Pengertian dan Penyebab Cerai Gugat

28 menghalalkan mantan suami merujuk istrinya lagi, kecuali istrinya tersebut harus kawin terlebih dahulu dengan laki-laki lain muhallil. 27

C. Pengertian dan Penyebab Cerai Gugat

Hak melepaskan diri dari ikatan perkawinan tidak mutlak ditangan kaum lelaki, memang hak talak itu diberikan kepadanya, tetapi disamping itu kaum wanita diberi juga hak menuntut cerai dalam keadaan-keadaan dimana ternyata pihak lelaki berbuat menyalahi dalam menunaikan kewajibannya atau dalam keadaan-keadaan yang khusus. 28 Adanya kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan merupakan implementasi dari keadilan itu sendiri. Hukum yang dijadikan acuan tentunya tidak memihak pada satu kelompok saja. Kompilasi Hukum Islam yang menjadi aturan resmi bagi umat muslim tentunya bertujuan untuk memberikan rasa aman dan menjunjung tinggi keadilan. Oleh karenanya aturan yang tertera dalam Kompilasi hukum Islam memberikan peluang bagi kaum perempun untuk melakukan cerai gugat seperti yang diatur dalam fikih klasik dan peraturan perundang-undangan. Cerai gugat menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 73 ayat 1 Tentang Cerai Gugat adalah suatu perceraian yang diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya 27 Sayyid Sabiq, Fikih Sunna, Beirut: Dar al-Kitab al-Farabi, 1973, Jilid 2, Cet. II, h.234. 28 Firdaweri, Hukum Islam Tentang Fasakh Perkawinan Karena Ketidak-mampuan Suami Menunaikan Kewajibannya, Jakarta: CV Pedoman Ilmu jaya, 1989, h. 50-51 29 meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin penggugat. Cerai gugat dalam syariat islam disebut sebagai khulu’ makna aslinya meninggalkan atau membuka sesuatu jika yang meminta cerai itu pihak istri. 29 Menurut bahasa khulu’ berasal dari kata khala’a tsauba yaitu melepaskan pakaian. 30 Karena istri diibaratkan sebagai pakaian suami dan sebaliknya suami adalah pakaian istri. Menurut istilah khulu’ berarti istri memisahkan diri dari suami dengan ganti rugi atas talak yang diperbolehkannya, artinya jika seorang istri menghendaki suatu perceraian dari suaminya karena alasan yang dibenarkan syariat maka ia harus memberikan iwad ganti rugi atas talak yang diperoleh dari suami. 31 Kebolehan melakukan khulu’ sesuai dengan firman Allah SWT:                                                    رق لا : 229 29 Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, Cet. I, h. 25 30 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Beirut: Dar al-Kitab al-Farabi, 1973, Jilid 2, Cet. II, h. 100 31 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 2, Cet II, h. 100 30 Artinya: “Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya suami istri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang- orang yang zalim”. Q.S.al-Baqarah2:229 Melakukan khulu’ diperbolehkan dalam syariat Islam bila disertai dengan alasan yang benar. 32 Tetapi jika tidak ada alasan apapun bagi istri untuk meminta cerai dari suami maka mengenai hal ini, Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Tsauban bahwa Rasulullah bersabda: Artinya: “Wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan maka diharamkan baginya aroma surga”. HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, ahmad dan Hakim Penyebab Cerai Gugat Dalam mengarungi mahligai rumah tangga pasangan suami istri terkadang mengalami berbagai masalah, baik yang sifatnya masalah ringan sampai 32 Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Penerjemah As’ad Yasin, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, h. 516 33 Abi Muhammad Husain bin Mas’ud Baghwi, 516-463 H. Syarhus Sunnah jilid 5, Darul Kitabul Alamiah, Beirut, h. 143 31 permasalahan yang berat yang menyebabkan keutuhan rumah tangga dipertaruhkan hingga terjadinya perceraian. Perceraian terjadi karena sebab-sebab yang beragam sebagaimana yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 selanjutnya permasalahan cerai gugat yang diatur dalam Undang-Undang 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama Pasal 73 ayat 1 Tentang Cerai Gugat adalah suatu perceraian yang diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin penggugat. Dalam sebuah rumah tangga sulit digambarkan tidak terjadinya sebuah percekcokan. Akan tetapi, percekcokan itu sendiri beragam bentuknya ada yang ibarat seni dan irama dalam kehidupan rumah tangga yang tidak mengurangi keharmonisan, dan ada pula yang menjurus kepada kemelut yang berkepanjangan bisa mengancam eksistensi lembaga perkawinan. 