GURU 1. Pengertian Hubungan Self-Efficacy Dengan Komitmen Guru Sekolah Bilingual Di Kota Medan

31 siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini karena guru percaya pada dirinya dan siswa-siswanya. Self-efficacy guru akan meningkat ketika siswanya menunjukkan peningkatan dalam pelajaran. Tetapi ketika sebagian kecil dari siswanya tidak menunjukkan peningkatan dalam belajar, guru tersebut tidak perlu berkecil hati jika ia percaya bahwa strategi pengajaran yang berbeda akan menghasilkan hasil yang lebih baik Tschannen-Moran, Woolfolk Hoy, Hoy, dalam Pintrich, 2002. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy guru adalah kepercayaan seorang guru akan kemampuannya untuk membantu siswanya dalam belajar, termasuk juga membantu siswanya yang mengalami kesulitan belajar.

D. GURU 1. Pengertian

guru Guru adalah orang yang pekerjaannya mata pencahariannya, profesinya mengajar KBBI, 2001. Guru adalah orang yang profesional, artinya secara formal mereka disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus memperoleh kompetensi sebagai guru, yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan, kepribadian, serta pengalaman dalam bidang pendidikan Wibowo, 2002. Guru merupakan profesi, yaitu pekerjaan yang menuntut keahlian. Artinya, pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah terhadap Universitas Sumatera Utara 32 peserta didik tidak bisa dilakukan sembarang orang, karena untuk melakukan tersebut dituntut keahlian atau kompetensi sebagai guru Wibowo, 2002. Guru adalah tenaga profesional yang dituntut menguasai kemampuan selidik reflektif. Selalu bertanya, menjawab pertanyaan, mempertanyakan, termasuk mempertanyakan jawaban dan mempertanyakan pertanyaan mereka sendiri Houston, dalam Wibowo, 2002. Sebagai profesi, guru harus dapat merebut kepercayaan publik melalui peningkatan kualitas guru dan pelayanan pendidikan dan pembelajaran. Kepercayaan menjadi faktor kunci dalam mengokohkan identitas guru. Seiring dengan upaya tersebut, sebagai profesi guru harus selalu melakukan profesionalisasi yaitu meningkatkan dirinya dan pelayanannya sesuai dengan tuntutan zaman Wibowo, 2002. Guru dengan komitmen yang tinggi akan selalu menggunakan kesempatan untuk belajar menjadi guru yang profesional. Belajar yang dimaksud adalah belajar menjalankan tugas-tugas profesional guru, yaitu melaksanakan pendidikan dan pembelajaran. Profesionalisme guru hendaknya dapat ditunjukkan oleh lima unjuk kerja, yaitu keinginan berperilaku standar ideal, memelihara profesi, mengembangkan profesionalitas serta meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilannya. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, serta bangga terhadap profesinya Wibowo, 2002. Pada tahun 2005 telah disahkan Undang-Undang No. 14 tentang guru dan dosen. Di dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini Universitas Sumatera Utara 33 jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Dikdasdki, 2005. Undang-Undang tersebut juga menjelaskan arti dari profesional berkaitan dengan profesi guru. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi Dikdasdki, 2005. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan suatu profesi yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, dimana profesi tersebut menjadi sumber penghasilan yang memerlukan keahlian, kemahiran, kecakapan, dan pendidikan profesi. 2. Profesionalitas guru Dalam menjalankan tugasnya, guru memiliki prinsip-prinsip profesionalitas yang harus dipenuhi dan dijalankannya Dikdasdki, 2005. Prinsip-prinsip tersebut adalah : a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Universitas Sumatera Utara 34 f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Selain prinsip profesionalitas di atas, Dikdasdki 2005 juga menyatakan bahwa seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi yang dimaksud di sini adalah kualifikasi akademik yang diperoleh dari pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen juga menjabarkan hal-hal yang menjadi tanggung jawab seorang guru, yaitu : a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Universitas Sumatera Utara 35 b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika. e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

E. SEKOLAH BILINGUAL 1. Pengertian