Pendidikan agama pada majelis tak'lim Ikrami dan pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak remaja

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana PAI (S.Pd.I)

Disusun oleh:

MARIAH

106011000117

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Mariah

NIM : 106011000117

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 9 November 2010

Penulis


(3)

vi

ABSTRAK

Mariah 106011000117 Pendidikan Agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI dan Pengaruhnya terhadap Pembentukan Akhlak Remaja.

Akhlak merupakan hal utama yang menjadi tujuan pendidikan islam. Isu-isu tentang kemerosotan akhlak selalu menarik menjadi perbincangan baik di kalangan para ahli maupun masyarakat umum. Semakin canggihnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin mudahnya untuk mengaksesnya menyebabkan semakin mudahnya segala hal yang kita butuhkan di dunia ini. Akan tetapi selain dampak positif tersebut, dewasa ini dampak negatif dari kemajuan teknologi pun mulai merusak kehidupan masyarakat. Dampak negatif ini sangat jelas terlihat pada kehidupan remaja dan perlu adanya solusi untuk mencegah agar generasi penerus bangsa tidak tercemari dengan hal-hal negatif dari perkembangan zaman ini.

Salah satu solusi tesebut adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan agama baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pada masyarakat atau lingkungan banyak sekali hal yang bisa membantu agar para remaja mampu membentengi diri mereka dari hal-hal negatif salah satunya adalah dengan adanya Majelis Ta’lim Remaja. Majelis Ta’lim ini dikelola dan dikembangkan oleh remaja yang manfaatnya dirisakan oleh remaja itu sendiri.

Salah satunya adalah Majelis Ta’lim Remaja yang berada di wilayah kedaung-Pamulang tepatnya di Jl. Aria Putra RT 07/ RW 10. Majelis Ta’lim ini telah berdiri sejak tahun 1994 yang telah banyak memberikan kontribusi pada para jama’ahnya melalui pendidikan agama yang diselenggarakannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja Al Ikhwaniyah atau IKRAMI berkontribusi membantu membentuk akhlak mulia para remaja di wilayah sekitar Masjid Al-Ikhwaniyah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang dan sampel diambil dari jumlah populasi yang ada. Dalam penelitian ini menggunakan rumus prosentase dan untuk melihat tingkat pengaruhnya digunakan rumus product moment dari carl pearson.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis maka tingkat pengaruh pendidikan agama terhadap pembentukan akhlak remaja berada pada level sedang dengan indeks korelasi 0,44 yang menunjukan ada pengruh positif yang signifikan antara pendidikan agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI dengan pembentukan akhlak remaja yang menjadi anggota jama’ahnya. Dan untuk nilai koefisien determinasinya yakni 19,36% yang berarti sebanyak 19,36% pembentukan akhlak remaja dipengaruhi oleh pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan muslimat.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya. Karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan laporan Penelitian skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penilitian skripsi ini dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bpk. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bpk. Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. Drs. Sapiuddin Shidiq. MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Eri Rossatria, M.Ag, Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih Ibu atas segala nasehat-nasehat yang engkau berikan. Biarlah Allah swt. yang akan membalas segala jasamu

5. Ibu Dr. Hj. Siti Salmiah, MA, Dosen pembimbing Skripsi. Berkat jasa Beliau, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian skripsi ini dengan baik, yang senantiasa mencurahkan dan memberikan waktu dan tenaganya dalam rangka membimbing penulis menjadi pendidik yang professional.


(5)

iv

6. Ayah Bundaku tercinta, Bapak Endom dan Ibu Enur yang senantiasa memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil. Juga tak henti-hentinya memanjatkan do’a kepada Allah swt untuk penulis, agar senantiasa mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah perjuangan ini dalam menempuh perjalanan yang berliku untuk menggapai kesuksesan.

7. Seluruh Keluarga Besar Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI Kedaung-Pamulang, khususnya Teh Euis, terimakasih atas segala bantuan dan do’anya. Mudah-Mudahan Allah swt. membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis.

8. Kakak-kakak dan adik penulis, A_ndin-Teh Nur, A_Budi-Tante Hera, A_Iwan-Teh Indah, Om Mama. Keponakan tercinta yang selalu mengganggu saat penulis menyelesaikan skripsi ini Deni, Rafli, Ramli, Raihan dan Fahri Terimakasih atas segala dukungan dan kritiknya selama ini. Deni, Rafli, Ramli, Raihan dan Fahri, mudah-mudahan kalian menjadi anak-anak yang cerdas yang selalu bersyukur dalam hidup kalian.

9. Mas Oby, Terimakasih atas pinjaman komputer dan printernya, serta motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahkan Allah swt memudahkan apa yang kita harapkan dan selalu bersyukur akan apa yang kita punya saat ini.

10.Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan PAI angkatan 2006 khususnya kelas C dan kakak-kakak kelas yang pernah merasa meminjamkan buku kepada penulis. Terimakasih semua.

11.Idha afandi, El-bhe, Uni, Idhaso, Ikenk, Lily, kebersamaan kita mungkin akan terhenti tapi tidak untuk cinta dan kasih sayang yang selalu kalian berikan. Mudah-mudahan kebersamaan kita selama ini membuat penulis selalu bersyukur akan segala takdir yang Allah swt. berikan.

12.Kawan-kawan DE-TE, khususnya Mba Lil, Alung dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.


(6)

v

Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amin.

Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang terdapat dalam laporan penelitian skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga laporan penelitian skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

Jakarta, 11 November 2010


(7)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN……….……….………. i

LEMBAR PENGESAHAN ……….………..……... ii

KATA PENGANTAR ……….………..……....iii

ABSTRAK ...……….…..……....vi

DAFTAR ISI ………..….……….. vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah ... …. 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... …. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORITIS 1. Pendidikan Agama ... 8

a. Pengertian Pendidikan Agama ... 8

b. Tujuan Pendidikan Agama ... 10

c. Fungsi Pendidikan Agama ... 11

2. Majelis Ta’lim Remaja ... 12

a. Pengertian Majelis Ta’lim Remaja ... 12

b. Tujuan Majelis Ta’lim Remaja ... 14

c. Fungsi Majelis Ta’lim Remaja ... 15

3. Pembentukan Akhlak ………. 16

a. Pengertian Akhlak ……… 16


(8)

viii

d. Proses Pembentukan Akhlak ……… 18

4. Remaja ………... 22

a. Pengertian Remaja ... 22

b. Pembagian Masa Remaja ... 23

B. Kerangka Berpikir……….…... 24

C. Hipotesis……….…….. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian ……….…… 26

B. Waktu dan Tempat Penelitian ……….…... 26

C. Populasi dan Sampel ………... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ………. 28

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ...32

1. Sejarah singkat ...32

2. Keadaan tenaga pengajar dan jama’ah IKRAMI ... 33

B. Deskripsi Data ... 33

C. Analisa dan Interpretasi Data ……….…. 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... .... 58

B. Saran ... .... 59

DAFTAR PUSTAKA ... .... 60


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel. 1: Indeks korelasi product moment Tabel. 2: Kisi-kisi Instrument Penelitian

Tabel. 3: Mengikuti pengajian di Majelis ta’lim IKRAMI

Tabel. 4: Senang mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim IKRAMI

Tabel. 5: Majelis Ta’lim IKRAMI memberikan banyak pengetahuan tentang agama

Tabel. 6: Ustad/ Ustadzah memberikan pengetahuan tentang ibadah sehari-hari seperti shalat wajib, shalat sunat, puasa dan sebagainya.

Tabel. 7: Pengetahuan agama yang disampaikan ustad/ ustadzah beragam (variatif)

Tabel. 8: Bosan mendengar pengetahuan agama yang disampaikan Ustad/ Ustadzah Tabel. 9: Ustad/ ustadzah membiarkan saya berkelahi (tawuran)

Tabel. 10: Pendidikan agama di Majelis Ta’lim IKRAMI mengajarkan saya untuk mencintai dan menyayangi sesama teman.

