54
2. Milik Pemerintah = 613,41 Ha 3. Milik Swasta
= 100,0 Ha
4.1.4 Keadaan Tanah
Tanah di Desa Longkotan merupakan tanah pencampuran antara tanah liat, pasir, dan debu. Dengan demikian sebagian besar lahan di Desa Longkotan
cocok untuk lahan pertanian tanaman keras seperti : Durian, kakao, kopi robusta, kelapa sawit, dan lahan padi sawah.
4.2. Kondisi Demografis 4.2.1 Jumlah Penduduk
Dari data tahun 2010 – 2011, tercatat jumlah penduduk Desa Longkotan
sebanyak 1908 jiwa. Yang terdiri atas 1020 jiwa laki-laki dan jumlah 878 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga KK, Desa Longlotan
dihuni oleh 440 Kepala Keluarga KK.Komposisi Penduduk Desa Longkotan berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama terlihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7 Komposisi Penduduk
No Nama Dusun Jumlah Penduduk
Agama Lk
Pr Total
Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1 Sempodi
42 61
103 17
83 3
Universitas Sumatera Utara
55
2 Longkotan
161 129
290 -
290 -
3 Bonton
171 111
282 3
265 14
4 Sipat
122 103
225 66
159 -
5 Sopogadong
156 115
271 9
258 4
6 Sopokomil I
116 91
207 175
31 1
7 Sopokomil II
252 276
528 17
509 2
Jumlah 1020 878
1908 287
1595 26
Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJM Tahun 2011- 2015 Desa Longkotan
Dusun Sopokomil terdiri dari 2 wilayah, Dusun Sopokomil I dikenal dengan nama Barisan Pak-pak karena di dominasi oleh masyarakat suku Pakpak
dan beragama Islam, sedangkan di Dusun Sopokomil II di kenal dengan Barisan Toba karena mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba dan mayoritas
beragama Kristen. Berdasarkan tabel 7 tampak bahwa mayoritas penduduk Dusun Sopokomil adalah beragama Kristen Protestan, di urutan kedua adalah agama
Islam dan paling sedikit itu yang beragama Katolik. Berdasarkan informasi dari warga di lapangan, dulu daerah Dusun
Sopokomil ini adalah wilayah hak ulayat Marga Cibro suku Pakpak. Mereka dulu yang memiliki lahan-lahan pertanian di daerah Sopokomil. Namun seiring
perkembangan jaman, sekitar tahun 1920 masyarakat suku Batak Toba merantau sampai ke daerah Sopokomil. Mereka membeli lahan dari pemegang hak ulayat
marga Cibro, sehingga dapat tinggal dan mencari nafkah di daerah Sopokomil.
4.2.2 Kondisi Sosial – Ekonomi
Desa Longkotan adalah merupakan desa pertanian, maka hasil ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar adalah petani. Dari tingkat
penghasilan rata-rata masyarakat Desa Longkotan tergolong ke dalam kategori
Universitas Sumatera Utara
56
miskin. Luas Desa 1127 Ha dan kepemilikan lahan ini dimiliki oleh masyarakat, pemerintah desa dan sisanya dimiliki pihak swasta dengan gambaran sebagai
berikut. Seluas425 Ha dimiliki oleh 350 Kepala Keluarga penduduk Desa Longkotan rata-rata memiliki 1,2 Ha ini digunakan untuk pemukiman penduduk
dan sumber pendapatan dengan mata pencaharian sebagai petani untuk berladang dan bersawah, kemudian 615,03 Ha dimiliki oleh Desa untuk lokasi perkantoran
sarana-prasarana sosial seperti gereja, masjid, puskesmas, Sekolah Dasar, balai desa dan lainnya dan sisanya 86 Ha dimiliki oleh Swasta untuk perumahan
karyawan tambang. Sementara kemampuan produksi persawahan di Desa Longkotan minimal
3,3 TonHa per 1 musim. Jika dalam 1 tahun 2× tanam, maka produksi padi menghasilkan Rp. 23.100.000. Karena 350 KK rata-rata warga memiliki 1,2 Ha
maka penghasilan rata-rata petani Desa Longkotan hanya Rp. 4.200.000 tahun atau Rp.350.000bulan.Dari uraian diatas jelas tergambar masih lemahnya kondisi
perekonomian warga desa. Dan diperlukan terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan pendapatan masyarakat baik di bidang pertanian itu sendiri ataupun
pada sektor lain.
