Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimana dalam dunia mereka sedang dirundung oleh rasa ego yang amat tinggi yang sangat membutuhkan arahan dan bimbingan. Pada saat sekarang ini banyak sekali remaja-remaja yang sikap keberagamaannya sangat memprihatinkan, terutama dalam masalah akhlak beribadah. Misalnya banyak remaja yang mulai meninggalkan perintah shalat, terlibat dalam tindakan kriminal, narkoba dan sikap kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Masa remaja yang penuh rasa ingin tahu tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang isinya sejumlah doktrin agama yang harus diterima begitu saja, melainkan doktrin-doktrin agama ini harus ditelaah lebih dalam sehingga generasi remaja benar-benar telah mengetahui mengapa mereka harus memilih Islam sebagai pedoman hidupnya. Dalam masa perkembangannya, remaja sangat rawan dan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Apalagi pada zaman sekarang yang sudah tidak ada lagi penghalang untuk beraktifitas dan berkreasi, yang semuanya itu belum tentu sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Untuk itu 2 pengajaran akhlak khususnya tentang akhlak beribadah bagi remaja sangat dibutuhkan sejak dini. Akhlak dan ibadah bagaikan dua mata uang yang tak bisa dipisahkan, hal itu karena keduanya saling berkaitan. Seperti yang dijelaskan oleh ‘Amru Khalid dalam bukunya Semulia Akhlak Nabi, dia mengutarakan “sesungguhnya akhlak dalam arti luas-edt lebih esensial-daripada lahiriyah ibadah, karena tujuan utama setiap ibadah adalah memperbaiki akhlak. Jika tidak, dikhawatirkan seluruh aktifitas ibadah ‘hanya sebatas’ prima raga…. Begitu juga ritual ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya tidak akan bernilai tanpa didasari dengan akhlak….”. 1 Keutamaan dan pahala besar yang ada dalam budi pekerti luhur. Maka, ibadah pergaulan dan tradisi selalu dihiasi dengan akhlak yang baik. Setiap ibadah yang hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, pasti dihiasi dengan akhlak yang baik. Begitu juga, interaksi dengan orang lain dianjurkan untuk berakhlak yang baik pula dan tradisi yang disahkan oleh Islam, pasti dimahkotai dengan akhlak yang baik. 2 Dari urayan di atas bisa disimpulkan dalam beribadah pun ada aturan, tata cara dan harus selalu diiringi dengan akhlak baik. Seperti, menjauhi kata- kata dusta ketika melakukan ibadah, menepati janji, menjaga rutinitas 1 Amru Khalid, Semulia Akhlak Nabi, Aqwam, Mei 2008, cet 5, h. 23-27. Lihat juga : Bambang Trim, meng-Install Akhlak Anak, Jakarta: Hamdalah; Imprint Grafindo Media Pratama, Agustus 2008 cet 1, h. 64 2 Musthafa al-‘Adawy, Fiqh Akhlak, Jakarta : Qisthi Press, 2005 cet 1, h. 8-9 3 istiqomah dalam beribadah dan sebagainya. Karena akhlak yang baik, umumnya, merupakan petunjuk tentang tingkat keimanan seseorang. Sebaliknya, akhlak yang buruk adalah petunjuk tentang tingkat keyakinannya yang lemah. 3 Pada masa kerasulan, Rasulullah saw Menanamkan modal akhlak pada awal dakwahnya. Kebijakan pertama yang dilakukan oleh Nabi saw adalah membangun masjid di Quba, sebuah kota yang terletak dekat dengan Madinah, dan dilanjutkan dengan membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah, sejalan dengan berkembangnya Islam di Madinah yang semakin pesat. 4 Tak dipungkiri, hingga saat ini pun masjid berfungsi sebagai pusat dakwah dan pendidikan. Sebagai salah satu bentuk pendidikan non formal yang ada di masyarakat Islam adalah pengajian, yang sebenarnya pengajian ini merupakan satu-satunya bentuk institusional pendidikan Islam sejak pertama kali dan dapat bertahan hingga sekarang. Prof. Kuntowijoyo mengatakan : “Kegiatan ini biasanya berpusat di lingkungan masjid yang 3 Musthafa al-‘Adawy, Fiqh Akhlak, Jakarta : Qisthi Press, 2005 cet 1, h. 339 4 H. Abuddin Nata, dan Fauzan, Pendidikan dalam perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press, Desember 2005, cet 1, h. 22. Lihat juga, Musthafa al-‘Adawy, Fiqih Akhlak, h. 4-7 4 mana masjid sangat mungkin sekali melakukan pembinaan terhadap jama’ah di wilayahnya.” 5 Sebagai salah satu contoh di lingkungan Kp. Cakung Kelurahan Jatimekar Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi terdapat kegiatan pengajian remaja sebagai wadah kegiatan keagamaan bagi remaja di lingkungan sekitar itu. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh remaja di lingkungan tersebut guna memberikan tameng ilmu agama khususnya tentang akhlak beribadah adalah pengajian rutin mingguan yang dilaksanakan setiap malam jum’at. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan diadakan oleh remaja tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat. Tidak heran, jika pengajian remaja ini dapat bertahan hingga 14 tahun dari usianya sejak awal didirikan. Di pengajian ini para remaja diberikan materi ilmu-ilmu hadis, seperti materi akhlak yang meliput akhlak dalam beribadah, baik ibadah yang langsung kepada Allah hablum min Allah maupun sesama manusia hablum min an-n ậs. Namun, hingga saat ini belum diketahui sebesar mana pengaruh kajian hadis terhadap akhlak remaja yang berada dilingkungannya. Oleh karena itu, maka penulis mencoba untuk meneliti mengenai hal tersebut yang di beri 5 Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, Yogyakarta: Shalahudin Press, 1994 cet 2, h. 133 5 judul, “Pengaruh Kajian al-Hadits Terhadap Akhlak Remaja Dalam Menjaga Istiqomah Beribadah: Studi Kasus Remaja Masjid Jami’ al- Mubarakah Kampung Cakung Jatimekar Bekasi.” B. Identifikasi Masalah Muhammad Abdul Aziz al-Hakim mengutarakan barang siapa memaksa dirinya untuk berakhlak, maka ia telah menjadi orang yang telah mengabdikan diri kepada Allah dengan ikhlas. 6 Sejauh penelusuran awal penulis, terjadi pergeseran dalam akhlak remaja khususnya dalam akhlak beribadah seiring dengan perkembangan zaman dan pergumulannya dengan westernisasi. Namun, masih terdapat remaja yang giat mengkaji ilmu Agama khususnya tentang hadis yang berkaitan dengan akhlak beribadah. Akhlak dalam beribadah adalah sangat diperlukan, karena dalam pengertiannya akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, melainkan juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya. 7 Sebagai contoh dari keduanya adalah: berbuat baik, menjaga perasaan orang lain dan menghargai kemampuannya, kasih sayang dan rendah hati antar sesama, menghormati guru dan orang tua dan masi banyak contoh lainnya dalam akhlak beribadah antar sesama, sedangkan dalam 6 Muhammad, Tetes-tetes Hikmah, Yogyakarta: Pustaka Fahima, Juni 2004, cet 2, h. 129 7 H. Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6 akhlak beribadah kepada Allah adalah: melakukan shalat lima waktu yang wajib dan sunnah yang menyertainya, puasa, zakat dan lain sebagainya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah