Perlakuan Akuntansi Pada Pt Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PT PERTANI (PERSERO) WILAYAH SUMBAGUT

Oleh :

NAMA : DZURRAHMAH NASUTION

NIM : 080522198

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Penyusutannya Pada PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain. Dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan

DZURRAHMAH NASUTION Nim. 080522198


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PT PERTANI (PERSERO) WILAYAH SUMBAGUT

Oleh :

NAMA : DZURRAHMAH NASUTION

NIM : 080522198

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2011


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Penyusutannya Pada PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain. Dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan

DZURRAHMAH NASUTION Nim. 080522198


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, serta penyajian aktiva tetap tersebut dalam laporan keuangan. Sehingga penulis dapat membandingkannya dengan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan kepala pembukuan PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut. Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, telah menerapkan Standart Akuntansi Keuangan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan antara lain (a) cara perolehan dan penentuan harga perolehan aktiva tetap, (b) metode perhitungan penyusutan aktiva tetap, (c). pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap, (d) serta penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan. Kata kunci : Aktiva tetap, perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah


(6)

ABSTRACT

This research aim to obtain get clear picture policy to plant asset applied by PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, like a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset, and also presentation of the plant asset in financial statement, so that writer can compare it with SAK.

In research, writer use descriptive method. Descriptive Method is to collect, interpreting and clarifying data as according to occurrence which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and staff bookkeeping of PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut.

Research having taken steps, writer obtain ; get result of research with one conclusion that PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut have applied SAK to plant asset had by company, for example : (a) way of acquirement and price pixing of acquirement of plant asset, (b) method numeration of decrease of plant asset, (c) expenditure during plant asset useful life, (d) presentation of plant asset in financial statement.

Key word : Plant asset, a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih, anugerah dan perlindungan-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Adapun Skripsi ini berjudul :” Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Penyusutannya Pada PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut”.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat dan bantuan lain baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulisi mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak, selaku Ketua dan Sektetaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan dalam penyusunan skripsi. Ibu Dra.Salbiah , M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Drs.Sucipto, MM, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji II.

4. Seluruh pegawai PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dalam rangka penulisan skripsi ini.


(8)

5. Kedua orang tua penulis, Syawaluddin Nasution, S.Pdi (Papa), Syamsiah Nasution, S.Pdi (Mama), adikku (Anna Latifah dan Irwan Rosyadi) dan teman-teman yang selalu ada bagi penulis baik suka maupun duka serta dorongan semangat dan doa kepada penulis

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Februari 2011 Penulis,

DZURRAHMAH NASUTION Nim 080522198


(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II TINJAUAN PENELITIAN ... 6

A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap ... 6

2. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap ... 8

3. Penyusutan Aktiva Tetap ... 14

4. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap ... 30


(10)

6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ... 38

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 42

C. Teknik Pengumpulan Data ... 43

D. Teknik Analisis Data ... 43

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

F. Jadwal Penelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

A. Data Penelitian ... 45

1. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan ... 45

a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 45

b. Struktur Organisasi ... 46

2. Akuntansi Aktiva Tetap ... 48

a. Perolehan Aktiva Tetap ... 48

b. Pengeluaran atas Aktiva Tetap ... 49

c. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap ... 51

3. Penyajian Aktiva Tetap dalam Neraca ... 55

B. Analisis Hasil Penelitian ... 56

1. Perolehan Aktiva Tetap ... 56


(11)

3. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap ... 59

4. Penyajian Aktiva Tetap dalam Neraca ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Konseptual 4


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai... 9

Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran ... 10

Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan Saham ... 13

Tabel 2.4 Jurnal Pemberian / Hibah ... 15

Tabel 2.5 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus ... 20

Tabel 2.6 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun ... 22

Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun ... 23

Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda ... 24

Tabel 2.9 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa ... 25

Tabel 2.10 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi ... 26

Tabel 2.11 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Kelompok ... 28

Tabel 2.12 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Jenis... 29

Tabel 2.13 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas... 31

Tabel 2.14 Jurnal Pengeluaran Modal ... 35

Tabel 2.15 Jurnal Pengeluaran Pendapatan ... 36

Tabel 2.16 Jurnal Pemeliharaan Aktiiva Tetap ... 36

Tabel 2.17 Jurnal Penggantian aktiva Tetap ... 37

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 45


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran I Laporan laba-rugi, neraca dan daftar

rekapitulasi aktiva tetap dan akumulasi penyusutan.


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap penyusutan aktiva tetap yang diterapkan oleh PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, serta penyajian aktiva tetap tersebut dalam laporan keuangan. Sehingga penulis dapat membandingkannya dengan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan kepala pembukuan PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut. Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, telah menerapkan Standart Akuntansi Keuangan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan antara lain (a) cara perolehan dan penentuan harga perolehan aktiva tetap, (b) metode perhitungan penyusutan aktiva tetap, (c). pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap, (d) serta penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan. Kata kunci : Aktiva tetap, perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah


(16)

ABSTRACT

This research aim to obtain get clear picture policy to plant asset applied by PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, like a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset, and also presentation of the plant asset in financial statement, so that writer can compare it with SAK.

In research, writer use descriptive method. Descriptive Method is to collect, interpreting and clarifying data as according to occurrence which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and staff bookkeeping of PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut.

Research having taken steps, writer obtain ; get result of research with one conclusion that PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut have applied SAK to plant asset had by company, for example : (a) way of acquirement and price pixing of acquirement of plant asset, (b) method numeration of decrease of plant asset, (c) expenditure during plant asset useful life, (d) presentation of plant asset in financial statement.

Key word : Plant asset, a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang hendak dicapai, diantaranya laba yang optimal, kelangsungan hidup yang terus menerus dan pertumbuhan yang semakin baik. Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan memerlukan pengelolaan faktor-faktor produksi yang baik sebagai sarana untuk memfasilitasi dan mendukung kelancaran aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk baik barang maupun jasa. Salah satu di antara faktor-faktor produksi tersebut adalah faktor modal berupa aktiva tetap.

Aktiva tetap adalah salah satu elemen utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode. Penentuan besarnya jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah penting didalam perusahaan, karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam aktiva tetap mempengaruhi dan efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada keuntungan perusahaan. Menurut Mulyadi (2002 hal.179) Aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yakni membeli secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan, dibangun sendiri dan sumbangan atau donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehan


(18)

Semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aktiva tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap yang dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, keausan dan susut, baik karena dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka terhadap aset tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya. PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut bergerak di bidang pelayanan jasa bagi masyarakat dan perusahaan tentunya memerlukan Aktiva tetap untuk mendukung operasinya.

Aktiva tetap PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut mempunyai batas waktu satu tahun untuk tetap beroperasi secara layak pakai. Oleh karena itu aktiva tetap memerlukan perbaikan-perbaikan dan pemeliharaan yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam hal ini perlu suatu penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap tersebut masuk kepada pengeluaran modal (Capital Expenditure) atau pengeluaran pendapatan (Revenue

Expenditure). Pengeluaran modal yaitu bila manfaat yang diperoleh lebih dari satu

periode akuntansi dan pengeluaran pendapatan yaitu bila manfaat yang diperoleh hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah aktiva tetap ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Dan Penyusutannya Pada PT Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut”


(19)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : Apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya yang dilaksanakan oleh PT. Pertani (persero) Wilayah Sumbagut sudah sesuai dengan SAK?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi aktiva tetap yang dilakukan pada PT. Pertani (persero) Wilayah Sumbagut .

