BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Lahan dan PenutupanPenggunaan Lahan
Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada
pengaruhnya terhadap penggunaan lahan Arsyad, 2000. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang, seperti hasil reklamasi
daerah pantai dan hasil penebangan liar Illegal Logging. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di
permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk
campur tangan intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual Arsyad, 2000. Penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, di samping dapat menimbulkan kerusakan tanah juga dapat meningkatkan masalah kemiskinan dan masalah sosial
lainnya. Untuk itu perlu dipikirkan jenis penggunaan sumberdaya lahan yang tidak menghabiskan potensi produksi di masa yang akan datang serta dapat
mempertahankannya untuk jangka waktu yang lebih lama, namun tetap dapat memaksimumkan besarnya penerimaan Lillesand dan kiefer, 1994.
Penelitian ini mengelompokkan penggunaan lahan menjadi dua kategori, yakni ruang terbuka hijau dan pemukiman. Kelompok ruang terbuka hijau terdiri
atas semakbelukar, kebun campuran, sawah dan lahan kosong.
2.2 Perubahan Penggunaan Lahan
Pada hakikatnya, perubahan penggunaan lahan memiliki makna yang sama dengan konversi lahan. Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan
aktivitas terhadap suatu lahan yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan komersial maupun industri Kazaz, 2001.
Adanya aktifitas manusia dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehari-hari berdampak pada perubahan penutupanpenggunaan lahan.
Di perkotaan, perubahan umumnya mempunyai pola yang relatif sama, yaitu bergantinya penggunaan lahan lain menjadi lahan urban. Sawah atau lahan
pertanian umumnya berubah menjadi permukiman, industri atau infrastruktur kota. Pola demikian terjadi karena lahan urban mempunyai nilai sewa lahan land
rent yang lebih tinggi dibanding penggunaan lahan sebelumnya Sitorus, 2007. Di wilayah pedesaan polanya berbeda karena tutuntan lahan urban untuk
kebutuhan perumahan jauh lebih kecil dari perkotaan. Hal itu terjadi karena pertumbuhan penduduk di pedesaan sifatnya alami dan relatif kecil, bahkan
banyak pedesaan yang mengalami pertumbuhan minus karena angkatan kerja diserap angkatan kerja di perkotaan.
Perubahan struktur penggunaan lahan terkait dengan tingkat efisiensi yang dimiliki dari penggunaan lahannya, dimana penggunaan lahan untuk aktivitas
penggunaan lahan yang mampu memberikan tingkat efisiensi lebih tinggi akan menggantikan penggunaan lahan yang mempunyai tingkat efisiensi yang lebih
rendah. Misalnya, petani akan cenderung mengkonversikan sawahnya ke
penggunaan lahan lain apabila pembudidayaan sawah tersebut tidak mampu memenuhi perkembangan standar tuntutan hidupnya Saefulhakim,1996.
Perubahan penggunaan lahan dapat diamati dari data-data yang berbasis spasial, seperti peta penggunaan lahan pada beberapa titik tahun yang berbeda
menggunakan bantuan Penginderaan Jauh Inderaja.
2.3 Ruang Terbuka Hijau