Bendera Fakultas SKILLS FOR LIFELONG LEARNING

453 LAMPIRAN KEPUTUSAN REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NOMOR : Un.01RHK.00511a 2015 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Kode Etik Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini yang dimaksud dengan: a. Kode etik adalah aturan yang mengatur sikap, perkataan, perbuatan, pakaian dan penampilan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; b. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah anggota masyarakat yang terdaftar sebagai peserta didik dan sedang mengikuti proses pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; c. Rektor adalah pimpinan tertinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; d. Pimpinan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdiridari Rektor, Pembantu Rektor Bidang Akademik, Pembantu Rektor Administrasi Umum, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, dan Pembantu Rektor Bidang Pengembangan Lem- baga dan Kepala-kepala Biro; e. Pimpinan Fakultas adalah pimpinan tertinggi di fakultas yang terdiri dari Dekan, Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan; f. Pelanggaran kode etik adalah setiap sikap, perkataan, perbu¬atan, pakaian dan penampilan yang bertentangan dengan kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diketahui pada saat atau, setelah melakukan berdasarkan laporan danatau pengaduan keluarga besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau masyarakat; g. Proses pemeriksaan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka mencari dan menemukan bukti-bukti, keterangan dan informasi tentang ada atau tidaknya pelanggaran terhadap kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; h. Tindakan disiplin adalah penetapan sanksi yang dikenakan kepada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dilakukan oleh Pimpinan, Kepala dan Satuan Pengamanan, Dosen atau Karyawan terkait; i. Sanksi adalah hukuman yang ditetapkan sebagai akibat hukum atas pelang- garan kode etik yang dilakukan oleh mahasiswa. j. Pembelaan adalah upaya mahasiswa untuk mengajukan alasan-alasan; saksi- saksi yang meringankan danatau membebaskannya dari sanksi. k. Keberatan adalah upaya terakhir mahasiswa untuk meninjau kembali terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Dekan atau Rektor; 454 l. Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini atau telah dijatuhi hukumansanksi, tetap dalam pembelaan ternyata yang bersangkutan terbukti tidak bersalah atau melanggar.

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2 Maksud diberlakukannya kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah untuk: a. Menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam dalam kehidupan di kampus maupun kehidupan sehari-hari; b. Menanamkan akhlak mulia al-akhlaq al-karimah dalam kehidupan mahasiswa; c. Memberikan landasan dan panduan kepada mahasiswa dalam bersikap, berkata, dan berperilaku selama studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pasal 3 Tujuan diberlakukannya kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah: a. Terciptanya suasana yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; b. Terpeliharanya harkat, martabat, dan kewibawaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Perguruan Tinggi Islam; c. Menjadikan Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Sarjana Muslim yang berakhlak mulia, unggul, kompetitif, profesional, dan berintegritas tinggi.

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 4 1. Mahasiswa UIN Jakarta mempunyai hak antara lain: a. mendapatkan pelayanan akademik dan administratif yang optimal; b. menggunakan fasilitas yang tersedia secara bertanggung jawab; c. mengikuti kegiatan kemahasiswaan; d. menyampaikan pendapat secara santun, damai, bertanggung jawab, dengan tetap menghormati hak-hak orang lain; e. memperoleh penghargaan atas prestasi yang diraihnya. 2. Mahasiswa UIN Jakarta mempunyai kewajiban, antara lain: a. beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, men- junjung tinggi hukum berdasarkan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945; 455 b. menjunjung tinggi akhlak mulia dengan penuh tanggung jawab; c. menjaga nama baik, harkat, martabat, dan kewibawaan UIN Jakarta; d. menjunjung tinggi etika akademik dan mengembangkan etos keilmuan, yaitu: jujur, terbuka, universal, objektif, kritis, bermanfaat untuk kepen- tingan masyarakat dan bangsa; e. menjunjung tinggi kebebasan akademik, yaitu memelihara dan mema-jukan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui kajian, penelitian, f. pembahasan atau penyebarluasan secara bertanggung jawab sesuai aspirasi keilmuannya dengan dilandasi etika keilmuan tersebut.

BAB IV JENIS TINDAKAN DISIPLIN DAN SANKSI

Pasal 5 Jenis tindakan disiplin yang dapat diterapkan pada setiap pelanggaran kode etik terdiri atas: a. Tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan akademik; b. Tidak berhak memperolehmendapatkan pelayanan administrasi, akademik, dan kemahasiswaan. Pasal 6 Jenis sanksi yang dapat ditetapkan dalam kode etik ini terdiri atas: a. Mendapatkan teguran lisan atau tertulis; b. Membayar ganti rugi sesuai dengan nilai-nilai kerugian terhadap akibat yang ditimbulkan dari pelanggaran kode etik ini; c. Larangan mengikuti semua kegiatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk jangka waktu tertentuskorsing; d. Membayar denda dalam jumlah tertentu sesuai dengan berat ringannya pelanggaran; e. Dinyatakan gugur atau tidak lulus; f. Dikeluarkan dan atau dicabut gelar dan ijazahnya.

