BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
4.1. Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah tunggakan pajak yang belum lunas adalah sebesar Rp. 164.140.501.000 dengan jumlah Wajib Pajak Badan
sebanyak 3.204. Kita dapat memperkirakan rata-rata setiap badan memiliki jumlah tunggakan pajak sebesar:
Rp. 164.140.501.000 = Rp. 51.229.869 3.204
Dari sini kita bisa melihat perkiraan jumlah badan yang telah membayar lunas tunggakan pajaknya sebelum dilakukan tindakan penagihan ialah
sebanyak 109 wajib pajak {Rp. 5.568.690.000 Rp. 51.229.869}. Maka seharusnya jumlah Wajib Pajak Badan yang harus dilakukan tindakan
penagihan berupa Surat Teguran sebanyak 3.095 wajib pajak {3.204 - 109 }.
Namun pada tabel 4.1 diatas, kita melihat jumlah pemberitahuan Surat Teguran hanya sebanyak 924 dengan nilai pencairan piutang sebesar Rp.
1.655.729.000. Jika dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak Badan yang seharusnya dilakukan tindakan penagihan berupa Surat Teguran, maka dapat
dilihat persentase jumlah pemberitahuan Surat Teguran untuk Wajib Pajak
Universitas Sumatera Utara
Badan sebanyak 29.8 {924 lembar 3095 wajib pajak x 100} terhadap jumlah wajib pajak yang seharusnya dilakukan tindakan penagihan berupa
Surat Teguran dan hanya sekitar 32 wajib pajak badan saja yang mau membayar tunggakan pajaknya setelah dilakukan penagihan berupa Surat
Teguran {Rp. 1.655.729.000 Rp. 51.229.869}. Kemudian, jika dibandingkan dengan jumlah pemberitahuan Surat
Paksa, maka dapat dilihat bahwa persentase jumlah pemberitahuan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Badan sebanyak 24,8 {229 lembar 924 lembar
x 100} terhadap jumlah pemberitahuan Surat Teguran yang diterbitkan dan sekitar 31 wajib pajak badan yang mau membayar tunggakannya setelah
dilakukan tindakan penagihan berupa pemberitahuan Surat Paksa {Rp. 1.567.555.000 Rp. 51.229.869}. Dilihat dari persentase jumlah
pemberitahuan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Badan terhadap pemberitahuan Surat Teguran, bahwa tidak semua Surat Teguran yang diterbitkan kemudian
ditindaklanjuti dengan pemberitahuan Surat Paksa. Dan persentase jumlah pemberitahuan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan untuk Wajib Pajak Badan sebanyak 1,7 {4 lembar 229 lembar x 100} terhadap jumlah pemberitahuan Surat Paksa yang diterbitkan dan
sekitar 1 wajib pajak badan yang mau membayar tunggakannya setelah dilakukan tindakan pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan {Rp.
66.602.000 Rp. 51.229.869}. Dilihat dari persentase jumlah pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan untuk Wajib Pajak Badan terhadap
Universitas Sumatera Utara
jumlah pemberitahuan Surat Paksa yang diterbitkan, bahwa tidak semua Surat Paksa yang diterbitkan kemudian ditindaklanjuti dengan pemberitahuan Surat
Perintah Melakukan Penyitaan. Sementara itu, persentase jumlah pelaksanaan Lelang untuk Wajib Pajak
Badan sebanyak 25 {1 kali 4 lembar x 100} terhadap jumlah pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan yang diterbitkan, dengan
pencairan piutang sebesar Rp. 191.600.000. Dilihat dari persentase pelaksanaan Lelang untuk Wajib Pajak Badan terhadap jumlah pemberitahuan
Surat Perintah Melakukan Penyitaan yang diterbitkan, bahwa tidak semua Surat Perintah Melakukan Penyitaan yang diterbitkan kemudian
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Lelang. Dari tabel 4.1 disajikan data bahwa jumlah tunggakan pajak yang belum
lunas adalah sebesar Rp. 17.289.970.000 dengan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sebanyak 2.630. Kita dapat memperkirakan rata-rata setiap badan
memiliki jumlah tunggakan pajak sebesar: Rp. 17.289.970.000 = Rp. 6.574.133
2.630 Dari sini kita bisa melihat perkiraan jumlah Orang Pribadi yang telah
membayar lunas tunggakan pajaknya sebelum dilakukan tindakan penagihan ialah sebanyak 8 orang {Rp. 50.353.000 Rp. 6.574.133}. Maka seharusnya
Universitas Sumatera Utara
jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang harus dilakukan tindakan penagihan berupa Surat Teguran sebanyak 2.622 wajib pajak {2.630 - 8
}. Namun pada tabel 4.1 diatas, kita melihat jumlah pemberitahuan Surat
Teguran hanya sebanyak 105 dengan nilai pencairan piutang sebesar Rp. 6.793.000. Jika dibandingkan dengan jumlah jumlah wajib pajak yang
seharusnya dilakukan tindakan penagihan berupa Surat Teguran, maka dapat dilihat persentase jumlah pemberitahuan Surat Teguran untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi sebanyak 4 {105 lembar 2622 wajib pajak x 100} terhadap jumlah wajib pajak yang seharusnya dilakukan tindakan penagihan
berupa Surat Teguran dan hanya sekitar 1 wajib pajak Orang Pribadi saja yang mau membayar tunggakan pajaknya setelah dilakukan penagihan berupa Surat
Teguran {Rp. 6.793.000 Rp. 6.574.133}. Kemudian, jika dibandingkan dengan jumlah pemberitahuan Surat
Paksa, maka dapat dilihat bahwa persentase jumlah pemberitahuan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi sebanyak 59 {62 lembar 105
lembar x 100} terhadap jumlah pemberitahuan Surat Teguran yang diterbitkan dan sekitar 3 orang yang mau membayar tunggakannya setelah
dilakukan tindakan penagihan berupa pemberitahuan Surat Paksa {Rp. 16.459.000 Rp. 6.574.133}. Dilihat dari persentase jumlah pemberitahuan
Surat Paksa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap pemberitahuan Surat
Universitas Sumatera Utara
Teguran, bahwa tidak semua Surat Teguran yang diterbitkan kemudian ditindaklanjuti dengan pemberitahuan Surat Paksa.
