (2001:271) adalah : 1. Obligasi Bunga Tetap (Fixed Rate Bond).

Obligasi ini disebut juga straight rate bond yaitu obligsi yang memberikan bunga berdasarkan bunga tetap sampai jatuh tempo pelunasannya. Pembayaran bunga obligasi tersebut biasanya dilakukan setiap 6 bulan sekali berdasarkan perjanjian penerbit. Jangka waktu temponya bervariasi antara 3-25 tahun tetapi umumnya 5-15 tahun.

2. Obligasi Bunga Mengambang (Floating Rate Bond).

Yaitu obligasi yang pembayaran bunganya tidak tetap dan disesuaikan dengan tingkat bunga pasar secara berkala. Tingkat bunga ditentukan berdasarakan pada tingkat bunga rata-rata deposito berjangka. Bagi obligasi dalam denominasi dollar atau mata uang lainnya, penentuan bunganya berdasarkan pada LIBOR atau SIBOR ditambah beberapa point diatas LIBOR (London InterBank Offered Rate) atau SIBOR (Singapore InterBank Offered Rate) setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap 6 bulan sekali.


(30)

3. Obligasi Tanpa Bunga (Zero Coupon Bond).

Yaitu obligasi yang tidak memberikan bunga secara berkala kepada pemilik. Obligasi biasanya dijual dengan harga yang lebih rendah daripada nilai nominal obligasi (discounted basis). Kemudian pada saat jatuh tempo, obligasi tersebut ditebus sesuai dengan nilai nominalnya.

4. Perpetual Bond

Yaitu obligasi yang tidak memiliki jatuh tempo, pembayaran bunga dilakukan secara periodik selama perusahaan (issuer) tetap beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan tidak berkewajiban melunasi obligasi tersebut kecuali perusahaan dilikuidasi.

5. Obligasi Konversi (Convertible Bond)

Yaitu obligasi yang disertai hak untuk ditukarkan dengan saham perusahaan penerbit (umumnya saham biasa) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan syarat-syarat pinjaman.

6. Bond With Warrant

Yaitu obligasi yang diterbitkan disertai dengan warrannt atau waran yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli sejumlah tertentu saham penerbit obligasi dengan harga yang telah ditentukan.

7. Eurobond dan Foreign Bond

Yaitu obligasi yang diterbitkan dalam mata uang suatu negara dan diperjualbelikan diluar negara sipeminjam atau penerbit. Tingkat bunga yang diberikan biasanya dengan tingkat bunga tetap (fixed rate bond).


(31)

2.2.3. Resiko obligasi

Pemegang dari suatu surat utang adalah bergantung pada resiko suku bunga (interest rate risk) dan resiko suku bunga. Resiko suku bunga adalah suatu resiko dari perubahan nilai pasar suatu obligasi sehubungan dengan terjadinya perubahan struktur atau tingkat suku bunga ataupun penyebaran kredit. Resiko kredit pada obligasi ini adalah merupakan kemungkinan terjadinya kerugian pada saat terjadinya peristiwa sehubungan dengan kredit tersebut misalnya penerbit obligasi mengalami gagal bayar pada saat jatuh tempo pembayaran, pailit, ataupun terjadinya restrukturisasi obligasi (www.wikipedi.co.id).

Sebagaimana instrumen investasi lain pada umumnya, obligasi jua memiliki beberapa resiko yang dapat mempengaruhi nilai dari obligasi yang bersangkutan, jenis resiko tersebut mencakup :

1. Resiko tingkat suku bunga

Yaitu resiko yang timbul akibat berfluktuasinya tingtkat suku bunga dari pasar. Fluktuasi tersebut menyebabkan berubahnya respon investor terhadap ekspektasi inflasi dimasa yang akan datang. Kenaikan dalam interest rate mengakibatkan pembayaran kupon obligasi yang bersifat fixed menjadi kurang menarik karena harga obligasi menjadi lebih murah dan pemegang obligasi mendapat capital loss akibat perubahan tingkat suku bunga tersebut. Semakin panjang jangka waktu jatuh tempo obligasi semakin besar capital loss yang diderita pemegang obligasi. Oleh karena itu, investor akan meminta timbal hasil premium yang lebih besar sehingga IRR yang diharapkan dalam jangka panjang pun akan lebih besar


(32)

dibandingkan obligasi jangka pendek (Lee, Cheng dkk dalam Lya Sapitri Indi, 2003:16).

2. Resiko Inflasi

Yaitu jika tingkat inflasi lebih rendah dari ekspektasi maka arus kas dimasa yang akan datang memiliki purchasing power yang lebih tinggi dan membuat pemegang obligasi mendapatkan capital gain, namun sebaliknya, jika ternyata tingkat inflasi lebih tinggi dari yang diharapkan mak arus kas dimasa yang akan datang memiliki purchasing power yang lebih rendah dan menyebabkan capital loss (Sulistyastuti, 2006:68)

3. Resiko Mata Uang (nilai tukar )

Yaitu resiko akibat perbedaan nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Hal ini terjadi pada sekuritas asing dimana pembayarannya pun dilakukan dengan mengggunakan mata uang asing dimana keuntungan dan kerugian ditentukan oleh apresiasi atau depresiasi dari mata uang. Contoh: jika seorang investor membeli obligasi berdominasi dollar, maka jika rupiah terdepresiasi, jumlah rupiah yang akan diterima menjadi lebih besar dan menguntungkan sang investor, begitupun sebaliknya (Sulistyastuti, 2006:68).