Tabel. 11: Ustad/ Ustadzah menggunakan beragam metode dalam menyampaikan materi pelajaran

Tabel. 12: Ustad/ Ustadzah menunjukan perilaku sopan terhadap semua orang Tabel. 13: Ustad/ Ustadzah mengajarkan saya mencintai dan menghormati orang

tua

Tabel. 14: Pendidikan agama di Majelis Ta’lim IKRAMI mengingatkan untuk menjalankan perintah Allah swt dan menjauhi semua laranganNya Tabel. 15: Pengetahuan agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI mengajarkan untuk

banyak bersyukur dalam hidup

Tabel. 16: Ustad/ Ustadzah membiarkan meninggalkan shalat Tabel. 17: Ustad/ Ustadzah mengajarkan berkata jujur

Tabel. 18: Majelis Ta’lim IKRAMI mengenalkan untuk mencintai lingkungan dengan berbagai kegiatan seperti tadabur alam dan sebagainya


(10)

x

Tabel. 19: Saya mendapatkan pelajaran untuk selalu berakhlak mulia dimanapun saya berada

Tabel. 20: Pendidikan agama yang disampaikan di Majelis Ta’lim IKRAMI melengkapi pengetahuan agama yang saya dapatkan dari sekolah Tabel. 21: Mengikuti pengajian pada Majelis ta’lim IKRAMI membuat

pengetahuan tentang ibadah saya bertambah

Tabel. 22: Ustad/ ustadzah memberi nasehat saat saya dalam kesulitan atau saat saya berbuat salah

Tabel. 23: Saya sediakan waktu untuk melaksanakan shalat sunat Tabel. 24: Kesibukan membuat saya meninggalkan shalat wajib

Tabel. 25: Terasa berat bagi saya untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan Tabel. 26: Saya selalu melaksanakan puasa sunat di luar bulan Ramadahan Tabel. 27: Saya menyesal akan kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan Tabel. 28: Saya tidak rela menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan Tabel. 29: Dalam pergaulan, saya memilih-milih teman

Tabel. 30: Hanya pada orang tertentu saja saya berbicara halus dan sopan Tabel. 31: Tanpa di minta saya memaafkan kesalahan orang lain

Tabel. 32: Saya amat sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain

Tabel. 33: Saya tunjukan perhatian pada yang lebih muda dengan rasa sayang Tabel. 34: Saya berbaik sangka pada siapa saja dalam pergaulan

Tabel. 35: Saya hormati orang tua dengan penuh kesantunan

Tabel. 36: Saya tidak mau berinteraksi dengan orang dari agama lain Tabel. 37: Hati saya gelisah saat saya berkata bohong

Tabel. 38: Saya menggunakan air dan listrik seperlunya

Tabel. 39: Saya berani untuk berkata jujur meskipun hal itu membuat saya celaka Tabel. 40: Saya membiarkan hewan yang sedang menderita di jalan

Tabel. 41: Saya mencoret-coret tembok, pohon dan apapun untuk membuat hati senang

Tabel. 42: Saya berakhlakul karimah (berakhlak mulia) dimanapun saya berada Tabel. 43: Hasil antara Variabel X dan Y


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya seluruh aspek kehidupan manusia telah diatur oleh syari’at islam. Baik itu hubungan dan perilaku kita kepada sang pencipta, sesama manusia, maupun sesama mahluk Allah swt lainnya. Akan tetapi dewasa ini seiring berkembangnya kemajuan ilmu dan teknologi, banyak diantara kita yang tidak mampu lagi mengindahkan tatanan syari’at agama dan lebih mementingkan kehidupan dunia. Sehingga tidak dapat kita pungkiri bahwa salah satu penyebab kemunduran dan kehancuran umat islam adalah ketika sebagian perilaku umat islam tidak sesuai dengan ajaran dan norma agama. Sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari pada kemajuan teknologi sampai kini, adalah sifat fasilitatif (memudahkan) kehidupan manusia yang hidup sehari-hari sibuk dengan berbagai macam problema yang semakin mengemelut. Teknologi menawarkan berbagai macam kemudahan dan kesenangan yang semakin beraneka ragam yang membuat kita semakin mudah menjalankan kehidupan karena segala hal yang kita butuhkan dapat terpenuhi dengan kecanggihannya.

Akan tetapi selain dampak positif, dampak-dampak negatif dari teknologi modern telah mulai terasa di depan mata kita, yang pada prinsipnya berkekuatan melemahkan daya mental spiritual/jiwa yang sedang tumbuh


(12)

berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gayanya. Tidak hanya nafsu mutmainah yang dapat diperlemah oleh rangsangan negatif dari teknologi elektronis dan informatika, melainkan juga fungsi-fungsi kejiwaan lainnya seperti kecerdasan pikiran, ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya dengan alat-alat teknologis-elektronis dan informatika seperti komputer, foto-copy jarak jauh, video cassett recorder dan komoditi celluloid (film, video-disc) dan sebagainya.1

Kurang selektifnya masyarakat muslim dalam menerima dampak informasi terhadap kemajuan IPTEK tersebut mengakibatkan banyak perilaku masyarakat muslim modern yang bertentangan dengan tatanan syariat islam yang pada gilirannya membawa kerusakan moral/krisis akhlak karena berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak diiringi dengan meningkatnya pengetahuan mereka akan agama.

Krisis akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil elite politik (penguasa), kini telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar. Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak beradaya untuk mengatasi krisis tersebut. Hal ini bisa dimengerti, karena pendidikan berada digaris terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian. Itulah sebabnya belakangan ini banyak sekali seminar yang digelar kalangan pendidikan yang bertekad mencari solusi untuk mengatasi krisis akhlak. Para pemikir pendidikan menyerukan agar kecerdasan akal diikuti dengan kecerdasan moral, pendidikan agama dan pendidikan moral harus siap menghadapi tantangan global, pendidikan harus berkontribusi yang nyata dalam mewujudkan masyarakat yang semakin berbudaya dan sebagainya.2

Selain berpengaruh terhadap masyarakat pada umumnya, kemajuan ilmu Pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang besar bagi perilaku

1Muzayin Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat (suatu pendekatan filosofis, pedagogis, psikososial dan kultural). (Jakarta: Golden Terayon Press, tanpa tahun), h. 13 2Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h 219


(13)

remaja baik perilaku mereka terhadap orang tua, guru-guru maupun orang-orang disekitarnya. Banyak diantara mereka yang tidak lagi mematuhi aturan-aturan yang diberikan orang tua, guru-guru serta aturan-aturan-aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Sehingga banyak muncul kasus-kasus kenakalan remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, penggunaan obat-obat terlarang dan hal-hal lain yang tidak baik yang seharusnya tidak dilakukan.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang penuh tanggung jawab yang diperkiraan usia 13-21 tahun. Pada masa ini seseorang masih belum dikatakan dewasa karena meski pada lahirnya remaja terlihat seperti orang dewasa pada umumnya akan tetapi, baik sifat maupun sikapnya masih mencerminkan kekanak-kanakan. Sehingga pengaruh-pengaruh negatif dari luar khususnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi amat cepat terserap dan jika remaja tersebut tidak dibina sebagaimana mestinya, maka dengan sangat mudah membentuk watak dan perilaku negatif bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya, remaja ingin disebut sebagai orang dewasa yang mampu mengatur diri mereka sendiri. Akan tetapi disisi lain mereka belum mampu menghidupi dirinya secara mandiri karena masih bergantung pada orang tuanya.

Salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling sering digunakan oleh remaja adalah akses internet yang saat ini semakin mudah dan murah. Jika kemajuan teknologi internet tersebut digunakan untuk menambah pengetahuan maka hal tersebut tentunya sangat baik akan tetapi jika si penggunanya memanfaatkan teknologi internet hanya untuk hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri, menonton ataupun membaca hal-hal yang tidak semestinya maka dengan sangat mudah akan merusak akhlak mereka. Pada sisi lain, pendidikan agama yang diberikan sekolah belum memadai dan memenuhi kebutuhan rohani (ketenangan jiwa) para remaja sehingga perlu adanya dukungan orang tua dan partisipasi aktif masyarakat untuk memberikan pendidikan agama.