2. Menilai kebenaran perlakuan akuntansi penyusutan aktiva tetap pada PT. Pertani (persero) Wilayah Sumbagut apakah telah sesuai dengan SAK

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis: Memperoleh dan memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan metode penyusutan terhadap aktiva tetap.

2. Bagi perusahaan: Sebagai bahan masukan mengenai kelebihan dan kelemahan kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diaplikasikan serta diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menghadapi permasalahan aktiva tetap.

3. Bagi akademisi: Sebagai bahan referensi yang ingin melakukan penelitian sejenis lebih lanjut.


(20)

E. Kerangka Konseptual

Untuk meneyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis. 2011

Kebijakan akuntansi aktiva tetap yaitu kebijakan dalam pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan :

a. Cara perolehan aktiva tetap,

b. Pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan aktiva tetap yang terbagi menjadi capital expenditure dan revenue expenditure,

Perolehan Aktiva Tetap

Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Penarikan Aktiva Tetap

Penyusutan aktiva Tetap

Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan sesuai SAK

PT. PERTANI (PERSERO) WILAYAH SUMBAGUT

Capital Expenditure Revenue Expenditure


(21)

c. Penarikan aktiva tetap,

d. Metode penyusutan aktiva tetap

e. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.

Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No.16.


(22)

BAB II

TINJAUAN PENELITIAN

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Menurut PSAK No.16 (2004 : paragraph 5) aktiva tetap adalah : “Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

Menurut Soemarso (2003 hal.20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”.

Dari semua penjelasan dan defenisi yang dikemukakan diatas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Mempunyai bentuk fisik,

b. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan, c. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual,


(23)

d. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun),

e. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.

Warren,dkk (2006:504) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed

asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif

permanen”. Dari pengertian tersebut aktiva tetap merupakan aktiva berwujud karena terlihat secara fisik dan aktiva yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal perusahaan.

Berdasarkan kriteria di atas maka akan mudah untuk membedakan aktiva tetap diantara aktiva-aktiva yang dimiliki perusahan. Misalnya mobil pada perusahaan dealer mobil adalah persediaan yang dikelompokkan sebagai aktiva lancar, sedangkan mobil yang dipergunakan dalam operasi perusahaan adalah merupakan aktiva tetap perusahaan.

Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain dari sudut pandang substansinya dan sudut pandang disusutkan dan tidak disusutkan.

1) Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi menjadi aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud.

a) Aktiva Berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Aktiva tetap


(24)

berwujud dibagi menjadi lima bagian, antara lain tanah, bangunan, kendaraan, mesin, peralatan, inventaris.

b) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari : paten, hak cipta dan merek dagang, goodwill.

2) Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan :

a) depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan

seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris dan lain-lain, b) undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan

seperti tanah.

2. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap

Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap. Harga perolehan tersebut mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan.

Menurut Smith and skousen (1996 hal.443) aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain : a. Membeli dengan tunai

b. Membeli dengan angsuran c. Pertukaran


(25)

e. Penerbitan surat-surat berharga f. Membuat sendiri

g. Pemberian atau hibah a. Membeli dengan tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.

Contoh :

Pada tanggal 20 Januari 2010, dibeli mesin dengan tunai sebesar Rp.5.000.000,- biaya pengangkutan Rp.300.000,- dan biaya pemasangan Rp.200.000,- maka akan dijurnal sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai

Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit

20/Jan/2010 Mesin Kas

Rp. 5.500.000

Rp. 5.500.000

b. Membeli dengan angsuran

Perolehan aktiva tetap dengan angsuran pembayarannya dilakukan dikemudian hari secara angsuran disertai bunga angsuran. Contoh:

Pada tanggal 1 Februari 2009, dibeli Mesin dengan harga Rp.25.000.000,- pembayaran pertama Rp. 10.000.000,- dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Desember selama 3 tahun sebesar Rp.5.000.000,- dengan bunga 12% pertahun, maka akan dijurnal sebagai berikut :


(26)

Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

1/Feb/ 2009

31/Des/ 2009

Mesin

Hutang Usaha Kas

Hutang Usaha Beban Bunga Kas

Rp. 25.500.000

Rp. 5.000.000 Rp. 1.650.000

Rp. 15.000.000 Rp. 10.000.000

Rp.6.650.000

Jurnalnya akan dibuat setiap akhir tahun sampai masa angsuran aktiva yang dibeli lunas.

c. Pertukaran

Pertukaran adalah perolehan aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang dimiliki untuk dipertukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap : 1) Harga perolehan aktiva yang dipertukarkan;

2) Nilai buku aktiva tetap; 3) Akumulasi penyusutan; 4) Harga pasar yang wajar;

5) Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah.

d. Sewa guna usaha / leasing

Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor adalah selama


(27)

suatu periode waktu tertentu dengan biaya periodik tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan Lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva tetap.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 ; 30.1) dalam PSAK memberikan defenisi leasing sebagai berikut :

“Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunkana oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati”. Berdasarkan definisi di atas sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir masa sewa guna usaha.

e. Penerbitan surat-surat berharga

Dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat-surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar jumlah pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.


(28)

Contoh :

Pada tanggal 5 februari 2009, diterbitkan 1000 lembar saham bernilai pari Rp.50.000,- untuk memperoleh bangunan, saham tersebut pada periode berjalan dijual ke pasar dengan harga Rp.55.000,- maka jurnalnya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Jurnal Pembelian dengan Saham

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

5/Feb / 2009

Tanah

Saham Biasa Agio Saham Biasa

Rp. 55.000.00

Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000

f. Membuat sendiri

Ada saatnya perusahaan memutuskan untuk membangun sendiri aktiva tetap mereka. Beberapa pertimbangan yang diambil oleh perusahaan sebagai alas an pembangunan sendiri tersebut antara lain :

1) Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai atau kapasitas menganggur;

2) Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan;

3) Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik;

4) Untuk segera memenuhi kebutuhan, karena perusahaan lain tidak mampu memenuhi tepat pada saat diperlukan.

Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan atas pertimbangan sendiri untuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa alasan seperti untuk


(29)

menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitas yang menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi.

Biaya yang membentuk harga perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh biaya-biya pembuatannya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari. Apabila harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih dari tinggi dari harga perolehanya dicatat menurut harga pasar dan selisihnya sebagai kerugian.

g. Pemberian atau hibah.

Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Kendatipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut. Tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap.

Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.7) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.


(30)

Contoh :

Pada tanggal 21 Maret 2009, diperoleh Tanah dan Bangunan dari sumbangan dengan nilai Rp.90.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah :

Tabel 2.4 Jurnal Pemberian / Hibah

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

21/Mar/ 2009

Tanah Bangunan

Modal Donasi

Rp. 90.000.00 Rp. 50.000.000

Rp. 140.000.000

3. Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut IAI, PSAK No. 16 “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.”

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor fungsional.

a. Faktor fisik

Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca.

b. Faktor fungsional

Faktor fungsional terjadi karena :

1) Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi,


(31)

3) Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi.

3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu:

a) Harga Perolehan

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai, b) Nilai residual atau nilai sisa

Nilai sisa adalah suatu jumlah yang diharapkan dapat diwujudkan bila aktiva tersebut tidak dapat digunakan lagi, tetapi dalam menghitung beban penyusutan nilai ini dikurangkan dari harga perolehan. Nilai residu merupakan nilai taksiran.

c) Masa Manfaat

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 16.2) dalam PSAK No.16 “masa manfaat adalah

(1) Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau

(2) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”.

Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari padanya dikenal tiga istilah yaitu:


(32)

a. Penyusutan

Istilah penyusutan digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi

b. Deplesi

Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual.Karena perusahaan melakukan penanaman atau penambangan dan kemudian dijual maka sebagian biaya yang timbul harus didebit kea kun biaya. Misalnya kayu hutan, bijih besi, atau sumber daya alam lainnya.

c. Amortisasi

Istilah amortisasi sebagai penyusutan aktiva tidak berwujud dan merupakan aktiva jangka panjang yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan.

Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang bersangkutan. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut : a. alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan,

b. untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi biayanya dikenal dengan deplesi,


(33)

c. untuk aktiva tidak berwujud, seperti goodwill proses alokasi biaya disebut amortisasi.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004:16.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria berdasarkan waktu, berdasarkan penggunaan dan berdasarkan kriteria lainnya.

1. Berdasarkan waktu

a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation,

b. Metode pembebanan menurun

(decreasingt-charge-depreciation):

(1) Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit

method),

(2) Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda

(declining/double declining-balance-method).

2. Berdasarkan penggunaan :

a. Metode-jam-jasa (service-hour-method),

b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method). 3. Berdasarkan kriteria lainnya :

a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok

(group-and-composite-method),

b. Metode-anuitas (annuity-method), c. Sistem-persediaan (inventory-system).

Penggunaan dari masing-masing metode penyusutan diatas beserta contoh perhitungan penyusutannya akan dicoba dijelaskan oleh penulis sebagai berikut.

1. Berdasarkan waktu

a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation)

Metode garis lurus adalah metode yang paling sering digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode garis lurus aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai


(34)

fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode garis lurus adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut.

Untuk perhitungan penyusutan garis lurus didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut :

1) kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun dan, 2) beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap

periode.

Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan = d% n 100% Persentase dalam

Atau = =

Residu) Nilai -Akuisisi (Biaya x d% (D) Penyusutan = Contoh :

PT .X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung sebagai berikut Tahun dalam Manfaat Umur Estimasi Sisa Nilai -Perolehan Harga Lurus Garis Penyusutan =


(35)

5

00 Rp.2.000.0

-20.000.000 Rp.

=

00,-Rp.3.600.0 =

Tabel 2.5 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus Thn. Harga perolehan Beban

Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

1 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 3,600,000 Rp. 6,400,000 2 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp. 2,800,000 3 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 5 Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000

Metode garis lurus lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak berfluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, penggunaan metode garis lurus kurang tepat, karena penghapusan selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyustan mempengaruhi tingkat penjualan. Pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah.

b. Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation)

i. Metode-jumlah-angka tahun (sum-of-the-year-digit method) Dalam metode jumlah angka tahun beban penyusutan akan menurun secara tetap, karena angka pecahan dikalikan


(36)

setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa jika ada. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil penjumlahan angka-angka itu. Jika suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

r= n(n+1) = 15 2

atau dapat dihitung dengan cara lain yaitu : 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15

Contoh :

PT X membeli peralatan seharga Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun dan nilai residunya ditaksir sebesar Rp.2.000.000,-

Harga Perolehan : Rp.20.000.000,- Nilai Sisa : Rp. 2.000.000,- Nilai Buku : Rp.18.000.000,-

Tabel 2.6 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun

Thn Dasar

Penyusutan Beban Penyusutan

Akumu-lasi

Penyusu-tan

Nilai Buku Rp.20,000,000 1 Rp.18,000,000 5/15 x Rp.18.000.000

=Rp.6,000,000 Rp. 6,000,000 Rp.14,000,000 2 Rp.18,000,000 4/15 x Rp.18.000.000

=Rp.4,800,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 3 Rp.18,000,000 3/15 x Rp.18.000.000

=Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000 4 Rp.18,000,000 2/15 x Rp.18.000.000

=Rp.2,400,000 Rp.16,800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp.18,000,000 1/15 x Rp.18.000.000


(37)

ii. Metode-saldo-menurun / Saldo-menurun-ganda (declining /

double declining – balance – method)

Metode saldo menurun adalah perhitungan beban penyusutan dalam suatu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan menggunakan rumus :

n c s -1 r = Keterangan :

r = persentase per tahun s = nilai sisa

n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan

Contoh

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut

5 n

000

Rp.20.000.

00

Rp.2.000.0

-1

r

c

s

-1

r

=

=

) dibulatkan ( % 37 r 63 , 0 1 r == −

Tabel 2.7 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Thn Beban Penyusutan Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp.20,000,000 1 37% x Rp.20.000.000 = Rp.7,400,000 Rp.7,400,000 Rp.12,600,000 2 37% x Rp.12,600,000 = Rp.4,622,000 Rp.12,022,000 Rp.7,978,000 3 37% x Rp. 7,978,000 = Rp.2,951,860 Rp.14,973,860 Rp.5,026,140 4 37% x Rp. 5,026,140 = Rp.1,859,672 Rp.16,833,532 Rp.3,166,468 5 37% x Rp. 3,166,468 = Rp.1,171,593 Rp.18,005,125 Rp.1,994,875


(38)

Beban penyusutan yang dihitung dengan metode saldo menurun tiap periode akan semakin kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Metode saldo menurun tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa.

Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan mengalikan dua persentase tarif penyusutan yang digunakan dalam menghitung penyusutan garis lurus tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah 2(100%/5) = 40%.

Contoh

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur pemakaian 5 tahun dan penyusutan dapat dihitung sebagai berikut

Tabel 2.8 Penyesuaian berdasarkan Saldo Menurun Ganda: Thn

Nilai Buku Aktiva Awal

Tahun

Tarif Saldo Menurun

Ganda

Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp.20,000,000

1 Rp.20,000,000 40% Rp.8,000,000 Rp. 8,000,000 Rp.12,000,000 2 Rp.12,000,000 40% Rp.4,800,000 Rp.12,800,000 Rp. 7,200,000 3 Rp. 7,200,000 40% Rp.2,880,000 Rp.15,680,000 Rp. 4,320,000 4 Rp. 4,320,000 40% Rp.1,728,000 Rp.17,408,000 Rp. 2,592,000 5 Rp. 2,592,000 40% Rp. 592,000 Rp.16,816,000 Rp. 2,000,000


(39)

Beban penyusutan pada tahun terakhir terbatas hanya pada Rp. 592.000,- karena nilai buku tidak boleh lebih rendah dari nilai sisa.

2. Berdasarkan penggunaan

a. Metode-jam-jasa (service-hour-method)

Metode jam jasa didasarkan atas asumsi bahwa penurunan umur manfaat aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga di dalam mengestimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. besarnya beban penyusutan menurut metode jam jasa adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut :

Kerja Jam

Jumlah

Sisa Nilai -Perolehan Harga

Penyusutan=

Contoh

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Jumlah jam kerja mesin tersebut diestimasi sebesar 500.000 jam. Beban penyusutan mesin per jam dapat dihitung sebagai berikut

Jam 37,-/ jam

500.000

00 Rp.1.500.0

-000 Rp.20.000.