4. Marketability Risk

Yaitu resiko karena adanya kemungkinan perubahan yang signifikan dalam likuiditas obligasi. Sehingga dapat mempengaruhi nilainya. Perdagangan obligasi tidak seperti perdagangan saham biasa yang lebih likuid. Volume perdagangan obligasi korporasi lebih rendah saham biasa,


(33)

selain itu obligasi juga memiliki trading cost yang lebih besar. Hal itu mengurangi timbal hasil dari obligasi. Jika likuiditas obligasi berubah secara signifikan, maka required return obligasi akan berubah pula untuk merefleksikan perubahan dalam trading cost (Budi Frensidy, 2007:1) 5. Risiko Default

Yaitu resiko akibat penerbit tidak bisa memenuhi kewajiban membayar bunga maupun pokok pinjaman. Resiko default sangat berkaitan dengan resiko bisnis yaitu ketidakpastian pendapatan perusahaan (Sulistyastuti, 2006:68).

6. Risiko Likuiditas.

Kemudahan obligasi diperdagangkan dipasar sekunder. Mudah tidaknya obligasi diperdagangkan dipasar sekunder berkaitan dengan peringkat. Obligasi idAA++ tentu lebih likuid dibanding obligasi dengan peringkat idBBB+ (Sulistyastuti, 2006:68).

2.2.4. Tipe Penerbitan Obligasi

Proses yang umum dikenal dalam penerbitan suatu obligasi adalah melalui penjamin emisi atau juga dikenal dengan istilah "underwriting". Dalam penjaminan emisi, satu atau lebih perusahaan sekuritas akan membentuk suatu sindikasi guna membeli seluruh obligasi yang diterbitkan oleh penerbit dan menjualnya kembali kepada para investor. Pada penjualan obligasi pemerintah biasanya melalui proses lelang. (www.wikipedi.co.id)

Berbeda dengan saham biasa, perusahaan dapat mengeluarkan tipe penerbitan obligasi yang berbeda pada waktu yang bersamaan, secured (senior)


(34)

bond merupakan obligasi yang dijamin oleh klaim hukum berupa properti tertentu milik issuer jika mengalami default. Unsecured bond (debentures) yaitu obligasi yang hanya dijamin dengan janji issuer untuk membayar bunga dan pokok pada waktunya. Subordinat (junior) debentures yaitu obligasi yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset yang di subordinasikan dengan obligasi lain. Perubahan pendapatan merupakan junior tipe karena suku bunga hanya dibayar jika obligasi tersebut menghasilkan.

Tipe penerbitan obligasi tersebut hanya merupakan efek tambahan atas yield karena yang menentukan kualitas obligasi adalah kredibilitas issuer. Sebuah penelitian mengenai corporate bond price behavior menunjukan bahwa walaupun issuer sanggup membayar jaminan, hal tersebut tidak menjadi penting jika penerbitan obligasi mencapai kegagalan, karakteristik jaminan dan keamanan obligasi dapat mempengaruhi perbedaan timbal hasil (yield) yang diberikan hanya jika faktor tersebut mempengaruhi peringkat kualitas obligasi.

2.2.5. Nilai Obligasi

Nilai obligasi adalah present value dari pembayaran kupon dan pokok obligasi pada waktu yang dijanjikan. Present value ditentukan oleh required return obligasi. Ketika obligasi diterbitkan, nilai obligasi akan merefleksikan kondisi pasar terhadap kontrak tersebut. Nilai obligasi dapat berubah dikarenakan jadwal pembayaran yang fixed namun required return selalu merefleksikan kondisi pasar sehingga interest rate (required return) dapat berubah dan harganya (present value of future payment) pun ikut berubah.


(35)

2.2.6. Rating Obligasi

Ada beberapa indikator atau sumber informasi tentang kemungkinan adanya kesulitan keuangan, yaitu analisis arus kas, analisis strategi perusahaan, analisis laporan keuangan dari suatu perusahaan dan perbandingan dengan perusahaan lain, variabel-variabel eksternal seperti return sekuritas, right issue, dan peringkat hutang atau bond rating (foster, 1986) dalam Sri Astuti 2003:106).

Sistem pemeringkatan hutang telah dikembangkan oleh beberapa Bank dan perusahaan konsultan keuangan di Amerika dan Australia (Hawkins, Brown, dan Campbell:1983) terdapat perbedaan dalam mengartikan bond rating, Australian rating (1984) menyatakan bahwa pemeringkatan utang perusahaan memberikan sistem gradasi yang sederhana kepada peminjam tentang kemampuan membayar bunga dan hutangnya dengan tepat waktu. PT. PEFINDO (1997) menyatakan bahwa pada umumnya pemeringkatan hutang merupakan indikator kemungkinan pembayaran bungadan hutang tepat waktusesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Fungsi pemeringkatan hutang adalah sebagai sumber informasi superior terhadap kemampuan perusahaan, municipal, atau pemerintah untuk membayar hutang dan bunga pinjaman, sumber informasi kredit berbiaya rendah antar perusahaan, municipal dan pemerintah, sumber sertifikasi keuangan tambahandan representasi menejemen lainnya, untuk memonitor tindakan menejemen yaitu muncul karena adanya konflik antara pihak menejemen dengan pihak lain, untuk memfasilitasi kebijakan publik yang membatasi investasi spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun.


(36)

Tabel 2. 1

Kategori Dan Definisi Peringkat (perusahaan penerbit obligasi)

kategori Definisi

AAA Perusahaan dengan resiko investasi paling rendah, berkemampuan paling baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

AA Perusahaan dengan resiko investasi sangat rendah, berkemampuan sangat baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan

A Perusahaan dengan resiko investasi rendah, berkemampuan cukup baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan dan hanya sedikit dipengaruhi oleh keadaan yang merugikan.

BBB Perusahaan dengan resiko investasi cukup rendah, berkemampuan cukup baik untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan meskipun kemampuannya tersebut cukup peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.

BB Perusahaan yang masih berkemampuan untuk membayar bunga dan pokok hutang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan namun resiko investasi cukup tinngi dan sangat peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.