BAB V PELAKSANAAN TINDAKAN DISIPLIN

Pasal 7 Busana dan Penampilan Mahasiswa Busana perkuliahan, acara-acara resmi dan masuk ruang kantor bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut: a. Berpakaian sopan dan rapi, tidak diperbolehkan memakai kaos oblong, celana atau baju yang sobek; b. Bersepatu, tidak diperbolehkan memakai sandal dan sejenisnya; c. Mahasiswa tidak dibenarkan berambut panjang rambut harus rapi dan tidak al-akhlaq al-karimah 456 boleh memakai assesoris perempuan, seperti kalung dan atau anting-anting, gelang, bando, dan jepit rambut; d. Mahasiswi harus mengenakan busana Muslimah sesuai dengan ketentuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut: 1. Tidak diperbolehkan memakai pakaian ketat dan atau tipistransparan tembus pandang; 2. Memakai baju yang panjangnya minimal 30 cm dari pinggang ke bawah; 3. Baju lengan panjang sampai dengan pergelangan tangan; 4. Celana atau rok tidak ketat dan atau tipis yang panjangnya sampai dengan mata kaki; 5. Ketentuan-ketentuan khusus disesuaikan dengan kebijakan Fakultas- fakultas tertentu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. e. Mahasiswa harus mengenakan busana sesuai dengan ketentuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut: 1. Tidak diperbolehkan memakai pakaian ketat dan atau tipistransparan tembus pandang; 2. Memakai baju yang panjangnya minimal 20 cm dari pinggang ke bawah; 3. Celana yang panjangnya sampai dengan mata kaki; 4. Ketentuan-ketentuan lain disesuaikan dengan kebijakan Fakultas-fakultas tertentu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan f. Untuk acara-acara resmi lembaga mahasiswa wajib mengenakan jaket al- mamater. Pasal 8 Mahasiswai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar dan ketertiban kampus. Pasal 9 1. Mahasiswai yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sesuai dengan bunyi pasál 7 dan atau pasal 8 di atas dikenakan tindakan disiplin sebagaimana yang diatur dalam pasal 5; 2. Pemberian tindakan disiplin dilakukan oleh Kepala atau Anggota Satuan Pengaman, Dosen, atau Karyawan terkait. 457

BAB VI JENIS PELANGGARAN

Pasal 10 Setiap mahasiswai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dibenarkan melakukan perbuatan sebagaimana disebut di bawah ini baik di lingkungan maupun di luar Iingkungan kampus: 1. Mengucapkan kata-kata tidak sopan, kotor, mengganggu perasaan orang lain, dan menimbulkan permusuhan; 2. Melanggar standar busana dan penampilan; 3. Mengganggu proses belajar mengajar dan ketertiban kampus; 4. Melakukan fitnah, provokasi, dan agitasi; 5. Berkelahi; 6. Melakukan perusakan; 7. Berjudi; 8. Membawa dan menggunakan senjata tajam dan senjata api; 9. Memiliki, membawa, menyimpan, menyebarkan, memperdagangkan dan atau mempergunakan NAPZA Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif atau obat- obatan terlarang lainnya untuk diri sendiri atau orang lain di luar tujuan pengobatan; 10. Mengkonsumsi minuman keras; 11. Melakukan penipuan; 12. Memalsukan tanda tangan, nilai, dan sejenisnya; 13. Melakukan plagiasi; 14. Pencemaran nama baik orang maupun institusi; 15. Merokok; 16. Melakukan pencurian, termasuk korupsi; 17. Melakukan perampokan; 18. Membawa atau menggunakan bahan peledak; 19. Berkhalwat; 20. Melakukan pergaulan bebas; 21. Melakukan zina; 22. Aborsi ilegal; 23. Pemerkosaan; 24. Membunuh; 25. Melakukan tindakan anarkis; 26. Melakukan teror dan atau terlibat terorisme; 27. Melakukan kekerasan fisik dan atau mental; 28. Terlibat organisasi terlarang; 29. Melakukan kegiatan yang mengganggu ketentraman umum, ketertiban, kebisingan, kegaduhan, keributan, dan kegiatan lainnya yang mengganggu perkuliahan, ketertiban, ketentraman umum; 458 30. Menginap di kampus; 31. Mencoret-coret tombok dan fasilitas kampus lainnya, mengotori dan merusak kebersihan dan lingkungan; 32. Perbuatan-perbuatan pidana lain yang dilarang oleh peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia dan terbukti dilakukan dengan putusan pengadilan.