4.2.3 Kondisi Sosial – Budaya
Kehidupan masyarakat Desa Longkotan sangat kental dengan tradisi- tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan
siklus hidup manusia lahir – dewasa berumahtangga – mati, seperti upacara
kelahiran, perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian,
Universitas Sumatera Utara
57
hampir selalu dilakukan oleh warga masyarakat. Selain itu tradisi sedekah bumi,
bersih desa dan semacamnya juga masih dilakukan setiap tahun.
Di Dusun Sopokomil, penduduk yang pertama bermukim adalah masyarakat yang bersuku Pakpak. Namun seiring perkembangan jaman penduduk
Toba yang datang semakin banyak ke dusun ini. Dulu tanah-tanah di dusun ini masih banyak yang kosong. Masyarakat Toba yang biasa bekerja keras bermohon
pada masyarakat Pakpak untuk mengolah sebagian tanah di dusun ini. Masyarakat Pakpak pada masa itu tidak suka bekerja di bawah panas terik matahari, sehingga
masyarakat Toba yang mengolah lahan untuk dijadikan sawah. Sedangkan masyarakat Pakpak bekerja di lahan darat yang rimbun dari pepohonan tempat
mereka bekerja. Hal inilah yang membuat masyarakat Toba memiliki lahan di Dusun Sopokomil.
Meskipun berbeda suku antara masyarakat Toba dan masyarakat Pakpak, kegotongroyongan masyarakat tetap kuat. Hal ini terjadi karena ikatan
kekeluargaan yang semakin kuat, misalnya oleh karena perkawinan kedua suku tersebut. Kegiatan seperti kebiasaan menjenguk orang sakit tetangga atau sanak
famili masih dilakukan oleh masyarakat. Biasanya ketika menjenguk orang sakit, bukan makanan yang dibawa, tetapi mengumpulkan uang bersama-sama warga
untuk kemudian disumbangkan kepada orang yang sakit untuk meringankan beban biaya, Kebiasaan saling membantu memperbaiki rumah atau membantu
tetangga yang mengadakan perhelatan juga masih dilakukan. Ada juga kebiasaan marsiruppa bekerja ke ladang orang lain dimana sistem upahnya bisa berupa
uang atau juga gatti gogo diganti tenaga untuk bekerja. Semua itu menggambarkan bahwa hubungan ketetanggaan di desa ini masih eratkuat.
Universitas Sumatera Utara
58
Selain itu kekompakan pada masyarakat Sopokomil juga tampak pada kegiatan adat-istiadat. Misalnya apabila ada masyarakat akan melakukan pesta
pernikahan, mereka akan berdatangan dan memberikan bantuan baik tenaga dan barang kayu bakar, beras, bumbu. Demikian halnya ketika ada berita dukacita
dari Gereja atau Mesjid, mereka akan menghentikan aktivitas dan menuju kediaman keluarga yang berduka untuk memberikan penghiburan dan juga
bantuan untuk keperluan adat yang berlaku di desa Sopokomil. Kondisi kesehatan masyarakat tergolong cukup baik, terutama adanya
Puskesmas namun jarak antara Dusun I ke Puskesmas yang ada di Dusun IV, harusnya di Dusun I sudah layaknya dibangun Poskesdes. Dan pada musim-
musim tertentu warga masyarakat sering mengalami gangguan kesehatan, terutama malaria. Keberadaan balita kurang gizi sudah mulai berkurang selaras
dengan semakin meningkatnya perekonomian masyarakat. Kegiatan pengamanan siskamling di Desa Longkotan ini sudah tidak lagi aktif, hal ini ditenggarai
karena semakin banyak waktu yang digunakan oleh warga masyarakat untuk mencari nafkah bekerja.
4.3 Gambaran Umum PT. Dairi Prima Mineral