B Perusahaan dengan resiko investasi sangat tinggi dan berkemampuan sangat terbatas untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansial sesuai dengan yang diperjanjikan

CCC Perusahaan yang tidak berkemampuan lagi untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya.

D Utang efek yang macet atau perusahaan yang sudah berhenti berusaha. Sumber : PEFINDO


(37)

2.3. Obligasi Default

2.3.1 Pengertian obligasi default

Sebagai instrumen financial yanag memiliki berbagai macam resiko, obligasi tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya resiko default yang dapat menurunkan kepercayaan investor untuk berinvestasi pada obligasi yang bersangkutan. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang lebih dalam mengenai definisi default sehingga dapat dijadikan acuan dalam memilih investasi yang aman (Lya Sapitri Indi, 2005:20).

Mengacu pada pengertian Emery mengenai Financil Distress yang salah satu istilahnya disebut sebagai default, pengertian default dapat dianalogikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan tidak dapat membayar obligasinya pada tanggal jatuh tempo.

2.3.2 Sebab-sebab Obligasi Default

Defaultnya suatu obligasi dapat disebabkan oleh kurangnya likuiditas perusahaan untuk membayar pokok dan bunga obligasi pada saat jatuh tempo. Hal ini disebabkan lemahnya menejemen modal kerja perusahaan dan tidak tercapainya target penjualan yang diharapkan sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi kondisi financial perusahaan dimana sebagian dari kas akan dianggarkan sebagai dana pelunasan obligasi (www.Kompas.Com).


(38)

2.4. FINANCIAL DISTRESS 2.4.1. Pengertian financial Distress

Menurut Ross dan Westerfield (1996;808) dalam Andree Boy (2008;30) Financial Distress adalah suatu kondisi dimana cash flow operasi perusahaan tidak mampu menutupi atau mencukupi kewajiban saat ini. Financial Distress dapat membawa suatu perusahaan mengalami kegagalan (Corporate Failuare) pada kontraknya yang akhirnya dapat dilakukan restrukturisasi finansial antara perusahaan, kreditur-kreditur dan invesrtor.

Lebih lanjut pengertian Financial Distress atau default menurut Francisco dan Luis Rivera Balitz (1994) : A loan is in default when the borrower does not make the payment specified in the loan contract, defaulting borrower frequently repay their loans in full but with a delay. Pinjaman dikatakan default ketika sipeminjam tidak membayar pinjamannya pada saat jatuh tempo karena tidak selalu membayar penuh dan selalu menunda pembayarannya.

Martin, dkk. (1995;376) dalam Sandy Teguh Ariansyah (2006;22) mendefinisikan Finanacial Distress atau Bankruptcy sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba dan juga sebagai likuidasi perusahaan.

Maka dapat disimpulkan Financial Distress adalah keadaaan perusahaan dimana memiliki potensi untuk mengalami kebangkrutan karena perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya dan menghasilkan laba yang kecil yang memberikan dampak pada perubahan modal sehingga perlu restruturisasi pada perusahaan yang bersangkutan,


(39)

2.4.2. Penyebab Business Failure

Financial distress merupakan suatu keadaan dimana memburuknya usaha bisnis perusahaan yang dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya, yaitu pengelolaan menejemen yang kurang baik (poor management), ekspansi yang berlebihan (unwise expansion), terlalu banyak hutang.

Menurut Emery dalam lya Sapitri Indi (2003) , perusahaan yang lebih muda lebih mudah fail daripada perusahaan yang sudah lama beroperasi karena kurangnya pengalaman yang dimiliki dan kapitalisasi yang kurang baik.

2.4.3. Deteksi Awal Financial Distress

Ketika kondisi financial perusahaan memburuk, mulai menunjukan tanda-tanda akan munculnya financial distress. Kerugian mulai muncul, kemampuan untuk menutupi bunga juga berkurang (interest coverage) dan operasi perusahaan lebih banyak menghabiskan kas dibandingkan menghasilkan kas, networking capital menurun, tingkat pinjaman relatif meningkat dibandingkan arus kas. Rasio hutang terhadap modal pun meningkat, keadaan keuangan perusahaan yang tidak baik tersebut akan memperburuk rasio keuangan yang penting bagi perusahaan.

2.5. KEPAILITAN

Pengertian kepailitan di Indonesia mengacu pada peraturan pemerintah pengganti Undang No.1 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang kepailitan (Muliaman D. Hadad, dkk. 2003;9-11) yang menyebutkan :

a) Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak sedikitnya satu hutang yang telah jatuh waktu dan tidak dapat ditagih, dinyatakan pailit


(40)

dengan putusan pengadilan yang berwenang baik atas permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.

b) Permohonan sebagaimana disebut dalam butir diatas dapat juga diajukan oleh kajaksaan untuk kepentingan umum.

Perusahaan dinyatakan pailit / bangkrut apabila dalam jangka waktu tertentu tidak bisa melakukan pembayaran pokok dan atau bunganya. Kepailitan juga bisa diminta pemilik perusahaan atau juga oleh para penagih hutang.

Selain istilah kepailitan seperti yang diuraikan diatas, dalam dunia bisnis dikenal pula istilah delisted. Peraturan pencatatan Bursa Efek Jakarta No.1B tahun 2000-2001 menyebutkan pengaturan delisted sebagai berikut :

1. Delisting dapat dilakukan baik atas permohonan emiten maupun diputuskan oleh Bursa. Dalam hal delisting diputuskan oleh Bursa terlebih dahulu wajib mendengar pendapat dari komite pencatatan Efek.

2. Delisting atas permohonan emiten hanya dapat dilaksanakan apabila hal tersebut telah diputuskan oleh RUPS dan emiten yang bersangkutan telah menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada bursa.

3. Delisting atas permohonan emiten diajukan 2 bulan sebelum tanggal delisting diberlakukan dengan mengemukakan alasannya serta melampirkan berkas acara RUPS sebagaimana dimaksud pada poin 2 diatas.