(40)

Jika dalam tahun pertama mesin tersebut telah bekerja selama 100.000 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100.000 jam x 37 = Rp.3.700.000,-

Tabel 2.9 Penyesuaian berdasarkan Jam Jasa Tahun Jam

kerja

Beban Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp. 20,000,000

1 100,000 Rp. 3,700,000 Rp. 3,700,000 Rp. 16,300,000 2 20,000 Rp. 740,000 Rp. 4,440,000 Rp. 15,560,000 3 130,000 Rp. 4,810,000 Rp. 9,250,000 Rp. 10,750,000 4 140,000 Rp. 5,180,000 Rp.14,430,000 Rp. 5,570,000 5 110,000 Rp. 4,070,000 Rp.18,500,000 Rp. 1,500,000

b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method)

Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Jika pada metode sebelumnya menggunakan jam kerja sebagai dasar perhitungan maka pada metode jumlah unit produksi jumlah jam kerja tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah

Output

Sisa Nilai -Perolehan Harga

Penyusutan=

Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah Total produksi tahun berjalan x besarnya penyusutan per unit.

Contoh

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.1.500.000,- Taksiran produksi aktiva tersebut sebesar 1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut


(41)

/ Unit Rp.18,5 Unit 1.000.000 00 Rp.1.500.0 -000 Rp.20.000.

Penyusutan = =

Jika pada hari pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18,5/unit = Rp.2.220.000,-

Tabel 2.10 Penyesuaian berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn. Unit Beban

Penyusutan

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp. 20,000,000

1 120,000 Rp. 2,220,000 Rp. 2,220,000 Rp. 17,780,000 2 150,000 Rp. 2,775,000 Rp. 4,995,000 Rp. 15,005,000 3 300,000 Rp. 5,550,000 Rp.10,545,000 Rp. 9,455,000 4 240,000 Rp. 4,440,000 Rp.14,985,000 Rp. 5,015,000 5 190,000 Rp. 3,515,000 Rp.18,500,000 Rp. 1,500,000

3. Berdasarkan kriteria lainnya

a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method)

Perhitungan penyusutan menurut metode kelompok, tarif penyusutan didasarkan pada umur rata-rata seluruh aktiva dalam kelompok. Apabila menggunakan metode berdasarkan jenis dan kelompok akan tidak ada nilai buku aktiva tetap yang dihdapuskan 100 %. Penyusutan dicatat berdasarkan nilai sisa tanpa memandang umur aktiva tersebut. Apabila suatu aktiva dalam kelompok tersebut dihentikan penggunaanya, tidak ada keuntungan dan kerugian yang akan dicatat, perkiraan aktiva tersebut dikredit sebesar harga perolehannya dan perkiraan penilaian didebit sebesar selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa.


(42)

Contoh

PT.X membeli duapuluh buah mesin dengan harga Rp.20.000.000,-Taksiran umur aktiva tersebut 5 tahun Enam buah peralatan tersebut ditarik pada akhir tahun ke-4. duabelas buah mesin ditarik pada tahun ke-5 dan sisanya berhenti beroperasi pada tahun ke-6. berdasarkan rata-rata umur tersebut 20% dari harga perolehan akan dibebankan sebagai penyusutan. beban penyusutan sebenarnya adalah Rp. 2.000.000,- per mesin per tahunnya. Maka beban penyusutan dapat dihitung sebagai berikut

Tabel 2.11 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Kelompok

Ak-hir Thn

Beban Penyusutan

Aktiva Akumulasi Penyusutan Nilai

Buku

Debit Kredit Saldo Debit Kredit Saldo

Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000

1 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 4,000 Rp.16,000 2 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp. 8,000 Rp.12,000 3 Rp. 4,000 Rp.20,000 Rp. 4,000 Rp.13,600 Rp. 6,400 4 Rp. 4,000 Rp. 6,000 Rp.14,000 Rp. 6,000 Rp. 4,000 Rp.10,000 Rp. 4,000 5 Rp. 2,800 Rp. 8,000 Rp. 6,000 Rp. 8,000 Rp. 2,800 Rp. 4,800 Rp. 1,200 6 Rp. 1,200 Rp. 6,000 - Rp. 6,000 Rp. 1,200 -

Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 Rp.20,000 Rp. 20,000

Maka pada akhir tahun 1, 2, 3, dan 4 penyusutan dicatat sebagai berikut

Biaya Penyusutan Rp.4.000.000,-

Akumulasi Penyusutan Rp.4.000.000,- pada tahun ke-5 dan tahun ke-6 penyusutanya masing-masing Rp. 2.800.000,- dan Rp.1.200.000,-.


(43)

Jika dalam metode penyusutan kelompok, jenis aktiva yang dikelompokkan adalah aktiva yang sejenis, maka dalam metode jenis yang dikelompokkan memiliki masa manfaat yang berbeda-beda maka penyusutannya dihitung dengan mencari umur rata-rata terlebih dahulu. Jika terjadi penarikan dalam satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkreditkan perkiraan itu dan mendebit perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu dan tidak dicatat laba/rugi pada saat penarikan suatu aktiva.

Contoh

Tabel 2.12 Penyesuaian berdasarkan Metode Penyusutan Jenis Jenis

Aktiva

Harga

Perolehan Nilai Residu

Harga Perolehan yang Disusutkan Taksiran Umur dalam Tahun Beban Penyusutan Tahunan (Garis Lurus)

A Rp 4,000,000 Rp. 800,000 Rp. 3,200,000 5 Rp. 640,000 B Rp. 7,000,000 Rp.1,200,000 Rp. 5,800,000 5 Rp.1,160,000 C Rp.10,000,000 Rp.2,000,000 Rp. 8,000,000 5 Rp.1,600,000 D Rp. 8,000,000 Rp.1,000,000 Rp. 6,200,000 10 Rp. 620,000 Rp.29,000,000 Rp.5,000,000 Rp.23,200,000 Rp.4,020,000

Tarif penyusutan dapat dihitung sebagai berikut

Tahun 5,7 00 Rp.4.020.0 000 Rp.23.200. Perolehan Harga Total Penyusutan Biaya Total Aktiva Umur rata -Rata = = = 13,86% 000 Rp.29.000. 00 Rp.4.020.0 Perolehan Harga Tahun per Penusutan penyusutan Tarif = = =


(44)

b. Metode-anuitas (annuity-method)

Dalam metode anuitas aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Menurut metode anuitas penyusutan merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut

i , n, PVIF Sisa Nilai Value Present -Perolehan Harga Penyusutan= Contoh

PT.X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut

10 , 5, 10 , 5, PVIF Rp.134.776 PVIF -00 Rp.1.600.0 Penyusutan= 7,581574 0,1241842 x Rp.134.776 -00 Rp.1.600.0 = 7,581574 Rp.83.668 -00 Rp.1.600.0 = 000 . 00 Rp.4 =

Melalui perhitungan diatas diketahui besarnya beban penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan


(45)

didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. iktisar beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.13 Penyesuaian berdasarkan Metode Anuitas Thn Penyusutan

Implisit Interest Revenue

10%

Akumulasi Penyusutan

/tahun

Akumulasi

Penyusutan Nilai Buku

Rp.1,600,000

1 Rp. 400,000 Rp.160,000 Rp.240,000 Rp. 240,000 Rp.1,360,000 2 Rp. 400,000 Rp.136,000 Rp.264,000 Rp. 504,000 Rp.1,096,000 3 Rp. 400,000 Rp.109,600 Rp.290,400 Rp. 794,400 Rp. 805,600 4 Rp. 400,000 Rp. 80,560 Rp.319,440 Rp.1,113,840 Rp. 486,160 5 Rp. 400,000 Rp. 48,616 Rp.351,384 Rp.1,465,224 Rp. 134,776

Tahun I

Beban penyusutan Rp.400.000,-

Interest Revenue Rp.160.000,

Akumulasi Panyusutan Rp.240.000,-

Tahun II

Beban penyusutan Rp.400.000,-

Interest Revenue Rp.136.000,- Akumulasi Panyusutan Rp.264.000,-

Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode anuitas sangat cocok digunakan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing.


