Pengaruh Status Pionir Merek Promag Terhadap Keputusan Pembelian Masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Cascio, W.F. 1998. Managing Human Resources – Productivity Quality of Work Life, Profits. Edisi ke- 5. McGraw-Hill., United States.

Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Flippo, E. B. 1984. Manajemen Personalia. Terjemahan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ilham. 2002. Analisis Hubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT. Good Year Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kotler, Philip dan Garry Amstrong. 2001. Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid 1, Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta.

___________. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Prenhallindo, Jakarta.

Mangkunegara, A.A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nugroho, A.B. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT Alex Media Komputindo, Jakarta.

Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka, Jakarta.


(2)

Setiadi, Nugroho J. 2005. Perilaku Konsumen dalam Konsep dan Implikasi untuk Srategi Penelitian dan Pemasaran. Penerbit Prenada. Jakarta.

______________. 2010. Perilaku Konsumen, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta. Singarimbun, M dan Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit

PPM, Jakarta.

Sugeng, A.M., dkk. 2005. Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan Sistem Informasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management & Strategy. ANDI. Yogyakarta.

Umar, H. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

_______. 2003. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

SKRIPSI:

Wardayanti, 2006. Analisis Pengaruh Status Pioneer Sebuah Merek terhadap Sikap Konsumen dalam Kategori Produk Vitamin C 500 mg Pada Mahasiswa Universitas Kristen Petra.

Gultom, 2006. Analisis Brand Equity Sabun Lifebuoy yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian pada Keluarga Kelurahan Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei Tuan.

INTERNET:

http://www.ahlinyalambung.com/. Diakses 6 April 2014 pukul 21.00 wib. http://id.wikipedia.org/wiki/Maag. Diakses 6 April 2014 pukul 21.00 wib. http://indonesiadocuments.blogspot.com. Diakses 6 April 2014 pukul 21.00wib.


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi (penjelasan). Sugiyono (2008:55), menyatakan bahwa penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungannya antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatnya yang didasarkan kepada tujuan dan objeknya, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat program yaitu status Pionir Merek Promag (X) terhadap keputusan pembelian masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara (Y).

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melibatkan masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara sebagai responden dan sumber informasi penelitian. Waktu penelitian ini dan proses skripsi dilaksanakan sejak pada bulan Januari 2014 sampai Maret 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (X) yaitu status pionir Promag.

2. Variabel terikat (Y) yaitu keputusan pembelian masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara.


(4)

3.4 Definisi Operasional

Guna membantu untuk lebih mengarahkan penelitian ini sesuai objek sasaran yang diharapkan maka dirasakan perlu untuk memberikan pengertian-pengertian tentang konsep variabel sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variable) yaitu status pionir merek Promag (X).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) yaitu keputusan membeli (Y). Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel Skala Pengukuran

Status Pionir Merek Promag

(X)

Status pionir merek adalah merek yang pertama kali memperkenalkan suatu produk baru ke pasar dan menjualnya dengan sukses.

1. Pengetahuan akan status pionir. 2. Keberhasilan

menembus pasar. 3. Kekuatan status

pionir di benak konsumen. 4. Memperkenalkan

suatu produk ke pasar Likert Keputusan Pembelian Masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara (Y)

Keputusan beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan konsumen untuk membeli Produk Promag, serta berapa banyak yang dibutuhkan pada periode tertentu.

1. Nilai kualitas produk 2. Keputusan

konsumen 3. Nilai sosial 4. Status ekonomi

Likert

Sumber: (Mangkunegara, 2001), Rivai (2006), Mathis dan Jackson (2006), diolah penulis.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Sistem pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Skala Likert, yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan


(5)

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2008: 132).

Pada penelitian ini responden memilih salah satu dari jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu. Total skor inilah yang ditafsir sebagai posisi responden dalam Skala Likert. Kriteria pengukurannya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono (2008)

3.6 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara yang berjumlah berjumlah 58.168 orang yang pernah membeli dan mengkonsumsi obat Promag.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2008: 116). Teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Berdasarkan rumus Supramono (2003), alternatif formula yang dapat digunakan adalah:


(6)

n = (Zα)² (p) (q)

Dimana:

n = Jumlah Sampel

(Zα)² = Nilai standar normal yang besarnya tergantung α Bila α = 0,05 maka Z = I,67

Bila α = 0,01 maka Z = 1,96 P = Estimasi proporsi populasi q = 1 – P

d = Penyimpangan yang ditolerir

Hasil prasurvei yang dilakukan oleh penulis, dimana dari 30 orang dengan kriteria bahwa yang menjadi sampel adalah konsumen baik pria atau wanita yang berumur diatas 17 tahun yang dalam satu bulan terakhir pada bulan januari 2014 pernah mengkonsumsi Promag sebanyak 21 orang. Penetapan jumlah sampel yang dipilih secara acak dengan nilai α 0,01 dan penyimpangan yang ditolerir (d) sebesar 10%. Dengan demikian jumlah sampel (n) yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:

n = (1,96)² (0,70) (0,30) (0,1)²

n = 80,67 (dibulatkan menjadi 81 orang)

Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 81 orang dengan kriteria masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara konsumen baik pria atau wanita yang berumur diatas 17 tahun yang dalam satu


(7)

bulan terakhir pernah mengkonsumsi produk Promag. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010:122).

3.7 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data diperoleh langsung dari responden yang dipilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner dan melakukan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, dan internet untuk mendukung penelitian.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penenlitian ini adalah: 1. Kuesioner

Memberikan daftar pertanyaan kepada masyarakat yang telah ditetapkan sebagai sampel atau responden penelitian.


(8)

2. Studi dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data yang diperoleh dari berbagai macam buku, jurnal dan informasi dari internet yang berhubungan dengan penelitian.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validita adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang merupakan alat untuk untuk mengukur panjang (Sugiyono 2008: 172). Uji validitas dilakukan untuk untuk mendapatkan data yang valid. Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:

Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid.

Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.0 for Windows.

Tabel 3.3

Validitas Butir Pernyataan Item-Total Statistics Corrected

Item-Total Correlation

R-Tabel Keterangan

Pernyataan1 .511 0.361 Valid

Pernyataan2 .651 0.361 Valid


(9)

Pernyataan4 .737 0.361 Valid

Pernyataan5 .471 0.361 Valid

Pernyataan6 .618 0.361 Valid

Pernyataan7 .429 0.361 Valid

Pernyataan8 .638 0.361 Valid

Pernyataan9 .616 0.361 Valid

Pernyataan10 .397 0.361 Valid

Pernyataan11 .581 0.361 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS versi 17.00 (April 2014)

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation menunjukkan korelasi antara skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrument. Ketentuan nilai rtabel untuk sampel 30 adalah sebesar 0,361. Diketahui bahwa rhitung untuk seluruh butir pernyataan adalah positif dan nilainya diatas 0,361 (rtabel). Karena rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan hasilnya adalah valid sehingga dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Situmorang, dkk. 2010: 72). Menurut Ghazali, 2010: 80), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau nilai Cronbach Alpha > 0,80. Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS 17.0 for Windows.

Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan kepada 30 orang responden di luar sampel dilakukan di masyarakat Kecamatan Medan Baru, Kota Medan


(10)

Sumatera Utara. Konsumen baik pria atau wanita yang berumur diatas 17 tahun yang dalam satu bulan terakhir pernah mengkonsumsi produk Promag.

Tabel 3.4 Reliabilitas Kuesioner

Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

.866 11 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (April 2014)

Hasil pengolahan data pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa nilai dari Cronbach's Alpha (ralpha) sebesar 0,931 lebih besar dari (rtabel). Dengan demikian data tersebut telah reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa semua butir pernyataan pada kuesioner dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian.

3.10 Teknik Analisis 1. Analisis Deskriptif

Suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang akan dibahas.

2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Metode analisis regresi linier sederhana digunakan untuk perumusan masalah dimana variabel penelitian ini terdiri dari variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Maka analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara X dan Y adalah sebagai berikut:


(11)

Y = a + bX + e Dimana:

Y = Keputusan Pembelian a = konstanta

b = koefisien linear sederhana X = Status Pionir Merek Promag E = standar error

Adapun pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa program variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan program variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin mengecil (mendekat nol), maka dapat dikatakan bahwa program variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan program variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji-T)

Uji-t menentukan seberapa besar program variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.