BAB VII BENTUK-BENTUK SANKSI

Pasal 11 Sanksi terhadap Pelanggaran Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan, dengan rincian sebagaimana diatur dalam pasal-pasal selanjutnya Pasal 12 Berkata tidak sopan, kotor, mengganggu perasaan orang lain, dan menimbulkan permusuhan Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 1 dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 6 huruf a dan atau pasal 5 huruf a dan atau pasal 5 huruf b. Pasal 13 Melanggar standar busana dan penampilan Pelanggaran terhadap pasal 10 poin 2 dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 5 huruf a dan atau pasal 5 huruf b. Pasal 14 Mengganggu proses belajar mengajar dan ketertiban kampus Pelanggaran terhadap pasal 10 poin 3 dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 5 huruf a dan atau pasal 5 huruf b. Pasal 15 Fitnah Pelanggaran terhadap pasal 10 poin 4 dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 6 huruf c selama jangka waktu satu 1 semester. Pasal 16 Berkelahi Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 5 dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 6 huruf b yaitu membayar ganti rugi. 459 Pasal 17 Melakukan Pengrusakan 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 6 dikenakan sanksi sebagaimana ketentuan pasal 6 huruf b sesuai dengan besar nominal kerugian dan atau pasal 6 huruf c selama jangka waktu maksimal satu 1 semester; 2. Diadukan kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum. Pasal 18 Berjudi Tindakan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 7 dikenakan sanksi sesuai ketentuan pasal 6 huruf c selama jangka waktu maksimal satu 1 semester. Pasal 19 Senjata Tajam 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 8 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 6 butir c dua 2 semester dan atau membayar ganti rugi sebagai akibat kerugian yang ditimbulkan; 2. Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 poin 8 akan ditangani apabila ada laporan dan atau aduan dari pihak berwajib dan atau pihak manapun yang disampaikan kepada pimpinan UIN atau Fakultas terkait. Pasal 20 NAPZA 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 9 dikenakan sanksi sebagai berikut: a. Pemakai dikenakan sanksi skorsing dua 2 semester. b. Pengedar dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 6 huruf f yaitu diberhentikan dengan tidak hormat 2. Pimpinan Fakultas yang bersangkutan mengajukan usulan pemberian sanksi kepada Rektor terhadap mahasiswa yang melakukan perbuatan sebagaimana tersebut pada pasal 10 poin 9. Pasal 21 Minuman Keras Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 10 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 6 huruf c satu 1 semester. Pasal 22 Penipuan Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 11 dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pasal 6 huruf c dua 2 semester. 460 Pasal 23 Pemalsuan Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 12 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf c dua 2 semester. Pasal 24 Plagiasi Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 13 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf c dua 2 semester; 1. Plagiasi dalam penulisan makalah perkuliahan dikenakan sanksi pasal 6 huruf e; 2. Plagiasi dalam penulisan karya skripsi, tesis, dan disertasi yang terbukti saat ujian, dikenakan sanksi pasal 6 huruf e; 3. Plagiasi dalam penulisan karya skripsi, tesis, dan disertasi yang terbukti setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus, dikenakan sanksi pasal 6 huruf e dan f. Pasal 25 Pencemaran Nama Baik Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 14 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf c selama 1 semester. Pasal 26 Merokok Pelanggaran atas pasal 10 poin 15 dikenakan sanksi pasal 6 huruf d membayar denda sebesar Rp. 50.000,- setiap terbukti merokok. Pasal 27 Mencuri 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 16 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf c selama 2 dua semester dan pasal 6 huruf d yaitu membayar denda dengan jumlah tertentu disesuaikan dengan pelanggaran; 2. Diadukan kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum. Pasal 28 Merampok 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 17 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf c selama 4 empat semester dan pasal 6 huruf d yaitu membayar denda dengan jumlah tertentu disesuaikan dengan pelanggaran; 2. Diadukan kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum. 461 Pasal 29 Bahan peledak Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 18 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf c selama 4 Empat semester dan pasal 6 huruf d yaitu membayar denda dengan jumlah tertentu disesuaikan dengan pelanggaran. Pasal 30 Berkhalwat Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 19 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf a. Pasal 31 Pergaulan Bebas Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 20 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf a dan atau pasal 6 huruf c selama 3 tiga semester. Pasal 32 Berzina 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 21 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf e dan f; 2. Pimpinan Fakultas dapat mengajukan usulan kepada Rektor tentang pemberian sanksi terhadap mahasiswa yang berzina. Pasal 33 Aborsi Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 22 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf a dan atau pasal 6 huruf c selama 2 dua semester. Pasal 34 Pemerkosaan 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 23 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf e dan f; 2. Diadukan kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum. Pasal 35 Membunuh 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 24 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf e dan f; 2. Diadukan kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum. 462 Pasal 36 Tindakan Anarkis 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 25 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf b sesuai dengan nilai keruagian dan atau pasal 6 huruf c selama jangka waktu maksimal satu 1 semester; 2. Diadukan kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum. Pasal 37 Teror 1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 26 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf c selama 2 dua Semester dan atau pasal 6 huruf e dan f; 2. Diadukan kepada pihak yang berwajib untuk diproses secara hukum. Pasal 38 Melakukan Kekerasan Fisik dan Mental Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 27 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf b sesuai dengan nilai kerugian dan atau pasal 6 huruf c selama 2 dua semester. Pasal 39 Terlibat Organisasi Terlarang dan atau Aliran Sesat Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 28 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf a dan atau pasal 6 huruf c dan e. Pasal 40 Mengganggu Ketentraman dan Ketertiban Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 29 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 butir a dan atau 6 huruf c selama 1 satu semester. Pasal 41 Menginap di Kampus Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 30 dikenakan sanksi sesuai ketentuan pasal 6 huruf a dan atau pasal 5 huruf a dan atau pasal 5 huruf b. Pasal 42 Mencoret-coret Tembok dan Fasilitas Kampus Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 31 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf b sesuai dengan nilai kerugian dan atau pasal 6 huruf c selama 2 dua semester. 463 Pasal 43 Perbuatan Pidana Lainnya Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 poin 32 dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf b sesuai dengan nilai kerugian dan atau pasal 6 huruf c selama 2 dua Semester dan atau pasal 6 huruf e dan f.

BAB VIII TAHAPAN PEMBERIAN SANKSI

Pasal 44 Penjatuhan atau pemberian sanksi kepada mahasiswa yang diduga atau dituduh melakukanperbuatanyangdilarangdalamperaturankodeetikiniharusmelalui tahapan sebagai berikut: 1. a. Dilakukan pemeriksaan terhadap mahasiswa bersangkutan setelah terdapat bukti-bukti atau saksi-saksi yang menguatkan tuduhan atau dugaan pelanggaran yang dilakukannya; b. Dilakukan serangkaian pengujian terhadap bukti-bukti atau saksi-saksi- yang diajukan; c. Kepada mahasiswa bersangkutan diberi hak untuk membela diri sebagaimana diatur tersendiri dalam bab pembelaan; d. Sanksi baru dapat dijatuhkan apabila mahasiswa bersangkutan tidak mampu mengajukan alasan-alasan, bukti-bukti danatau saksi-saksi yang kuat dalam pembelaannya. Sanksi dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggaran yang dilakukan. 2. Penjatuhan sanksi dapat diterbitkan oleh Dekan atau Rektor setelah memperhatikan rekomendasi dari Tim Khusus pelanggaran yang dimaksud.