(46)

c. Sistem-persediaan (inventory-system)

Dalam metode persediaan, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode persediaan biasanya dipakai untuk menilai aktiva tetap yang kecil seperti perkakas atau peralatan metode persediaan cukup mudah digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak rasional. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir periode.

4. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Selama penggunaan aktiva tetap ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan, biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan.

Kesalahan dalam pengelompokan biaya dapat mempengaruhi rencana perusahaan dalam mencapai tujuan. Pengelompokan pengeluaran perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengklasifikasian biaya. Untuk itu perlu pengetahuan tentang taksiran umur ekonomis aktiva tetap, memilih penyusutan yang tepat dan batasan tentang pengeluaran pemeliharaan, perbaikan dan pengeluaran lainnya.


(47)

Menurut Zaki Baridwan (2004 hal.272) mengklasifikasikan pengertian pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan sebagai berikut:

a. Pengeluaran Modal (capital expenditure)

Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).

b. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)

Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening biaya.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pemeliharaan dan reparasi biasayang bersifat berulang harus digolongkan sebagai pengeluaran pendapatan dan didebit keperkiraan beban sedangkan pengeluaran modal dicatat dalam rekening aktiva karena memberikan manfaat dalam beberapa periode akuntansi dimasa yang akan datang

Dengan adanya pemisahan kedua jenis pengeluaran menimbulkan masalah untuk menggolongkan pengeluaran mana yang dianggap sebagai pengeluaran pendapatan dan mana yang dianggap sebagai pengeluaran modal. Selama suatu aktiva tetap dipergunakan dalam operasi perusahaan, maka pengeluaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Menurut Sofyan Safri Harahap (2002:49) pedoman untuk membedakan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah sebagai berikut :

a. Segi Keuntungan

Jika pengeluaran itu memberikan untung selama lebih dari 1 tahun dalam arti pengeluaran dapat menambah kegunaan aktiva itu maka dianggap sebagai Capital Expenditure, sedangkan jika manfaatnya hanya dalam tahun yang bersangkutan biasanya pengeluaran itu dianggap sebagai Revenue Expenditure.


(48)

Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai

Revenue Expenditure sedangkan jika pengeluaran itu tidak lazim

maka dianggap sebagai Capital Expenditure. c. Jumlah

Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting, biasanya dianggap sebagai Capital Expenditur sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil maka dianggap sebagai Revenue

Expenditure”

Pengeluaran – pengeluaran modal setelah aktiva tersebut diakuisisi dapat berupa :

a. Penambahan pada Aktiva tetap

Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan bangunan, ruang parker dan lain-lain. Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan aktiva tetap ini merupakan pengeluaran modal untuk penambahan aktiva tetap ini merupakan pengeluaran modal yang merupakan penambahan harga perolehan aktiva tetap dan nilainya akan disusutkan sepanjang umur ekonomisnya. Biaya untuk penambahan aktiva tetap yang ada harus didebit kea kun aktiva yang terkait.

b. Perbaikan Aktiva Tetap

Perbaikan merupakan perubahan-perubahan atas harta yang dilakukan untuk meningkatkan atau menyempurnakan aktiva tetap yang bersangkutan. Sama halnya seperti reperasi, perbaikan dengan biaya yang relatif kecil diperlakukan sebagai biaya sedangkan perbaikan dengan biaya yang relative besar akan mendebit perkiraan aktiva tetap yang diperbaiki.


(49)

c. Reparasi

Reparasi adalah perbaikan yang dilakukan terhadap kerusakan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan agar aktiva tetap tersebut tetap dapat menjalankan fungsinya. Pengeluaran untuk reparasi yang hanya memberikan manfaat untuk satu periode akuntansi diperlakukan sebagai biaya (pengeluaran pendapatan). Apabila reparasi yang dilakukan merupakan reparasi luar biasa yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntasi, maka pengeluaran untuk reparasi tersebut diperlakukannya sebagai biaya dalam periode-periode yang menerima manfaat. Pencatatan untuk reparasi luar biasa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Apabila pengeluaran yang dilakukan menambah nilai kegunaan aktiva tetap dan tidak menambah umur, maka dicatat sebagai penambah perolehan.

Contoh :

Pada tanggal 23 maret 2009, Perusahaan mengeluarkan biaya untuk reparasi mesin-mesin yang dimiliki sebesar Rp.4.000.000,- yang dapat meningkatkan nilai aktiva tetap tersebut. Maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :

Tabel 2.14 Jurnal Pengeluaran Modal

Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit

25/Mar/2009 Mesin Kas

Rp. 4.000.00


(50)

2) Apabila pengeluaran yang dilakukan memperpanjang umur aktiva tetap atau memperbesar nilai residunya, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai prngurang akumulasi penyusutan. Contoh :

Pada tanggal 25 maret 2009, Perusahaan mengeluarkan biaya untuk reparasi mobil yang dimiliki sebesar Rp.6.000.000,- yang dapat menambah umur manfaat aktiva tetap tersebut. Maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :

Tabel 2.15 Jurnal Pengeluaran Pendapatan

Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit

25/Mar/ 2009

Akumulasi Penyusutan Mobil Kas

Rp. 6.000.00

Rp. 6.000.000

3) Pemeliharaan Aktiva Tetap

Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi baik. Contoh pemeliharaan berupa pengecatan gedung. Pemeliharaan ini merupakan pos-pos biasa dan berulang-ulang serta tidak meningkatkan atau menambah usianya, dan pengeluaran ini dicatat sebagai biaya.

Contoh :

Pada tanggal 28 maret 2009, Perusahaan mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan gedung sebesar Rp.800.000,- maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :

Tabel 2.16 Jurnal Pemeliharaan Aktiiva Tetap

Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit

28/Mar/ 2009

Biaya Pemeliharaan Gedung Kas

Rp. 800.000


(51)

d. Penggantian aktiva Tetap.

Penggantian maksudnya adalahnpengeluaran yang dilakukan untuk mengganti aktiva tetap atau suatu bagian dari aktiva tetap dengan unit yang baru yang sama tipenya. Pengeluaran untuk penggantian ini dapat dikelompokkan pengeluaran atau merupakan pengeluaran modal. Sama seperti pengeluaran untuk reparasi. Pengeluaran untuk pengganti aktiva tetap yang nilainya relative kecil dibanding aktiva tetap secara keseluruhan, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai pengeluaran dan dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya penggantian. Apabila penggantian yang dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan harus dikapitalisasi dengan menghapuskan harga perolehan dan akumulasi penyusutan aktiva tetap yang bersangkutan.

Contoh :

Pada tanggal 30 maret 2009, mesin dengan harga perolehan Rp. 30.000.000,- sudah disusutkan 80% sebuah suku cadang yang diperkirakan harga perolehannya Rp. 10.000.000 atau 20 % dari harga perolehan diganti dengan suku cadang yang baru dengan harga Rp. 15.000.000,-. Maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :

Tabel 2.17 Jurnal Penggantian aktiva Tetap

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

25/ Mar/ 2009

Akumulasi Penyusutan Mesin

Keuntungan pergantian suku cadang Mesin

Rp.8.000.000

Rp.2.000.000 Rp.6.000.000


(52)

Perhitungan :

Harga perolehan suku cadang yang diganti :

20% x Rp.30.000.000 = Rp.6.000.000,- Akumulasi Penyusutan :

80% x Rp.10.000.000 = Rp.8.000.000,- Keuntungan Pengganitan suku cadang = Rp.2.000.000,-

5. Penarikan Aktiva Tetap

Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya oleh perusahaan baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa taksiran masa manfaatnya, aktiva tetap telah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi.

Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap ini adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK no. 16 (2004 : 16.2) : “Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi”.

Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh pada terganggunya proses produksi untuk penggantian aktiva dengan yang baru. Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan. Pencatatan yang harus dilakukan bila terjadi penghentian aktiva tetap adalah :


(53)

a. Meng-up date kan buku

Jumlah biaya penyusutan dari awal tahun buku berjalan sampai pada tanggal terjadinya transaksi penarikan itu harus dicatat

b. Eliminasi

Dalam mencatat transaksi ini maka harus dihapuskan semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva yang ditarik.

Beberapa hal yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan penghetian aktiva tetap adalah dengan :

a. Membuang aktiva tetap

Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet akumulasi penyusutan sampai saat penyingkirannya. Apabila ada nilai sisanya, maka dicatat sebagai kerugian atas pelepasan aktiva.

b. Menjual aktiva tetap

Penyusutan yang terjadi selam periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat dengan tanggal penjualan harus dicatatkan.

c. Menukar aktiva tetap

Prosedur penukaran aktiva tetap sama dengan prosedur perolehannya yang dilakukan melalui pertukaran seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.


(54)

Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau digolongkan sebagai aktiva lain-lain.

e. Dipakai di luar operasi normal perusahaan

Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh : tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan untuk membangun pabrik atau bangungan di atasnya.

6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disajikan manajemen haruslah dapat menggambarkan secara wajar posisi keuangan dan tidak menyesatkan. Dalam laporan keuangan, penyajian aktiva tetap akan terlihat dalam neraca. Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan komposisi harta, hutang dan modal pada suatu periode tertentu. Aktiva tetap yang disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aktiva tetap seperti: tanah, bangunan, inventaris kantor dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau dirinci dalam catatan atas laporan keuangan.

Menurut Mulyadi (2002:539) perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian aktiva tetap dalam neraca berikut ini:

1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca 2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan


(55)

3. Jumlah akumulasi depresiasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini harus ditunjukkan di dalam laporan keuangan

4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan

5. Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika jumlahnya material

6. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumkahnya material harus dijelaskan.

Namun banyak juga perusahaan menyajikan aktiva tetap sebesar jumlah bersihnya, dikarenakan pengurangan beban penyusutan. Akibat adanya beberapa alternative untuk menghitung beban penyusutan, maka metode penyusutan yang digunakan dalam menghitung beban penyusutan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tanpa informasi ini, pemakai laporan dapat keliru dalam usahanya membandingkan hasil-hasil keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Metode penyusutan yang dianut suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya biasanya dilaporkan dalam penjelasan laporan keuangan sebagai kebijakan akuntansi perusahaan.

Aktiva tetap sering masih digunakan walaupun harga perolehannya sudah habis disusutkan. Keadaan ini bias timbul karena keliru dalam membuat taksiran umur, dan umurnya tidak ditaksir keliru tetapi perusahaan tidak mampu untuk mengganti aktiva tersebut dengan aktiva yang baru. Aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya tetapi masih digunakan perusahaan harus direvaluasi.

Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.


(56)

Tabel 2.18

Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT. Y

NERACA Per 31 Desember 20xx

Rp Dalam jutaan

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar Kewajiban lancar

Kas Rp50.000 Utang usaha Rp22.000

Piutang Usaha 90.000 Wesel bayar 5.000 Persediaan Barang dagang 60.000 Utang gaji 1.500 Perlengkapan Kantor 48.000 Sewa dibayar dimuka 1.800 Asuransi dibayar dimuka 26.000

Total Aktiva lancar Rp 274.000 Total kewajiban lancar Rp30.300

Aktiva Tetap Kewajiban jk panjang

Tanah Rp 20.000 Wesel Bayar Rp25.000

Gedung Rp 27.000

Ak. Penyusutan Rp 5.000 Rp 22.000 Total kewajiban Peralatan Rp 20.000

Ak. Penyusutan Rp 4.000 Rp 16.000 Modal Rp293.700

Mesin Rp 22.000

Ak. Penyusutan Rp 5.000 Rp 17.000 Rp 75.000

Total Aktiva Rp. 349.000

Total kewajiban dan

modal Rp 349.000


(57)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu : Tabel 2.18

Tinjauan Peneliti Terdahulu

Nama Perumusan Masalah Hasil Penelitian

Ernie M. Tampubolon Tahun Penelitian: 2005 Ramot Nurlela. A Tahun Penelitian: 2004

Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No.16

Bagaimana perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.

Kebijakan perusahaan dalam menentukan

capital expenditure atau renenue expenditure

dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4 bagian.

Dalam menghitung penyusutan perusahaan menggunakan metode Garis Lurus.

Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap termasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik.

Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang dipergunakan yaitu:

1. Data Kualitatif merupakan serangkaian informasi yang berasal dari hasil penelitian masih berupa fakta-fakta verbal dari keterangan. Seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dan bidang-bidang kerja.

2. Data Kuantitatif merupakan data berbentuk angka-angka baik secara langsung dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan skala interval. Seperti laporan keuangan perusahaan.

Dalam penelitian ini, sumber data yang bersumber dari:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan staf dan karyawan PT. Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut


(59)

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berupa artikel, buku-buku dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

1. Teknik Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung ke bagian keuangan, akuntansi dan umum.

2. Teknik Dokumentasi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang dipakai dalam menganalisis masalah : 1. Metode Deskripsi

Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterprestasikan serta menganalisanya sehingga diperoleh gambaran masalah yang diteliti.

2. Metode Deduktif

Yaitu suatu metode yang mengadakan pemikiran logika dan diterima umum dalam rangka pengambilan keputusan dari fakta yang sedang diamati tersebut, kemudian memberikan saran berdasarkan kesimpulan.


(60)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung dari bulan Oktober 2010 sampai dengan selesai, dilakukan penulis di PT Pertani (Persero) Medan Jl. S. Parman No.75 Medan

F. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut:

Tahapan Penelitian

Bulan (2010)

September Oktober November Desember

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Pengajuan Judul Penyelesaian

Proposal

Bimbingan Proposal

Seminar Proposal Pengumpulan dan

Pengolahan Data

Penulisan Laporan Penelitian Skripsi

Penyelesaian Laporan Penelitian Skripsi


(61)

BAB 1V

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

1. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan

Mulanya PT PERTANI (Persero) merupakan kelanjutan dari badan perusahaan produksi bahan makanan dan pembukaan tanah (BMPT) yang didirikan sejak tahun 1959 berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1959. Dalam rangka pelaksanaan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang No. 19/1960, BMPT berubah menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Pertanian Negara disingkat menjadi BPU Pertani. Selanjutnya BPU Pertani berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12/1963 tanggal 1 Januari 1963 berubah menjadi Perusahaan Pertanian Negara disingkat menjadi PERTANI.

PT. PERTANI (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah yang bertujuan turut aktif melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta pembangunan sektor pertanian pada khususnya. PT. PERTANI (Persero) berperan dalam menjalankan bisnis inti yang meliputi distribusi pupuk, produksi dan distribusi beras, benih padi serta palawija. Selain itu PT. PERTANI (Persero) yang berperan dalam perdagangan hasil bumi, penyedian jasa gudang angkutan dan pengolahan lahan, sebagai distributor pestisida,


(62)

dan bahan kimia pertanian lainnya, benih/bibit dan hasil hortikultura, alat dan mesin pertanian.