(12)

H0 ; b1 = 0: Artinya secara parsial tidak terdapat program yang positif dan signifikan dari variabel Status Pionir Merek Promag (X), terhadap Keputusan Pembelian Masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara (Y). Ha : b1 ≠ 0 Artinya secara pasrial terdapat program yang positif dan signifikan dari variabel Status Pionir Merek Promag (X), terhadap Keputusan Pembelian Masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara (Y).

Kriteria pengambilan keputusan: H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5% Ha diterima jika thitung ≥ ttabel pada α = 5%.


(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT. Kalbe Farma Tbk 4.1.1 Sejarah PT. Kalbe Farma Tbk

PT. Kalbe Farma Tbk (“Perseroan” atau “Kalbe”) didirikan pada 10 September 1966, oleh 6 bersaudara, yaitu Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, dan F. Bing Aryanto. Kalbe Farma telah jauh berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang dikelola di garasi rumah pendirinya di wilayah Jakarta Utara. Nama besar Kalbe tak bisa dipisahkan dari nama besar lain dibelakangnya yaitu Boenyamin Setiawan Ph.D kelahiran Tegal, 23 September 1933. Dokter lulusan FKUI tahun 1958 meraih gelar doktor (S3) tiga tahun kemudian (1961) bidang farmasi dari California University, Sanfaransisco, AS.

Mimpinya untuk membuat produk farmasi sempat dua kali gagal. Setelah bahu-membahu dengan kakak dan adiknya ia berhasil menmbangun Kalbe. Dokter Boen-demikian panggilan akrabnya - kini menjabat sebagai Presiden Komisaris, sementara Presiden Dokter dijabat oleh Johannes Setijono.

Tahun 1960-an perusahaan farmasi di Indonesia masih sangat sedikit. Yang tergolong besar mungkin baru 2 – 3 buah. Belum ada perusahaan asing karena kebijakan pemerintahan Bung Karno yang anti-asing ketika itu. Walau demikian, produk obat asing sudah banyak beredar namun harganya sangat mahal.


(14)

Sebagai dokter dan farmasis, beliau tahu betul obat-obat apa yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Masalah perizinan tidak ada hambatan karena pada waktu itu untuk mendirikan perusahaan farmasi sayarat-sayaratnya mudah sekali. Dengan sejumlah kompor dan panci-panci, beliau dan saudara-saudaranya membuat sirup obat. Pabrik terletak di Tanjong Priok, Jakarta utara di sebuah bangunan bekas bengkel. Di Kalbe Farma, disadari SDM menduduki posis yang sangat penting. SDM Kalbe harus DJITU.

D - Disiplin dan Dedikasi J - Jujur dan Jel

I - Inovatif dan Inisiatif

T - Tulus dan Tanggung Jawab U - Ulet dan Unggul

PT. Kalbe Farma selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang memenuhi persyaratan peraturan untuk industri farmasi dari Departemen Kesehatan RI sehingga PT. Kalbe Farma dinyatakan telah memenuhi persyaratan pemerintah sejak tahun 1974. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain:

1. Peraturan produksi obat tentang perlengkapan dan kelengkapan alat-alat produksi.

2. Peraturan/ surat keputusan Menteri Kesehatan RI tentang persyaratan perlengkapan dan kelengkapan suatu industri farmasi.

3. Peraturan tentang dasar-dasar pengawasan mutu obat dan cara-cara yang baik dalam pengawasan mutu obat-obatan.


(15)

4. Peraturan-peraturan lain mengenai bidang industri farmasi.

Pada tanggal 15 Agustus 1974, PT. Kalbe Farma memperoleh status Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) atau perusahaan yang menanamkan modal untuk kemajuan industri, sesuai dengan keputusan The Investment Coordination Board No. 352/4/BKPM/74/PMDN. Pada Tahun 1974 PT. Kalbe Farma mendirikan gedung perkantoran, kemudian pada tahun 1978 didirikan gedung SPNS (Solid Product Non Steril). Gedung ini bertingkat tiga, baru pada tahun 1985 dilakukan rekontruksi menjadi bertingkat enam.

Sebagian besar kegiatan berlangsung di bagian R&D, QA, PPIC dan produksi. Pada tahun 1988 mulailah dikembangkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang harus diterapkan oleh seluruh industri farmasi di Indonesia, sejalan dengan dikeluarkannya Surat Menteri Kesehatan RI No. 43/MENKES/SKII/1988. Oleh karena itu, dalam rangka penerapan CPOB serta untuk meningkatkan kapasitas produksi sebanyak tiga kali lipat, sejak tahun 1994 dibangun suatu plant baru di daerah kompleks industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat sesuai dengan progam pemerintah. Pabrik baru tersebut diresmikan pada tanggal 17 Desember 1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001. Hingga kini PT. Kalbe Farma telah melakukan upgrade dan memperoleh pengakuan ISO 9001 versi tahun 2000 yang lebih menekankan pada kepuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan dan perbaikan yang berkesinambungan. Dalam rangka peningkatan standar kualitas secara keseluruhan, pada bulan Oktober tahun 2004 PT. Kalbe Farma akan mulai


(16)

menerapkan integrated system untuk memenuhi persyaratan ISO 14001, OHSAS 18001, dan ISO 9001.

Selama lebih dari 40 tahun sejarah perusahaan, pengembangan usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap perusahaan-perusahaan farmasi lainnya, membangun merek-merek produk yang unggul dan menjangkau pasar internasional dalam rangka transformasi Kalbe menjadi perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.

Perseroan telah berhasil memposisikan merek-mereknya sebagai pemimpin di dalam masing-masing kategori terapi dan segmen industri tidak hanya di Indonesia namun juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk kesehatan dan obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga. Kalbe memproduksi obat ethical (resep dokter), obat OTC (over the counter), dan makanan kesehatan. Beberapa produk Kalbe yang terkenal misalnya Procold (obat flu), Kalpanax (obat panu), Promag (obat maag), Neo-entrostop (obat diare), Woods (obat batuk), Milna (bubur bayi), dan puyer 16 Bintang Toedjoe (obat sakit kepala). Masyarakat bisa membeli obat-obat OTC dengan mudah dengan harga yang terjangkau.

Kalbe Farma memiliki 1 juta outlet untuk mendistribusikan produk Kalbe dan 115 produsen obat lain ke seluruh Indonesia. Jumlah karyawan sebanyak 4000 orang yang tersebar di 60 kantor cabang pemasaran dan 40 kantor cabang


(17)

distribusi.

Tahun 2005, Kalbe meluncurkan beberapa produk baru OTC seperti X-Cel, Cerebrofit Active, Star Muni, Kalysmon Prima, New Komix, New Extra Joss, Cerebrofort dan Caxon Enace dan Mextril Syrup. Diperkenalkan juga sari buah merah Wonder Red (PWR) dan Saka Herbamed 2 in 1 (PWR plus madu). Jumlah produk OTC Kalbe yang beredar saat ini sekitar 30 item.

Kalbe juga masuk ke pasar makanan kesehatan dengan Health Food Division. Dipercaya nutrisi yang baik penting bagi pemeliharaan kesehatan yang prima. Anak - anak adalah masa depan bangsa dan negara, nutrisi yang baik perlu diberikan sejak dini agar anak-anak sehat dan cerdas. Oleh karena itu, Kalbe membuat paket produk untuk bayi, ibu hamil, dan ibu menyusui. Juga membuat produk nutrisi untuk penderita diabetes, hepatitis dan pasien di RS.

Lebih jauh pembinaan dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja internasional telah mendorong pengembangan usaha Kalbe di pasar internasional. Ada 8 antor perwakilan di Asia dan Afrika yaitu Malaysia, Filipina, Kamboja, Srilanka, Afrika Selatan, Nigeria, dan Zimbabwe. Di Nigeria ada peraturan baru dari pemerintah setempat yang mengharuskan obat-obatan di negara itu diproduksi oleh perusahaan dalam negeri. Oleh karena itu, Kalbe telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan Orange Drugs Co.Ltd untuk mendirikan perusahaan patungan.

