Sistematika Penulisan Pembiayaan Murabahah

2 Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan dokumen-dokumen tentang KPRS yang ada pada BMT Husnayain dan laporan-laporan lain yang terkait dengan masalah penelitian. 3 Wawancara interview, sumber data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang didapatkan dari lapangan atau pengumpulan data dengan melakukan interview kepada pihak-pihak yang dapat memberikan informasi untuk penelitian ini. 5. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian kualitatif yag bersifat deskriptif, yakni penelitian yang menggambarkan data dan informasi berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan mengenai konsep KPRS pada BMT Husnayain. 6. Teknik Penulisan Adapun sistem penulisan skripsi ini, mengacu kepada “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Isalam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan dan pembahasan skripsi ini, penulis akan membagi bahasan kedalam lima bab untuk mengemukakan hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan judul penulisan yang secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini mencakup: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian dan teknik penulisan, kajian pustaka serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian pembiayaan murabahah, landasan syariah, aplikasi, skema pembiayaan Pengertian lembaga keuangan mikro syariah, manajemen lembaga keuangan mikro syariah, peranan, dan tujuan.

BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUSNAYAIN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang : sejarah berdirinya, visi, misi dan motto, stuktur organisasi, produk-produk BMT Husnayain, Wilayah penyaluran dana BMT Husnayain dan Kerjasama dengan pihak lain. BAB IV ANALISIS KONSEP PEMBIAYAAN KPRS MELALUI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH dalam bab ini membahas tentang : Konsep pembiayaan KPRS. Aplikasi pembiayaan KPRS melalui LKMS : syarat-syarat calon pemohon pembiayaan KPRS, prosedur pelaksanaan pembiayaan KPRS dan sasaran pembiayaan KPRS. Analisis kesesuaian konsep KPRS dengan prinsip syariah melalui lembaga keuangan mikro syari’ah pada BMT Husnayain

BAB V PENUTUP

Bab ini mencakup tentang: kesimpulan dan saran

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH

DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARI’AH

A. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Secara etimologis Murabahah berasal dari kata ﺎ ر- ﺮ - ر yang berarti beruntung. Dengan kata lain mengusahakan keuntungan dalam perdagangan. Jadi murabahah adalah saling menguntungkan 9 Secara terminologis, Murabahah adalah suatu bentuk jual beli dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian penjual mensyaratkan keuntungan dalam jumlah tertentu. 10 Dalam beberapa Kitab Fiqh, Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahukan kepada pembeli. 11 Di dalam Kamus Istilah Fiqh sendiri dijelaskan bahwa murabahah adalah suatu bentuk jual-beli barang dengan tambahan harga cost plus atas dasar harga 9 Mahmud Yunus, kamus arab-Indonesia, Jakarta: Hidayakarya Agung, 1990, cet ke-8, h. 136 10 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, Jakarta: Kalam Mulia, 1995, jilid 2, h. 70. 11 Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005, h.14. pembelian yang pertama secara jujur. 12 Dalam Daftar Istilah Buku Himpunan Fatwa DSN Dewan Syariah Nasional yang dimaksud murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 13 Sedangkan dalam PSAK 59 tentang Akutansi Perbankan Syariah paragraf 52 dijelaskan bahwa murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 14 Hal yang sama didefinisikan oleh Praktisi Perbankan Adiwarman Karim yaitu Murabahah adalah suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya dengan keuntungan tersebut dapat dinyatakan dengan nominal rupiah atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10 atau 20. 15 Muhammad mendefinisikan murabahah adalah suatu perjanjian jual beli antara bank dengan nasabah, dimana pihak bank membeli barang yang diperlukan nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yabg bersangkutan sebesar 12 M. Abd. Mujieb, et. Al., Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994, cet ke-2,. h.225. 13 Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, Penerbit Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama dan Bank Indonesia, h. 21. 14 Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005, cet ke 1, h.14 15 Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h.86. harga perolehan ditambah dengan margin tingkat keuntungan yang disepakati antara bank dan nasabah. 16 Sementara itu, dari sudut pandang Muhammad syafi’i Antonio menjelaskan bahwa bai al-Murabahah itu adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan dengan tambahannya. Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. Lalu kemudian meminta kepada pihak yang memberi dana dalam kasus ini, BMT agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia menebusnya pada saat barang diterima. Harga jual didalam murabahah adalah harga pokok ditambah profit margin tingkat keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi jual beli murabahah ini BMT bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Kesepakatan harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan tidak dapat berubah menjadi lebih mahal selama berlakunya akad. 17 Yang membedakan dengan jenis jual beli lain adalah keharusan memberitahukan harga pokok suatu barang kepada nasabah. 16 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta: Ekonisia, UII, 2004, h. 201. 17 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Cabang Bank Syari’ah, Jakarta: Bank Indonesia, 1999, h. 33. Dari berbagai pengertian murabahah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang yang bersifat amanah, dimana dalam hal ini lembaga keuangan selaku pihak penjual harus menyebutkan dengan jelas harga perolehan dan keuntungan yang akan disepakati oleh penjual dan pembeli. Karena dalam murabahah ini ditentukan berapa tingkat keuntungan yang diperoleh. Adapun sistem pembayarannya dapat dilakukan baik secara tunai maupun dicicil. Dalam pelaksanaanya lembaga keuangan memberi kekuasaan penuh kepada nasabah untuk membeli barang yang diperlukan. Selanjutnya, pada saat yang bersamaan lembaga keuangan menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga asal ditambah sejumlah keuntungan yang disepakati dan dibayarkan oleh nasabah pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan antara lembaga keuangan dan Nasabah. Dalam transaksi murabahah , penjual Lembaga Keuangan juga harus memperlihatkan atau menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak termasuk barang haram.