BAB IX PEMBELAAN

Pasal 45 1. Mahasiswa yang diduga melanggar kode etik ini dapat mengajukan pembelaan dengan alasan-alasan, bukti-bukti dan atau saksi-saksi yang meringankan atau membebaskannya dari sanksi; 2. Di dalam pembelaannya, mahasiswa yang bersangkutan dapat meminta bantuan hukum dari pihak manapun dan atau pembelaan dari Badan Perwakilan Mahasiswa dari Fakultas yang terkait.

BAB X KEBERATAN

Pasal 46 1. Mahasiswa yang terkena sanksi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 6 butir b dapat mengajukan keberatan kepada pimpinan Fakultas melalui 464 Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan; 2. Mahasiswa yang terkena sanksi sebagaimana yang tercantum dalam pasal 6 butir c, d, e dan f dapat mengajukan keberatan kepada Rektor melalui Pembantu Bidang Kemahasiswaan; 3. Keberatan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 pasal 41 harus diajukan secara tertulis oleh mahasiswa yang bersangkutan dalam jangka waktu 10 sepuluh hari kerja sejak diterimanya surat keputusan; 4. Dalam jangka waktu 14 empat belas hari kerja sejak menerima keberatan seperti yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 di atas RektorDekan dapat memberikan jawaban tertulis kepada mahasiswa yang bersangkutan; 5. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam ayat 4 tidak memperoleh jawaban dari RektorDekan, maka pengajuan keberatan dianggap tidak dikabulkan; 6. Apabila ditemukan bukti-bukti baru, maka Rektor Dekan dapat melakukan peninjauan kembali terhadap sanksi yang dijatuhkan.

BAB XI PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN KODE ETIK MAHASISWA

Pasal 47 1. Pengawasan terhadap pelaksanaan Kode Etik Mahasiswa UIN Jakarta dilakukan oleh Komite Etik Mahasiswa; 2. Komite Etik Mahasiswa UIN Jakarta ditetapkan oleh Rektor UIN di tingkat Universitas dan oleh Dekan di tingkat Fakultas; 3. Susunan keanggotaan Komite Etik ini terdiri dari Pimpinan, Dosen, dan Karyawan; 4. Komite Etik Mahasiswa berwenang untuk menerima, memproses, dan memberikan rekomendasi sanksi atas pelanggaran Kode Etik Mahasiswa. Pasal 48 1. Komite Etik tingkat Fakultas melakukan proses dalam menangani kasus- kasus pelanggaran kode etik dan memberikan rekomendasi tentang sanksi- sanksi yang ditetapkan kepada Dekan; 2. Dekan bersama pimpinan Fakultas menindak lanjuti rekomendasi Komite Etik menetapkan sanksi terhadap pelanggaran kode etik atau melanjutkan rekomendasi kepada Rektor UIN Jakarta untuk pelanggaran yang lebih berat; 3. Rektor meminta pertimbangan tentang rekomendasi Fakultas kepada Dewan Kehormatan Universitas untuk ditetapkan sanksi terhadap pelanggaran kode etik; 4. Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik Mahasiswa ditetapkan secara resmi tertulis. 465

BAB XII REHABILITASI

Pasal 49 Rehabilitasi atau pemulihan nama baik diberikan apabila: 1. Mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini namun dalam proses pemeriksaan ternyata terbukti tidak bersalah atau tidak melanggar, seperti yang dituduhkan; 2. Mahasiswa yang terkena tuduhan melanggar peraturan kode etik ini namun dalam proses pembelaannya di depan pimpinan, ternyata tidak bersalah atau tidak melanggar seperti yang dituduhkan; 3. Mahasiswa yang telah dijatuhi hukumansanksi namun di kemudian hari ditemukanbukti-buktiyangsahdanatausaksi-saksiyangkuatyangmenyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah atau tidak melanggar seperti yang dituduhkan;