4. Dalam hal permohonan delisting dipenuhi, bursa wajib mengumumkan rencana delisting tersebut sekurang-kurangnya 30 hari sebelum tanggal drelisting diberlakukan.


(41)

5. Emiten yang Efeknya tercatat di Bursa yang mengalami salah satu kondisi tersebut dibawah ini, dipertimbangkan untuk mengalami delisting.

a. Selama 3 tahun berturut-turut menderita rugi, atau terdapat saldo rugi sebesar 50% atau lebih dari modal disetor;

b. Selama 3 tahun berturut-turut tidak membayar deviden tunai; c. Jumlah modal sendiri kurang dari Rp.3.000.000.000,- (tiga milyar

rupiah);

d. Jumlah pemegang saham kurang dari 100 pemodal (orang / badan) selama 3 bulan berturut-turut berdasarkan laporan bulanan emiten / Biro Administrasi Efek;

e. Selama 6 bulan berturut-turut tidak mengalami transaksi;

f. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan ketentuan yang ditetapkan oleh BAPEPAM;

g. Melanggar ketentuan Bursa pada khususnya dan ketentuan pasar modal pada umumnya;

h. Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan umum berdasarkan keputusan instansi yang berwenang;

i. Emiten dilikuidasi baik karena merger, penggabungan, bangkrut, dibubarkan (reksadana) atau alasan lainya;


(42)

k. Emiten menghadapi gugatan/perkara/peristiwa yang secara material mempengaruhi kondisi dan kelangsungan hidup perusahaan;

l. Khusus untuk emiten reksadana, nilai kekayan bersih (nilai asset value) turun menjadi kurang dari 50% dari nilai perdana yang disebabkan oleh kerugian operasi.

pada umumnya dikenal dua macam biaya yang akan terjadi pada perusahaan yang pailit, yaitu direct cost dan indirect cost. Direct cost merupakan biaya yang langsung dikeluarkan oleh perusahaan tersebut untuk mrmbayar pengacara, akuntan, tenaga profesional lain untuk merestrukturisasikan keuangannya yang kemudian akan dilaporkan kepada kreditur. Selain itu bunga yang dibayar perusahaan untuk pinjaman selanjutnya yang biasanya jauh lebih mahal juga merupakan direct cost dari kepailitan sedangkan indirect cost merupakan potensial loss yang dihadapi perusahaan yang sedang menghadapi kesulitan keuangan tersebut seperti kehilangan pelanggan dan supplier, kehilangan proyek baru karena menejemen berkonsentrasi kepada penyelesaian kesulitan keuangan dalam jangka pendek. Hilangnya nilai perusahaan saat menejer atau hakim melikuidasi perusahaan yang masih memiliki NPV positif juga merupakan indirect cost dari kepailitan. Melihat direct dan indirect cost perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cukup tinggi, pengadilan kepailitan modeern berusaha untuk mempertahankan perusahaan sebagai going concern dan menangani tagihan kreditur secepatnya. Hukum kepailitan yang sudah mapan memberikan proteksi bagi kreditur dan juga memerikan mekanisme yang baik


(43)

untuk menyelesaikan perselisihan antar pihak dengan lebih cepat. Dengan menghilangkan ketidakpastian sistem kepailitan yang sudah mapan tersebut akan mendorong pengusaha dan perusahaan besar mengambil resiko yang lebih besar lagi. Hal itu juga dapat menurunkan biaya modal dengan cara meminta ahli keuangan untuk menghitung dan memperkirakan bagaimana kreditur dibayar saat terjadi default.

2.6. LAPORAN KEUANGAN

2.6.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak menejemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari proises atau kegiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban menejemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2002).

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akutansi Keuangan (SAK) tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 7 mengemukakan pengertian sebagai berikut :


(44)

1) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keuangan 2) Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan ( yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud laporan keuangan adalah suatu media untuk menyampaikan informasi yang telah dikumpulkan dan diolah dengan akuntansi keuangan yang kemudian disusun dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan serta laporan laba yang tidak dibagikan (laba ditahan) dimana nantinya akan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya.

2.6.2. Tujuan Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK (Prosedur Standar Akuntansi Keuangan) paragraf 12 mengemukakan tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut : menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengmbilan keputusan ekonomi (IAI, 2002). 2.6.3. Bentuk Laporan Keuangan

Ada tiga laporan keuangan dasar yang bisa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan : Neraca, Laporan laba rugi dan Laporan Arus kas (Keown dkk, 2001:107) dalam Andree Boy (2008:21).


(45)

Neraca menggambarkan aktiva, hutang dan ekuitas pemilik perusahaan untuk tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba rugi untuk mengambarkan sumber dan penggnaan kas selama periode tertentu selama sejarah hidup perusahaan.

2.6.3.1. Neraca

Menurut Graham Mott (1996:32) dalam Andree Boy (2008:22) neraca merupakan suatu gambaran keuangan perusahaan pada satu saat, biasanya pada hari terakhir bulan atau tahun. Satu sisi neraca menunjukan nilai semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan sisi yang lain menunjukan sumber-sumber dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Menurut definisi akuntansi neraca dalam keadaan ”seimbang” karena adanya sifat:

Posisi keuangan disusun berdasarkan saldo perkiraan buku besar sebagai hasil atas berlangsungnya transaksi-transaksi yang berkaitan dengan kegiatan usaha sepanjang masa tertentu yang dioalah sedemikian rupa sehingga pengolahan data transaksi kegiatan usaha tersebut tidak saja dicatat secara historis, tetap juga harus memenuhi prinsip-prinsip akuntansi.

