2.6 Pengungkapan Wajib Mandatory Disclosure
Pengungkapan wajib mandatory disclosure merupakan pengungkapan minimum mengenai informasi perusahaan yang harus diungkapkan dalam
laporan keuangan perusahaan terutama bagi perusahaan yang sudah go public.
Luas pengungkapan wajib antar negara berbeda. Negara maju yang ketat dengan regulasi lebih ketat, biasanya memiliki item wajib yang lebih banyak
untuk diungkapkan dibandingkan negara berkembang. Kelengkapan dalam pengungkapan laporan keuangan tidaklah bersifat statis namun menyesuaikan
dengan perkembangan pasar modal yang ada di negara tempat perusahaan tersebut ada. Di Indonesia aturan tentang pengungkapan wajib dilakukan oleh
pemerintah melalui Badan Pengawas Pasa Modal BAPEPAM yaitu melalui keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-134BL2006 tanggal 7 desember
2006, laporan tahunan wajib dikeluarkan begi emiten atau perusahaan publik. Seluruh perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia BEI harus melakukan
pengungkapan atas laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku apabila tidak melakukan sesuai dengan yang diwajibkan atas item-item
pengungkapan maka dapat dikenai sanksi dari pihak yang terkait.
2.7 Pengungkapan Sukarela Voluntary Disclosure
Perusahaan diberikan kebebasan dalam melakukan pengungkapan sukarela. Sehingga setiap perusahaan memiliki kriteria masing-masing dalam
menentukan pengungkapan di dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Dengan kriteria yang dimiliki antar perusahaan itu berbeda maka akan timbul
Universitas Sumatera Utara
keragaman dalam laporan keuagan tahunan yang akan diterbitkan oleh perusahaan. Dalam melakukan pengungkapan sukarela perlu dipertimbangkan
biaya dan manfaat yang diperoleh atas pengungkapan tersebut. Menurut Suripto dalam Anggraeni 2008 biaya yang harus dipertimbangkan terbagi
atas dua jenis yaitu meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung material meliputi biaya yang didapat dari pengembangan
dan penyajian yang dilakukan dalam pengungkapan sukarela seperti biaya pengumpulan, biaya pemrosesan, biaya pengauditan, biaya penyebaran
informasi dan biaya waktu manajerial. Sedangkan biaya tidak langsung strategic cost adalah biaya yang ditimbulkan apabila informasi tersebut
diungkapkan atau tidak. Contoh biaya yang timbul adalah biaya litigasi yaitu biaya yang timbul karena informasi yang diungkapkan adalah informasi yang
menyesatkan dan propietary cost biaya persaingan kompetitif dan biaya politik. Biaya persaingan kompetitif adalah biaya yang timbul akibat
informasi yang diberikan oleh perusahaan justru memperlemah keadaan perusahaan karena informasi tersebut dianggap menjadi kerugian oleh
perusahaan dan informasi tersebut digunakan oleh perusahaan pesaing untuk melakukan inovasi agar lebih unggul dan memperkuat daya saing mereka.
Sedangkan biaya politik adalah biaya yang timbul akibat adanya regulasi pemerintah yang diterbitkan karena informasi yang kita berikan. Jika regulasi
tersebut menguntungkan perusahaan maka itu akan menjadi keuntungan namun jika sebaliknya maka yang terjadi adalah timbul kerugian bagi
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Motif Pengungkapan Sukarela
Menurut Healy dan Palepu 2001 terdapat enam motif dalam melakukan pengungkapan sukarela. Motifnya adalah sebagai
berikut: 1.
