19
BAB II DASAR TEORI
A. PENGERTIAN KELOMPOK KERJA GURU KKG
Abad 21 adalah abad pengetahuan yang akan berdampak pada perubahan paradigma pendidikan dan
aspek-aspek kehidupan manusia Trilling Hood 1999. Trilling Hood menyatakan sebagai berikut:
Abad pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Abad pengetahuan merupakan suatu era
dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar
pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena
perkembangan
teknologi yang
sangat pesat,
juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam
ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang
manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, perubahan peran orang tuagurudosen, serta
perubahan pola hubungan antar mereka. Perhatian utama pendidikan di abad 21 adalah untuk mempersiapkan hidup
dan kerja bagi masyarakat. Hal yang menjadi pertimbangan adalah perubahann arah dan sudut pandang yang lebih
luas mengenai peran utama pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan. Trilling
Hood, 1999: 5 -18
Reformasi Sekolah adalah sebuah jawaban terhadap kebutuhan yang dirasakan untuk merubah
sistem pendidikan dari model sistem industri yang
20
teacher centeredberpusat pada guru dalam mendidik anak-anak, ke sistem pembelajaran yang berpusat
kepada siswastudent centered, sistem pembelajan yang berbasis pada pemecahan masalah, dan sistem
pembelajaran yang berbasis pada pemahaman. Fullan
Hargreaves, 1991. Johnson 1998 menyatakan
bahwa reformasi sekolah juga didasarkan pada kebutuhan untuk merubah profesi guru dari isolasi
peti telur ke suasana yang lebih kolaboratif dan berbagi, salah satu yang akan mendukung dan
mendorong guru dalam menghadapi tuntutan adalah dengan meningkatkan profesi mereka Johnson, 1998 .
Adanya perubahan paradigma pendidikan di sekolah dan pembelajaran memerlukan perubahan peran guru
dalam pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru. Metode untuk mencapai perubahan otonomi
pendidikan dan peningkatan profesionalisme guru ini
adalah melalui pengembangan profesional. Fullan
Hargeaves, 1991. Relevansi
antara perubahan
paradigma pendidikan
menuntut adanya
perubahan dan
peningkatan profesionalisme guru dinyatakan oleh Fullan 1995 dalam Amalia 2011 yang menyatakan
bahwa tuntutan
pengembangan profesional
dikarenakan adanya perubahan yang bersifat dinamis
21
dan kompleks. Fullan 1995 dalam Amalia 2011 mendifinisikan pengembangan profesional adalah total
akumulasi pembelajaran yang diperoleh dan dialami guru dalam lingkungan belajar yang menarik baik
formal maupun informal dalam kondisi perubahan yang kompleks dan dinamik Fullan, 1995.
Hari 1999
lebih menekankan
bahwa pengembangan profesional lebih diarahkan pada
pribadi guru sebagai agen perubahan. Hari 1999 mendefinisikan istilah pengembangan profesional ini
sebagai berikut:
Proses dimana, guru mereview, memperbaharui dan memperluas komitmen moral mereka sebagai agen
perubahan baik secara individu maupun dengan orang lain untuk tujuan mengajar, dimana mereka memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan
kritis, keterampilan,
perencanaan dan berlatih dengan anak-anak, orang muda dan rekan melalui setiap fase kehidupan mengajar mereka
”
Definisi Hari
1999, menyiratkan
bahwa pengembangan
kompetensi dan
peningkatan profesional guru menjadi sangat penting tidak hanya
untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar tetapi juga untuk guru itu sendiri sebagai agen
perubahan. Guru perlu untuk memperkuat basis pengetahuan untuk mencapai tugas dan tanggung
jawab mereka terhadap pendidikan, terutama dalam
22
memenuhi tuntutan dan kebutuhan pendidikan di abad pengetahuan.
Baedhowi 2010
lebih menekankan
pada pentingnya lembaga sekolah dan tugas guru dalam
menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkualitas pada abad pengetahuan. Baedhowi
2010 menyatakan sebagai berikut:
Institusi pendidikan formal mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya manusia SDM Indonesia
berkualitas di masa depan. Di lingkungan pendidikan persekolahan education as schooling ini, guru profesional
memegang kunci utama bagi peningkatan mutu SDM masa depan itu. Guru merupakan tenaga profesional yang
melakukan
tugas pokok
dan fungsi
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik
sebagai aset manusia Indonesia masa depan.
Untuk mencapai pendidikan di era global, UNESCO
menetapkan dasar-dasar
yang harus
dijadikan pijakan bagi semua bangsa. Dalam uraian yang bertajuk Learning Treasure Within 1996 UNESCO
menetapkan The Four Pillars empat pilar pendidikan sebagai landasan pendidikan di era global sebagai
berikut:
1 learning to know, yaitu pembelajaran tidak hanya sekedar mempelajari materi pembelajaran tetapi yang lebih
penting adalah
mengenal cara
memahami dan
mengkomunikasikannya. 2 learning to do, pembelajaran dengan menumbuhkan semangat kreatifitas, produktivitas,
ketangguhan, menguasai kompetensi secara profesional, dan siap menghadapi situasi yang senantiasa berubah. 3
learning to be, pembelajaran yang bertujuan pada
23
pengembangan potensi diri yang meliputi kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, keadaran estetik, disiplin,
dan tanggung jawab. 4 learning to live together, pembelajaran yang bertujuan pada pemahaman hidup
selaras, dan seimbang dengan mengormati nilai spiritual dan kebhinekaan.
Beberapa kebijakan yang digariskan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya
dan meningkatkan mutu guru khususnya, antara lain adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yng mengarahkan pada peningkatan kompetensi dan
profesionalisme guru. Hal ini mengingatkan guru yang harus dimiliki karakteristik tertentu, yang dapat
mengarahkan peserta
didik pada
empat pilar
pendidikan. Dalam kaitan ini karakter guru yang diperlukan adalah: 1 memahami profesi guru sebagai
panggilan hidup sejati genuineness. 2 selama proses pembelajaran mengupayakan positive reward, sehingga
siswa mampu melakukan self-reward. 3 sikap guru tidak hanya simpatik , tetapi juga haru berempatik. 4
menyadari bahwa sebagai guru di era global hendaknya memiliki
“ability to be a learner long life learning” dan bukan hanya berprofesi yang ambivalen Widayati,
2002. Pengembangan profesionalitas dan kompetensi
guru dapat dilakukan melalui kegiatan pre-service and
24
in-service training secara bersama-sama dalam satu wadahorganisasi profesi. Dengan kata lain bahwa
wadah atau organisasi ini dapat dimanfaatkan oleh masing-masing anggotanya dalam mencapai tujuan
pengembangan profesionalitas guru secara bersama. Rogoff 1994 dalam Coburn dan Stein 2004
menyatakan bahwa:
In contrast to conventional views of learning as an individual of pschychological process, social-cultural theorists argue
that learning as individual participate, in the social and cultural activities of their communities
Menurut Rogoff 1994, bahwa pembelajaran bagi seorang guru dapat dilaksanakan dalam komunitas
kelompok atau
organisasi dengan
memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan kelompok atau organisasi tersebut. Dengan adanya partisipasi dan aktivitas guru
dalam kelompok tersebut diharapkan profesionalitas dan kompetensi guru dapat berkembang.