Secara umum neraca terdiri atas aktiva atau kekayaan (asset), kewajiban-kewajiban (liabilities) dan modal (capital) yang menerangkan posisi keuangan


(46)

suatu usaha sesuai dengan prinsip-primsip akuntansi. Adapun pembagian pos-pos dalam neraca adalah sebagai berikut :

1) Aktiva

Aktiva adalah saldo debet yang berisi segala sesuatu yang dimiliki perusahaan ( gill dan chatton, 2003 : 4) aktiva terbagi menjadi dua, yaitu :

• Aktiva lancar, yaitu segala asset atau aktiva yang dapat diubah menjadi uang tunai (kas) selama setahun.

• Aktiva tetap, yaitu sering disebut aktiva jangka panjang, berupa barang-barang permanen, seperti banguna dan peralatan utama. 2) Kewajiban

Kewajiban (liabilities) adalah segala sesuatu yang harus dibayarkan kepada kreditur, kewajiban merupakan hutang perusahaan kepada pihak lain. Kewajiban terbagi menjadi dua, yaitu ( gill dan chatton, 2003 : 10) :

• Kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek, yaitu jumlah seluruh uang yang dipinjam oleh perusahaan yang harus dikembalikan (jatuh tempo) dalam waktu setahun.

• Kewajiban jangka panjang yaitu segala kewajiban seperti hipotek, surat obligasi, pinjaman bersyarat, dan sebagainya dan dilunasi dalam waktu lebih dari setahun sejak tanggal pinjaman.

3) Modal

Modal adalah hak pemilik atas kekayaan perusahaan dan merupakan sisa dari jumlah kekayaan setelah dikurangi kewajiban-kewajiban.


(47)

2.6.3.2. Laporan Laba (Rugi)

Laba adalah sejumlah nominal yang menunjukan perkembangan kegiatan usaha suatu perusahaan. Laporan laba (rugi) memiliki peranan penting disini, yaitu sebagai alat ukur efisiensi menejemen perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Persamaan perhitungan laba (rugi) dasar adalah (Weston dan copeland, 1995:29):

Laporan laba (rugi) adalah laporan yang memuat ikhtisar dari pendapatan dan biaya-biaya dari suatu kesatuan usaha untuk suatu periode tertentu.

2.6.3.3 Laporan Arus kas

Arus kas adalah kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan digunakan untuk membayar kepada kreditur dan pemegang saham. Laporan arus kas adalah alat perencanaan yang akan membantu kita pada masa yang akan datang, menentukan kapan uang tunai diperlukan untuk membayar tagihan-tagihan, membantu menejer membuat keputusan usaha dan membantu kita dalam mengatur segala sesuatu aktivitas kas sebelum kas benar diperlukan (Gill dan Chatton, 2003:22).

2.7. RASIO KEUANGAN

Rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan, rasio dapat menstandarisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai alat pembanding antarperusahaan dengan ukuran yang berbeda (Keown dkk, 2001:108). Rasio


(48)

merupakan alat yang penting untuk mengukur perkembangan suatu usaha dan untuk membandingkan suatu usaha dengan para pembandingnya (Gill dan Chatton, 2003:28).

2.7.1. Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan modal tertentu.

a. Laba bersih terhadap total aktiva (Net Income / Total Assets) NITA =

b. Penjualan bersih terhadap total aktiva (Sales / total Asset) STA =

c. Laba bersih terhadap penjualan (Net Income / Sales) NIS =

d. Laba operasi terhadap Total Aktiva (Operating Income / Total asset) OITA =

2.7.2. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemamapuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio ini

Laba Bersih Total Aktiva

Penjualan Total Aktiva

Laba Bersih Penjualan

Laba Operasi Total Aktiva


(49)

membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut.

a. Kas terhadap kewaiban lancar (Cash / Current Liabilities) CCL =

b. Kas terhadap total aktiva (Cash / Total Asset) CTA =

c. Aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (Current asset / Current Liabilities)

CACL =

d. Aktiva lancar terhadap total aktiva (Current Asset / Total Asset) CATA =

e. Arus Kas terhadap Total Aktiva (Cash Flow / Total Asset) CFTA =

f. Arus Kas terhadap Total Hutang (Cash Flow / Total Liabilities) CFTL =

g. Kas terhadap Penjualan (Cash / Sales) CS =

Kas Kewajiban Lancar

Kas Total Aktiva

Aktiva lancar Kewajiban lancar

Aktiva lancar Total Aktiva

Arus Kas Total Aktiva

Arus Kas Total Hutang

Kas Penjualan


(50)

h. Aktiva lancar terhadap Penjualan (Current Asset / Sales) CAS =

i. Quick Asset terhadap penjualan (Quick Asset / Sales) QAS =

j. Quick Asset terhadap Total Aktiva (Quick Asset / Total Asset) QATA =

2.7.3. Rasio leverage

Rasio Leverage mengukur tingkat sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang (weston dan Copeland, 1995:238). Disebut juga rasio hutang atau debt ratio.

a. Hutang jangka panjang terhadap ekuitas (Long Term debt / equity) LTDE =

b. Total hutang terhadap ekuitas (Total Debt / equity) TLTE =

c. Total hutang terhadap total aktiva (Total debt / Total Asset) TLTA =

Aktiva lancar Penjualan

Quick Asset Penjualan

Quick Asset Total Asset

Hutang jangka panjang Ekuitas

Total Hutang Ekuitas

Total Hutang Total Aktiva


(51)

d. Hutang Lancar terhadap Ekuitas (Current Liabilities / Equity) CLTE =

2.8. PENELITIAN SEBELUMNYA

Penelitian mengenai corporate failure diawali dari analisa rasio keuangan. Alasan utama digunakan rasio keuangan karena laporan keuangan, lazimnya berisi informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan tersebut dimasa datang. Laporan keuangan merupakan kinerja masa lalu perusahaan yang sering digunakan sebagai prediksi kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Keputusan-keputusan yang diambil menejemen perusahaan biasanya terkait dengan dua informasi utama, pertama, informasi yang tercantum pada kelompok pendapatan dan biaya, dan kedua, waktu terjadinya transaksi-transaksi pendapatan dan biaya tersebut.