Pada dasarnya keluarga merupakan wadah awal pendidikan agama berlangsung. Pendidikan agama yang diberikan orang tua amat berpengaruh


(14)

pada perilaku remaja Pendidikan agama memiliki peran yang penting dalam pembentukan akhlak remaja. Sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta dewasa ini memberikan pendidikan agama sesuai keyakinan yang dianut peserta didiknya masing-masing. Akan tetapi, pendidikan agama yang diberikan sekolah belum memadai dan memenuhi kebutuhan rohani para remaja saat ini mengingat pendidikan agama yang diberikan pada sekolah umum berkisar 1-2 jam pelajaran saja. Sehingga perlu adanya partisipasi masyarakat untuk memberikan pendidikan agama khususnya bagi remaja. Salah satunya adalah dengan jalan membentuk atau mendirikan Majelis Ta’lim khusus bagi remaja atau lembaga pendidikan non formal lain yang mampu membina akhlak remaja. Adanya lembaga pendidikan non formal seperti Majelis Ta’lim Remaja diharapkan dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan rohani remaja. Perkembangan Majelis-Majelis Ta’lim berawal dari swakarsa dan swapercaya masyarakat berkat motivasi agamanya kemudian mengembang terus seiring dengan tuntunan pembangunan.

Majelis Ta’lim merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera dan di ridhai Allah SWT.3

Sesuai dengan makna yang terkandung dalam Majelis Ta’lim yang berarti wadah atau tempat menuntut ilmu, Majelis Ta’lim biasanya memiliki visi, misi dan diselenggarakan dalam upaya menambah pengetahuan pendidikan agama pada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan agama yang diselenggarakan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan rohani para remaja dengan memperhatikan perkembangan kedewasaannya. Bukan hanya berbentuk ceramah yang pada akhirnya sering dikatakan masuk telinga kanan lalu keluar dari telinga kiri. Hal tersebut tentu saja kurang efektif karena hanya menyentuh ranah kognitif remaja saja sedang ranah afektif kurang mendapat

3Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. I hal. 201.


(15)

perhatian. Pendidikan agama yang diberikan harus dapat membimbing para remaja agar mereka dapat hidup dengan akhlak yang baik serta memiliki rasa kepedulian sosial yang tinggi. Hal tersebutlah yang merupakan tujuan pertama Majelis Ta’lim karena ”Pembinaan akhlak mulia bukanlah hal yang ringan di tengah-tengah perkembangan masyarakat yang semakin dinamis ini. Perubahan sosial dan cepatnya arus informasi produk ilmu pengetahuan dan teknologi dan berkembangnya masyarakat industri modern tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai Qur’ani.”4

Salah satunya Majelis Ta’lim tersebut adalah Majelis Ta’lim Remaja Masjid Jami’ Al Ikhwaniyah, yang telah lama terbentuk sejak lama dan memberikan banyak pengetahuan terhadap para jama’ahnya yang bertujuan untuk membina akhlakul karimah remaja daerah sekitar. Upaya untuk membina akhlak remaja terus dilakukan Majelis Ta’lim ini akan tetapi semakin kuatnya pengaruh negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan mulai semakin lemahnya pengaruh yang diberikan Majelis Ta’lim ini terhadap akhlak remaja.

Dari latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”PENDIDIKAN AGAMA PADA MAJELIS TA’LIM IKRAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK REMAJA

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang pemikiran diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Akibat kemajuan ilmu Pengetahuan dan teknologi menyebabkan sebagian remaja di daerah sekitar Masjid Jami Al Ikhwaniyah Kedaung-Pamulang mulai melalaikan ajaran dan syariat agama.

2. Kurang selektifnya remaja di daerah sekitar Masjid Jami Al Ikhwaniyah Kedaung-Pamulang dalam menerima berbagai informasi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi


(16)

3. Kurangnya jam dan optimalisasi pelajaran pendidikan agama di sekolah 4. Kurangnya efektifnya peran Majelis Ta’lim Masjid Jami Al Ikhwaniyah

sebagai alternatif wadah pengajaran agama.

5. Kurangnya pembinaan akhlak remaja sehingga mudahnya membentuk watak dan perilaku negatif remaja di daerah sekitar Masjid Jami Al Ikhwaniyah Kedaung-Pamulang.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi permasalahan sebagaimana disebutkan diatas, agar tidak terjadi kesimpangsiuran maka penulis membatasi permasalahan yang ada hanya pada “ Kurangnya efektifnya peran Majelis Ta’lim Masjid Jami Al Ikhwaniyah sebagai alternatif wadah pengajaran agama.” dan ”Kurangnya pembinaan akhlak remaja sehingga mudahnya membentuk watak dan perilaku negatif remaja di daerah Kedaung-Pamulang.”

Pembentukan akhlak remaja yang maksud adalah cara yang dilakukan oleh Majelis Ta’lim untuk membentuk akhlakul karimah (akhlak mulia) pada remaja baik akhlak kepada Allah, sesama manusia, maupun terhadap lingkungan. Pendidikan agama yang dimaksud adalah pendidikan agama islam atau pendidikan islam.

Dari pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

”Sejauhmana pengaruh pendidikan agama pada Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI dalam membentuk akhlak mulia Remaja?

D. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian:

a. Untuk menjelaskan sejauh mana pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis ta’lim remaja IKRAMI dapat berkontribusi pada pembentukan akhlak mulia remaja.


(17)

b. Untuk melihat tingkat pengaruh pelaksanaan pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI dapat berkontribusi pada pembentukan akhlak mulia remaja.

2. Manfaat penelitian:

a. Bagi remaja hasil penelitian ini diharapkan memberikan semangat yang lebih besar untuk terus mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Majelis Ta’lim IKRAMI.

b. Bagi Majelis Ta’lim IKRAMI hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang nyata mengenai perannya terhadap pembinaan akhlak remaja.

c. Bagi masyarakat hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai perkembangan Majelis Ta’lim IKRAMI dan dapat turut berkontribusi dalam membina akhlak remaja.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Pendidikan Agama

a. Pengertian Pendidikan Agama

Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.”1

Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi “semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmani maupun rohani.”2

Disamping itu pendidikan sering juga diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ketingkat kedewasaaan, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab

1

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Al Ma’arif, 1980), Cet. 4 h. 1

2


(19)

atas segala perbuatannya dan dapat berdiri diatas kaki sendiri (mandiri).

Adapun pengertian pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadaian, kecerdasaaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyararakat, bangsa dan negara.3

Menurut Ahmad Tafsir pendidikan adalah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin. sedangkan menurut Hasbullah dalam karyanya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Dalam arti sederhana, pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaaan.4

Adapun mengenai Pendidikan islam beberapa ahli mengemukakan pendapatnya yakni:

1. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba dalam bukunya Filsafat Pendidikan islam menyatakan bahwa ”pendidikan islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam (kepribadian muslim).”5

2. Menurut Dra. Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam

dikemukakan bahwa pendidikan islam adalah “bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik (peserta didik) dalam masa pertumbuhan agar memiliki kepribadian muslim."6

3

Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 3

4

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999), h. 1

5

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan islam, (Bandung.: PT. Al Ma’arif, 1980), h. 23

6


(20)

Pendidikan islam juga dapat dikatakan sebagai usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah swt. kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya pada Allah Swt. Pendidikan islam merupakan upaya untuk menanamkan pengetahuan agama sebagai pedoman di dalam hidup yang terutama harus diawali dari lingkungan keluarga karena merupakan tempat utama pendidikan diberikan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan islam merupakan usaha sadar orang dewasa untuk memberikan pengetahuan dan nilai-nilai islam kepada anak didik agar mereka memiliki kepribadian muslim sesuai dengan syari’at islam.

b. Tujuan Pendidikan Agama

Tujuan pendidikan islam dalam buku Solusi Islam Atas Problematika Umat karya Adi Sasono adalah ”menyadarkan manusia agar dapat mewujudkan penghambaan diri kepada Allah sang pencipta baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.”7

Hal ini menunjukan bahwasanya konsep pendidikan islam tidak terlepas dari konsep ke-Tuhanan karena segala sesuatunya didasarkan pada sang pencipta. Pendidikan islam diharapkan mampu membentuk kepribadian seseorang menjadi seorang hamba Allah yang mampu menjalankan segala perintah Allah swt dan menjauhi segala larangannya.