Kalbe juga berpartisipasi dalam proyek-proyek riset dan pengembangan yang canggih serta memberi kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan dan farmasi termasuk riset sel punca dan kanker. Pelaksanaan


(18)

konsolidasi Grup pada tahun 2005 telah memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha Kalbe baik di tingkat lokal maupun internasional. Saat ini, Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara yang sahamnya telah dicatat di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas US$ 1 miliar dan penjualan melebihi Rp 7 triliun. PT Kalbe Farma menjadi perusahaaan farmasi terbesar di Asia Tenggara lewat penggabungan Dankos dan Enseval. Total penjualan Kalbe Farma Rp 5,87 Trilliun pada tahun 2005 (total pasar tanah air 23,608 T). Posisi kas yang sangat baik saat ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha Kalbe di masa mendatang.

Untuk melanjutkan upaya memperluas produksi obat-obatan, Kalbe manandatangani lebih banyak perjanjian kerja sama strategis dengan perusahaan farmasi dan makanan kesehatan multinasional. Terutama perusahaan yang memegang paten atas suatu bahan aktif yang diperlukan dalam memproduksi obat resep vital.

PT. Kalbe Farma Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi, suplemen, nutrisi dan layanan. Kalbe Farma memiliki motto The Scientific Pursuit of Health for a Better Life.

Hingga saat ini, PT. Kalbe Farma tetap merupakan produsen terbesar di pasaran dalam negeri, baik untuk produk Ethical (obat dengan resep dokter) maupun produk OTC (Over The Counter). Selain melayani pasar dalam negeri, sejak tahun 1988 produk-produk dari PT. Kalbe Farma sudah diekspor ke luar


(19)

negeri seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, Srilanka, Nigeria, Myanmar dan lain lain.

Pada tahun 1992, melalui Yayasan Pendidikan Kalbe, Kalbe Farma mendirikan STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Kalbe, yang akhirnya pada tahun 2009 berubah nama menjadi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbe.

4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan

Kalbe Farma mempunyai visi dan misi untuk tetap memproduksi produk-produk kesehatan yang menjadi dan menjangkau permintaan pasar secara menyeluruh demi memenuhi kebutuhan beragam konsumen tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga internasional (untuk ekspor). Kesuksesan yang berlanjut akan membantu pemegang saham dan masyarakat untuk mencapai hidup yang lebih baik.

Misi dari Kalbe Farna yaitu “To Improve Health For A Better Life”. Sedangkan Visi Kalbe Farma yaitu “To Be The Best Indonesian Health Care Company, Driven By Innovation, Strong Brands And Excellent Management”.

Selain itu juga terdapat dasar-dasar dari Kalbe Farma yang disebut sebagai Kalbe Panca Srhada, yaitu:

a. Trust is the glue of life

Kepercayaan adalah perekat di antara kami a. Mindfullness is the foundation of our action

Kesadaran penuh adalah dasar dari setiap tindakan kami b. Innovation is the key to our success


(20)

c. Strive to be the best

Bertekad menjadi yang terbaik.

d. Interconnectedness is universal a way of our life Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami 4.1.3 Grup Kalbe

Grup Kalbe menangani beberapa portofolio merek untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan dan distribusi. Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi, yaitu:

1. SBU Pharmaceutical (divisi obat resep (kontribusi 25%)) a. PT. Kalbe Farma Tbk

b. PT. Hexpharm Jaya c. PT Dankos Farma d. PT Finusolprima e. Kalbe Vision Pte. Ltd. f. Innogene Kalbiotech Pte. Ltd

2. SBU Consumer Health (divisi produk kesehatan (kontribusi 17%)) a. Kalbe OTC

b. PT Bintang Toedjoe c. PT Saka Farma Lab. d. PT Hale International e. Kalbe International Pte. Ltd


(21)

a. PT Sanghiang Perkasa (Kalbe Nutritionals) b. PT. Kalbe Morinaga Indonesia

4. SBU Distribution & Logistik (divisi distribusi & kemasan (kontribusi 36%)) a. PT Enseval Putra Megatrading. Tbk

b. PT Enseval Medika Prima c. PT Milenia Dharma Insani 4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif 4.2.1.1 Deskriptif Responden

Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pernyataan (kuesioner). Jumlah pernyataan seluruhnya adalah 11 butir pernyataan, terdiri dari enam pernyataan untuk variabel status pioner (X), dan lima pernyataan untuk variabel keputusan pembelian (Y).

Kuesioner disebarkan kepada 81 masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

15 – 20 tahun 15 18,51%

21 – 30 tahun 22 27,16%

31 – 40 tahun 26 32,1%

41 – 50 tahun 16 19,75%

51 keatas 2 2,47%

Jumlah 81 100% Sumber: Data Primer diolah Peneliti (April 2014)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini yang berumur 15 – 20 tahun sebanyak 15 orang dengan


(22)

persentase sebesar 18,51%, responden yang berumur 21 – 30 tahun sebanyak 22 orang dengan persentase sebesar 27,16%, responden yang berumur 31 – 40 tahun sebanyak 26 orang dengan persentase sebesar 32,1%, responden yang berumur 41 – 50 tahun sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 19,75%, dan responden yang berumur 51 keatas sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 2,47%. Hal ini menunjukkan bahwa responden paling dominan adalah berumur 31 – 40 tahun.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki - laki 62 76,54%

Perempuan 19 23.46% Jumlah 81 100% Sumber: Data Primer diolah Peneliti (April 2014)

Berdasarkan Tabel 4.2 mayoritas responden dalam penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 62 orang dengan persentase sebesar 76,54% dan responden perempuan sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 23.46%.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamat SMU 9 11,1%

Tamat Diploma (D3) 11 13,59%

Tamat Sarjana (S1) 54 66,67%

Tamat Sarjana (S2) 7 8,64%

Jumlah 81 100% Sumber: Data Primer diolah Peneliti (April 2014)

Berdasarkan Tabel 4.3 mayoritas responden berada pada pendidikan tamat sarjana (S1) sebanyak 54 orang atau sebesar 66,67% diikuti pendidikan tamat diploma (D3) sebanyak 11 orang atau sebesar 13,59%, kemudian pada pendidikan tamat SMU sebanyak 9 orang atau sebesar 11,1%, dan persentase


(23)

4.2.1.2 Deskriptif Variabel

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert untuk menanyakan tanggapan responden mengenai pengaruh status pioner (X) terhadap keputusan pembelian (Y).

Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Status Pioner (X) Item No Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang Setuju (KS)

Setuju (S) Sangat Setuju (SS) F % F % F % F % F %

1 3 3.7 4 4.9 15 18.5 45 55.6 14 17.3

2 1 1.2 1 1.2 6 7.4 48 59.3 25 30.9

3 - - - - 15 18.5 46 56.8 20 24.7

4 - - 4 4.9 18 22.2 35 43.2 24 29.6

5 - - - - 15 18.5 51 63.0 15 18.5

6 1 1.2 4 4.9 19 23.5 42 51.9 15 18.5

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (April 2014) Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa: 1. Pernyataan 1 kuesioner

3 responden (3.7%) menjawab sangat tidak setuju, 4 responden (4.9%) menjawab tidak setuju, 15 responden (18.5%) menjawab kurang setuju, 45 responden (55.6%) menjawab setuju, 14 responden (17.3%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 55.6%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa Promag adalah merek obat maag yang pertama kali muncul dipasar.


(24)

2. Pernyataan 2 kuesioner

1 responden (1,2%) menjawab sangat tidak setuju, 1 responden (1,2%) menjawab tidak setuju, 6 reponden (7.4%) menjawab kurang setuju, 48 responden (59.3%) menjawab setuju, dan 25 responden (30.9%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 59.3%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa Promag menunjukkan kualitas yang lebih baik dibanding merek pengikut.

3. Pernyataan 3 kuesioner

15 responden (18.5%) menjawab kurang setuju, 46 responden (56.8%) menjawab setuju, dan 20 responden (24.7%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 56.8%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa saya yakin bahwa produk obat Promag adalah pilihan yang tepat.