Penggunaan rasio keuangan untuk membuat pernyataan mengenai kemamapuan going concern suatu usaha merupakan teknik yang banyak dipakai namun pengguanaan generalisasi rasio keuangan yang dibuat bagi seluruh perusahaan merupakan tindakan yang kurang berhati-hati.

Studi kasus yang menggunakan rasio keuangan mulai dilakukan pada tahun 1930-an dan kemudian beberapa studi lanjutan lebih menekan pada kepailitan usaha. Kebanyakan hasil penelitian tersebut meyakini bahwa perusahaan yang pailit memiliki rasio yang berbeda dari perusahaan yang tidak pailit. Secara umum rasio yang menggunakan profitabilitas, likuiditas, dan

Hutang Lancar Ekuitas


(52)

solvabilitas telah berhasil menjadikan keberhasilan sebagai indikator kepailitan usaha.

Dalam melakukan penelitian mengenai kepailitan, Beaver (1966) menngunakan rasio-rasio keuangan sebagai berikut : Cash Flow/Total Debt, current Asset/Current Liabilities, Net Income/Total Asset, Total Debt/total Aseet, Working Capital/Total Asset.

Altman (1968) yang mengadakan penelitian kebangkrutan setelah Beaver, kembali menggunakan rasio keuangan sebagai faktor-faktor yang dapat dilihat untuk mengindikasikan kebangkrutan suatu perusahaan. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan Altman (1968) adalah : Current Asset/Current Liabilities, Market Value of Equity/Book Value of Debt, Net Sales/Total Asset, Operating Income/Total Asset, EBIT/Total Interest Payment, Retained Earning/Total Asset, Working Capital/Total Asset, EBIT/Total asset, Market Value equity/Book Value of total debt, Sales/Total sales.

Dengan pengujian statistik logistic regression Ohlson (1980) kembali melakukan penelitian mengenai rasio-rasio keuangan yang dapat dijadikan indikator untuk melihat kepailitan suatu perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan oleh Ohlson dalam melakukan penelitiannya dapat diuraikan sebagai berikut : Total Liabilities/total Assat, Working Capital/Total Asset, Current Liabilities/Curent Asset.

Disisi lain terdapat metode lain yang digunakan dalam memprediksi financial distress yang dengan mengunakan arus kas operasi. Beberapa studi (Gombola and kertz;(1983) dan Gombola et al (1983)) dalam Indi Lya Sapitri


(53)

(2005:28) mengatakan bahwa rasio berdasarkan arus kas operasi mengandung faktor-faktor statistik dimana variabel arus kas operasi dapat digunakan dalam studi deskriptif dan prediktif yang terkandung dalam rasio keuangan namun asumsi bahwa arus kas dimasa yang akan datang secara lebih baik hanya berdasarkan intuisi semata dan bukan berdasarkan penelitian secara empiris (Griffin;1982).

Sedangkan studi lain mengatakan bahwa accrual based Multivariate Discriminant Model (MDA) merupakan metode prediksi kebangkrutan yang lebih akurat dibandingkan rasio arus kas operasi,(Casey and Bertezak;1984), karena studi yang dilakukan selanjutnya membuktikan bahwa arus kas operasi tidak memberikan hasil prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan accrual based ratio. Penggunaan arus kas operasi dan non operasi lebih tepat digunakan untuk memprediksi kejadian-kejadian penting seperti akuisisi perusahaan.

Penelitian lain yang menjadi acuan penulis yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Muliaman D. Hadad dkk, tahun 2003, yang meneliti mengenai masalah kepailitan perusahaan di Indonesia, dengan menggunakan metode regresi logistik dan Diskriminan untuk mengetahui perbandingan antara kedua metode tersebut, maka dalam konteks yang sama tetapi dalam tema yang berbeda, penelitian ini mencoba untuk menganalisa kepailitan perusahaan dilihat dari sisi penerbitan obligasi yang mengalami masalah gagal bayar (default) dengan menggunakan metode regresi logistik.

Selain itu penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lya Sapitri Indi, tahun 2005 dalam tesisnya yang berjudul Analisis pengaruh


(54)

factor- factor keuangan terutama rasio keuangan untuk memprediksi probabilita terjadinya default. Penelitian tersebut menggunakan 26 rasio keuangan dan dari 26 rasio tersebut terdapat 16 rasio yang signifikan dengan menggunakan Software Eviews. Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian sebelumnya dengan menambahkan uji beda untuk mengetahui perbedaan antara rasio keuangan yang Default dan Non Default, dengan Software yang berbeda yaitu SPSS.

2.9. HIPOTESIS

Dalam skripsi terdapat dua macam hipotesis, yaitu :

Hipotesis 1: Rasio keuangan secara signifikan mampu membedakan perilaku perusahaan yang masuk kelompok default dan non default.

Hipotesis 2: Rasio keuangan dapat memprediksi kondisi default suatu perusahaan penerbit obligasi.

2.10. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian ini akan menggambarkan kerangka pemikiran. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan riset di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di Bursa Efek Indonesia peneliti melakukan pemilihan perusahaan yang akan digunakan sebagai sample dan memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Setelah sample ditentukan, dan sesuai dengan judul penelitian, maka peneliti menentukan variabel dependen dan variabel independen.


(55)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah emiten obligasi dengan status gagal bayar / terlambat bayar dan dinyatakan default oleh Bursa Efek Indonesia. Variabel independennya adalah rasio keuangan yang berkaitan dengan rasio likuiditas, profitabilitas, dan leverage, Sedangkan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metodologi regresi logistik. Dalam menggunakan metode ini, akan dilakukan pengujian normalitas data, dan regresi logistik. Setelah semua data telah memenuhi syarat dan setelah semua hasil ditemukan, maka penulis membuat interpretasi dalam penelitian ini.