Sedangkan dalam buku Teologi Pendidikan karya Jalaluddin, menegaskan bahwasanya tujuan pendidikan islam dirumuskan dari nilai-nilai filosofis yang multi dimensi. “Salah satu dimensi tersebut adalah dimensi moral dimana pendidikan islam dilaksanakan sebagai upaya untuk membentuk pribadi manusia yang bermoral. Melalui

7

Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah), (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 87.


(21)

pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran moral, nilai-nilai asasi kemanusiaan yang dimilikinya, sehingga membentuk makhluk yang bermoral”.8

Konsep moral atau akhlak dalam teologi pendidikan karya jalaludin merupakan hal utama yang menjadi tujuan pendidikan islam. Hal ini menunjukan bahwa tujuan pendidikan islam adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia.

Dalam Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) karya Prof. H.M. Arifin, M.Ed diterangkan bahwasanya tujuan utama pendidikan islam adalah “membina dan mendasari anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama islam, sehingga ia mampu mengamalkan syariat agama islam secara benar sesuai pengetahuan agama”.9

Tidak jauh berbeda dengan yang dinyatakan oleh Dra. Nuryanis dalam dalam buku Panduan Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat, tujuan pendidikan agama antara lain mengusahakan agar masyarakat berkembang ke arah yang lebih baik sesuai dengan ajaran agama yang diawali dengan akhlak yang baik dan perbutan yang baik.10

Dapat dikatakan bahwasanya tujuan pendidikan islam adalah untuk menjadikan manusia senatiasa bertaqwa pada Allah swt serta memiliki akhlak yang mulia, memiliki wawasan yang tinggi mengenai pengetahuan agama serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama maupun lingkungan sekitarnya.

8

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002). h. 93

9

H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 5.

10

Nuryanis, Pedoman Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat, (Jakarta: Diditjen Kelembagaan Agam islam, 2003), h.14


(22)

c. Fungsi Pendidikan Agama

Mengenai fungsi pendidikan islam itu sendiri yakni: “(1.) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. serta akhlak mulia, (2.) Kegiatan pendidikan dan pengajaran, (3.) Mencerdaskan kehidupan bangsa. (4.) Fungsi semangat studi keilmuan dan IPTEK.”11

Menurut Djamaludin dan Abdullah Aly mengatakan bahwa pendidikan agama Islam memiliki empat macam fungsi, berikut ini:

1.Menyiapkan generasi muda untuk memegang pernan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.

2.Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua ke generasi muda. 3.Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara

keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.

4.Mendidik anak agar beramal shaleh di dunia ini untuk memperoleh hasilnya di akhirat kelak.12

2. Majelis Ta’lim Remaja

a. Pengertian Majelis Ta’lim Remaja

Majelis Ta’lim terdiri dari dua kata yakni kata Majelis dan Taklim. Kata Majelis dalam kamus Al Munawir karya Ahmad Warson Munawwir yakni berasal dari kata:

ﺲﻠﺠﻣ

-

ﺲﻠﺠﯾ

-

ﺲﻠﺟ

yang berarti tempat duduk, tempat sidang, dan dewan. Sedangkan mengenai kata Ta’lim dalam sumber yang sama dijelaskan bahwa kata Ta’lim berasal dari kata:

ﺎﻤﯿﻠﻌﺗ

-

ﻢﻠﻌﯾ

-

ﻢﻠﻋ

yang berarti pengajaran. Pengajaran yang dimaksud adalah pengajaran agama.13

11

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2005), h. 43-44.

12

Djamaluddin Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1999). h.10

13

A.Warson Munawir, Al Munawwir (kamus Arab-Indonesia), (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997), h. 202


(23)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang yang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.

Jadi secara bahasa Majelis Ta’lim dapat diartikan sebagai tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama islam. Selain itu pengertian Majelis Ta’lim dirumuskan pula pada Musyawarah Majelis Ta’lim se-DKI Jakarta yang berlangsung 9-10 juli 1980 yakni, Pengertian Majelis Ta’lim yaitu lembaga pedidikan non-formal

islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara teratur dan berkala, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa pada Allah swt.14

Majelis Ta’lim merupakan salah satu lembaga pendidikan islam non formal yang dalam pengajarannya diajarkan pengetahuan mengenai islam baik itu masalah aqidah, fiqh ataupun sejarah, menanamkan akhlak luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera dan di ridhai oleh Allah swt.

”Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang bersifat sebagai pengganti, penambah, dan/pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.”15

Bila dilihat dari struktur oraganisasinya, Majelis ta’lim adalah termasuk oraganisasi pendidikan luar sekolah (non formal) yang bercirikan khusus kegamaan islam. Hal ini berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2009 pasal 26 yakni ”satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga

14

Suwito (ed), Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara (Studi Perkembangan Sejarah dari Abad 13 hingga Abad 20 M), (Bandung: Angkasa. 2005), h.141

15


(24)

kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, Majelis Ta’lim serta satuan pendidikan sejenis.”16

Dan bila dilihat dari segi tujuan, Majelis Ta’lim adalah termasuk lembaga atau sarana dakwah islam yang secara self-standing dan self disciplined (berdiri sendiri) dapat mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Yang keberadaannya sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Rasulullah sendiri menyelenggarakan sistem ta’lim secara periodik dirumah sahabat Arqam di Mekah dimana pesertanya tidak dibatasi oleh usia, lapisan sosial maupun rasial. Dikalangan anak-anak pada zaman Nabi juga dikembangkan kelompok pengajian khusus yang disebut Al Kuttab yang mengajarkan baca Al Qur’an, yang pada masa-masa selanjutnya menjadi semacam pendidikan formal untuk anak-anak, karena disamping baca Al Qur’an juga diajarkan ilmu agama seperti fiqh, ilmu tauhid, dan sebagainya.17 Dengan demikian menurut pengalaman historis islami itu sistem Majelis Ta’lim telah berlangsung sejak awal penyebaran islam di Benua Arabia, kemudian menyebar keseluruh penjuru dunia Islam di Asia, Afrika dan indonesia pada khususnya sampai saat ini dan Majelis Ta’lim merupakan cikal bakal wadah pendidikan islam yang terus berkembang menjadi lembaga-lembaga pendidikan formal saat ini. Majelis Ta’lim sebagai lembaga pendidikan nonformal harus terus mengupayakan untuk menambah maupun melengkapi pendidikan agama yang ada lembaga formal yang telah ada sehingga keduanya besinergi membentuk kekuatan untuk mendidik generasi muda.

Sedangkan Majelis Ta’lim Remaja (MTR) adalah Majelis Ta’lim yang jama’ahnya adalah para remaja dan biasanya di pimpin oleh seorang ustad yang berasal dari lingkungan sekitar para remaja tersebut dan seluruh pengelolaannya dilakukan oleh para remaja.

b. Tujuan Majelis Ta’lim Remaja

Pada dasarnya tujuan Majelis Ta’lim baik itu Majelis Ta’lim kaum ibu, kaum bapak,dan remaja tidak ada perbedaannya.

