BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni keretakan, perpecahan antara proses pikir, afek,
emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi Direja, 2011. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi
otak dan memyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan prilaku yang anehdan terganggu. Skizofrenia ditunjukan dengan gejala klien suka berbicara sendiri,
termenung, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir sering tersenyum sendiri, tidak mau beraktifitas bahkan mengabaikan hygiene atau perawatan diri
defisit perawatan diri Fitria, 2009. Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah Stuart, 2006.
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak yang menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu Videbeck,
2008. Menurut Prabandari 2003. Menyebutkan bahwa prevalensi skizofrenia di
Indonesia diperkirakan 1 permil, meski angka yang pasti belum diketahui karena penelitian prevalensi skizofrenia secara khusus belum dilakukan di indonesia.
Berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit Jiwa Prof Ildrem Medan tahun 2009, diketahui 12,377 penderita yang dirawat jalan yang menderita skizofrenia paranoid
berjumlah 9.532 96,51 dengan berbagai tipe dan diketahui dari 1.929 penderita yang dirawat inap yang menderita skizofrenia paranoid berjumlah 1.581 81,96.
Menurut Sulistyowati 2008. Prevalensi skizofrenia di Indonesia tiga sampai lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang
akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Hal ini merupakan angka yang cukup serta perlu penanganan yang serius.
Menurut World Health Organisation 2010, tanda dan gejala skizofrenia yaitu: Berkhayal, halusinasi, gangguan pikiran, sulit mengekspresikan emosi, menarik
diri dari lingkungan sosial, kehilangan motivasi, tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari, dan mengabaikan kebersihan pribadi kurangnya defisit perawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri mandi, berhias, makan, toileting. Kurang perawatan diri mandi
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandikebersihan diri. Kurang perawatan diri mengenakan pakaian adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktifitas berdandan sendiri. Kurang perawatan diri makan adalah gangguan kemampuan untuk menunjukan aktivitas makan. Kurang perawatan diri
toileting adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri Nurjannah, 2004.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri Depkes 2000. Defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi hygiene, berpakaianberhias, makan, dan BABBAK toileting Fitria, 2009.
Berdasarkan laporan periode Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu Medan, didapatkan data dari bulan mei 2015 tercatat jumlah pasien rawat diruang Dolok Martimbang
Rumah Sakit Jiwa Prof Ildrem Medan di dapatkan dengan gangguan defisit perawatan diri dengan jumlah pasien 10 50 dari 20 pasien yang masuk di Ruang Dolok
martimbang. Situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri sehingga muncul masalah baru yaitu Defisit Perawatan Diri.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih rinci tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan Defisit Perawatan Diri di ruang
Dolok Martimbang, RSJ Prof, Ildrem Medan.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan secarakomprehensif pada Tn.A dengan gangguan defisit perawatan diri Di Ruang Dolok Martimbang Rumah
Sakit Jiwa Medan.
2.
Tujuan Khusus
a. mampu melaksanakan pengkajian dan Asuhan Keperawatan gangguan
jiwa, dengan Defisit Perawatan Diri.
b. mampu menganalisa data dan menegakkan dignosa keperawatan pada
pasien gangguan jiwa dengan Defisit Perawatan Diri. c.
mampu menentukan rencana tindakan keperawatan dan melaksanakan cara penanganan pada gangguan jiwa dengan Defisit Perawatan Diri.
d. mampu mengimplementasi Asuhan Keperawatan pada gangguan jiwa
dengan Defisit Perawatan Diri. e.
Mampu mangevaluasi dan mendokumentasikan Asuhan Keperawatan dengan masalah Defisit Perawatan Diri.
C.
Manfaat Penulisan
a. Bagi Pasien
Agar pasien mengetahui pentingnya perawatan diri dan bagaimana cara merawat diri dengan baik seperti mandi hygiene, BerdandanBerhias, Dan
MinumMakan. b.
Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dan informasi bagi perawat pelaksana di unit pelayanan
keperawatan jiwa dalam rangka mengambil kebijakan untuk meningktakan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang mengalami
gangguan Defisit Perawatan Diri. c.
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber informasi dan bahan acuan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang Asuhan Keperawatan Jiwa khususnya Defisit Perawatan Diri dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan datang di bidang
keperawatan.
BAB II PENGELOLAAN KASUS