(56)

Gambar 2.1

Peringkat Efek Indonesia (PEFINDO)

Laporan Keuangan Perusahaan obligasi yang mengalami default dan non default

Rasio Leverage Rasio Profitabilitas Rasio Likuiditas

Uji Normalitas Data (kolmogorov-smirnov) Analisis Regresi Logistik Data Normal (Independe nt Sample Test) Data Tidak Normal (Mann-Whitney) Uji chi square (Hosmer dan lemosow) Koefisien Cox & Snell R Square &Negelk arke Uji Wald statistic Ketepatan Prediksi klasifikasi Interpretasi Bursa Efek Indonesia

(BEI)


(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang diperoleh melalui laporan keuangan tahunan perusahaan. Sample yang digunakan adalah rasio keuangan perusahaan penerbit obligasi non financial yang pernah mengalami status gagal bayar / terlambat bayar (dinyatakan default) oleh Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2007 dengan rating “idD” dan “D”. Sedangkan variabel pembanding akan digunakan rasio keuanganan dari perusahaan penerbit obligasi non default. Kriteria dalam memilih perusahaan pembanding yaitu perusahaan dalam industri yang sejenis dengan perusahaan penerbit obligasi yang mengalami default dengan rating yang paling baik yaitu idBBB-idAAA.

3.2. Metode Penetuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua laporan keuangan perusahaan penerbit obligasi yang mengalami default dan non default yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2001-2007. Metode penentuan penelitian ini adalah purposive sampling. purposive sampling adalah pengambilan data disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. (Asnawi dan Wijaya, 2006:18). Adapun sample yang digunakan dalam penelitin berdasarkan kriteria dibawah ini :

1. Rating Obligasi tahun 2001-2007 digunakan sebagai pedoman penentuan apakah perusahaan mengalami default atau tidak yang akan dianalisis.


(58)

2. Obligasi default yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian adalah obligasi yang pertama kali mengalami default dan apabila tahun berikutnya mengalami default kembali tidak akan dijadikan sampel berikutnya.

3. Laporan keuangan tahunan perusahaan penerbit obligasi yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3 tahun ke belakang sebelum periode default maupun non default merupakan data yang akan diolah..

Berdasarkan metode penentuan sample yang digunakan maka peneliti menemukan 13 perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan yang mengalami default dan diproksikan dengan nilai 1 dan 13 perusahaan yang tidak dinyatakan default (non default) dan diproksikan dengan nilai 0.

Tabel 3. 1

Emiten Yang Mengalami Default

No Kode Nama Perusahaan Tahun

Default

Rating Obligasi 1 BRPT PT. Barito Pacifik Timber, Tbk. 2001 idD 2 PAFI PT. Fanasia Filament Inti, Tbk. 2002 idD

3 MLSS PT. Muliaglas, Tbk. 2002 idD

4 MLGS PT. Muliasntra Gunaswakarya, Tbk. 2002 idD 5 SMDM PT. Suryamas Dutamakmur, Tbk. 2002 idD

6 DUTI PT. Duta Pertiwi, Tbk. 2002 idD

7 JIHD PT. Jakarta Int’l Hotels&Dev, Tbk 2002 idD

8 TIKM PT. Tjiwi Kimia, Tbk. 2002 idD

9 INKP PT. Indah Kiat Pulp&Paper, Tbk. 2003 idD 10 LPPI PT. Lontar Papyrus Pulp&Paper 2003 idD 11 PIDL PT. Pindo Deli Pulp&Paper Mills, Tbk. 2003 idD 12 GRIV PT. Great River Internasional,Tbk. 2003 idD 13 BASS PT. Bahtera Admina Samudra,Tbk 2004 idD Sumber data : pusat referensi pasar modal dan PEFINDO.


(59)

Tabel 3. 2

Emiten Yang Tidak Mengalami Default

Sumber data : pusat referensi pasar modal dan PEFINDO.

3.3 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini akan terdiri dari data kuantiatif berupa data laporan keuangan tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, serta laporan arus kas dan data kualitatif berupa rating obligasi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh langsung dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Untuk informasi pendukung lainnya diperoleh dari

No Kode Nama Perusahaan Tahun Rating

Obligasi 1 DSUC PT. Daya Sakti Unggul Corp. Tbk. 2001 idAA

2 AALI PT. Astra Argo Lestari Tbk. 2002 idAA

3 ESTI PT. Ever Shine Textile Industry Tbk. 2002 idA 4 RICY PT. Ricky Putra Globalindo Tbk. 2002 idBBB

5 CTRS PT. Ciputra Surya Tbk. 2002 idBBB

6 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk. 2002 idBBB

7 SMRA PT. Sumarecon Agung Tbk. 2002 idAA

8 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. 2003 idA 9 TIRT PT. Tirta Mahakam Plywood Industry 2003 idA

10 SPMA PT. Suparma Tbk. 2003 idA

11 SAIP PT. Surabaya Agung Industry, Tbk. 2003 idA

12 TEJA PT. Texmaco Jaya Tbk 2003 idBBB


(1)

Saran bagi peneliti selanjutnya :

1. Disarankan agar menggunakan data yang lebih banyak lagi sehingga kemungkinan terjadinya kepailitan dapat diprediksi dengan lebih akurat misalnya dengan menggunakan data default kredit bank.

2. Bagi penelitian selanjutnya untuk memprediksi kondisi default pada perusahaan dapat dilakukan pada kelompok perusahaan selain emiten obligasi dan menambah variabel prediksi selain rasio keuangan seperti variabel makro ekonomi.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan memproksikan kondisi default tidak hanya dengan rating obligasi tapi dengan menambahkan kerugian perusahaan selama 3 tahun berturut-turut atau terdapat saldo rugi sebesar 50%.