16

Undang-undang SISDIKNAS…, h.18

17


(25)

Dalam Ensiklopedia Islam dijelaskan bahwasanya tujuan Majelis Ta’lim yakni: ”(1.) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama dikalangan masyarakat, (2.) Meningkatkan amal ibadah mayarakat (3.) Mempererat silaturahmi jama’ah, (4.) Membina kader dikalangan umat islam.”18

Sedangkan berdasarkan musyawarah Majelis Ta’lim se-DKI tujuan Majelis Ta’lim adalah membina dan membangun hubungan yang baik antara manusia dengan Allah swt. manusia dengan sesamanya dan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa pada Allah swt.

c

. Fungsi dan Peran Majelis Ta’lim Remaja

Mengenai fungsi dan peran Majelis Ta’lim, tidak lepas dari kedudukanya sebagai alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama. Sifat yang tidak terlalu ketat dan mengikat menjadikan Majelis Ta’lim sebagai wadah dakwah islam yang cukup efektif dan efisien dalam penyebaran ajaran islam. Sehingga dapat dikatakan keberadaan Majelis Ta’lim amat penting.

Sebagai lembaga pendidikan nonformal, Majelis Ta’lim berfungsi dan berperan sebagai berikut:

1.Membina dan mengembangkan ajaran dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa pada Allah swt.

2.Sebagai taman rekreasi rohaniah karena penyelenggaraannya bersifat santai

3.Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi masal yang dapat menghidupsuburkan dakwah dan ukhuwah islamiyah

4.Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dan umara dengan umat

5.Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat bangsa pada umumnya.19

18

Depag (ed), Ensiklopedia Islam. (Jakarta: Depag, 1987), Jilid 2, h. 357

19

Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ( Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet-1, h. 206


(26)

Upaya pembangunan melalui peran Majelis Ta’lim pun dapat dikembangkan jika Majelis Ta’lim sebagai wadah pembinaan remaja dapat berjalan dengan efektif dalam upaya membina akhlak remaja karena remaja adalah generasi penerus bangsa yang bukan hanya cerdas secara intelektual tetapi juga harus bermoral.

Upaya pembangunan haruslah didasari dengan pendidikan, agar pembangunan berjalan dengan baik maka terlebih dahulu diupayakan pembenahan dalam bidang pendidikan dan pada dasarnya lembaga pendidikan non-formal seperti Majelis Ta’lim merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional oleh karena itu meskipun pada umumnya pendidikan agama pada Majelis Ta’lim tidak terstruktur/terprogram dengan baik layaknya pendidikan di sekolah atau madrasah akan tetapi untuk mencapai hasil yang baik diperlukan perencanaan penyelenggaraan pendidikan seperti, pendidik atau narasumber, peserta didik atau jama’ah, metode serta materi yang diajarkan di Majelis Ta’lim sehingga upaya untuk membentuk atau membina akhlak remaja melalui pendidikan agama menjadi lebih baik.20

3. Pembentukan Akhlak a.Pengertian Akhlak

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa, yakni bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga “sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk, seperti telah disebut diatas.”21

“Menurut Imam Al Ghazali akhlak merupakan jamak dari Al khuluq yang berarti ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang

20

Teuku Amiruddin, Reorientasi Manajemen pendidikan islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 84

21

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press 2008), h. 346


(27)

konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan timbangan.”22

ِﺔَﻟﻮُﮭُﺴِﺑ ُلﺎَﻌْﻓﻷا رﺪْﺼَﺗ ﺎَﮭْﻨَﻋ، ًٌﺔَﺨِﺳار ِﺲْﻔّﻨﻟا ِﻰﻓ ِِِﺔَﺌْﯿَھ ْﻦَﻋ ًٌةَرﺎَﺒِﻋ

ُﺚْﯿَﺤِِﺑ ُ ﺔﺌﯿَﮭﻟْا ْﺖَﻧﺎَﻛ ْنِﺈَﻓ ، َِﺔﱠﯾِوَرَو ِﺮْﻜِﻓ َﻰﻟإ ِﺔَﺟﺎَﺣ ِﺮﯿَﻏ ْﻦِﻣِﺮْﺴﯾو

ُﺳ ﺎًﻋْﺮَﺷَو ً ﻼْﻘَﻋ ُةَدْﻮُﻤْﺤَﻤﻟا ُﺔَﻠْﯿِﻤَﺠﻟا ُلﺎَﻌْﻓﻷا ﺎَﮭْﻨَﻋ ُرُﺪْﺼَﺗ

ﺔﺌﯿَﮭﻟْا َﻚْﻠِﺗ ْﺖَﯿِﻤ

ِﻰﺘّﻟ ا ﺔﺌﯿَﮭﻟا ْﺎْﺘَﯿِﻤُﺳ ﺔﺤﯿﺒﻘﻟا ُلﺎَﻌْﻓﻷا ﺎَﮭْﻨَﻋ ُرِدﺎﱠﺼﻟاَ نََََﺎَََﻛ ْنَاو ﺎًﻨَﺴَﺣ ًﺎﻘُﻠُﺧ

ﺎًﺌْﯿَﺳ ًﺎﻘُﻠُﺧ ُرَﺪْﺼَﻤﻟا َﻲِھ

Akhlak adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’ maka disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak yang buruk.23

Menurut sebagian ahli bahwa akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Akhlak merupakan pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia. Dan dapat berupa kata hati atau intuisi yang selalau cenderung kepada kebenaran. Pandangan seperti ini menunjukan bahwa akhlak akan tumbuh dengan sendirinya walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini umumnya datang dari ulama-ulama islam yang cenderung pada akhlak seperti ibnu maskawaih, ibnu Sina, imam Al Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha.24

Sedangkan Ibnu Maskawaih sebagai ahli dalam bidang akhlak mengungkapkan bahwa akhlak ialah

22

Zainudin, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 102

23

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulya, 2005), Cet. Ke-2, h. 29

24


(28)

ّﻨﻠِﻟ ًٌلﺎَﺣ

ِﺔﱠﯾِوَرَو ِﺮْﻜِﻓ ِﺮﯿَﻏ ْﻦِﻣ ﺎَﮭِﻟ ﺎَﻌْﻓَأ َﻰﻟإ ﺎَﮭَﻟ ًٌﺔَﯿِﻋاَد ِﺲْﻔ

akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.25

Sejalan dengan pendapat Ibnu Maskawaih dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa akhlak adalah “suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui pemikiran, pertimbangan atau penelitian”. 26 Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwasanya akhlak adalah suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan baik maupun buruk tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu sebelumnya.

b. Macam-macam Akhlak

Menurut Prof. Moh. Ardani dalam bukunya Akhlak Tasawuf secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak yang terpuji (Akhlakul Karimah/Al Mahmudah), yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu (rendah hati), husnudzdzon (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain.

2. Akhlak tercela (Akhlakul Madzmumah), yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabur (sombong), su’udzudzon (berprasangka buruk) tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas dan lain-lain.27

25

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulya, 2005), Cet. Ke-2, h. 27

26

Hasan Muarif Hambari, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Cet. 4, h. 102

27


(29)

Sementara itu, menurut Aminudin dalam bukunya Pendidikan Agama untuk perguruan tinggi objek atau sasaran akhlak dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah (khalik), antara lain beribadah kepada Allah yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintahNya, berzikir kepada Allah yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondsi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hai, berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah.

2. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua, yaitu akhlak kepada Rasulullah, mencintai Rasulullah dengan sepenuh hati dan mengikuti semua sunahnya. Akhlak kepada sesama manusia biasa seperti orang tua, diri sendiri, akhlak kepada keluarga, karib kerabat, serta akhlak terhadap tetangga dan lain-lain. 3. Akhlak terhadap lingkungan baik bernyawa mauput tak

bernyawa. Seperti, sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam,dan lain-lain.

c. Proses Pembentukan Akhlak

Pada dasarnya para ahli bependapat bahwasanya pembentukan akhlak merupakan tujuan dari pendidikan islam. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Athiyah al Abrasyi dalam karyanya Dasar-dasar pokok pendidikan islam, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam, mencapai suatu akhlak yang sempurna merupakan tujuan sebenarnya dari pendidikan.28

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan pertama dalam islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. yang utama yakni adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

قَ ﻼْﺧ َ ﻷْا َمِرَﺎَﻜَﻣ ﱠﻢﻤَﺗ ُ ﻷ ُﺖْﺜِﻌُﺑ َﺎﻤَﻧِإ

Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budipekerti.”29

28

M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h.1

29


(30)

Keutamaan akhlakpun digambarkan oleh hadits Nabi saw sebagai berikut:

ِﻣ ْﻮُﻤﻟْا ُﻞَﻤْﻛَأ

ًﺎﻘُﻠُﺧ ْﻢُﮭُﻨُﺴْﺣأ ﺎًﻧﺎﻤْﯾإ َﻦْﯿﻨ

Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya. (HR Turmudzi).30

Dalam Al Qur’an pun banyak ayat yang memerintahkan kita untuk mempunyai akhlak mulia diantaranya:











Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau Menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa.























Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

”Perhatian islam terhadap pembinaan Akhlak terdapat dalam seluruh ajaran islam. Ajaran islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai amal salih dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan”.31

30

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, h. 26

31


(31)

Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abudin Nata yang Beliau kutip dari pemikiran Al Ghazali menyatakan bahwa pembinaan akhlak dalam islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun islam. Hasil analisis Al-Ghazali terhadap rukun islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. ”Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk dan patuh pada aturan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.”32

Selanjutnya rukun islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan munkar.33

Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an yakni Surat Al Ankabut ayat 45, yaitu:





Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Selanjutnya dalam rukun islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan diri dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain. ”Pelaksanaan zakat yang

32

Abudin Nata, Akhlak…, h. 158

33


(32)

berdimensi akhlak yang bersifat sosial ekonomis ini dipersubur lagi dengan pelaksanaan shadaqah yang bentuknya tidak hanya berupa materi tetapi juga non materi.”34

Begitu juga islam mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun islam yang keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.35

Selanjutnya rukun islam yang kelima adalah ibadah haji dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun islam lainnya. ”Hal ini bisa difahami karena ibadah haji ibadah dalam islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping harus menguasai ilmunya juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannnya dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.”36

Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Untuk ini Al Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.

Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara diatas dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. ”Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan pelarangan sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seseorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjaan itu.”37

Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya.

34

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 159

35

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 160

36

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 161

37


(33)

Pada kenyatannya dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan, ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan tersebut ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasulnya, shormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama mahluk Tuhan dan seterusnya.

Pembinaan remaja menjadi amat penting mengingat sedikitnya ada empat faktor yaitu:

1.Pada saat ini banyak keluhan yang disampaikan orang tua, para guru dan orang yang bergerak di bidang sosial mengeluhkan tentang perilaku sebagian para remaja yang amat mengkhawatirkan. Di antara mereka sudah banyak terlibat dalam tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, minuman keras, pembajakan bis, penodongan, pelanggaran seksual dan perbuatan kriminal.

2.Bahwa pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran islam. Fazlur rahman dalm bukunya Islam bahwa inti ajaran islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an adalah akhlak yang bertumpu keimanan kepada Allah swt dan keadilan sosial.

3.Bahwa akhlak yang mulia sebagaimana dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat pada umumnya.

4.Bahwa pembinaan akhlak terhadap para remaja amat penting dilakukan, mengingat secara psikologis usia remaja adalah usia yang berada dalam goncangan dan mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang masih belum memiliki bekal pengetahuan, mental dan pengalaman yang cukup. Akibat dari keadaan yang demikian, para remaja mudah sekali terjerumus kedalam perbuatan-perbutan yang menghancurkan masa depannya sebagaimana disebutkan diatas.38

4. Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.

38


(34)

1.Perubahan Fisik

Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria. Hormon-hormon baru di produksi oleh kelenjar endokrin, dan ini membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri seks sekunder.

2.Perubahan Emosionalitas

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan dalam aspek emosional pada remaja dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut seperti timbulnya perasaan rindu, menyayangi, perasaan cinta dan lain-lain.

3.Perubahan Kognitif

Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan emosional tersebut makin dirumitkan oleh fakta bahwa individu juga sedang mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan berpikir ini diungkapkan oleh Piaget sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan berikutnya.39

Dalam buku Perananan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja ditambahkan bahwa perubahan atau perkembangan masa remaja diatandai sebagai berikut:

1. Perkembangan Sosial

Pada masa ini remaja sudah memiliki kemampuan untuk memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasannya. 2. Perkembangan Moral

Pada Masa ini timbul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat di nilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga psikologisnya.40

b. Pembagian Masa Remaja

Masa remaja menurut Drs. M. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi umum dan perkembangan berlangsung dari umur 15/16 tahun sampai

39

Hendrianti Agustiani, Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 30

40

Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.103


(35)

usia 21 tahun atau berlangsung saat individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. ”Masa remaja ini di bagi dua bagian, yaitu pertama, masa remaja awal, yang berlangsung hingga 17 tahun dan kedua, masa remaja akhir yang berlangsung hingga mencapai usia kematangan resmi secara hukum yaitu umur 21 tahun.”41

Sejalan dengan pendapat Drs. M. Alisuf Sabri, menurut TB Aat Syafaat, S.Sos, M.Si dkk dalam buku Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja dijelaskan mengenai rentang usia remaja yaitu: ”(1.) Masa pubertas (12-14 tahun), (2.) Masa remaja awal (14-16 tahun), (3.) Akhir masa pubertas (17-18 tahun), (4.) Periode remaja Adolesen (19-21 tahun).”42

B. KERANGKA BERPIKIR

Kita ketahui bersama bahwasanya masa remaja merupakan masa yang amat penting bagi kehidupan seseorang. Jika masa remaja seseorang dilaluinya dengan baik dan mendapatkan pengetahuan yang baik pula maka masa dewasanya akan menjadi baik pula terlepas dari pengaruh-pengaruh buruk yang mungkin saja dihadapinya pada masa dewasa.

Selain keluarga, masyarakat harus ikut berpartisifasi dalam upaya membentuk akhlak remaja. Pendirian Majelis Ta’lim Remaja merupakan alternatif sarana pendidikan non-formal bagi remaja. Melalui pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja, remaja akan mendapat pengetahuan yang lebih banyak selain dari sekolah. Sehingga pendidikan agama yang diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja menjadi penting karena jika pendidikan agama pada Majelis Ta’lim tersebut berkualitas atau baik maka akan memberikan pengaruh yang positif bagi pembentukan akhlak remaja. Sebaliknya, jika pendidikan agama yang diselenggarakan tidak berkualitas atau kurang baik maka tidak akan mempengaruhi pembentukan akhlak remaja menjadi baik.

41

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993. hal. 160

42


(36)

C. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang penulis angkat yang selanjutnya perlu adanya pengujiaan hipotesis untuk membuktikan kebenarannya. Adapun pada penelitian ini penulis mengajukan dua hipotesis yakni:

1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel pendidikan agama pada Majelis Ta’lim dengan pembentukan akhlak remaja

2. Tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara variabel pendidikan agama pada Majelis Ta’lim dengan pembentukan akhlak remaja


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu objek penelitian.

Pada penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu:

1. Pendidikan agama pada Majelis Ta’lim sebagai variabel bebas yang disimbolkan dengan huruf X

2. Pembentukan akhlak remaja sebagai variabel terikat yang disimbolkan dengan huruf Y

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu sejak bulan Agustus-Oktober

Adapun mengenai lokasi penelitian, yakni Majelis Ta’lim Remaja Jami’ Al- Ikhwaniyah yang membentuk Ikatan Remaja Masjid Jami’ Al Ikhwaniyah (IKRAMI) yang berada di wilayah RT 07/ RW 10 Kedaung-Pamulang.


(38)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja yang mengikuti pengajian Majelis Ta’lim Remaja Jami’ Al Ikhwaniyah sebanyak 30 orang

2. Sampel

Beradasarkan keterangan dari buku prosedur Penelitian Ilmiah karya Prof. Dr. Suharsimi Arikuto bahwasanya jika jumlah populasi kuang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.1 Karena populasi penelitian ini kecil maka sampel penelitian ini akan diambil sebanyak populasi yang ada.