Capital Market Transaction Hypothesis
Menurut Healy dan Palepu 2001 motif ini mempengaruhi perusahaan karena adanya persepsi dari pihak investor pada
perusahaan untuk melakukan penerbitan atas sekuritas, public debt, ataupun mengakuisisi perusahaan lain. Persepsi yang
dimiliki para investor dianggap penting oleh perusahaan untuk melakukan rencana ini. Akan tetapi perusahaan harus
mengurangi asimetri informasi Myers dan Majluf 1984 dalam Healy dan Palepu 2001 karena apabila terdapat asimetri
informasi akan menambah cost of equity. Akibatnya para manajer harus bisa mengantisipasi dan juga memiliki insentif
untuk melakukan pengungkapan sukarela, hal ini dilakukan agar informasi perusahaan yang disampaikan pada investor
sesuai dengan keadaan yang ada di perusahaan dan bisa mengurangi asimetri informasi. Manajer juga bisa mengurangi
biaya modal mereka dan juga mengurangi risiko informasi dengan cara meningkatkan informasi dengan melakukan
pengungkapan sukarela
Universitas Sumatera Utara
2. Corporate Control Test Hypothesis
Menurut Healy dan Palepu 2001 motif ini timbul karena dewan direksi dan juga investor serta manajer bertanggung
jawab atas kinerja saham saat ini. Warner et al. 1988 dan Weisbach 1988 dalam Healy dan Palepu 2001 menemukan
bahwa ada hubungan yang berbanding terbalik antara pergantian CEO CEO turnover dengan kinerja saham yang
buruk poor stock performance, apabila kinerja saham buruk maka pergantian CEO akan sangat mungkin terjadi di
perusahaan. Hal ini bisa menyebabkan kehilangan pekerjaan bagi pihak manajemen perusahaan karena kinerja saham
perusahaan yang kurang baik. Dalam hal ini manajemen melakukan pengungkapan sukarela untuk menjelaskan
keadaan perusahaan dan memberikan alasan kenapa kinerja saham perusahaan berada dalam kondisi yang tidak baik dan
mengurangi risiko bagi manajemen perusahaan untuk kehilangan pekerjaan.
3. Stock Compensation Hypothesis
Menurut Healy dan Palepu 2001 motif ini muncul karena manajer mendapatkan penghargaan dalam bentuk saham dari
pihak manajemen perusahaan. Dengan kompensasi dalam bentuk saham, maka para manajer perusahaan berusaha
melakukan pengungkapan sukarela karena beberapa alasan.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, manajer tertatik untuk memperdagangkan saham yang mereka miliki untuk itu mereka mengungkapkan
informasi tambahan tentang perusahaan yang melebihi dari yang ditentukan dengan tujuan mengoreksi nilai saham yang
undervalued dan juga bisa meningkatkan likuiditas
perusahaan. Kedua, manajer yang juga bertindak sebagai pemegang saham melakukan pengungkapan sukarela untuk
mengurang biaya kompensasi saham terhadap karyawan baru. Pada akhirnya manajer bisa memperoleh keuntungan
tambahan atas transaksi saham yang mereka lakukan dengan cara pengungkapan sukarela.
4. Litigation Hypothesis
Menurut Healy dan Palepu 2001 motif ini timbul karena pemegang saham memiliki ancaman litigasi yang dapat
memiliki dua efek dalam pengungkapan yang dilakukan oleh manajer.
Efek yang pertama adalah bahwa adanya tindakan hukum terhadap manajer yang tidak melakukan pengungkapan secara
memadai atau terlalu cepat melakukan pengungkapan dapat mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan
sukarela. Skinner 1994 menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan dengan berita laba yang buruk memiliki
insentif dalam mengungkapkan informasi dan mengurang
Universitas Sumatera Utara
biaya litigasi yang mungkin timbul akibat adanya penundaan atas pengungkapan informasi yang merugikan bagi beberapa
pihak. Efek yang kedua adalah adanya potensi bagi para manajer
untuk memutuskan melakukan pembatasan informasi tertentu. Hal ini timbul karena perusahaan yakin bahwa perusahaan
tidak akan melakukan kesalahan yang disengaja dan sistem hukum bisa membedakan jenis kesalahan yang diperbuat.
5. Management talent signaling hypothesis
Trueman 1986 dalam Healy dan Palepu 2001 berpendapat bahwa manajer yang berbakat memiliki potensi untuk
memberikan voluntary earning forecast. Nilai pasar dari sebuah perusahaan adalah fungsi dari persepsi para investor
atas manajer perusahaan mengenai kemampuan manajer perusahaan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan atas
ekonomi perusahaan di masa depan. Semakin baik persepsi investor maka semakin tinggi pula nilai pasar dari sebuah
perusahaan. 6.
Propietary cost hypothesis Berdasarkan beberapa penelitan terdahulu bahwa keputusan
perusahaan mengungkapkan informasi tentang perusahaan kepada investor dipengaruhi oleh tingkat kompetitif bisnis
mereka dengan pesaing. Dikhawatirkan akan merusak
Universitas Sumatera Utara
kompetisi bisnis perusahaan dan menimbulkan kerugian bagi perusahaan Verecchia,1983; Darrough dan Stoughton,1990;
Wagenhofer,1990; Feltman dan Xie, 1992; New dan Sansing, 1993; Darrough, 1993; Gigler, 1994.