34 Maka pada saat terjadinya kemelut dalam rumah tangga istri dapat mengajukan gugatan perceraian kepada suaminya. Pada zaman dahulu memang hak menjatuhkan talak dimiliki oleh suami, akan tetapi pada zaman sekarang ini istri dapat meminta cerai kepada suaminya dengan cara menebus dirinya atau yang biasa disebut khulu’ dalam hukum Islam. Gugat cerai yang dilakukan istri kepada suaminya terjadi karena masalah yang beragam. Permasalahan tersebut terjadi karena sang istri telah merasa tidak 34 Satria Effendi dan M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Amnalisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah, Jakarta: Kencana, 2004, h. 107 32 sanggup untuk melanjutkan rumah tangganya serta alasan-alasan lain yang dibenarkan secara hukum. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan penyebab istri melakukan gugat cerai kepada suaminya yaitu: 1. Tidak ada keharmonisan dalam rumah tangga Penyebab perceraian yang terjadi karena ketidakharmonisan rumah tangga sering terjadi, baik itu dalam perkara cerai gugat maupun perkara cerai talak. Ketidakharmonisan dalam rumah tangga terjadi karena perbedaan pandangan antara suami dengan istri yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam rumah tangga serta tingkat pendidikan atau pengetahuan tentang membina keluarga jugalah penyebab perpecahan dalam rumah tangga yang menyebabkan istri banyak menggugat cerai suaminya. 35 2. Tidak ada tanggung jawab dari suami Suami sebagai kepala rumah tangga sudah selayaknya memberikan tanggung jawab kepada kelurganya yaitu dengan cara memberikan nafkah, baik nafkah lahir maupun nafkah batin kepada keluarganya. Akan tetapi terkadang suami lalai kepada istri untuk memberiakan nafkah maka dari itu 35 Nemin Aminuddin, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 25 April 2011 33 istri merasa tidak tahan untuk melanjutkan rumah tangganya selanjutnya istri dapat mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan agama setempat. 36 3. Permasalahan ekonomi Terjadinya krisis global yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja yang terjadi secara besar-besaran maka banyak suami di PHK dari kantornya. Dengan tidak bekerjanya suami maka nafkah yang diberikan oleh suami untuk kehidupan rumah tangganya sangatlah minim, maka dari itu banyak istri yang menggugat cerai suaminya karena alasan ekonomi yang pas- pasan. 37 4. Adanya ganguan pihak ketiga sebagai perusak rumah tangga orang lain Dalam mengarungi bahtera rumah tangga terkadang terjadi banyak perselisihan apabila adanya orang ketiga dalam rumah tangga baik itu istri maupun suami merasa tidak adanya lagi ketenangan dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya. Dengan adanya orang ketiga terkadang suami juga jarang pulang dan lupa untuk memberikan nafkah kepada keluarganya hingga akhirnya banyak istri yang menggugat cerai suaminya ke Pengadilan Agama. 36 Nemin Aminuddin, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 25 April 2011 37 Nasrul, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 April 2011 34 5. Adanya kecemburuan dari pihak wanita Cemburu memiliki penyebab dan pendorong yang bermacam-masam. Dalam kenyataannya, bahwa pendorong cemburu mungkin timbul karena peran istri dalam mengaktualisasikan dirinya, dan pada sebagian kesempatan bahwa prilaku istri memiliki pengaruh terhadap kecurigaan dan kecemburuan suaminya. Pada umumnya istri tidak menyadari bahwa dirinya menjadi faktor penyebab berkobarnya api cemburu suaminya. Begitu juga halnya, suami dengan berbagai prilakunya terkadang menjadi penyebab kecurigaan dan kebingungan dalam hati istrinya dan mendorongnya untuk menyalakan api cemburu yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan rumah tangganya secara total. 38 Dengan berkobarnya api cemburu dari pihak istri kepada suaminya maka istri banyak yang menggugat cerai suaminya.

D. Khulu’ dalam Hukum Keluarga Islam di Indonesia