D.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Angket, yaitu merupakan suatu daftar atau rangkaian pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk mengetahui pendapat/persepsi mereka tentang pendidikan agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI

b. Studi Dokumentasi yaitu menghimpun bahan-bahan keterangan mengenai Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI seperti Struktur organisasi, dan sejarah berdirinya.

c. Observasi, yaitu Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang menjadi sasaran pengamatan seperti kondisi saat dilakukan kegiatan pengajian, metode/cara penyampaian materi pelajaran serta ragam materi yang disampaikan di Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 134


(39)

d. Wawancara, yaitu merupakan tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis untuk mencari informasi yang lebih dalam dan lebih rinci yang belum terdapat pada angket mengenai Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI dan para remaja yang mengikuti Pengajian tersebut. Wawancara ini dilakukan dengan ketua Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI.

A. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Setelah data-data diklasifikasikan melalui proses editing, selanjutnya adalah dilakukan analisa data. Dalam hal ini, jenis data yang dikumpulkan penulis adalah data kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Pentabelan data, yaitu memasukan data kedalam tabel yang berisikan nomor urut, kolom alternatif jawaban, dan kolom-kolom frekuensi jawaban (P).

Skor butir jawaban

Positif a = 4 b = 3 c = 2 d = 1

Negatif a = 1 b = 2 c = 3 d = 4

2. Mencari frekuensi jawaban (F) dengan cara menjumlahkan setiap jawaban.

3. Mencari persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

N

F

100 %

Keterangan: P = Persentase

F = frekuensi jawaban

N = number of cases (jumlah banyaknya sampel)

Selanjutnya untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengaruh pendidikan agama terhadap pembentukan akhlak remaja. penulis


(40)

menggunakan rumus product moment dari carl reason sebagai teknik analisis.

Cara operasional data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Mencari angka korelasi dengan rumus:

rXY=

 

) ) ( )(

) (

(N X2 X 2 N Y2 Y 2 Y

X XY

N

Keterangan:

r XY = Angka indeks korelasi ”r” product moment N = Number of cases (jumlah responden)

XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

X = Jumlah seluruh skor Y

Y = Jumlah seluruh skor Y

b. Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan berkonsultasi variabel ”r” product moment

Apabila cara ini ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis Ha dan Hipotesis Ho

2. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel dengan ”r” product moment baik pada taraf 0 % maupun 5 % namun terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degress Fredom (df)

Keterangan: df = Derajat bebas

N = Jumlah subyek sampel penelitian Rumus: df = N- nr


(41)

nr = Jumlah variabel2

Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun menggunakan nilai r tabel, langkah selanjutnya yakni mencari beberapa kontribusi yang diberikan variabel x terhadap variabel y. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus:

Keterangan:

KD = Kontribusi variabel x terhadap variabel y

R2 = Koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y

Tabel. 1

Indeks korelasi product moment

Besarnya “r” product moment Interpretasi

0,00 - 0,20 Korelasi sangat rendah (diabaikan) 0,20 – 0,40 Korelasi rendah / lemah 0,40 – 0,70 Korelasi sedang / cukup 0,70 – 0,90 Korelasi kuat (tinggi) 0,90 – 1,00 Korelasi sangat kuat (sangat tinggi)

F. Instrument Penelitian

Adapun kisi-kisi instrument pada penelitian yang penulis gunakan dalam pembuatan angket adalah sebagai berikut:

2Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta:Rajawali Press, 2008), h. 194


(42)

Tabel. 2

Kisi-kisi Instrument Penelitian

No Aspek Dimensi Butir Item 1. Pendidikan

Agama Islam pada Majelis Ta’lim IKRAMI

1. Aspek Materi

2. Aspek Metode

3. Aspek Pendidik (Ustad/Ustadzah) 4. Aspek Remaja (jama’ah)

3,4,11,12,13,1 5,16,17,18 5, 9

7, 19, 14, 20 1, 2, 6, 19 2. Pembentukan

akhlak Remaja

1. Akhlak terhadap Allah 2. Akhlak terhadap sesama

3. Akhlak terhadap lingkungan

1, 2, 3, 4, 6, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat

Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI berdiri beberapa saat setelah selesainya pembangunan Masjid Jami’ Al Ikhwaniyah Kedaung-Pamulang sekitar tahun 1994 tepatnya tanggal 30 Januari 1994 M/ 17 Sya’ban 1414 H atas dasar saran-saran yang diberikan para orangtua remaja daerah sekitar kepada pengurus Masjid. Tujuannya adalah agar para remaja khususnya remaja daerah sekitar Masjid mendapatkan banyak pengetahuan agama dan akhirnya memiliki akhlakul karimah dimanapun mereka berada.

Setelah direncanakan oleh para pengurus Masjid tentang pembentukan Majelis Ta’lim Remaja, maka dengan respon yang baik dari para remaja mereka berkumpul bermusyawarah untuk menentukan bagaimana pelakasanaan dan nama yang tepat untuk Majelis ta’lim remaja yang dibentuk tersebut. Maka pada tanggal 28 Agustus 1994 M terbentuklah Masjid Ta’lim Remaja IKRAMI yang merupakan singkatan Ikatan Remaja Masjid Jami’ Al Ikhwaniyah. Pembukaan perdana Majelis Ta’lim IKRAMI tanggal 3 September 1994 M dan ditetapkan bahwa pengajian Majelis Ta;lim IKRAMI berlangsung setiap jum’at malam/ malam sabtu.


(44)

pendidikan yang berbeda-beda yakni:

1. Ust. Endang Ghazali menyampaikan materi Fiqh 2. Ust. Sofyan menyampaikan materi Qiraatul Qur’an 3. Ust. Sodri menyampaikan materi Aqidah Akhlak 4. Ust. Lutfi (mengulang materi sebelumnya)

Adapun latar belakang para anggota Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI berasal dari daerah sekitar RT 07/ RW 10 yang kebanyakan diantara mereka adalah pelajar SMP dan SMA namun ada sebagian dari mereka yang tidak bersekolah. Adapun kendala-kendala yang dihadapi selama berdirinya Majelis Ta’lim Remaja IKRAMI adalah tidak menentunya jumlah remaja yang hadir pada saat pelaksanaan pengajian. Terkadang hal tersebut didasarkan pada faktor cuaca dan kesibukan para remaja.

B. Deskripsi Data

Adapun untuk mengetahui secara rinci dari hasil penelitian pendidikan agama pada Majelis Ta’lim remaja IKRAMI dan pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak remaja. Maka dijelaskan dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel. 3

Mengikuti pengajian di Majelis ta’lim IKRAMI Alternatif Jawaban F Persentase

(%)

Selalu 10 33,3% Sering 11 36,7% Kadang-kadang 9 30%

Tidak Pernah 0 0 %

Total 30 100%

Tabel diatas menunjukan bahwasanya intensitas kehadiran para remaja anggota Majelis Ta’lim IKRAMI tidak menentu akan tetapi hampir seluruhnya menyatakan pernah hadir dan tidak ada yang menjawab tidak


(45)

Tabel. 4

Senang mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim IKRAMI Alternatif Jawaban F Persentase

(%)

Sangat Senang 12 40% Senang 15 50% Tidak Senang 3 10% Biasa Saja 0 0%

Total 30 100 %

Tabel diatas menunjukan hampir setengahnya dari jumlah remaja anggota MTR IKRAMI menyatakan sangat senang mengikuti pengajian di MTR IKRAMI yang dibuktikan dengan 40% anggota jama’ah MTR IKRAMI memilih alternatif jawaban sangat senang, 50 % atau setengahnya menyatakan senang mengikuti pengajian, hanya 10% jama’ah yang merasa tidak mengikuti pengajian di MTR IKRAMI. Hal ini menunjukan bahwasanya adanya MTR IKRAMI di sekitar wilayah rumah mereka di respon dengan baik.