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah suatu kerangka atau bagan yang menggambarkan jaringan hubungan kerja yang bersifat formal, yang menunjukkan kedudukan dan jabatan secara hirarki. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas garis wewenang dan tanggung jawab setiap fungsi dalam suatu organisasi, yang sifatnya relatif permanen tanpa menutup kemungkinan adanya reorganisasi, baik yang bersifat pemekaran maupun penyederhanaan organisasi sesuai dengan tuntutan dari perkembangan organisasi tersebut.

Struktur organisasi pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut adalah berbentuk garis dan staf, ini terbukti dengan adanya satu pimpinan. Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dengan menggunakan alat-alat dan teknologi serta terikat dengan peraturan-peraturan dan lingkungan tertentu supaya dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan.Adapun bagan struktur organisasi pada perusahaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

2. Akuntansi Aktiva Tetap a. Perolehan Aktiva Tetap

PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut mengelompokkan aktiva menurut jenisnya dan membagi aktiva tetap tersebut menurut jenis


(63)

digunakan untuk keperluan perincian perkiraan-perkiraan aktiva tetap ke dalam buku besar aktiva tetap. Dengan pengelompokan tersebut diharapkan dapat mempermudah dalam perhitungan beban penyusutan aktiva tetap perusahaan tersebut.

Aktiva tetap PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut dikelompokkan kepada enam kelompok jenis aktiva tetap yaitu:

1) Tanah, merupakan harta perusahaan yang dipergunakan sebagai lokasi tempat berdirinya bangunan rumah dan bangunan perusahaan yang diperoleh perusahaan melalui pembelian tunai.

2) Bangunan merupakan harta perusahaan berbentuk bangunan permanen yang dipergunakan sebagai kantor, pabrik, gudang dan perumahan karyawan yang diperoleh perusahaan dengan dibangun sendiri.

3) Mesin dan instalasi merupakan harta perusahaan yang terdiri dari mesin dan instalasi pabrik dan non pabrik yang diperoleh perusahaan melalui pembelian tunai.

4) Kenderaan yaitu merupakan alat transportasi yang dimiliki oleh perusahaan untuk menunjang aktivitas operasi perusahaan yang diperoleh perusahaan melalui pembelian tunai.

5) Alsintan merupakan harta perusahaan berupa peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang aktivitas operasi perusahaan yang diperoleh perusahaan melalui pembelian tunai


(64)

6) Inventaris merupakan aktiva yang dimiliki perusahaan berupa peralatan ruangan dan perabotan kantor perusahaan serta peralatan operasi yang diperoleh perusahaan melalui pembelian tunai

Aktiva tetap perusahaan diperoleh melalui pembelian secara tunai dan dibangun sendiri. Aktiva tetap yang diperoleh secara tunai akan dicatat sebesar harga beli ditambah biaya-biaya yang dikorbankan dalam hal memperoleh aktiva tetap tersebut sampai siap untuk dipergunakan.

b. Pengeluaran atas aktiva tetap

Selama penggunaan aktiva tetap, sering mengeluarkan biaya-biaya baik yang jumlahnya relatif kecil dan besar. Standar Akuntansi Keuangan telah mengatur kebijakan atas pengeluaran semasa penggunaan aktiva tetap tersebut. Untuk biaya yang jumlahnya relatif kecil hanya dicatat sebagai biaya pemeliharaan aktiva tetap dan dibebankan langsung pada periode berjalan. Untuk biaya yang jumlahnya relatif besar dan menambah masa manfaat aktiva tetap atau kapasitas aktiva tetap tersebut secara signifikan, maka pengeluartan tersebut akan dikapitalisasi.

Pengeluaran atas aktiva tetap PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut ini dikelompokkan atas dua jenis pengeluaran yaitu:


(65)

1) Kapitalisasi biaya terhadap harga perolehan aktiva tetap.

a) Biaya rehabilitasi aktiva tetap dengan jumlah Rp.5.000.000,- atau lebih dikapitalisasi. Pergantian yang tidak memenuhi kriteria tersebut dicatat sebagai beban pemeliharaan aktiva tetap.

b) Biaya yang dapat digolongkan sebagai biaya rehabilitasi aktiva tetap adalah biaya reparasi, biaya penyehatan, dan pembetulan serta biaya perombakan kembali

c) Biaya rehabilitasi yang dikapitalisasi ke dalam harga perolehan aktiva tetap harus mndapat izin Direksi

2) Biaya dibawah jumlah Rp.5.000.000,- dicatat sebagai beban pemeliharaan aktiva tetap dan dibebankan pada periode berjalan.

Hal tersebut diatas dapat terlihat dari sampel yang dilakukan penulis atas aktiva tetap perusahaan antara lain:

1) Biaya yang dikapitalisasi

Pada tahun 2007 terdapat perbaikan atas mobil Kijang sebesar Rp.10.000.000,- dan sebesar Rp.12.500.000,-. Dan oleh perusahaan biaya tersebut digolongkan atas biaya yang dikapitalisasi dengan jurnal:

Perbaikan mobil kijang Rp. 10.000.000,-

Bank Rp.10.000.000,-

Perbaikan mobil kijang Rp.12.500.000,-

Bank Rp.12.500.000,-

2) Biaya pemeliharaan aktiva tetap yang dibebankan pada periode berjalan


(66)

Biaya yang dibebankan pada periode berjalan selama tahun 2009, antara lain biaya perbaikan komputer, biaya tempel ban, biaya pembelian mouse komputer dan lain sebagainya. Pengeluaran tersebut tidak melebihi sejumlah Rp.5.000.000,-

Dengan diadakannya kapitalisasi tersebut, maka beban penyusutan akan dihitung kembali, karena degan kapitalisasi tersebut akan menyebabkan harga peroleh aktiva tetar tersebut berubah.

c. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap

Dalam perhitungan beban penyusutan harga perolehan aktiva tetap dan metode penggunaan merupakan faktor yang sangat menentukan beban penyusustan. Selain harga perolehan dan metode yang digunakan yang menjadi faktor besarnya beban penyusutan adalah masa manfaat dari aktiva tetap tersebut, dimana untuk masing-masing aktiva tetap masa manfaatnya berbeda-beda sesuai dengan golongannya.

Pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut, masa manfaat aktiva tetap sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku, yaitu Surat Keputusan Mentri Keuangan No. 961/KMK.04/1983 tanggal 31 Desember 1983, yang disempurnakan dengan No.826/KMK.04/1984 tanggal 9 Agustus 1984, yaitu:

a) Golongan 1 : masa manfaat 4 tahun b) Golongan 2 : masa manfaat 8 tahun c) Golongan 3 : masa manfat 20 tahun


(67)

Metode penyusutan yang diterapkan PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut terhadap aktiva tetapnya adalah metode garis lurus dan saldo menurun. Penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus diterapkan untuk aktiva tetap golongan 1, yaitu dihitung dengan persentase tetap, sebesar 5% dari harga perolehan aktiva tetap tersebut, dan diterapkan secara konsisten dari satu tahun ketahun berikutnya. Perusahaan tidak menerapkan nilai sisa aktiva atau nilai residu. Penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode garis lurus adalah: a) Segala jenis bangunan yang dipergunakan untuk kantor, tempat

usaha, pabrik, gudang, bengkel serta bangunan lainnya b) Jalan

c) Trotoar d) Saluran e) Jembatan f) Pagar

Untuk perhitungan beban penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode saldo menurun, didasarkan atas perkalian persentase golongan aktiva tetap dengan nilai buku aktiva tetap tersebut. Tarif penyusutan aktiva tetap yang menggunakan metode saldo menurun adalah sebagai berikut:

1) Golongan 1, tarif penyusutan 50% per tahun dari nilai buku. Tarif penyusutan ini verlaku untuk aktiva tetap berikut ini:

a) Mebel dan peralatan dari kayu/rotan termasuk meja, bangku kursi, almari dan sejenisnya yang bukan dari bangunan


(1)

Menurut penulis, dengan ketentuan tersebut akan mempermudah pihak manajemen untuk mengadakan kapitalisasi. Namun peningkatan manfaat ekonomis dari pengeluaran tersebut tidak dijelaskan sehingga akan menimbulkan keraguan-keraguan dalam perhitungan beban penyusutan yang baru, karena taksiran manfaat ekonomis yang diharapkan dari pengeluaran tersebut juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam menghitung beban penyusutan yang baru.