4. Pernyataan 4 kuesioner

4 responden (4.9%) menjawab tidak setuju, 18 responden (22.2%) menjawab kurang setuju, 35 responden (43.2%) menjawab setuju, dan 24 responden (29.6%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan


(25)

hasil persentase sebesar 43.2%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa produk obat Promag menjadi pilihan utama ketika ingin mengkonsumsi produk obat sakit maag.

5. Pernyataan 5 kuesioner

15 responden (18.5%) menjawab kurang setuju, 51 responden (63.0%) menjawab setuju, dan 15 responden (18.5%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 63.0%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa produk obat Promag berhasil menjadi produk obat yang dicari konsumen.

6. Pernyataan 6 kuesioner

1 responden (1.2%) menjawab sangat tidak setuju, 4 responden (4.9%) menjawab tidak setuju, 19 responden (23.5%) menjawab kurang setuju, 42 responden (51.9%) menjawab setuju, 15 responden (18.5%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 51.9%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa produk obat Promag lebih diminati daripada produk sejenis lainnya.


(26)

Tabel 4.5

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Item No Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang

Setuju (KS) Setuju (S)

Sangat Setuju (SS)

F % F % F % F % F %

1 - - - - 4 4.9 55 67.9 22 27.2

2 2 2.5 3 3.7 19 23.5 37 45.7 20 24.7

3 2 2.5 5 6.2 14 17.3 42 51.9 18 22.2

4 - - - - 7 8.6 53 65.4 21 25.9

5 2 2.5 - - 8 9.9 49 60.5 22 27.2

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (April 2014) Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa: 1. Pernyataan 1 kuesioner

4 responden (4.9%) menjawab kurang setuju, 55 responden (67.9%) menjawab setuju, dan 22 responden (27.2%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 67.9%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa saya menyadari bahwa kualitas obat Promag baik dan berkhasiat menyembuhkan.

2. Pernyataan 2 kuesioner

2 responden (2.5%) menjawab sangat tidak setuju, 3 reponden (3.7%) menjawab tidak setuju, 19 responden (23.5%) menjawab kurang setuju, 37 responden (45.7%) menjawab setuju, dan 20 responden (24.7%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa


(27)

jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 45.7%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa saya selalu mencari obat Promag dibandingkan dengan obat lainnya.

3. Pernyataan 3 kuesioner

2 responden (2.5%) menjawab sangat tidak setuju, 5 responden (6.2%) menjawab tidak setuju, 14 responden (17.3%) menjawab kurang setuju, 42 responden (51.9%) menjawab setuju, dan 18 responden (22.2%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 51.9%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa banyak yang mereferensikan obat Promag padanya.

4. Pernyataan 4 kuesioner

7 responden (8.6%) menjawab kurang setuju, 53 responden (65.4%) menjawab setuju, dan 21 responden (25.9%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 65.4%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa obat Promag banyak di konsumsi di masyarakat.


(28)

5. Pernyataan 5 kuesioner

2 responden (2.5%) menjawab sangat tidak setuju, 8 responden (9.9%) menjawab kurang setuju, 49 responden (60.5%) menjawab setuju, dan 22 responden (27.2%) menjawab sangat setuju. Dari semua hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa jawaban tertinggi terdapat pada kriteria jawaban setuju dengan hasil persentase sebesar 60.5%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara menjawab bahwa saya membeli Promag karena memberikan kepuasan bagi saya.

4.2.2 Analisis Regresi Linear Sederhana

Metode Analisis Regresi Sederhana adalah metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu status pioner terhadap variabel terikat yaitu kepuasan pembelian. Dengan menggunakan program enter pada SPSS 17.00 dihasilkan output sebagai berikut:

Tabel 4.6

Analisis Regresi Sederhana Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 StatusPionera . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: KeputusanPembelian Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (April 2014) Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:

1. Variables Entered adalah variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel independen.


(29)

2. Variables Removed adalah variabel yang dikeluarkan dalam persamaan dan tidak ada variabel independen yang dikeluarkan.

3. Metode (method) yang digunakan adalah metode enter. 4.2.2.1Uji Determinasi (R2)

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan R Square Model Summary Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .452a .205 .194 2.41126

a. Predictors: (Constant), StatusPioner Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (April 2014)

1. R = 0,452 berarti hubungan (relation) antara status pioner merek Promag terhadap keputusan pembelian sebesar 45,2%. Artinya hubungannya cukup erat. Semakin besar R berarti hubungan semakin erat.

2. R Square sebesar 0,205 menunjukkan bahwa status pioner merek Promag memiliki kemampuan untuk menjelaskan keputusan pembelian masyarakat sebesar 20,5%. Sedangkan sisanya 79,5% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.

3. Standart Error of Estimated artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Standart Error of Estimated juga bisa disebut standar deviasi. Dari tabel di atas Standart Error of Estimated adalah 2.41126. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.


(30)

4.2.2.2Uji Signifikansi Parsial (Uji T) Tabel 4.8 Hasil Uji - thitung

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.648 1.918 6.072 .000

StatusPioner .360 .080 .452 4.507 .000

a. Dependent Variable: KeputusanPembelian Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (April 2014)

Berdasarkan Tabel 4.8 pada hasil uji signifikansi parsial (uji-t) dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konstanta (a) sebesar 11.648. Ini memiliki arti walaupun variabel bebas bernilai nol maka keputusan pembelian tetap sebesar 11.648.

2. Variabel status pioner merek Promag berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, hal ini terlihat dari nilai signifikansi sebesar (0,000) di bawah atau lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung (4.507) > ttabel(1.664) artinya jika variabel status pioner merek Promag (X) ditingkatkan maka keputusan pembelian (Y) akan meningkat.

3. Berdasarkan hasil uji t maka rumus persamaan regresinya adalah Y = a + bX + e


(31)

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh Variabel Status Pioner (X1) Terhadap Keputusan Pembelian

(Y)

Berdasarkan hasil uji signifikansi parsial bahwa variabel status pioner merek Promag berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, hal ini terlihat dari nilai signifikansi di bawah atau lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung > ttabel artinya jika variabel status pioner merek Promag (X) ditingkatkan maka keputusan pembelian (Y) akan meningkat.

Berdasarkan Uji Determinasi (R2) hubungan (relation) antara status pioner merek Promag terhadap keputusan pembelian sebesar 45,2%. Artinya hubungannya cukup erat.

Keunggulan Promag adalah merupakan obat maag yang terbukti kualitasnya. Namun, yang membuat Promag menjadi status pionir adalah inovasi yang melekat di Promag ini, yaitu komposisi Promag yang terdiri dari kombinasi Hydrotalcite, Magnesium Hidroksida, dan Simethicone merupakan suatu komposisi unik yang tidak terdapat pada obat maag lain. Dengan komposisinya yang unik dan formulanya yang baik, Promag bekerja dengan cepat menetralisir kelebihan asam pada lambung. Promag juga mudah didapatkan di mana saja, baik di Supermarket, Apotik, dan Toko Obat. Selain itu konsumsi obat Promag yang praktis, dapat langsung dikunyah (chewable) atau ditelan dengan air. Alasan-alasan inilah yang membuat konsumen memilih untuk melakukan keputusan pembelian pada obat Promag, karena produk yang ditawarkan ke pelangggan memenuhi harapan atau bahkan melebihi harapan pelanggan.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap pengaruh variabel status pioner merek Promag terhadap keputusan pembelian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan pengujian secara parsial (uji t), variabel status pioner merek Promag berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

2. Nilai R adalah sebesar 0,452 berarti hubungan (relation) antara status pioner merek Promag terhadap keputusan pembelian sebesar 45,2%. Artinya hubungannya cukup erat. R = 0,452 berarti hubungan (relation) antara status pioner merek Promag terhadap keputusan pembelian sebesar 45,2%. Artinya hubungannya cukup erat. Nilai R Square sebesar 20,5% menunjukkan bahwa status pioner merek Promag memiliki kemampuan untuk menjelaskan keputusan pembelian masyarakat. Sedangkan sisanya 79,5% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berukut:

1. Variabel status pioner merek Promag berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, sehingga disarankan agar PT.


