9. Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan bukti tambahan atau penjelasan tertulis.
10. Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang
terutang 11. Apabila jangka waktu sebagaiman dimaksud dalam angka 8 telah lewat dan
Direktur Jenderal Pajak tidak member suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
B. Banding
1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan Direktur
Jenderal Pajak 2. Permohonan sebagaiman dimaksud pada angka 1 diajukan secara tertulis dalam
Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan sejak keputusan keberatan diterima, dilampiri salinan dari surat
keputusan tersebut. 3.Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak 4. Apabila pengajuan keberatan atau permohonan Banding dikabulkan sebagian atau
seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 dua
Universitas Sumatera Utara
puluh empat bulan dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya keputusan keberatan atau keputusan
Banding.
C. Pengurangan
Atas permohonan Wajib Pajak , Pengurangan Pajak yang terutang dapat diberikan oleh Menteri karena :
1.kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan Objek Pajak Contoh :
a. Wajib Pajak tidak mampu secara ekonomis yang memperoleh hak baru melalui program pemerintah di bidang pertanahan
b. Wajib Pajak Orang Pribadi menerima Hibah dari orang pribadi yang mempumyai hubungan keluarga sedarah
2. Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab tertentu: Contoh : a. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian dari
hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya dibawah Nilai Jual Objek Pajak b. Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti atas
tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.
c. Wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional sehingga Wajib Pajak harus
Universitas Sumatera Utara
melakukan rekonstrukturisasi usaha dan atau utang usaha sesuai kebijakan pemerintah.
3. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari keuntungan.
Contohnya : Tanah dan atau Bangunan yang digunakan antara lain untuk panti asuhan, panti jompo,rumah yatim piatu,sekolah,rumah sakit, sekolah yang tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan.
D.Pengembalian Kelebihan Pembayaran BPHTB
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak kepada Direktur Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak
Pratama untuk PBBBPHTB setempat.
3. Saat, Tempat, dan Cara Pembayaran Pajak Terutang Saat terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB untuk :
a. Jual-beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta b. Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta
c. Hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta d. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan
haknya ke kantor pertanahan f. Pemasukan dalam Perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal
dibuat dan di tandatanganinya akta
Universitas Sumatera Utara
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak adalah sejak tanggal dibuat dan di tandatanganinya akta
h. Peralihan Hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah sejak tanggal putusan pengadilan tersebut mempunyai
kekuatan hukum tetap i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah
sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak j. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal
ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak k. Penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan di tandatanganinya akta
l. Peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan di tandatanganinya akta m. Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan di tandatanganinya akta
n. Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan di tandatanganinya akta o. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang
Tempat pajak terutang adalah :
Di wilayah kabupaten , kota, atau propinsi, yang meliputi letak tanah dan bangunan.
Cara Pembayaran Pajak adalah :
Wajib Pajak membayar pajak yang terutang dengan tidak berdasarkan pada adanya surat ketetapan pajak ke kas Negara melalui kantor pos Bank Badan
Universitas Sumatera Utara
Usaha Milik Negara BUMN atau Badan Usaha Milik Daerah BUMD dengan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan SSB
Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB
Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB pada prinsipnya menganut system “ Self Assessment”. Artinya Wajib Pajak
diberi kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak.