Dengan penerapan yang tepat atas pengeluaran yang menambah masa manfaat akan mengakibatkan penentuan beban penyusutan yang tepat juga sehingga mengakibatkan perhitungan laba rugi yang tepat, karena biaya penyusutan merupakan satu perkiraan yang garus dicantumkan dalam laporan laba tugi sebagai pengurang pendapatan sebagai biaya operasi.

Pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut untuk biaya yang dikapitalisasi atas kenderaan yang telah dibahas di halaman 50 pada pengeluaran atas aktiva tetap, jurnal untuk biaya yang dikapitalisasi sebaiknya didebet ke akun aktiva tetap yang berhubungan, seperti kenderaan mobil kijang yang sebelumnya didebet ke akun perbaikan Kijang sebaiknya didebet ke akun Toyota Kijang.

3. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap

Penggunaan aktiva tetap secara terus menerus akan mengakibatkan penuaan secara fisik. Walaupun ketika masa penggunaannya aktiva tetap tersebut diperbaiki, akan tetapi kemampuan produksinya akan semakin


(2)

berkurang dan suatu saat aktiva itu harus diganti. Aktiva tetap tidak pernah lepas dari penyusutannya, karena aktiva tetap itu sendiri memiliki masa manfaat yang terbatas dan kemampuan ekonomis yang semakin hari semakin berkurang kecuai tanah, jadi perlu diadakan pengalokasian biaya secara berkala.

Dalam prakteknya terdapat beberapa macam metode penyusutan yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan yang dapat disesuaikan dengan jenis aktiva tetap yang dimiliki. Perusahaan bisa memilih salah satu atau beberapa diantaranya untuk dijadikan pedoman dalam menentukan beban penyusutan setiap periode akuntansi.

PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut dalam menghitung penyusutan aktiva tetapnya menggunakan garis lurus dan metode saldo menurun ganda dimana didasarkan harga perolehan dengan memperhitungkan nilai residu Rp 0,-. Metode ini telah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun dan telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan.

Dalam perhitungan beban penyusutan aktiva tetap PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu harga perolehan, masa manfaat dan metode penggunaan. Penentuan harga perolehan aktiva tetap seperti yang telah penulis uraikan sebelumnya dinilai berdasarkan harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang dikorbankan dalam hal memperoleh aktiva tetap tersebut sampai siap untuk dipergunakan. Masa manfaat aktiva tetap dibagi atas tiga golongan, yaitu


(3)

golongan 1 dengan masa manfaat 4 tahun, golongan 2 dengan masa manfaat 8 tahun dan golongan 3 dengan masa manfaat 20 tahun.

Metode penyusutan yang diterapkan oleh PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut untuk menghitung beban penyusutannya juga sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, dimana metode yang diterapkan adalah metode garis lurus dan saldo menurun ganda serta diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun.

4. Penyajian Aktiva tetap Dalam Neraca

PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut mencantumkan seluruh aktiva tetap yang dimilikinya dengan nama aktiva tetap sebesar harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi penyusutan secara keseluruhan. Hal tersebut dilakukan untuk keefisienan penyajian dan pencatatan aktiva tetap pada neraca perusahaan.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetapnya yang disajikan oleh PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut sudah sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan. Karena berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, aktiva tetap harus disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan aktiva tetap pada akhir tahun karena neraca disusun pada setiap akhir periode, maka dianggap setiap akhir tahun perlu dihitung jumlah beban penyusutan yang terjadi. Penyajian aktiva tetap PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut di neraca adalah sebagai berikut:


(4)

PT. PERTANI (PERSERO) Neraca

31 Desember 2009

AKTIVA TETAP BERWUJUD

Tanah 561.519.120,00

Bangunan 397.634.896,00

Kenderaan 831.752.786,00

Inventaris 404.941.453,00

Jumlah 2.195.848.255,00

Akum. Penyusutan A.T. Berwujud (1.521.884.166,00) Nilai Buku A.T. Berwujud 673.964.089,00

Namun masih terdapat kelemahan, di mana aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya namun masih dapat digunakan tidak diadakan revaluasi. Seharusnya aktiva tetap ini dinilai kembali untuk memberikan nilai aktiva tetap yang lebih wajar. Dengan adanya penilaian aktiva tetap akan merubah harga perolehan aktiva tetap tersebut sesuai dengan yang telah direvaluasi. Dengan demikian besarnya beban penyusutan aktiva tetap yang sudah direvaluasi juga akan berubah karena harga perolehannya sudah berubah. Dengan kondisi tidak diadakannya penilaian kembali terhadap akiva tetap yang dapat digunakan walaupun masa manfaatnya sudah habis akan memberikan informasi yang kurang tepat.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut memperoleh aktiva tetapnya dengan dua cara yakni dengan membeli dengan tunai dan membangun sendiri

2. PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut telah menerapkan pencatatan pengeluaran yang dilakukannya berdasarkan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.Pengeluaran modal bila pengeluaran tersebut menambah umur manfaat aktiva tetap dan jumlahnya relatif besar.

3. Dalam menetapkan beban penyusutan setiap periode PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut menggunakan metode penyusutan garis lurus dan metode saldo menurun ganda untuk semua jenis aktiva tetap kecuali tanah. 4. Dalam penyajian dan pencatatan aktiva tetap pada neraca PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut mencantumkan seluruh aktiva tetap yang dimilikinya dengan nama aktiva tetap sebesar harga perolehannya dikurangi dengan akumulasi penyusutan secara keseluruhan yang berguna untuk keefisienan penyajian dan pencatatan aktiva tetap pada neraca.

B. Saran

1. Sebaiknya dalam kebijakan kapitalisasi, pihak manajemen juga harus mempertimbangkan kenaikan manfaat ekonomis yang diharapkan atas


(6)

pengeluaran biaya terhadap aktiva tetap, sehingga perhitungan beban penyusutan yang baru lebih tepat

2. Mengingat nilai aktiva tetap yang cukup materil dan merupakan perangkat yang mendominasi jalannya operasi perusahaan sebaiknya pimpinan perusahaan mempertimbangkan kemungkinan mengasuransikan harta kekayaan perusahaan.

3. Perusahaan sebaiknya melakukan telaah ulang umur manfaat aktiva tetap setelah terjadi pengeluaran modal yang menambah umur manfaat aktiva tetap tersebut.

4. Mengenai penyajian aktiva tetap di neraca, sebaiknya perusahaan merinci harga perolehan aktiva tetap berdasarkan golongan atau jenisnya agar memberi informasi yang lebih jelas bagi pemakai laporan keuangan.