3. Wirjono Prodjodikoro menggunakan istilah strafbaar feit sebagai
tindak pidana, yang dimana suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana.
b. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Pada dasarnya, setiap tindak pidana harus terdiri dari unsur-unsur lahiriah fakta oleh perbuatan, mengandung perbuatan dan akibat yang
ditimbulkan. Sebuah perbuatan tidak bisa begitu saja dikatakan tindak pidana, oleh karena itu harus diketahui apa saja unsur-unsur atau ciri-ciri dari
perbuatan pidana itu sendiri. Adapun 5 unsur yang terkandung dalam tindak pidana, yaitu:
a. Harus ada sesuatu kekuatan gedraging;
b. Kelakuan itu harus sesuai dengan uraian undang-undang;
c. Kelakuan itu adalah kelakuan tanpa hak;
d. Kelakuan itu dapat diberatkan kepada pelaku;
e. Kelakuan itu diancam dengan hukuman.
39
Unsur-unsur tindak pidana pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam dua unsur yaitu unsur subjektif dan unsur objektif, unsur-usur tersebur dapat
dijabarkan sebagai berikut: 1.
Unsur Subjektif Unsur subjektif adalah unsur yang berasal dari dalam diri
pelaku. Asas hukum pidana menyatakan “tiada pidana tanpa kesalahan” geen straf zonder schuld. Kesalahan yang dimaksud
39
C.S.T. Kansil dan Kristine S.T. Kansil, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cet. Kedua, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, h. 38.
disini adalah kesalahan yang berasal atau diakibatkan oleh kesengajaan dan kealpaan.
Para pakar menyetujui bahwa kesengajaan terdiri dari tiga bentuk yaitu:
1. Kesengajaan dengan maksud oogmark;
2. Kesengajaan dengan keinsyafan pasti opzet als
zekerheidsbewustzijn; 3.
Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan dolus evantualis.
Kealpaan adalah bentuk kesengajaan yang lebih ringan atau dengan nama lain bahwa orang yag melakukan dengan kelalaiannya.
Dalam hal ini kealpaandibagi menjadi dua bentuk yaitu: 1.
Tak berhati-hati kealpaan tanpa kesadaran; 2.
Dapat menduga akibat perbuatan itu kealpaan dengan kesadaran.
40
2. Unsur Objektif
Unsur objektif merupakan unsur yang berasal dari luar pelakuyang terdiri atas:
a. Perbuatan manusia
1. Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan positif, yang
dimaksud dengan act dalam hal ini adalah apa yang dilakukan dan apa yang diucapkan. Hal ini oleh oleh para pakar di sebut
40
Zainal Abidin, op.cit. h. 91
act. contoh act adalah Pasal 362, 338, dan sebagainya. Pada Pasal 362 KUHP yang berbunyi :
“Barang siapa yang mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk memiliki secara melawan hukum….”
Pasal ini merupakan perbuatan positif seseorang karena dalam perumusan pasal ini memformulasikan mengenai perbuatan
pelaku. 2.
Ommision, yakni perbuatan negatif atau perbuatan pasif, yaitu perbuatan yang mendiamkan ataupun membiarkan terjadinya
kejahatan, atau bagaimana sikap seseorang tersebut dalam terjadinya kejahatan, para pakar menyatakan hal ini sebagai
omission. Contoh omission dapat dilihat dalam Pasal 165, 531, dan sebagainya. Pada Pasal 165 KUHP yang berbunyi:
“Barang siapa mengetahui bahwa ada orang yang bermaksud untuk melakukan suatu pembunuhan dan dengan sengaja tidak
memberitahukan hal itu dengan sepatutnya dan waktunya, baik kepada yang terancam, jika kejadian itu benar terjadi ama
dihukum…”
Dalam perumusan pasal ini jelas menyatakan bahwa pasal ini merupakan omission, dikarenakan formulasi dalam pasal ini
berisikan sikap pelaku yang berupa membiarkan terjadinya kejahatan.
41
b. Akibat result perbuatan manusia
41
Zainal Abidin, op.cit, h. 92
Akibat tersebut
membahayakan atau
merusak, bahkan
menghilangkan kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh hukum, misalnya nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik,
kehormatan dan sebagainya. c.
Keadaan-keadaan cirumstance Pada umumnya perbedaan tersebut dapat dibedakan menjadi 2
yaitu: 1.
Keadaan pada saat perbuatan dilakukan 2.
Keadaan setelah perbuatan dilakukan d.
Sifat melawan hukum Sifat
melawan hukum
berkenaan dengan
alasan-alasan penghapusan pidana dalam perbuatan itu, yang mana sifat melawan
hukum adalah apabila suatu perbuatan itu bertentangan dengan hukum, yakni berkenaan dengan larangan atau perintah.
Semua unsur delik tersebut merupakan suatu kesatuan. Tidak terbuktinya salah satu unsur dapat mengakibatkan terdakwa dibebaskan dalam
pengadilan. Tidak hanya pengertian yang dijabarkan oleh Lamintang, Cristine dan
Cansil pun turut menyatakan pendapat mengenai unsur-unsur tindak pidana yakni, selain harus bersifat melanggar hukum, perbuatan pidana haruslah
merupakan Handeling perbuatan manusia, Strafbaar gesteld diancam
dengan pidana, Toerekeningsvatbaar dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab, serta adanya Schuld terjadi karena kesalahan.
42
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris dalam buku Moeljatno merumuskan empat hal pokok dalam tindak pidana, yaitu tindak pidana adalah perbuatan
manusia yang termasuk dalam ruang lingkup rumus delik, Wederrechtjek melanggar hukum, dan dapat dicela. Tidak jauh berbeda dengan yang telah
dijelaskan sebelumnya, Moeljatno menyebutkan bahwa tindak pidana terdiri dari lima elemen, yaitu kelakuan dan akibat perbuatan, hal ikhwal atau
keadaan yang menyertai perbuatan, keadaan tambahan yang memberatkan pidana, unsur melawan hukum yang subjektif dan unsur melawan hukum yang
objektif.
43
Pada dasarnya tindak pidana adalah perbuatan atau serangkaian perbuatan yang akan dikenakan sanksi pidana.
2.3 Tindak Pidana Penipuan