BAB XIII PENUTUP

Pasal 50 Dengan berlakunya keputusan Rektor ini, maka Kode Etik yang berkaitan dengan pedoman sikap, perilaku dan perbuatan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ada dianggap tidak berlaku lagi. Pasal 51 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal, 7 Januari 2015 REKTOR, PROF. DR. DEDE ROSYADA, MA NIP. 19571006 198703 1 003 466 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR : DJ.I2552007 TENTANG TATA TERTIB MAHASISWA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Menimbang a. bahwa dalam rangka mendukung tercapainya tujuan Pendidikan Nasional dan tujuan Pendidikan Tinggi Agama Islam serta untuk menciptakan suasana Kampus yang kondusif, perlu segera disusun Tata Tertib Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam; b. bahwa untuk menghindari sikap-sikap mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam yang tidak sesuai dengan tuntunan Agama Islam dan kepribadian bangsa Indonesia, perlu dibuat tata tertib mahasiswa PTAI secara nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tercantum ada huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Tata Tertib Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam. Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 37 Tahun 2000 tentang Petunjuk Organisasi Departemen Agama; 5. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama. Memperhatikan: 1. Hasil pertemuan Pembantu Rektor dan Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan UINIAINSTAIN se-Indonesia di STAIN Malang tanggal 28 s.d. 30 Juli 2003; 2. Lokakarya Penyusunan Pedoman Pembinaan Kemahasiswaan Perguruan Tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 19 s.d. 20 September 2005; 3. Pertemuan Ketua Pusat Jaringan Pembina Kemahasiswaan, Koordinator Wilayah A, B, C dan Pembantu bidang Kemahasiswaan UIN Ala’udin Makasar bersama Direktur Pendidikan Tinggi Islam di Kantor Departemen Agama RI tanggal 2 Agustus 2006; 4. HasilPertemuan Pembantu Rektor, Pembantu Ketua dan Pembantu Dekan Fakultas Agama Islam FAI bidang Kemahasiswaan di Hotel Mercure Jakarta tanggal 7 s.d. 9 Mei 2007. 467 Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TENTANG TATA TERTIB MAHASISWA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Tata Tertib adalah aturan-aturan tentang hak, kewajiban, pelanggaran serta sanksi bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam. 2. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar sebagai mahasiswa di PTAI. 3. Hak adalah segala sesuatu yang seharusnya diterima oleh mahasiswa sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Pelanggaran Tata Tertib adalah setiap perkataan, sikap, perilaku dan cara berbusana yang bertentangan dengan Tata Tertib ini dan ketentuan lainnya yang berlaku. 6. Sanksi adalah akibat hukum yang dikenakan kepada mahasiswa yang melanggar Tata Tertib ini dan ketentuan lainnya yang berlaku. 7. Pihak yang berwenang adalah pihak yang menetapkan dan dan menjatuh-kan sanksi terhadap pelanggaran Tata Tertib ini dan ketentuan lainnya yang berlaku. 8. Organisasi kemahasiswaan adalah Organisasi intra kemahasiswaan PTAI yang berfungsi sebagai wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan, peningkatan kecendekiawanan dan integritas kepribadian untuk mencapai tujuan PTAI. 9. Rektor adalah pimpinan universitas atau institut. 10. Ketua adalah pimpinan Sekolah Tinggi Agama Islam. 11. Dekan adalah pimpinan fakultas di lingkungan universitas dan institut. 12. Direktur adalah piminan program pascasarjana pada universitas, institut atau sekolah tinggi agama Islam. 13. Ketua Jurusan adalah pimpinan jurusan yang ada di perguruan tinggi agama Islam. 14. Dewan Kehormatan Tata Tertib adalah institusi yang terdiri dari RektorKetua, Pembantu RektorPembantu Ketua, DekanPembantu Dekan, Direktur dan Asisten Direktur pascasarjana di PTAI. 15. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan 468 pengabdian kepada masyarakat pada PTAI. 16. Karyawan adalah tenaga administratif yang diangkat dengan surat keputusan khusus untuk menangani tugas-tugas administrasi. 17. Kebebasan Akademik freedom of speech adalah kebebasan yang dimiliki anggota sivitas akademika untuk malaksanakan yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara bertanggung jawab, mandiri dan etis sesuai dengan norma dan kaedah keilmuan. 18. Pakaian mahasiswa adalah pakaian yang dikenakan mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam.

BAB II TUJUAN DAN FUNGSI

Pasal 2 Tujuan dan fungsi Tata Tertib adalah: 1 Untuk menjamin tegaknya Tata Tertib mahasiswa, dan terciptanya suasana kampus yang kondusif bagi terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi Agama Islam. 2 Menjadi pedoman tentang hak, kewajiban, larangan, pelanggaran dan sanksi yang berlaku bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam. BAB III KEWAJIBAN DAN HAK MAHASISWA Pasal 3 Setiap mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam berkewajiban: 1 Menjunjung tinggi dan mengamalkan ajaran Islam dan akhlak mulia. 2 Memelihara sarana dan prasarana serta menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan kampus. 3 Menjaga kewibawaan dan nama baik almamater. 4 Menghormati sesama mahasiswa dan bersikap sopan terhadap pimpinan, dosen dan karyawan. 5 Memelihara hubungan sosial yang baik dalam kehidupan bermasyarakat di dalam dan di luar kampus. 6 Berpakaian sopan, rapi, bersih dan menutup aurat terutama pada saat kuliah, ujian dan ketika berurusan dengan dosen, karyawan maupun pimpinan. Khusus bagi mahasiswi wajib berbusana muslimah sesuai dengan syariat Islam. Pasal 4 Setiap mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam berhak: 1 Memperoleh pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pengarahan dari pimpinan dan dosen dalam pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan 469 sesuai dengan kaidah keilmuan, keislaman, etika, susila, tata tertib dan ketentuan lain yang berlaku. 2 Menggunakan dan mengembangkan kebebasan akademik secara bertanggung jawab guna mendalami Ilmu Agama Islam dan Ilmu Pengetahuan Umum sesuai dengan peraturan yang berlaku pada PTAI. 3 Memperoleh pelayanan di bidang akademik, administrasi dan kemahasiswaan. 4 Memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5 Menyampaikan aspirasi dan pendapat, baik secara lisan danatau tertulis secara etis dan bertanggung jawab. 6 Memperoleh pelayanan yang layak dalam pengembangan, penalaran, minat, bakat dan kesejahteraan. 7 Menggunakan barang inventaris milik Negara sesuai dengan peraturan yang berlaku. 8 Memanfaatkan sarana dan prasarana Perguruan Tinggi Agama Islam dalam rangka penyelenggaraan kegiatan akademik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB IV LARANGAN