Tabel. 5

Majelis Ta’lim IKRAMI memberikan banyak pengetahuan tentang agama Alternatif Jawaban F Persentase

(%)

Sangat Banyak 16 53,3%

Banyak 9 30%

Kurang Banyak 3 10% Tidak Banyak 2 6,7%


(46)

yang diberikan MTR IKRAMI, 10% atau sedikit sekali menyatakan kurang banyak dan 6,7% menyatakan tidak banyak pengetahuan agama yang diberikan oleh MTR IKRAMI.

Tabel. 6

Ustad/ Ustadzah memberikan pengetahuan tentang ibadah sehari-hari seperti shalat wajib, shalat sunat, puasa dan sebagainya.

Alternatif Jawaban F Persentase (%)

Selalu 13 43,3% Sering 5 16,7% Kadang-kadang 12 40%

Tidak Pernah 0 0%

Total 30 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa 43,3% atau hampir setengahnya jama’ah MTR IKRAMI menyatakan bahwa mereka selalu mendapatkan pengetahuan tentang ibadah dari narasumber, 16,7% menyatakan sering mendapatkan pengetahuan tentang ibadah dari narasumber dan cukup banyak jama’ah yang menyatakan bahwa hanya kadang-kadang saja pengetahuan tentang ibadah diberikan yakni sekitar 40%.

Tabel. 7

Pengetahuan agama yang disampaikan ustad/ ustadzah beragam (variatif)

Alternatif Jawaban F Persentase (%)

Sangat Variatif 6 20% Variatif 20 67% Kurang Variatif 4 13% Tidak Variatif 0 0%


(47)

sebagaian besar anggota jama’ah menyatakan materi yang disampaikan oleh narasumber di Majelis Ta’lim IKRAMI bermacam-macam atau variatif.

Tabel. 8

mendengar pengetahuan agama yang disampaikan Ustad/ Ustadzah Alternatif Jawaban F Persentase

(%)

Sangat Bosan 0 0 Bosan 1 3,3% Tidak Bosan 20 66,7%

Biasa Saja 9 30%

Total 30 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa tidak ada jama’ah yang merasa sangat bosan mendengar pengetahuan agama yang yang disampaikan ustad/ustadzah di MTR IKRAMI hal ini dibuktikan dengan 0% dari anggota jama’ah MTR IKRAMI yang memilih alternatif jawban sangat bosan, 3,3% atau sedikit sekali yang menyatakan bosan, 66,7% atau sebagian besar menyatakan mereka tidak bosan dan 30% menyatakan biasa saja.

Tabel. 9

Ustad/ ustadzah membiarkan saya berkelahi (tawuran) Alternatif Jawaban F Persentase

(%)

Selalu 1 3,3%

Sering 0 0%

Kadang-kadang 0 0% Tidak Pernah 29 96,7%


(1)

Y 24 2 3 3 1 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 51

Y 25 2 3 4 2 4 3 2 3 3 4 3 2 4 1 3 1 2 4 1 4 55

Y 26 2 3 3 2 4 3 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 2 4 2 3 59

Y 27 2 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 1 4 4 2 64

Y 28 2 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 4 2 3 55

Y 29 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 1 3 3 2 4 4 4 60


(2)

DAFTAR PERTANYAAN ANGKET

PENDIDIKAN AGAMA PADA MAJELIS TA’LIM IKRAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKKAN AKHLAK REMAJA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

I. Identitas Responden Nama:

Usia: Alamat: II. Petunjuk

1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan sejujur-jujurnya 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kamu kehendaki

3. Periksa kembali setiap jawaban pada pertanyaan sebelum menyerahkan kembali angket ini

Pertanyaan:

A. Pendidikan Agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI 1. Saya mengikuti pengajian di Majelis ta’lim IKRAMI

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 2. Saya senang mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim IKRAMI

a. Sangat Senang b. Senang c. Tidak Senang d. Biasa Saja

3. Majelis Ta’lim IKRAMI memberikan banyak pengetahuan tentang agama a. Sangat Banyak b. Banyak c. Kurang Banyak d. Tidak Banyak

4. Ustad/ Ustadzah memberikan pengetahuan tentang ibadah sehari-hari seperti shalat wajib, shalat sunat, puasa dan sebagainya.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

5. Pengetahuan agama yang disampaikan ustad/ ustadzah beragam (variatif) a. Sangat Variatif b. Variatif c. Kurang Variatif d. Tidak Variatif 6. Saya bosan mendengar pengetahuan agama yang disampaikan Ustad/ Ustadzah

a. Sangat Bosan b. Bosan c. Tidak Bosan d. Biasa Saja 7. Ustad/ ustadzah membiarkan saya berkelahi (tawuran)


(3)

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

8. Pendidikan agama di Majelis Ta’lim IKRAMI mengajarkan saya untuk mencintai dan menyayangi sesama teman.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

9. Ustad/ Ustadzah menggunakan beragam metode dalam menyampaikan materi pelajaran

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 10. Ustad/ Ustadzah menunjukan perilaku sopan terhadap semua orang

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 11. Ustad/ Ustadzah mengajarkan saya mencintai dan menghormati orang tua

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 12. Pendidikan agama di Majelis Ta’lim IKRAMI mengingatkan saya untuk

menjalankan perintah Allh swt dan menjauhi semua laranganNya

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 13. Pengetahuan agama pada Majelis Ta’lim IKRAMI mengajarkan saya banyak

bersyukur dalam hidup

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 14. Ustad/ Ustadzah membiarkan saya meninggalkan shalat

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 15. Ustad/ Ustadzah mengajarkan saya berkata jujur

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

16. Majelis Ta’lim IKRAMI mengenalkan saya untuk mencintai lingkungan dengan berbagai kegiatan seperti tadabur alam dan sebagainya

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

17. Saya mendapatkan pelajaran untuk selalu berakhlak mulia dimanapun saya berada a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

18. Pendidikan agama yang disampaikan di Majelis Ta’lim IKRAMI melengkapi pengetahuan agama yang saya dapatkan dari sekolah

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 19. Mengikuti pengajian pada Majelis ta’lim IKRAMI membuat pengetahuan tentang


(4)

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 20. Ustad/ ustadzah memberi nasehat saat saya dalam kesulitan atau saat saya berbuat

salah

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

B. Pembentukan Akhlak Remaja

1. Saya sediakan waktu untuk melaksanakan shalat sunat

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 2. Kesibukan membuat saya meninggalkan shalat wajib

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 3. Terasa berat bagi saya untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 4. Saya selalu melaksanakan puasa sunat di luar bulan Ramadahan

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 5. Saya selalu menyesal akan kesalahan-kesalahan yang telah saya lakukan

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 6. Saya tidak rela menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 7. Dalam pergaulan, saya memilih-milih teman

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 8. Hanya pada orang tertentu saja saya berbicara halus dan sopan

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 9. Tanpa di minta saya memaafkan kesalahan orang lain

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 10. Saya amat sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 11. Saya tunjukan perhatian pada yang lebih muda dengan rasa sayang

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 12. Saya berbaik sangka pada siapa saja dalam pergaulan


(5)

13. Saya hormati orang tua dengan penuh kesantunan

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 14. Saya tidak mau berinteraksi dengan orang dari agama lain

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 15. Hati saya gelisah saat saya berkata bohong

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 16. Saya menggunakan air dan listrik seperlunya

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 17. Saya berani untuk berkata jujur meskipun hal itu membuat saya celaka a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

18. Saya membiarkan hewan yang sedang menderita di jalan

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 19. Saya mencoret-coret tembok, pohon dan apapun untuk membuat hati senang

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 20. Saya berakhlakul karimah (berakhlak mulia) dimanapun saya berada


(6)

Ketua Irwansyah Wk. ketua

Desti

Sekretaris Lisna

Bendahara Euis

SEKSI-SEKSI

PERLENGKAPAN adih

Andi Eza Bayu

HUMAS Dilla Ageng

Opik Eneng PERIBADATAN

Iiq Syifa Wasis Ujang

ANGGOTA ACARA

Ayu Akbar Ayang Agus

STRUKTUR KEPENGURUSAN IKATAN REMAJA/I

MASJID JAMI’AL IKHWANIYYAH (IKRAMI) PERIODE

2009-2010