(33)

Kalbe Farma Tbk tetap menjaga keunggulan status pionir tersebut dengan meningkatkan kualitas dan mutunya, sehingga konsumen yakin akan obat Promag adalah status pionir dan menjadi pilihan utama penderita sakit maag 2. Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, diharapkan untuk peneliti

selanjutnya dapat lebih menyempurnakan penelitian ini misalnya dengan menambah variabel-variabel lain dalam penelitian.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Merek

Menurut The American Marketing Association dalam Kotler (2000:227), merek adalah sebuah nama, istilah, simbol, atau desain, atau kombinasi antar mereka, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu atau sekelompok penjual, dan untuk mendiferensiasikan dari barang ke jasa pesaing.

UU Merek No. 15 Tahun 2001 mendefinisikan merek sebagai tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Merek memegang peranan yang sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dan perusahaan menghasilkan produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.

Beberapa faktor yang menyebabkan merek menjadi sangat penting antara lain:


(35)

1. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil.

2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat dalam suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh budaya dan dunia.

3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.

Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan semakin banyak Brand Association (asosiasi merek) yang terbentuk dalam merek tersebut.

4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen.

5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut.

6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.

Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa merek merupakan sesuatu yang dapat berupa tanda, gambar, simbol, nama, kata huruf-huruf, angka-angka,susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya untuk membedakan sebuah produk dengan produk pesaing melalui keunikan serta segala sesuatu yang dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan dengan tujuan untuk menjalin sebuah hubungan yang erat antara konsumen dan perusahaan melalui sebuah makna psikologis.


(36)

1. Atribut

Merek pertama-tama membawa atribut-atribut tertentu ke dalam benak seseorang. Mercedes akan memberi kesan mahal, berancang bangun dan berteknologi tinggi, kuat dan tahan lama, sangat bergengsi, nilai jual kembali tinggi, gesit dan sebagainya. Perusahaan akan menggunakan satu atau beberapa dari atribut-atribut tersebut untuk mengiklankan mobilnya. Selama bertahun-tahun Mercedes mengiklankan, “Direkayasa tidak seperti mobil-mobil lain di dunia.”

2. Manfaat

Sebuah merek lebih dari sekadar sekumpulan atribut. Pelanggan tidak membeli atribut, mereka membeli manfaat.

3. Nilai-nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsennya, sehingga

Mercedes berarti berkinerja tinggi, kemanan, gengsi, dan sebagainya. Pemasar merek harus menemukan kelompok pembeli mobil tertentu yang mencari nilai-nilai tersebut.

4. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman: terorganisasi, efisien, kualitas tinggi.

5. Pemakai

Merek memberi kesan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Kita akan terkejut menyaksikan seorang sekretaris berusia sekitar 20 tahun mengendarai sebuah Mercedes. Sebaliknya kita akan


(37)

berharap melihat seorang eksekutif puncak berusia sekitar 55 tahun berada di belakang kemudi. Para penggunanya adalah orang-orang yang menghargai nilai, budaya, dan kepribadian dari produk tertentu.

Tjiptono (2005:39) menyatakan bahwa penggunaan merek memiliki berbagai macam tujuan, yaitu:

1. Sebagai identitas perusahaan yang membedakannya dengan produk pesaing, sehingga pelanggan mudah mengenali dan melakukan pembelian ulang. 2. Sebagai alat promosi yang menonjolkan daya tarik produk (misalnya dengan

bentuk desain dan warna-warni yang menarik).

3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas, serta citra prestise tertentu kepada konsumen.

4. Untuk mengendalikan dan mendominasi pasar. Artinya, dengan membangun merek yang terkenal, bercitra baik, dan dilindungi hak ekslusif berdasarkan hak cipta/paten, maka perusahaan dapat meraih dan memperthankan loyalitas konsumen.

Menurut Tjiptono (2005:42) agar suatu merek dapat mencermin kan makna-makna yang ingin disampaikan, maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan:

1. Merek harus khas atau unik.

2. Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan

pemakaianya.

3. Merek harus menggaambarkan kualitas produk. 4. Merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat.


(38)

5. Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk di negara dan dalam bahasa lain.

6. Merek harus dapat menyesuaikan diri dengan produk baru yang mungkin ditambahkan ke lini produk.

2.1.2 Pengertian Merek Pionir

Menurut Schmalensee dalam Tjiptono (2005:61) pionir adalah merek yang muncul pertama kali dalam kategori produk baru. Kalyanaram, Robinson, dan Urban dalam Tjiptono (2005:61) mendefinisikan pionir sebagai merek yang pertama kali masuk ke sebuah pasar baru. Sementara itu, definisi lebih spesifik oleh Schnaars dalam Tjiptono (2005:61) yang merumuskan pionir sebagai merek yang memperkenalkan suatu produk ke pasar dan pertama kali menjualnya dengan sukses.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa merek pionir adalah suatu merek baru dalam kategori produk baru dan sukses menjualnya di pasar serta tetap mempertahankannya sehingga membekas di benak konsumen.

2.1.3 Keunggulan dan Risiko Merek Pionir

Keunggulan dan risiko merek pionir menurut Tjiptono (2005:63):

1. Response lags antara pionir yang pertama memasuki pasar dan perusahaan kedua yang memasuki pasar memberikan kesempatan kepada pionir untuk menjadi monopolis temporer dan meraup pendapatan substansial.

2. Pionir berkesempatan untuk mencapai skala ekonomis sebelum later entrants


(39)

luas dibandingkan para pesaingnya.

3. Pionir berpeluang membangun loyalitas merek dan switching cost (baik ekonomis maupun psikologis) terlebih dahulu, sehingga setiap pendatang baruharus bekerja keras guna meyakinkan pelanggan agar bersedia beralih ke produknya. Dengan demikian pionir bisa mendapatkan loyalitas dari konsumen-konsumen yang tergolong risk averse.

4. Pionir berpeluang mendapatkan citra dan reputasi positif atas daya inovasi dankeprogresifannya dalam membuka pasar.

5. Terciptanya hambatan masuk bagi para later entrants bila pionir mendapatkanperlindungan hak paten.

6. Pionir berkesempatan mendominasi jaringan distribusi dan periklanan, sehingga hanya akan tersedia tempat terbatas bagi para pendatang berikutnya. 7. Pionir bisa menciptakan standar produk, standar industri, dan basis pelanggan

yang berguna untuk mendukung penyempurnaan produk selanjutnya.

8. Pionir berpeluang untuk mempercepat proses belajarnya dalam hal produksi dan teknologi dibandingkan para pesaingnya.

9. Pionir dapat mendominasi berbagai aset langka, seperti sumber daya alam, lokasi, dan rak pajangan di gerai ritel.

Implikasinya, pionir cenderung berhasil meraih pangsa pasar terbesar dalam industrinya. Namun Carpenter & Nakamoto dalam Tjiptono (2005:63) mengingatkan bahwa keunggulan pionir baru bisa tereliasasi apabila merek pionir tersebut berhasil membentuk preferensi konsumen dengan jalan secara terus-menerus menyempurnakan dan mendiferensiasikan produknya dari para pesaing


(40)

atau disebut later entrants.

Menurut Brown, Jain, dan Schnaars dalam Tjiptono (2005:70), tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh merek pionir diantaranya:

1. Pionir harus unggul dalam teknologi (untuk ini dibutuhkan investasi yang besar).

2. Resiko kegagalan dalam introduksi produk baru relatif besar. 3. Biaya riset dan pengembangan produk sangat mahal.

4. Proses inovasi acapkali harus melewati tahapan-tahapan panjang yang tidak berguna dikarenakan kemajuan yang berlangsung lambat sehubungan dengan faktor trial and error.

5. Pionir harus “membuka jalan” dengan menciptakan dan mengembangkan permintaan primer serta mengedukasi pelanggan.

2.1.4 Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:181) keputusan pembelian adalah membeli merek yang palimjg disukai, tetapi dua factor bias berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain dan yang kedua faktor situasional yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian yang aktual. Dengan kata lain, setiap konsumen adalah rational economic man yang memiliki alas an rasional dan membuat pilihan rasional dalam setiap pembelian produk dan jasa, (Tjiptono, 2005:179).