Pasal 5 Setiap mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam dilarang : 1 Memakai kaos oblongtidak berkerah, celana atau baju yang sobek, sarung dan sandal, topi, rambut panjang danatau bercat, anting-anting, kalung, gelang khusus laki-laki dan tato dalam mengikuti kegiatan akademik, layanan administrasi dan kegiatan kampus. Khusus bagi mahasiswi dilarang memakai baju danatau celana ketat, tembus pandang dan tanpa berjilbab dalam mengikuti kegiatan dikampus. 2 Berbuat sesuatu yang dapat mengganggu proses pendidikan, keamanan, kenyamanan dan ketertiban kampus. 3 Melakukan kecurangan akademik dalam bentuk menyontek, plagiat dan praktek perjokian. 4 Memalsukan nilai, tanda tangan dan surat keterangan yang berkaitan dengan kegiatan akademik, administrasi maupun kemahasiswaan. 5 Melakukan tindakan campur tangan kepentingan organisasi ekstra kampus dalam pengambilan kebijakan organisasi intra kampus. 6 Menggunakan kantor sekretariat organisasi kemahasiswaan di luar batas jam yang telah ditetapkan. 7 Menggunakan kantor sekretariat organisasi kemahasiswaan sebagai tem-pat menginap, memasak, mencuci, menjemur pakaian dan aktivitas rumah tangga lainnya. freedom of speech 470 8 Melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, susila dan ajaran Agama Islam yakni membunuh, merampok, mencuri, meminum minuman keras, menyimpan, menggunakan danatau melakukan transaksi jual beli narkoba, berbuat zina, tidak melaksanakan sholat, tidak menjalankan puasa ramadhan, tindakan kriminal dan tindakan tercela lainnya. 9 Merusak sarana dan prasarana kampus Perguruan Tinggi Agama Islam.

BAB V PELANGGARAN

Pasal 6 1 Pelanggaranringanadalah pelanggaran terhadap tatatertib yang tidak menimbulkan kerugian moral dan material bagi PTAI serta masih dapat dibina oleh pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan yaitu pasal 5 ayat 1 dan 2. 2 Pelanggaran sedang adalah pelanggaran terhadap tata tertib yang menimbulkan kerugian moral dan material bagi PTAI dan masih dapat ditolerir oleh Dewan Kehormatan Tata Tertib PTAI yang bersangkutan yaitu pasal 5 ayat 3, 4, 5, 6, dan 7. 3 Pelanggaran berat adalah pelanggaran terhadap tata tertib, peraturan dan perundang-undanganyang berlaku serta tidak dapat ditolerir oleh Dewan Kehormatan Tata Tertib PTAI yang bersangkutan yaitu pasal 5 ayat 8 dan 9.

BAB VI SANKSI Pasal 7

Sanksi yang dikenakan kepada mahasiswa yang melanggar Tata Tertib mahasiswa terdiri atas : 1 Teguran lisan dan tertulis. 2 Pembayaran ganti rugi atas barang yang rusak atau hilang. 3 Tidak mendapatkan pelayanan administrasi danatau akademik kemahasiswaan. 4 Pencabutan hak mengikuti kegiatan akademik tertentu. 5 Pencabutan hak mengikuti semua kegiatan akademik dalam jangka waktu tertentu. 6 Penangguhan danatau pembatalan hasil ujian untuk mata kuliah tertentu dalam satu semester. 7 Skorsing selama satu semester atau lebih dari kegiatan akademik danatau kemahasiswaan dengan tetap berkewajiban membayar SPP dan dihitung sebagai masa studi aktif. 8 Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai mahasiswa. 471 9 Dilaporkan kepada pihak yang berwajib apabila melanggar Undang-Undang jika dipandang perlu.

BAB VII BENTUK SANKSI

Pasal 8 Sanksi pelanggaran terhadap Tata Tertib ditetapkan sebagai berikut: 1 Sanksi ringan berupa teguran lisan atau tertulis, ganti rugi atas barang yang rusak atau hilang, dikeluarkan dari kegiatan kuliah atau ujian serta tidak diberikan pelayanan administrasi. 2 Sanksi sedang berupa pencabutan hak mengikuti semua kegiatan akademik selama satu semester atau lebih, pembatalan ujian, penangguhan penyerahan ijazahtranskrip nilai danatau skorsing selama satu semester atau lebih dan membuat surat pernyataan secara tertulis tidak akan mengulangi pelanggaran serupa. 3 Sanksi berat berupa pemberhentiian dengan hormat atau pemecatan den-gan tidak hormat atau pencabutan gelar akademik secara tidak hormat.

BAB VIII PIHAK YANG BERWENANG MENJATUHKAN SANKSI

Pasal 9 Pihak yang berwenang menjatuhkan sanksi adalah : 1 Ketua Jurusan, Ketua Prodi, Dosen atau Karyawan berwenang menjatuhkan sanksi tingkat ringan atas pelanggaran tata tertib mahasiswa. 2 Dekan Fakultas, Direktur Program Pasca Sarjana dan Ketua Sekolah Tinggi berwenang menjatuhkan sanksi tingkat sedang atas pelanggaran tata tertib mahasiswa. 3 RektorKetua berwenang menjatuhkan sanksi tingkat berat atas pelanggaran tata tertib mahasiswa.