Dari analisis data tersebut, kita dapat melihat bahwa tidak semua pemberitahuan Surat Teguran ditindaklanjuti dengan pemberitahuan Surat
Paksa, pemberitahuan Surat Paksa ditindaklanjuti dengan pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan, dan pemberitahuan Surat Perintah Melakukan
Penyitaan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Lelang. Hal ini perlu menjadi perhatian petugas pajak khususnya di seksi penagihan agar tindakan
penagihannya lebih ditingkatkan lagi ditahun-tahun berikutnya.
4.2. Kontribusi Penagihan Aktif Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Tabel 4.2
Pencairan Tunggakan dan Penerimaan Pajak Tahun 2009
Rp: dalam ribuan rupiah
Pencairan Tunggakan Tahun 2009
Total Penerimaan Pajak keseluruhan
26.666.028 734.000.000
Sumber: Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.2 di atas di sajikan data mengenai pencairan tunggakan untuk tahun 2009 sebesar Rp. 26.666.028.000 dan penerimaan pajak untuk
tahun 2009 sebesar Rp.734.000.000.000. Maka dapat dilihat persentase pencairan tunggakan terhadap penerimaan pajak untuk tahun 2009 sebesar
3,6 {Rp. 26.666.028.000 Rp. 734.000.000.000 x 100}.
4.3. Masalah-Masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Dalam pelaksanaan penagihan aktif, Jurusita Pajak sering kali menghadapi berbagai kendala dan permasalahan yang menyebabkan
ketidaklancaran dalam pelaksanaan tugasnya, baik berupa kendala dalam hal administrasi maupun kendala yang dijumpai di lapangan. Kendala-kendala
tersebut antara lain:
1
a. Banyak Surat Teguran yang kembali pos kempos
Surat Teguran yang kembali pos kempos dapat disebabkan karena alamat yang tercantum di dalam Surat Teguran tersebut tidak lengkap,
misalnya dalam suatu Surat Teguran hanya tercantum nama jalan saja, tidak lengkap sampai nomor rumah ataupun RTRW-nya.
Ketidaklengkapan alamat tersebut bisa saja karena unsur kesengajaan dari Wajib PajakPenanggung Pajak. Selain itu juga dikarenakan
alamat tersebut tidak atau sudah bukan ditempati oleh Wajib
1
Hasil wawancara dengan Edward MS Manik pada tanggal 7 Juni 2009
Universitas Sumatera Utara
PajakPenanggung Pajak sebagaimana yang dimaksud dalam Surat Teguran
b. Tidak ditemukannya alamat Wajib PajakPenanggung Pajak pada saat
Jurusita Pajak akan menyampaikan Surat Paksa Hal ini dapat terjadi karena tetap ditindaklanjutinya Surat Teguran
yang kembali pos dan merupakan pekerjaan tambahan bagi Jurusita Pajak untuk dapat menemui alamat Wajib PajakPenanggung Pajak
yang dimaksud jika ingin tunggakan pajak tersebut dapat dicairkan. c.
Sedikitnya barang milik Wajib Pajak yang dapat disita Hal ini biasanya terjadi dalam hal usaha Wajib Pajak mengalami
kebangkrutan yang mengakibatkan barang-barang yang dapat disita hanya bernilai kecil sehingga tidak cukup untuk melunasi tunggakan
pajaknya. d.
Wajib PajakPenanggung Pajak menghalang-halangi Jurusita Pajak saat akan melakukan penyitaan.
Sering terjadi kasus dimana Jurusita Pajak mendapat sambutan yang kurang baik dari Wajib PajakPenanggung Pajak pada saat akan
melakukan penyitaan. Hal ini yang biasanya dilakukan oleh Wajib PajakPenanggung Pajak mulai dari tidak mengizinkan Jurusita Pajak
masuk kedalam rumah, menghalang-halangi Jurusita Pajak untuk memasuki ruangan-ruangan yang dianggap perlu, hingga hal yang
Universitas Sumatera Utara
paling ekstrim dengan meminta bantuan dari pihak-pihak tertentu untuk mengusir Jurusita Pajak.
e. Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak kooperatif
Terkadang terjadi dimana Wajib PajakPenanggung Pajak mempunyai kemampuan bayar tetapi dia tidak mau membayar tunggakan pajaknya.
f. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Wajib PajakPenanggung Pajak
mengenai kewajiban perpajakannya Hal ini juga menjadi kendala pada kelancaran tindakan penagihan
pajak adalah masih banyaknya Wajib PajakPenanggung Pajak yang sama sekali buta dan tidak peduli terhadap perpajakan secara umum
maupun mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan yang dimilikinya. Dan apabila diberi penjelasan oleh petugas pajak, banyak diantara
Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak menerima penjelasan tersebut karena mereka menganggap penjelasan yang diberikan oleh
petugas pajak tersebut hanya memberatkan dirinya saja.
4.4. Alternatif Pemecahan Masalah