Berbeda dengan lima hipotesis sebelumnya, propietary cost hypothesis mengasumsikan bahwa tidak ada konflik
kepentingan antara manajer perusahaan dengan pemegang saham. Akibatnya pada hipotesis ini bahwa pengungkapan
sukarela yang dilakukan dianggap selalu kredibel. Hayes dan Lundholm 1996 dalam Healy dan Palepu 2001
berpendapat bahwa perusahaan cenderung akan melakukan pengungkapan informasi lebih banyak apabila jenis
perusahaan tersebut dalam segmen industri yang sama
2.7.2 Manfaat Pengungkapan Sukarela
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan pengungkapan secara sukarela pada suatu perusahaan.
Manfaatnya adalah sebagai berikut: 1.
Berkurangnya cost of debt Saat perusahaan memberikan informasi yang transparan atas
keadaan perusahaan kepada publik maka perusahaan akan dinilai memiliki nilai risiko yang lebih rendah dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan tambahan. Penilaian risiko yang lebih rendah tersebut yang
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan rendahnya cost of debt Chen dan Jian, 2007 dalam Juniarti dan Sentosa, 2009
2. Berkurangnya cost of equity capital
Botosan dalam Healy dan Palepu 2001 menemukan bahwa adanya pengaruh negatif antara pengungkapan sukarela
dengan cost of equity capital. Dalam penemuan tersebut disebutkan bahwa apabila lebih banyak informasi yang
diberikan perusahaan dalam pengungkapan sukarela maka akan menurunkan nilai cost of equity capital yang akan
ditanggung oleh pihak perusahaan. 3.
Peningkatan likuiditas saham Diamond dan Verrecchia 1991 serta Kim dan Verrecchia
1994 dalam Healy dan Palepu 2001 mengemukakan bahwa pengungkapan sukarela mampu mengurangi asimetri
informasi yang terjadi antara informed dan uninformed investor. Perusahaan yang melakukan pengungkapan sukarela
yang menyeluruh dapat meyakinkan para investor bahwa transaksi saham yang terjadi pada perusahaan berada pada
nilai yang wajar. Akhirnya bisa meningkatkan likuiditas saham perusahaan.
2.8 Audit Committee Komite Audit
Komite Audit adalah sebuah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk menjalankan tugas dan fungsinya di perusahaan. Selama menjalankan
Universitas Sumatera Utara
tugas dan fungsi tersebut maka komite audit bertanggung jawab pada dewan komisaris. Dalam menjalankan tugasnya maka komite audit harus memiliki
karakteristik yang baik. Karakteristik komite audit antara lain adalah jumlah komite audit, komposisi komisaris independen dalam komite audit, jumlah
pertemuan komite audit dan juga jumlah ahli keuangan dalam komite audit. Sesuai dengan lampiran keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-
643BL2012 tanggal 7 Desember 2012 tentang “Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit” maka perusahaan publik atau emiten wajib
memiliki komite audit. Jumlah keanggotaan komite audit minimal terdiri dari tiga orang dimana sebagian besar anggotanya adalah komisaris independen
dan lainnya adalah anggota lainnya merupakan pihak diluar emiten dan perusahaan publik. Setidaknya satu diantara anggota komite audit memiliki
keahlian di bidang akuntansi atau keuangan. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, komite audit memliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada publik danatau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan
lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik;
3. Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan
pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya;
4. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
penunjukan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan fee;
5. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal;
6. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen
risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan
Komisaris; 7.
Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
8. Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait
dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik; dan
9. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau
Perusahaan Publik.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan tugasnya Komite Audit mempunyai wewenang sebagai berikut:
1. Mengakses dokumen, data, dan informasi Emiten atau Perusahaan
Publik tentang karyawan, dana, aset, dan sumber daya perusahaan yang diperlukan;
2. Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk Direksi dan
pihak yang menjalankan fungsi audit internal, manajemen risiko, dan Akuntan terkait tugas dan tanggung jawab Komite Audit;
3. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit yang
diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya jika diperlukan; dan
4. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisaris.
Dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan maka pengungkapan terhadap laporan keuangan bisa transparan dan tugas Dewan Komisaris bisa
terbantu dalam mengawasi operasional perusahaan.
2.9 Ukuran Perusahaan