BAB IX TATA CARA PEMBERIAN SANKSI

Pasal 10 1 Penjatuhan sanksi ringan dilakukan oleh Ketua Jurusan, Ketua Prodi, Dosen atau karyawan didasarkan pada hasil temuan pelanggaran ringan. 2 Penjatuhan sanksi ringan oleh Dekan, Direktur atau Ketua Jurusan dilakukan setelah mendengarkan keterangan pihak yang terkait dan ditetapkan dengan surat keputusan. 3 Penjatuhan sanksi tingkat berat oleh RektorKetua dilakukan atas : a. Usul Dewan Kehormatan Tata Tertib yang tembusannya disampaikan kepada orang tua atau wali siswa. 472 self-esteem, self- confidence student-centered available ofice hour b. Mahasiswa yang dikenakan sanksi dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Dewan Kehromatan Tata Tertib atas usul penjatuhan sanksi berat dalam tenggang waktu 7 x 24 jam sejak surat usulan pemberian sanksi diterbitkan. c. Penjatuhan sanksi berat ditetapkan dengan Surat Keputusan.

BAB X PERLINDUNGAN SAKSI PELAPOR, PEMBELAAN DAN REHABILITASI

Pasal 11 Saksi pelapor berhak mendapatkan perlindungan keamanan dan keselamatan dari PTAI yang bersangkutan. Pasal 12 Mahasiswa yang dinyatakan melanggar Tata Tertib dapat mengajukan pembelaan diri jika sanksi yang dijatuhkan dipandang tidak sesuai dengan azas keadilan. Pasal 13 Rehabilitasi diberikan kepada mahasiswa yang tidak terbukti melakukan pelanggaran.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14 1 Dengan diberlakukannya Tata Tertib mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam ini maka segala peraturan dan ketentuan yang bertentangan dengan Tata Tertib mahasiswa ini dinyatakan tidak berlaku lagi. 2 Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 09 Juli 2007 Pgs. Direktur Jenderal BAHRUL HAYAT NIP. 131602652 473 PEDOMAN PENASIHAT AKADEMIK A. Landasan Empiris Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ideal adalah mereka yang memiliki kematangan personal, akademik dan sosial. Yakni mahasiswa yang bukan hanya sukses dalam menyelesaikan perkuliahan tepat waktu dan kegiatan akademik lainnya, melainkan juga yang memiliki self-esteem, self- confidence, motivasi tinggi, bekerja keras untuk maju, bertanggung jawab dan jujur. Juga mahasiswa yang memiliki kecakapan berkomunikasi, bekerjasama dan memiliki kepedulian sosial. Mahasiswa dengan sifat-sifat demikian hanya dapat dilahirkan apabila semua pihak dosen penasihat akademik, dosen pengampu matakuliah, pimpinan program studi, pimpinan fakultas dan pimpinan universitas secara bersama-sama mewujudkannya. Dalam membentuk mahasiswa yang diharapkan, dosen penasihat akademik PA merupakan pihak paling penting, karena dosen inilah yang seharusnya berkomunikasi dan berinteraksi dengan mahasiswa secara intensif dan reguler. Bimbingan akademik adalah proses kolaboratif antara pembimbing dan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam menyelesaikan studi secara optimal. Sebagai sarana untuk memperlancar proses pendidikan di program studi, bimbingan akademik bersifat student-centered, di mana penasihat akademik PA mendorong penyelesaian studi bagi mahasiswa tepat waktu sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat yang dimiliki mahasiswa. Bimbingan akademik UIN Jakarta masih menghadapi permasalahan karena sebagian dosen PA tidak melaksanakan bimbingan akademik dengan baik. Selain itu sebagian besar PA hanya menandatangani KRS dan proposal skripsi. Dosen PA tidak available pada saat mahasiswa memerlukan karena salah satu alasannya tidak memiliki ofice hour. Sebagian penasihat akademik tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang fungsi dan perannya serta tidak memiliki informasi memadai tentang mahasiswa yang dibimbingnya. Lebih dari itu masih terdapat dosen yang memberikan pelayanan dengan sikap yang berbeda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lain dan bersikap terlalu menjaga jarak. Ada juga dosen yang membimbing di luar bidang keahliannya dan sebagian mendapat beban bimbingan banyak sedangkan yang lainnya tidak. Salah satu sebab terjadinya permasalahan-permasalahan tersebut ialah karena universitas, fakultas dan program studi tidak menyelenggarakan sosialisasi tentang peran dan tanggung jawab penasihat akademik; tidak melakukan monitoring dan evaluasi; tidak memfasilitasi dan tidak memberikan penghargaan yang memadai bagi para dosen PA. 474 locker academic record ofice hour feedback Pedoman Penasihat Akademik ini merupakan rujukan bagi proses bimbingan akademik. Pedoman ini menuntut komitmen PA dan pimpinan dalam upayanya membantu menghasilkan mahasiswa yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya, pedoman ini dapat dilengkapi dengan prosedur dan mekanisme yang lebih rinci dan dikembangkan oleh masing-masing program studi dan fakultas.

B. Landasan Yuridis

1. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 45 menyatakan bahwa: “Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” 2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 46 ayat 2 menyatakan bahwa; “Dosen harus memiliki kualifikasi akademik minimum. a lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana; dan b lulusan program doktor untuk program pascasarjana. 3. Kepmendiknas No. 36DO2001, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen, khususnya lampiran II a tentang Beban Dosen; yaitu bahwa beban kerja ideal seorang dosen adalah 40 jamminggu; dan membimbing skripsi per mahasiswa per semester setara dengan 2 jamminggu. 4. Kep. Menkowasbangpan No. 38KEPMK.WASPAN81999 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. 5. SK Rektor IAIN Syarif Hidayatullah No. 076 Tahun 1999 tentang Pedoman Pengaturan Beban Tugas Dosen IAIN Syarif Hidayatullah.