Menurut Davis (dalam Syamsi, 2000:3), keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan


(41)

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Setiadi (2010:332) menyatakan bahwa “inti dari pengambilan keputusan konsumen (cunsumer decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya”. Pemasar juga perlu mengetahui apa saja yang menjadi bahan pertimbangan orang dalam keputusan pembelian dan peran apa yang dimainkan masing-masing orang. Peran-peran pembelian konsumen tersebut, yaitu:

1. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama-tama memberikan pendapat atau pikiran untuk membeli produk atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh (influencer), yaitu orang yang pandangan/nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil keputusan (decider), yaitu orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian, misalnya apakah membeli, apa yang akan dibeli, kapan hendak membeli, dengan cara bagaimana membeli, atau di mana akan membeli.

4. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian nyata.

5. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.


(42)

2.1.5 Proses Pengambilan Keputusan

Setiadi (2005:16) menyebutkan tahapan-tahapan proses pengambilan keputusan pembelian, secara umum proses itu dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Sumber: Setiadi (2005:16)

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

1. Pengenalan kebutuhan (pengenalan masalah)

Merupakan tahap awal dimana seseorang merasa memiliki kebutuhan dan keinginannya harus dipenuhi.kebutuhan ini disebabkan oleh ransangan internal seseorang yaitu misalnya rasa lapar meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan.

2. Pencarian Informasi

Pencarian informasi dapat dibagi menjadi dua tingkatan, situasi pencarianyang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat. Pada tahap ini konsumen akan mencari informasi tentang produkyang akan dibeli. Selanjutnya konsumen akan mencari informasi secara aktif tentang produk yang akan dibelinya yang dapat dilakukannya dengan mencari bacaan, menelepon dan mempelajari tentang produk yang bersangkutan.

3. Evaluasi Alternatif

Pada evaluasi alternatif konsumen membentuk penilaian atas produk terutama kesadaran dan rasio. Beberapa konsep yang membantu memahami Pengenalan

Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Setelah Pembelian


(43)

proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk senagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dan member manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah langkah konsumen setelah melakukan berbagai pertimbangan, pada akhirnya menentukan pembelian atau tidak berdasarkan yang telah diterima konsumen berdasarkan urutan yang telah disebutkan diatas.

5. Perilaku Setelah Pembelian

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pemasar.

2.3 Penelitian Terdahulu

Wardayanti (2006) melakukan penelitian jurnal berjudul Analisis Pengaruh Status Pioneer Sebuah Merek terhadap Sikap Konsumen dalam Kategori Produk Vitamin C 500 mg. Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Universitas Kristen Petra dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh status pionir sebuah merek terhadap sikap konsumen dalam kategori produk tablet hisap vitamin C 500 mg dengan membandingkan sikap konsumen terhadap Vitacimin sebagai merek pionir dan


(44)

Xon-ce sebagai merek pengikut. Hasil dari penelitian tersebut adalah status pionir sebuah merek berpengaruh secara signifikan terhadap sikap konsumen. Konsumen yang mengetahui bahwa Vitacimin merupakan merek pionir mempunyai sikap yang lebih baik secara signifikan terhadap merek Vitacimin daripada merek Xon-ce.

Gultom (2006) melakukan penelitian berjudul “Analisis Brand Equity Sabun Lifebuoy yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian pada Keluarga Kelurahan Kenangan Baru Kecamatan Percut Sei Tuan”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh elemen-elemen brand equity

tehadap keputusan pembelian pada keluarga Kelurahan Kenangan Baru, dan faktor mana yang paling dominan pengaruhnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan uji simultan, uji parsial, dan analisis determinasi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian menggunakan 300 keluarga sebagai sampel dengan metode Quota Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan elemen-elemen brand equity, yang terdiri dari brand awareness (kesadaran merek). Brand association

(asosiasi merek), perceived quality, dab brand loyalty (loyalitas merek) mempengaruhi secara signifikan keputusan pembelian sabun Lifebuoy pada keluarga Kenangan Baru. Dan secara parsial, elemen loyalitas merek merupakan faktor yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian sabun Lifebuoy pada keluarga Kenangan Baru.


(45)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian diajukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survey literature

(Kuncoro, 2003:44).

Schmalensee dalam Tjiptono (2005:61) mendefinisikan status pionir sebuah merek adalah merek yang muncul pertama kali di dalam kategori produk baru dengan sukses. Konsumen yang sukses menggunakan merek pertama dalam suatu kategori produk baru cenderung akan lebih menyukai merek tersebut dibandingkan merek-merek lainnya yang masuk pasar belakangan.

Pionir bisa mempengaruhi cara konsumen mengevaluasi atribut-atribut penting dalam kategori produk yang pada gilirannya menyebabkan pionir berhasil menjadi standar dalam kategori produk. Selain itu, pionir bisa ‘mengikat’ pelanggan sehingga menimbulan kesan kuat yang tertanam di benak konsumen untuk melakukan pembelian secara berkelanjutan.

Berdasarkan teori tersebut, dapat disusun skema sistematis kerangka konseptual penelitian, yaitu:

Sumber: Tjiptono (2005:61) (diolah penulis)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual


(46)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh positif dan signifikan antara status pionir merek promag terhadap keputusan pembelian masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara.


(47)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, ransangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek juga mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembelian. Karena berfungsi untuk membedakan sebuah produk dari produk pesaing, sebuah merek mempunyai peranan yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Dalam situasi persaingan yang semakin ketat, peran merek akan menjadi semakin penting. Seorang produsen tidak hanya cukup

menawarkan produk berkualitas tinggi untuk merebut konsumen, melainkan juga perlu meningkatkan kekuatan mereknya di pasar. Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di pasar. Untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat, sebuah merek harus mengeluarkan semua keunggulan yang dimilikinya.

Status merek pionir (pioneer-status) merupakan salah satu keunggulan yang jika diolah dengan baik bisa menjadi senjata pemasaran yang ampuh untuk memenangkan persaingan. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh merek pionir sungguh mengagumkan dalam berbagai hal. Keunggulan-keunggulan ini mampu membuat merek pionir bertahan dari serangan para pesaing, hadirnya


(48)

merek baru, inovasi produk pesaing, kompetisi harga, dan perubahan selera konsumen.

Dalam berbagai macam pasar, baik pasar consumer goods maupun industrial goods, merek pionir mampu bertahan di tempat tertinggi selama bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun. Dalam beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa perbedaan pangsa pasar antara merek-merek pionir dengan merek-merek pengikut relatif besar. Memori, sikap, dan preferensi konsumen terhadap merek pionir dan merek pengikut secara umum menunjukkan bahwa konsumen mempunyai sikap yang lebih baik terhadap merek pionir daripada merek pengikut. Namun konsep merek pionir ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut karena merek pengikut dalam kategori produk tertentu, konsumen belum tentu tahu dengan pasti merek apa yang menjadi pionir dan merek apa yang merupakan merek pengikut.

Kemajuan dalam bidang industri memicu berkembangnya aktifitas manusia, dampak tidak langsungnya adalah pola hidup yang tidak sehat, stamina yang kurang dijaga, pola makan yang tidak teratur dan sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit maag. Dari begitu banyaknya pilihan obat untuk mengurangi sakit maag, sangat mudah bagi konsumen untuk memilih atau menemukan merek obat yang menjadi selera dari masing-masing individu konsumen tersebut.

Maag atau radang lambung atau tukak lambung adalah gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut. Secara garis besar, ada 2


(49)

jenis penyakit maag, yaitu, pertama, Gastritis Akut yakni penyakit maag akut adalah inflamasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) akut dari lambung, dan biasanya terbatas hanya pada muklosa. Penyakit maag akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Yang kedua adalah Gastritits Kronis yakni lambung penderita penyakit maag kronis mungkin mengalami inflamasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) kronis dari tipe gangguan tertentu, yang menyebabkan gastritis dari tipe yang spesifik yaitu gastritis kronisa.

