Penyakit Gastrointestinal Penyakit hepatobilier

imunodefisiensi, infeksi VZV memiliki tampilan klinis seperti lesi verukus dermatom kronik; satu atau lebih nyeri ulkus kronik tau lesi ektimatus, ulkus, atau nodulmenyerupai karsinoma sel basal atau karsinoma sel squamos. Herpes zoster dapat rekuren pada dermatom yang sama atau dermatom- dermatom lainnya Fitzpatrick, 2001.

2. Penyakit Gastrointestinal

Penyakit terkait HIV seringkali melibatkan saluran gastrointestinal GI. Penurunan berat badan dan selera makan merupakan gejala umum apapun patologinya Mandal, 2008. a. Penyakit esofagus biasanya timbul dengan keluhan nyeri saat menelan dan disfagia. Kandidiasis merupakan penyebab 80 kasus terjadi pada 30 pasien dengan OCP. Plak pseudomembranosa tampak saat pemeriksaan barium meal sebagai defek pengisian filling defects dan saat endoskopi. b. Penyakit usus halus sering berhubungan dengan diare cair bervolume banyak, nyeri perut dan malabsorpsi. Bila terdapat imunidefisiensi sedang 100-200 CD4 selmm 3 , Cryptosporidium, mikrosporidium, dan Giardia merupakan penyebab yang mungkin. Bila kadar CD4 50 selmm 3 , Mycobacterium avium intercelluler MAI dan CMV merupakan diagnosis alternatif. c. Penyakit usus besar timbul sebagai diare sering berdarah bervolume sedikit yang disertai dengan nyeri perut. Suatu patogen enterik bakterial standar mungkin berperan seperti Clostridium difficile. Kolitis CMV merupakan diagnosis penting pada pasien dengan hitung CD4 rendah yang terjadi pada hingga 5 pasien. Penegakan diagnosis diakukakn melalui endoskopi yang sering memperlihatkan ulkus dalam atau dangkal yang konfluen atau segmental, serta dengan Universitas Sumatera Utara biopsi. Megakolon toksik, perdarahan, dan perforasi dapat menyebabkan komplikasi pada infeksi.

3. Penyakit hepatobilier

a. Penyakit bilier dapat menyebabkan komplikasi pada infeksi CMV, Crytosporidium, atau mikrosporidium dalam bentuk kolangitis sklerosans atau kolesistitis akalkulia. Manifestasinya adalah nyeri kuadran kanan atas, muntah, dan demam; ikterus jarang terjadi. Pada kolangitis sklerosans, peningkatan fosfatase alkali dan γ-glutamil transferase serum biasanya mendahului timbulnya ikterus. Pencitraan ultra sonografi memperlihatkan pelebaran saluran empedu. Akan tetapi, endoscopic retrograde cholangiopancreatography ERCP penting untuk memperlihatkan gambaran menyerupai kabut intrahepatik dan ekstrahepatik yang khas untuk kolangitis sklerosans Mandal, 2008. b. Penyakit hati dapat disebabkan oleh koinfeksi dengan HBV atau HCV. Koinfeksi hepatitis B atau C menjadi masalah yang meningkat pada HIV. Pada kedua hepatitis tersebut, viremia lebih tinggi dan penyakit lebih agresif. Pada koinfeksi HBV, imunosupresi yang terlihat pada penyakit tahap lanjut dapat memberikan suatu perlindungan, karena kerusakan hepar diperantarai oleh sistem imun. Stimulan imun interferon dan antivirus 3TC, tenofovir memiliki peran dalam pengobatan. Pada hepatitis C, respons terhadap inerferon dan ribavirin tidak sebaik pada orang yang HIV-negatif Mandal, 2008. Universitas Sumatera Utara

4. Penyakit Paru