Pajak yang terutang dibayarkan ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau
Bank Persepsi lain dan atau tempat pembayaram lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Bea BPHTB
4. Hambatan- Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB
a. Ketika terjadi transaksi jual beli, data Pajak Bumi dan BangunanPBB belum diubah dibetulkan sesuai dengan keadaan di lapangan, sehingga sewaktu melakukan
transaksi jual beli, masih menggunakan PBB keadaan yang lama, sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan bayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Universitas Sumatera Utara
b. Dalam Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sering tidak dicantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP
c. Tangga l di Surat Setoran Bea SSB sering kosong, sehingga sulit dilakukan validasi atas Nilai Jual Objek Pajak NJOP yang berlaku pada tahun berjalan tahun
terjadinya transaksi jual beli
5. Kantor terkait Instansi yang Terkait Dalam Pelaksanaan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
a.Badan Pertanahan Nasional BPN dalam hal penerbitan sertifikat, SSB Surat Setoran BPHTB yang telah disetor ke Bank, harus ditunjukkan sebagai dasar bea
untuk penerbitan sertifikat baru b.Kantor Pelayananan Pajak Pratama setempat sebagai dasar pengenaan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, maka diperlukan Nilai Jual Objek Pajak NJOP tahun berjalan atas Tanah dan atau bangunan dimana terjadi
transaksi jual beli. NJOP tercantum dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT Pajak Bumi dan Bangunan PBB
c.Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT saranatempat melakukan Transaksi Jual Beli antara Penjual dan Pembeli.
d.Bank Persepsi sebagai tempat Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB disetorkan
Universitas Sumatera Utara
6. Upaya – Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur untuk Meningkatkan penerimaan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan
a.Menghimbau Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT untuk mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dalam Surat Setoran Bea SSB untuk setiap Transaksi
Jual Beli b.Menghimbau Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT agar memeriksa Pajak Bumi
dan Bangunan PBB yang dipakai sebagai dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, apakah sudah sesuai dengan keadaan di lapangan.
Jika belum sesuai maka dimohon untuk Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT menyarankan kepada pemohon Transaksi Jual Beli agar membetulkan Pajak Bumi
dan Bangunan PBB tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama setempat sehingga tidak terjadi kekurangan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau
Bangunan.
7. Realisasi Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di kota Medan dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
periode Oktober 2009 sampai dengan Januari 2010.
Realisasi penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan di kota Medan dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terlihat
pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel VI Realisasi Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di kota
Medan dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur periode Oktober 2009 sampai dengan Januari 2010
NO Periode
Per Bulan Realisasi Penerimaan
dalam Rupiah
1 Oktober 2009
16.500.000 2
November 2009 22.250.000
3 Desember 2009
17.250.000 4
Januari 2010 6000.000
Jumlah
62.000.000
Sumber Data
Berdasarkan tabel di atas yang diperoleh melalui seksi ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Periode Oktober 2009 sampai dengan Januari
2010 bahwa besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan Pada bulan Oktober 2009 adalah sebanyak Rp.16.500.000,00 enam belas juta lima
ratus ribu rupiah, pada bulan November 2009 besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah sebanyak Rp. 22.250.000,00 dua puluh
dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah, pada bulan Desember 2009 besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah sebanyak
: Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Periode Oktober 2009 sampai dengan Januari 2010.
Rp. 17.250.000,00 tujuh belas juta dua ratus lima puluh ribu rupiah, dan pada bulan Januari 2010 besarnya penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
Universitas Sumatera Utara
adalah sebanyak Rp. 6.000.000,00 enam juta rupiah. Dengan jumlah penerimaan di kota Medan dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dari Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan periode Oktober 2009 sampai dengan Januari 2010 sebanyak Rp.62.000.000,00 enam puluh dua juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A.Pokok – Pokok Aturan Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
Pokok- pokok aturan tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan adalah aturan-aturan dalam Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan yang perlu
dipahami dan dimengerti oleh Wajib Pajak dalam Pelaksanaan pembayaran pajak,khususnya Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan. Sistem pemungutan
pajak dalam Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah “Self Assesment System”dimana Wajib Pajak menghitung, menyetorkan, dan melaporkan secara
langsung Bea perolehan Hak atas Tanah dan Banguan yang terutang.
Pokok – pokok aturan ini mengenai hal –hal seperti : tarif yang ditetapkan pemerintah dalam Pengenaan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Nilai
Jual Objek Pajak NJOP Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak NJOPTKP Bea perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan,yang menjadi objek dan subjek Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,dan dasar pengenaan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
B. Prosedur Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan