Latar Belakang ZAINUL ARIFIN SPY 090304131AGRIBISNIS dengan judul skripsi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit Elaeis guineesis JACQ adalah salah satu tanaman tahunan yang memegang peranan penting di Indonesia dan juga di beberapa negara di pantai barat Benua Afrika. Di Indonesia, tanaman kelapa sawit dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara BUMN, Perkebunan Swasta Asing dan Swasta Nasional Fauzi, 2008. Tanaman kelapa sawit yang merupakan salah satu sumber minyak nabati, pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan unggulan di Indonesia, baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, maupun sebagai bahan baku industri di Indonesia Fauzi, 2008. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien dan menguntungkan jika dibandingkan dengan penghasil minyak nabati lainnya. Kelapa sawit dapat menghasilkan sekitar 5 ton minyak per hektar per tahun. Sebagai tanaman keras tahunan, perubahan iklim, tidak terlalu berpengaruh pada tanaman kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman sumber minyak nabati lain yang umumnya adalah tanaman semusim. Disamping itu kelapa sawit mempunyai umur yang cukup lama sedangkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya selain kelapa sawit umumnya berumur pendek dan hal ini berarti produksi minyak kelapa sawit terjamin sepanjang tahun Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006. 1 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Menurut Pahan 2010 pada budidaya kelapa sawit, hasil produksi utama berupa CPO dan Inti Sawit, dari keduanya dapat berbagai produk yang memiliki berbagai manfaat. Pemanfaatannya antara lain: 1. Produk pangan berasal dari minyak sawit CPO dan minyak inti sawit antara lain margarine, minyak goreng, susu kental manis,es krim,yoghurt dan lain lain. 2. Produk non panganoleochemicals berasal dari minyak sawitCPO dan minyak inti sawit antara lain kosmetik, lilin, biodiesel, plumas, farmasi dan lain lain. Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit, pengembangan perkebunan tidak hanya diarahkan pada sentra sentra produksi seperti Sumatera dan Kalimantan, tetapi daerah potensi pengembangan seperti Sulawesi dan Irian Jaya terus dilakukan seperti yang tertera pada tabel berikut ini : Tabel.1 Proyeksi Luas Areal Perkebunan Indonesia Komoditi Kelapa Sawit Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2007 Ket : Satuan Ton 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Menurut Rachman Bubun 1991 Untuk menghasilkan laba yang tinggi bagi perkebunan, perhitungan harga pokok merupakan hal yang esensi, mengingat penjualan Tandan Buah Segar, CPO dan Inti Sawit harus lebih tinggi dari harga pokok. Berdasarkan kepentingannya perhitungan harga pokok merupakan : 1. Pengukur efisiensi dari proses produksi seperti tenaga kerja, modal, tanah dan bahanalat yang digunakan. 2. Identifikasi biaya tinggi agar dapat diturunkan atau ditekan, dengan memperkecil kehilangan atau mencegah pemborosan. 3. Bahan penilaian dari sistem manajemen yang dipakai. 4. Informasi bagi Pemerintah sebelum menerapkan ketentuan baru yang telah dikeluarkan agar perusahaan tidak terlalu berat dibebani. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu Kabupaten primadona perekonomian di Sumatera Utara dan merupakan Kabupaten terbanyak memproduksi kelapa sawit setelah Kabupaten Labuhan Batu di Sumatera Utara, baik yang di kelola oleh perusahaan Negara Swasta maupun perkebunan rakyat. Kabupaten Simalungun menampilkan berbagai potensi di bidang perkebunan. Daerah ini memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar dan masih di kembangkan untuk sektor tanaman pangan, perkebunan, pertanian, industri pengolahan, serta jasa. Produksi hasil perkebunan merupakan salah satu komoditas yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, salah satu nya kelapa sawit yang menjadi komoditas primadona karena merupakan tanaman yang bernilai ekonomis yang cukup tinggi yang menghasilkan minyak nabati, sub sektor ini juga mampu bertindak sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri sakaligus sebagai penyerap tenaga kerja Moedjodo,2006. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD Harga pokok TBS,CPO dan Inti Sawit dipengaruhi oleh penurunan dan peningkatan total biaya produksi dan total produksi TBS, CPO dan Inti Sawit setiap tahun. Komponen penyusun harga pokok TBS dan CPO serta Inti Sawit adalah biaya tanaman, biaya umum, biaya produksi pengolahan, dan biaya penyusutan Pahan, 2010. Banyaknya variabel yang perlu mendapat perhatian dalam menentukan tinggi rendahnya biaya, seperti umur ekonomis tanaman, modal, produksi per hektar yang tergantung pada potensi kelas lahan, ketersediaan tenaga kerja, pemakaian pupuk serta harganya, biaya pemeliharaan infrastruktur, rendemen pabrik, transportasi, produksi yang dicapai, harga jual, biaya, manajemen dan lain- lain Pardamean, 2008. Harga pokok merupakan dasar untuk menentukan harga jual. Penentuan harga pokok minyak sawit dilakukan dengan metode biaya proses yaitu dengan pembebanan biaya produksi selama proses atau kegiatan produksi lainnya dan membagikan biaya tersebut sama rata kepada produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan Pahan, 2010. Harga pokok minyak dan inti sawit mencerminkan besarnya biaya produksi per satuan produksi. Harga pokok ditingkat kebun belum termasuk beban biaya penyusutan dan pemasaran yang biasanya dibebankan dari kantor pusat. Besar kecilnya harga pokok tergantung pada biaya produksi total. Sementara, biaya produksi total tergantung pada biaya pemeliharaan tanaman, biaya panen dan transportasi buah, serta biaya pengolahan Mawardi, 1997. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD

1.2. Identifikasi Masalah