C. Definisi 1. Penasihat Akademik adalah dosen tetap program studi yang mempunyai

tugas dan wewenang memberikan bimbingan akademik kepada sejumlah mahasiswa agar dapat menyelesaikan studi secara optimal.

2. Mahasiswa Bimbinganadalahmahasiswasekelompok mahasiswa yang

berada di bawah bimbingan seorang dosen pembimbing akademik yang telah ditunjuk.

D. Tujuan

Penunjukan dosen Penasihat Akademik bertujuan: 1. Membantu mahasiswa agar sukses dalam melaksanakan tugas akademik dan mampu menyelesaikan perkuliahan tepat waktu. 2. Membimbing mahasiswa agar memiliki kecakapan personal, sosial, spiritual dan profesional sehingga sukses di universitas, dunia profesi dan 475 masyarakat. 3. Membantu mahasiswa dalam memecahkan masalah akademik dan non- akademik. 4. Membantu program studifakultas dalam mengidentifikasi perkembangan akademik dan non-akademik mahasiswa.

E. Kualifikasi Penasihat Akademik

Dosen Penasihat Akademik harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: 1. Berpendidikan minimal S2 untuk mahasiswa S1. 2. Sekurang-kurangnya berpengalaman mengajar minimal 3 tahun pada program studi yang bersangkutan. 3. Memiliki kompetensi yang sama atau sesuai dengan latar belakang program studi mahasiswa, sehingga mahasiswa memperoleh model terdekat dengan program studi yang diambilnya.

F. Hak dan Kewajiban Penasihat Akademik Hak:

1. Memperoleh honorarium yang layak dan jelas. 2. Memperoleh nilai dan penghargaan 4 sks 2 kum setiap semester untuk 20 mahasiswa tidak berlaku kelipatannya. 3. Mendapatkan fasilitas yang diperlukan untuk melakukan bimbingan ruang bimbingan, komputer, locker, dll. 4. Mendapatkan rekam akademik academic record mahasiswa secara lengkap. Kewajiban: 1. Menyelenggarakan forum perkenalan dengan seluruh mahasiswa bimbingannya terutama semester awal yang dikoordinasikan oleh program studifakultas untuk membahas antara lain matakuliah, peraturan dan sistem akademik. 2. Menciptakan suasana yang hangat di mana mahasiswa merasa nyaman berkonsultasi dengan dosen penasihatnya. 3. Menginformasikan ofice hour kepada mahasiswa bimbingan. 4. Melakukan bimbingan sekurang-kurangnya 4 kali pertemuan setiap semester pengisian KRS, setelah UTS, setelah UAS, dan satu pertemuan tambahan lainnya. 5. Menguasai kurikulum program studi, mengetahui dosen pengampu matakuliah serta sistem pembelajarannya. 6. Membantu mahasiswa menetapkan rencana studi sesuai dengan minat, bakat, kemampuan akademik dan tujuan hidup mereka. 7. Memberikan feedback terhadap kemajuan akademik mahasiswa. 476 adult learner. appointment 8. Membantu mahasiswa memahami kebijakan, peraturan, pedoman, ketentuan, panduan dan prosedur akademik. 9. Membantu mahasiswa memahami perspektif Islam pada bidang studi umum danatau menyampaikan perspektif sains dan teknologi pada materi keIslman. 10. Membantu mahasiswa mengakses sumberdaya kampus untuk kegiatan pembelajaran mahasiswa. 11. Mendorong mahasiswa bimbingan untuk aktif mengembangkan diri melalui kegiatan di dalam dan di luar kampus. 12. Membantu mahasiswa mengatasi masalah akademik dan non-akademik. 13. Menjelaskan peluang karir yang sesuai dengan pilihan program studi dan konsentrasi 14. Memfasilitasi komunikasi antara mahasiswa dengan program studi, fakultas, atau dosen lain. 15. Memberi motivasi agar mahasiswa mencapai hasil belajar yang maksimum. 16. Mengembangkan kepercayaan diri mahasiswa. 17. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan agar mampu menjadi dosen PA yang efektif. 18. Mengetahui informasi yang relevan dengan tugasnya yaitu: a kebijakan, peraturan, panduan, prosedur, dan kode etik akademik tingkat program studi, fakultas dan universitas, b teori-teorimengenai pembelajaran mahasiswa, c informasi tentang kesempatan riset, pelayanan karir, kesempatan magang, pelayanan konseling dan kesehatan, tutorial, dan lain- lain. 19. Memberikan laporan perkembangan progress report mahasiswa kepada program studi dan fakultas pada setiap akhir tahun akademik. 20. Memiliki rekam akademik academic record mahasiswa. 21. Mengadakan komunikasi dengan orangtua mahasiswa yang memerlukan penanganan khusus.

G. Penggantian Penasihat Akademik

Status PA pada dasarnya bersifat permanen. Penggantian PA dapat dilakukan jika terjadi hal-hal sebagai berikut: 1. PA sakit keras selama satu semester. 2. PA meninggal dunia. 3. PA mendapat tugas belajar atau tugas negara dalam waktu lebih dari satu tahun. 4. PA pindah tugas ke instansi lain. 5. PA tidak melaksanakan tugasnya selama 1 semester berturut-turut. 6. PA mengundurkan diri. 7. Ada perubahan arah program studi di luar bidang keilmuan pembimbing.