Pengembangan profesional juga dapat dilakukan melalui kerjasama pengembangan dalam kelompok
seperti yang disampaikan Glatorn 1987 dalam Aberg 2006, An encouraging development in instructional
development is the wide spread interest in peer-centered options such as cooperative development. Glathorn,
25
1987. Lebih lanjut Glathorn 1987 dalam Aberg 2006 menjelaskan
yang dimaksud
dengan cooperative
professional development “A process by which small team of theacher work together, using a variety of
method and structures, for their own professional growth. Glatthorn, 1987
Berkenaan dengan dampak yang diharapkan dengan
adanya peningkatan
kompetensi dan
profesionalitas guru, Stevenson dan Stingler 1992 dalam Danim 2000 menyatakan sebagai berikut:
Professional have longer and more specialized training greater freedom to organize their time, greater personal
responsibility for directing their own work, and respect that come from uniqueness and quality of their contribution
Berdasarkan pendapat Stevenson dan Stingler seperti
tersebut di
atas, dapat
diambil suatu
pemahaman bahwa pengembangan profesionalitas guru akan berkontibusi terhadap kualitas dan tanggung
jawab guru
dalam menunjang
keberhasilan peningkatan
mutu pendidikan.
Hal ini
sangat dimungkinkan apabila seorang guru tersebut dapat
mengikuti dan terlibat dalam kegiatan organisasi profesi seperti KKG.
Pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis dalam kerangka peningkatan kualifikasi,
26
kompetensi, dan profesionalisme bagi guru. Langkah- langkah
strategis yang
diambil adalah
melalui Peningkatan Kualifikasi Akademik PKA Guru Berbasis
Kelompok Kerja Guru KKG. Baedhowi, 2010. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor 079CKI93 menjelaskan bahwa KKG
sebagai salah
satu sistem
pembinaan profesionalisme guru merupakan wadah pengembangan
sistem pembinaan profesional guru SPP-Guru yang dibentuk
oleh pemerintah
terutama untuk
meningkatkan kemampuan
profesional dalam
melaksanakan dan mengelola pembelajaran di Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah di tingkat gugus atau
kecamatan yang terdiri dari beberapa guru dari beberapa sekolah. Sistem pembinaan profesional guru
SPP-Guru ini menekankan bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru dilapangan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Dikdasmen, 1993
Pengertian Kelompok Kerja Guru KKG menurut Direktorat Profesi Pendidik 2010 adalah
wadah kegiatan profesional bagi guru SDMISDLB di tingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari
sejumlah sekolah. Direktorat Profesi Pendidik, 2010
27
Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan
Kalimantan Timur LPMP memberikan beberapa definisi tentang Kelompok Kerja Guru yaitu:
a. KKG adalah Suatu forum atau wadah profesional guru kelasmata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
Kabupaten Kota Kecamatan sanggar gugus sekolah, yang prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari,
oleh dan untuk guru dari semua sekolah.
b. KKG adalah Suatu organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak
mempunyai hubungan hirarkis dengan lembaga lain.
Pengertian lain
yang menyangkut
fungsi organisasi bahwa KKG merupakan lembagaorganisasi
dimana sistem
pembinaan profesional
guru dilaksanakan dikelola dengan baik dan dikembangkan
terus pertumbuhannya sehingga berfungsi secara efektif. KKG sebagai sebuah organisasi yang lebih
menekankan pada pendekatan tujuan bahwa KKG berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan,
penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dengan siswa, metode mengajar dan lain-lain yang
berfokus pada kegiatan belajar mengajar KBM yang aktif. Dilihat dari segi manfaatnya, KKG adalah wadah
pembinaan profesional yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai demonstrasi, atraksi dan
simulasi dalam pembelajaran Julia, 1998. Sedangkan menurut Wahyudin, 1995 KKG merupakan wadah
profesional guru yang aktif, kompak dan akrab. Di
28
dalam wadah ini para guru dapat membahas permasalahan dari mereka dan untuk mereka. Dari
beberapa pengertian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa Kelompok Kerja Guru adalah
sebuah forum organisasi atau perkumpulan guru- guru
sekolah dasar
yang mempunyai
kegiatan pembinaan
dan pengembangan
serta pemberian
informasi –informasi di bidang pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan profesionalitas pribadi guru dalam proses belajar mengajar guna menyesuaikan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
B. UPAYA PENGEMBANGAN KKG