4. Rating obligasi bagi perusahaan pembanding ditambahkan dari perusahaan yang tidak sejenis dengan perusahaan default sehingga dapat diperoleh rating sesuai dengan penelitian yaitu idAAA.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica & Emanuel Kristiadji., 2003. “Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi Financial Distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakareta, Jurnal akuntansi dan auditing Indonesia, STIE Perbanas Surabaya.

Altmant, E., 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and Prediction of Corporate Bankruptcy, journal of finance, Vol. 23, No. 4 , pp. 589-609.

__________, 1968. Predicting Financial Distress of Companies : Revisiting the Z score and Zeta@ model, , journal of finance, july,2000.

__________., 1968. The Prediction of Corporate Bankruptcy: A Discriminant Analysis. Journal of Finance, Vol. 23, No. 1 pp. 193-194.

Angelina, Liza. 2004. Perbandingan Early Warning System (EWS) Untuk Memprediksi Kebangkrutan Bank Umum Di Indonesia. Buletin Ekonomi dan Perbankan, Desember.

Ariansyah, Sandi Teguh. 2006, Analisis Altmant Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Kepada Perusahaan Perbankan Go Public. Skripsi Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Perbankan Indonesia, Jakarta.

Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. 2006. Metodologi Penelitian Keuangan: Prosedur, ide, dan kontrol. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(3)

Boy, Andree. 2008, Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Jakarta (Periode 2002-2006). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN syarif Hidayatullah, Jakata.

Djakman, Khaerul D (Penterjemah). 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Emery, Douglas R., Jhon D. Finnety, and Jhon D. Stowe. Corporate Financial Management. 2nd ed. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc. Prentice Hall.

Frensidy, Budi. 2007. Memahami Resiko Obligasi Korporasi. Jakarta: Majalah Bisnis Indonesia thn.07 (29 Januari-11 Februari 2007).

Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis. Prentice Hall International Inc.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ke 3, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Ghozali, Imran dan N. jhon Castellan, Jr. 2002. Statistik Non Parametrik. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadad, Muliaman D., Wimboh Santoso & Ita Ruliana., 2003. “Indikator kepailitan di Indonesia; An Additional Early Warning Tools pada stabilitas sistem keuangan”.www.bi.go.id. Research Paper, Desember. Jakarta.

__________________________________, Sarwedi, Hari Sukarno, Moch; Adenan. 2004. Model Kepailitan Bank Umum Di Indonesia. www.bi.go.id.


(4)

Hawkins, Brown and Campbell. 1983. Rating Industrial Bonds. Morristown, N.J: Financial Executives Research Foundation.

Husnan, Suad. 2001. “Dasar-dasar teori Portofolio dan Analisis sekuritas”, Edisi ke-3, Yogyakarta : Unit penerbit dan percetakan AMP YPKN.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Keuangan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Indi, Lya Sapitri. 2005. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Keuangan Terutama Rasio Keuangan Untuk memprediksi Probabilita Terjadinya Default. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Marzuki, Usman. 1990. “ABC Pasar Modal Indonesia”. Ikatan Sarjana Indonesia, Jakarta.

Murtanto., Zeny Arfiana., 2002. Analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio CAMEL dan metode ALTMAN sebagai alat untuk memprediksi tingkat kegagalan usaha bank. Jurnal fakultas ekonomi Universitas Trisakti, Agustus.

Nachrowi, D.N. 2002. Penggunaan Tekhnik Ekonometri : Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis & Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ohlson, J.A., Financial Ratio and the Probabilistic Prediction of Bankruptcy. Journal of Accounting Research, Vol. 18, No. 1, pp. 109-131

Rodoni, Ahmad. 2005. Analisis tekhnikal & fundamental pada pasar modal (disertai hasil penelitian). Jakarta: Center for Social Economic Studies (CSES) Press.


(5)

Rusdin. 2004. Statistika penelitian sebab akibat, Pustaka Bani Quraisy, Bandung.

Santoso, Singgih. 2006. Menguasai Statistik Diera Informasi Dengan SPSS 15. Jakarta: Elex Media Komputindo.

_____________. 2006. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Non-Parametrik. Jakarta : Elex Media Komputindo

Siamat, Dahlan., 2001. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Sulistyastuti, Diyah Ratih, 2006. “Saham dan obligasi ringkasan teori dan soal jawab”, Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

Trihendradi, Kornelius. 2007. Kupas Tuntas Analisis Regresi. Yogyakarta: ANDI.

Uyanto, Stanis Laus. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Edisi Ke 2, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Van Horne, James C., Jhon M. Wachowicz, JR. M., 2005. “Prinsip-prinsip Menejemen Keuangan”, Jakarta: Salemba Empat..

Weston, J.F. & Thomas E. Chopeland. 1995. Manajemen Keuangan Edisi Ke 9, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Majalah Investor edisi 41, 10-23 Oktober 2001.

Majalah Investor No. 131 Tahun VII, 6-26 September 2005.


(6)

www.Pefindo.co.id www.Google.com www.bapepam.go.id www.idx.co.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Emiten Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 32 84

Analisis rasio keuangan dalam memprediksi kondisi finacial distress perusahaan : studi kasus pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia Periode 2007-2010

0 4 152

BAB I ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 1 7

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 1 14

PENDAHULUAN ANALISIS TINGKAT KESULITAN KEUANGAN DAN KEBANGKRUTAN PADA PERBANKAN DI INDONESIA (STUDI KASUS PADA EMITEN SEKTOR PERBANKAN DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2001 – 2005).

0 1 9

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN SEMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2000 - 2004.

0 0 13

KEMAMPUAN RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN NON JASA KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 111

ANALISIS RASIO KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN UMUR OBLIGASI UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA - Unika Repository

0 0 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA - Unika Repository

0 0 26