Jenis-jenis Metode Peramalan Sejarah Kota Pematangsiantar

maju. Dengan penggunaan teknik-teknik tersebut, maka diharapkan dapat memberikan kepercayaan atau keyakinan yang lebih besar, karena dapat diuji dan dibuktikan penyimpangan atau deviasi yang terjadi secara ilmiah. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode peramalan sangat berguna karena akan membantu dalam mengadakan pendekatan analisa terhadap tingkah laku atau pola dari data yang lalu. Sehingga dapat memberikan cara pemikiran, pengajaran dan pemecahan yang sistematis dan pragmatis, serta memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar atas ketetapan hasil ramalan yang disusun. Sofjan Assauri, 1984.

2.6 Jenis-jenis Metode Peramalan

Metode-metode peramalan dengan menggunakan analisa pola hubungan antara variabel yang diperkirakan dengan variabel waktu atau analisa deret waktu terdiri dari: a. Metode Smoothing Metode Smoothing yang mencakup metode data lewat past data, metode rata- rata kumulatif, metode rata-rata bergerak moving average dan metode eksponensial smoothing. Metode Smoothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu maupun kedua-duanya dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data yang lalu. b. Metode Box Jenkins Metode Box Jenkins menggunakan dasar deret waktu dengan model matematis agar kesalahan yang terjadi dapat sekecil mungkin yang membutuhkan identifikasi model estimasi parameternya. c. Metode Proyeksi Trend dengan regresi Metode Proyeksi Trend dengan regresi merupakan dasar garis trend untuk suatu persamaan matematik, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal yang diteliti untuk masa depanSofjan Assauri, 1984 BAB 3 SEJARAH KOTA PEMATANGSIANTAR

3.1 Sejarah Kota Pematangsiantar

Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja tahun 1906. Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean, Pantoan,Suhi Bah Bosar,dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu : 1. Pulau Holing menjadi kampung pematang 2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota 3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, kampung melayu, Martoba,Sukadame, dan Bane. 4. Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang. Kota Pematangsiantar terletak pada garis 3º01’09” - 2º54’40” Lintang Utara dan 99º6’23” - 99º1’10” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun dengan luas 79,97 km 2 dan terletak 400 meter di atas permukaan laut. Dengan letaknya yang strategis menambah dinamika kehidupan di kota yang berpenduduk hampir seperempat juta jiwa ini. Keaneka ragaman agama dan sosial budaya mutlak dipertimbangkan dalam merumuskan program pembangunan dalam memelihara ketertiban, kemanan, kerukunan antar umat beragama dan kerjasama antar etnis. Setelah Belanda memasuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagangan pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, dan bangsa Cina mendiami Kawasan Tiombang Galung dan Kampung melayu. Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285 Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi Geemente yang mempunyai Dewan. Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi. Berdasarkan UU No.221948 status geemente menjadi kota kabupaten Simalungun dan Walikota di rangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957. Berdasarkan UU No11957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan keluarnya UU No.181965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya UU No.51974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang. Pada waktu siang atau malam hari kehidupan di kota ini sepertinya tak pernah surut dilihat dari aktivitas masyarakatnya. Dengan udaranya yang sejuk dan airnya yang bening dimana-mana, kehidupan di kota ini aman dan kondusif menghidupkan perekonomian masyarakatnya. Dengan keadaan tersebut, kota Pematangsiantar mempunyai nilai positif tersendiri untuk berinvestasi karena disamping aman, tertib dan tentram, jumlah penduduk yang relatif banyak dan bahan baku yang mencukupi khususnya yang berasal dari daerah interland.

3.2 Visi dan Misi