Jenis penyakit maag yang dilihat berdasarkan tingkat keparahan, dibedakan menjadi maag ringan dimana biasanya setiap orang sudah berada di tahap ini, jika dilakukan pemeriksaan akan terlihat asam lambung berlebih di bagian dinding, maag sedang yang sudah menyebabkan nyeri, sakit dan mual yang menyakitkan, maag kronis yaitu maag yang sudah parah intensitasnya di bandingkan maag biasa, dan kanker lambung terjadi akibat mikroorganisme yang merugikan, yaitu Helycobacter pylori (http://id.wikipedia.org/wiki/Maag).

Sakit maag yang banyak ditemukan di masyarakat adalah sakit maag fungsional. Sakit maag fungsional disebabkan oleh berbagai faktor. Keluhan yang timbul bisa terjadi karena akibat peningkatan asam lambung yang berlebihan didalam lambung. Boleh disebutkan terjadinya banjir asam lambung. Keadaan ini dapat disebabkan oleh makanan dan minuman tertentu, misal makan makanan yang terlalu asam, pedas , minum kopi atau alkohol. Sering terlambat makan atau makan tidak teratur juga dapat menjadi penyebab timbulnya sakit maag


(50)

fungsional. Selain itu stress fisik dan psikis juga dapat merangsang produksi asam lambung berlebih sehingga mengakibatkan gangguan maag.

Selain asam lambung yang berlebih lambung juga bisa terganggu akibat naiknya cairan empedu dari usus dua belas jari menuju lambung bahkan dapat naik sampai kerongkongan. Adanya cairan empedu yang naik dapat menyebabkan gangguan pada lambung sampai menyebabkan kerusakan dinding dalam lambung. Motilitas atau pergerakan lambung juga salah satu factor penyebabkan gangguan sakit maag fungsional. Adanya pengosongan lambung yang lambat berakibat kontak makanan dan cairan lambung lebih lama dari biasanya dan hal ini tentunya akan menyebakan gangguan pada lambung.

Menurut laporan, pengosongan ruang lambung terjadi pada 30% pasien maag, dan 70% dari pasien tersebut disebabkan oleh gerakan abnormal dari sistem pencernaan. (http://www.ahlinyalambung.com/).

Obat-obatan untuk sakit maag umumnya dimakan dua jam sebelum makan dan dua jam sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat dikonsumsi dua jam sebelum makan yaitu untuk menetralisir asam lambung, karena pada saat tersebut penumpukkan asam lambung sudah sangat banyak dan didalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil yang apabila terkena asam akan terasa perih. Kemudian obat yang diminum dua jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah makan, asam yang di lambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga sudah ternetralisir dan tidak akan melukai dinding lambung. (http://id.wikipedia.org/wiki/Maag).


(51)

Di dalam persaingan produk obat, dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu obat etikal dan OTC (over the counter), atau obat yang di jual bebas tanpa resep dokter. Pada awalnya produsen obat memasarkan produknya secara etikal atau melalui resep dokter, akan tetapi akibat perubahan pola perilaku konsumen menyebabkan konsumen lebih memilih produk yang di jual bebas di pasaran. Agar produknya berhasil di pasar, obat OTC (over the counter) harus memperoleh kepercayaan dari konsumen akhir, karena menyangkut daya beli konsumen dan jumlah konsumen yang banyak, konsumen akhir jelas lebih sulit dibujuk jika dibandingkan dengan obat etikal yang pemasaranya hanya melalui dokter. Salah satu dari kategori produk obat adalah obat maag, selama tiga tahun terakhir industri obat maag diwarnai dengan persaingan yang sangat ketat sehingga konsumen dihadapkan pada beberapa jenis obat maag dengan berbagai merek di pasar yang mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing.

Tabel 1.1

Merek Dan Produsen Obat Maag Di Indonesia

No Merek Perusahaan

1. Promag Kalbe Farma Tbk

2. Mylanta PT Pfizer

3. Waisan Bintang Tujuh

4. Gelusil Kimia Farma

5. Antalsid Konimes

Sumber: SWA No. 14/XXIII

Berdasarkan Tabel 1.1 terdapat lima produsen pasar obat maag diantaranya adalah Promag yang diproduksi Kalbe Farma Tbk, Mylanta yang diproduksi PT Pfizer, Waisan yang diproduksi oleh Bintang Tujuh, Gelusil yang diproduksi oleh Kimia Farma dan Antalsid yang diproduksi oleh Konimes.


(52)

Promag merupakan pelopor obat maag kategori antasida (penetralisir kelebihan asam lambung) yang pertama di Indonesia. Promag pertama kali diluncurkan pada tahun 1971 oleh PT Kalbe Farma Persero Tbk yang merupakan salah satu perusahaan farmasi besar di Indonesia. PT. Kalbe Farma Persero Tbk (IDX: KLBF) merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi , suplemen, nutrisi dan layanan kesehatan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Kini, setelah 38 tahun, Promag telah semakin dipercaya masyarakat Indonesia di mana sampai dengan Januari 2009 Promag telah menguasi pangsa pasar sebesar 80 % berdasarkan data survey AC Nielsen.

Tabel 1.2

Merek Obat Maag Yang Paling Sering Dibeli

No Merek Persentase

1. Promag 82,2%

2. Mylanta 10,1%

3. Waisan 9,2%

Sumber: http://indonesiadocuments.blogspot.com

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa konsumen lebih cenderung memilih Promag sebagai alternatif pembelian pertama, Mylanta menduduki posisi kedua sedangkan Waisan menduduki posisis ketiga. Dengan status pionir yang dimiliki Promag, obat maag ini dipercaya penuh oleh konsumen. Konsumen yang sudah bersikap positif terhadap suatu produk akan cenderung memiliki keinginan yang kuat untuk memilih dan membeli produk yang disukainya.

Dalam memutuskan pembelian, konsumen tidak selalu menggunakan pemikiran yang logis, konsumen membeli dan mengkonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, namun juga karena nilai sosial dan


(53)

emosionalnya. Keputusan pembelian adalah perilaku yang dilakukan oleh individu-individu yang berbeda. Dalam memutuskan pembelian, konsumen dipengaruhi oleh berbagai variabel yang ada pada dirinya sendiri ataupun lingkungannya. Segala kelebihan yang dimiliki Promag mampu memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan.

Promag berorientasi pada gaya hidup yang praktis khususnya dengan target pasar para pekerja, yang memiliki karakteristik selalu instan, energik, konsumtif, dan berbeda. Hal ini berhubungan dengan sisi psikologis pekerja yang memiliki perilaku yang dinamis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Status Pionir Merek Promag Terhadap Keputusan Pembelian Masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara status pionir merek promag terhadap keputusan pembelian masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh status pionir merek promag terhadap keputusan pembelian masyarakat Kecamatan Medan Baru Kota Medan Sumatera Utara.


(54)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi bagi PT. Kalbe Farma Persero Tbk untuk terus meningkatkan kekuatan status merek pionir agar mampu terus bertahan menguasai pasar.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik untuk dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan dan memperluas wahana berpikir ilmiah dalam bidang manajemen pemasaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama di masa yang akan datang, maupun untuk penelitian lanjutan.


(55)

ABSTRAK

PENGARUH STATUS PIONIR MEREK PROMAG TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MASYARAKAT KECAMATAN

MEDAN BARU KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel yaitu status pioner merek Prmag terhadap keputusan pembelian masyarakat kecamatan Medan Baru kota Medan Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah eksplanasi, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode accidental sampling yang teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang kebetulan ditemui sesuai sebagai sumber data. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan yaitu variabel status pioner merek Promag secara parsial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Berdasarkan uji determinan (R2) diperoleh kesimpulan bahwa status pioner merek Promag berpengaruh cukup

erat terhadap keputusan pembelian, yaitu 45,2%, nilai R square dapat diketahui 20,5% berarti faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh status pioner merek Promag sedangkan sisanya 79,5% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(56)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PIONEER STATUS OF PROMAG BRAND ON PURCHASING DECISION AT THE MEDAN BARU DISTRICT

COMMUNITY MEDAN CITY OF NORTH SUMATERA

This research is purpose to know the influence of independent variables pioneer status of Promag brand on puchasing decision at the Medan Baru district community Medan City of North Sumatera. The observation is an explanation one, types of data used are primary data and secondary data. Data collection methods used were questionnaires and study documentation. The sampling technique used is accidental sampling method based on accidental sampling technique that anyone who by chance met with researchers can be used as a sample, if the person who happened to be found suitable as a source of data. Based on the results of research and discussion, found that variable of pioneer status has a partially to the variable of puchasing decision. Based on the determinant testing (R2) concluded that products and brand image very related to the puchasing

decision with R value 45,2%, R squre value is 20,5% shows that puchasing decision can be explained by pioneer status whereas another 79,5% can be explained by other variables which do not include in the model.


(57)

SKRIPSI

PENGARUH STATUS PIONIR MEREK PROMAG TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MASYARAKAT KECAMATAN

MEDAN BARU KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

OLEH:

AGUNG NUGROHO 110521046

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(58)

ABSTRAK

PENGARUH STATUS PIONIR MEREK PROMAG TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MASYARAKAT KECAMATAN

MEDAN BARU KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel yaitu status pioner merek Prmag terhadap keputusan pembelian masyarakat kecamatan Medan Baru kota Medan Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah eksplanasi, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode accidental sampling yang teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang kebetulan ditemui sesuai sebagai sumber data. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan yaitu variabel status pioner merek Promag secara parsial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Berdasarkan uji determinan (R2) diperoleh kesimpulan bahwa status pioner merek Promag berpengaruh cukup

erat terhadap keputusan pembelian, yaitu 45,2%, nilai R square dapat diketahui 20,5% berarti faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh status pioner merek Promag sedangkan sisanya 79,5% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(59)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PIONEER STATUS OF PROMAG BRAND ON PURCHASING DECISION AT THE MEDAN BARU DISTRICT

COMMUNITY MEDAN CITY OF NORTH SUMATERA

This research is purpose to know the influence of independent variables pioneer status of Promag brand on puchasing decision at the Medan Baru district community Medan City of North Sumatera. The observation is an explanation one, types of data used are primary data and secondary data. Data collection methods used were questionnaires and study documentation. The sampling technique used is accidental sampling method based on accidental sampling technique that anyone who by chance met with researchers can be used as a sample, if the person who happened to be found suitable as a source of data. Based on the results of research and discussion, found that variable of pioneer status has a partially to the variable of puchasing decision. Based on the determinant testing (R2) concluded that products and brand image very related to the puchasing

decision with R value 45,2%, R squre value is 20,5% shows that puchasing decision can be explained by pioneer status whereas another 79,5% can be explained by other variables which do not include in the model.


(60)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan penelitian ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, Junius Sembiring dan Ibunda Sumiyati Br Tarigan yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasehat, serta atas kesabarannya yang luar biasa dalam membimbing penulis dan merupakan anugrah terindah dalam hidup penulis.

Penulis mendapat motivasi dan bantuan dari banyak pihak dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec, Ac, AK, CA., selaku pelaksana

tugas Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia S.E., M.E selaku ketua departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara..

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini selaku ketua Program studi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, saran, dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen


(61)

5. Bapak Liasta Ginting S.E, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, saran, dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

6. Kepada seluruh keluarga yang sangat saya sayangi, yang selalu memberikan

semangat dan dorongan kepada saya selama dalam perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini.

7. Kepada Frystian Adinata Manik dan sahabat-sahabat Rosnaini Nasution,

Hotmaida Sirait, dan Nurul Huda Siregar yang selalu memotivasi dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014 Hormat Penulis


(62)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Merek ... 9

2.1.2 Pengertian Merek Pionir ... 13

2.1.3 Keunggulan dan Risiko Merek Pionir ... 13

2.1.4 Keputusan Pembelian ... 15

2.1.5 Proses Pengembilan Keputusan Pembelian ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 20

2.4 Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Batasan Operasional ... 22

3.4 Definisi Operasional ... 23

3.5 SkalaPengukuran Variabel ... 23

3.6 Populasi dan Sampel ... 24

3.7 Jenis Data dan Sumber Data ... 26

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.9 UjiValiditas dan Reliabilitas ... 27


(63)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT Kalbe Farma Tbk ... 32

4.1.1 Sejarah PT Kalbe Farma Tbk ... 32

4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan ... 38

4.1.3 Grup Kalbe ... 39

4.2 Hasil Penelitian ... 40

4.2.1 Hasil Analis Deskriptif ... 40

4.2.1.1 Deskriptif Responden ... 40

4.2.1.2 Deskriptif Variabel ... 42

4.2.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 47

4.2.2.1 Uji Determinan (R²) ... 48

4.2.2.2 Uji T (Uji Secara Parsial) ... 49

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

4.3.1 Pengaruh Status Pioner (X) Terhadap Keputusan Pembelian (Y) ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(64)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Merek Dan Produsen Obat Maag Di Indonesia ... 5

Tabel 1.2 Merek Obat Maag Yang Paling Sering Dibeli ... 6

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 23

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 24

Tabel 3.3 Validitas Butir Pernyataan ... 27

Tabel 3.4 Reliabilitas Kuesioner ... 29

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 41

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Status Pioner (X) ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 45

Tabel 4.6 Analisis Regresi Sederhana ... 47

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan R Square ... 48


(65)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Proses Pngambilan Keputusan Pembelian ... 17 Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 21


(66)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 55

2 Jawaban Kuesioner Kepada 30 Responden... 57

3 Jawaban Kuesioner Kepada 81 Responden... 58

4 Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

5 Analisis Frekuensi Jawaban Responden ... 61

6 Output Hasil Perhitungan Regresi Berganda ... 65


(1)

5. Bapak Liasta Ginting S.E, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, saran, dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

6. Kepada seluruh keluarga yang sangat saya sayangi, yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada saya selama dalam perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini.

7. Kepada Frystian Adinata Manik dan sahabat-sahabat Rosnaini Nasution, Hotmaida Sirait, dan Nurul Huda Siregar yang selalu memotivasi dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2014 Hormat Penulis


(2)

6 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 9

2.1.1 Merek ... 9

2.1.2 Pengertian Merek Pionir ... 13

2.1.3 Keunggulan dan Risiko Merek Pionir ... 13

2.1.4 Keputusan Pembelian ... 15

2.1.5 Proses Pengembilan Keputusan Pembelian ... 17

2.2 Penelitian Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 20

2.4 Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Batasan Operasional ... 22

3.4 Definisi Operasional ... 23

3.5 SkalaPengukuran Variabel ... 23

3.6 Populasi dan Sampel ... 24

3.7 Jenis Data dan Sumber Data ... 26

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.9 UjiValiditas dan Reliabilitas ... 27

3.10 TeknikAnalisis Data ... 29


(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PT Kalbe Farma Tbk ... 32

4.1.1 Sejarah PT Kalbe Farma Tbk ... 32

4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan ... 38

4.1.3 Grup Kalbe ... 39

4.2 Hasil Penelitian ... 40

4.2.1 Hasil Analis Deskriptif ... 40

4.2.1.1 Deskriptif Responden ... 40

4.2.1.2 Deskriptif Variabel ... 42

4.2.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 47

4.2.2.1 Uji Determinan () ... 48

4.2.2.2 Uji T (Uji Secara Parsial) ... 49

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

4.3.1 Pengaruh Status Pioner (X) Terhadap Keputusan Pembelian (Y) ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(4)

8 DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Merek Dan Produsen Obat Maag Di Indonesia ... 5

Tabel 1.2 Merek Obat Maag Yang Paling Sering Dibeli ... 6

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 23

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ... 24

Tabel 3.3 Validitas Butir Pernyataan ... 27

Tabel 3.4 Reliabilitas Kuesioner ... 29

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 41

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Status Pioner (X) ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 45

Tabel 4.6 Analisis Regresi Sederhana ... 47

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan R Square ... 48

Tabel 4.8 Hasil Uji T ... 49


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Proses Pngambilan Keputusan Pembelian ... 17 Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 21


(6)

10 DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 55

2 Jawaban Kuesioner Kepada 30 Responden... 57

3 Jawaban Kuesioner Kepada 81 Responden... 58

4 Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

5 Analisis Frekuensi Jawaban Responden ... 61

6 Output Hasil Perhitungan Regresi Berganda ... 65

7 Produk-Produk Kalbe ... 66