2. Landasan Syari’ah Murabahah

a. Al-Qur’an.

Murabahah termasuk kedalam salah satu bentuk jual-beli. Landasan hukum murabahah bersumber dari al-quran, as-sunah dan ijma. Oleh karena itu murabahah diperbolehkan secara hukum, karena Allah SWT tela menghalalkan jual-beli. Kebolehan jual-beli murabahah ini terlihat dalam QS. An-Nisa 4 : 29 ﺎﻬ أﺎ ﺬ ا اﻮ اء ﺎ اﻮ آْﺄ ْ ﻜ اﻮْ أ ْ ﻜ ْ ﺎ ْﺎ ﺎ إ ْنأ نﻮﻜ رﺎ ة ْ ضاﺮ ْ ﻜْ ﺎ و اﻮ ْ ْ ﻜ ْأ نإ ا نﺎآ ْ ﻜ ﺎ ر ءﺎ ا ٤ : ٢٩ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka yang berlaku diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah maha Penyayang kepadamu.” An-Nisa 4 : 29 Landasan lain tentang murabahah tertera dalam QS. Al-Baqarah 2 : 275 ﺬ ا نﻮ آْﺄ ﺎ ﺮ ا ﺎ نﻮ ﻮ ﺎ إ ﺎ آ مﻮ يﺬ ا نﺎ ْﺸ ا ْا ﻚ ذ ْ ﻬ ﺄ اﻮ ﺎ ﺎ إ ْ ْا ْ ﺎ ﺮ ا أو ا ْ ْا مﺮ و ﺎ ﺮ ا …. ةﺮ ا ٢ : ٢٧۵ Artinya: ”Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaadn mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba….” Al-Baqarah 2: 275

b. Hadis

ْ ﺎﺻ ْ ْﻬﺻ ْ ْ أ لﺎ : لﺎ لْﻮ ر ﷲا ﻰ ﺻ ﷲا ْ و : ثﻼ ﻬْ ﺔآْﺮ ْا : ْ ْا ﻰ إ أ , ﺔﺿرﺎ ْا , و ْ ﺮ ْا ﺎ ﺮْ ا ْ ْ ﺎ ْ ْ . اور ا ﺎ Artinya: “Dari Shalih bin Suhaib ra, dari ayahnya berkata: “Bersabda Rasulullah saw: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual. HR. Ibnu Majah 18 Hadis di atas tergolong hadis yang sanadnya lemah, walau demikian dapat diambil faedahnya, dimana nabi mengutarakan adanya suatu keberkahan dalam 3 tiga hal, salah satunya adalah menjual dengan tempo pembayaran kredit karena didalamnya unsur saling berbaik hati, saling mempermudah urusan dan memberikan pertolongan kepada orang yang berhutang dengan cara penundaan pembayaran.

c. Ijma

Ijma mayoritas ulama tentang kebolehan jual-beli dengan cara murabahah. 19

d. Fatwa DSN MUI

1. Fatwa DSN NO.04DSN-MUIIV2000 Tanggal 1 April tentang Murabahah 20 , Memutuskan bahwa dalam rangka membantu masyarakat guna melangsungkan dan meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatan, bank syari’ah perlu memiliki fasilitas murabahah bagi yang 18 Al Imam al-Hafiz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, sunan Ibnu Majah, Beirut: al-Fikr, 1995, Jilid I, h.720 19 Dewan Syariah Nasional DSN, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: DSN, 2003, edisi ke 2, h.25. 20 Ibid., h.25. memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 2. Fatwa DSN NO.13DSN-MUIIX2000 Tanggal 16 September tentang Uang Muka dalam Murabahah 21 , memutuskan bahwa dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan Syari’ah LKS dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan. 3. Fatwa DSN NO.16DSN-MUIIX2000 Tanggal 16 September 2000 tentang Diskon dalam Murabahah 22 , memutuskan bahwa harga dalam murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani. 4. Fatwa DSN NO.17DSN-MUIIX2000 Tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran 23 , memutuskan bahwa sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenankan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda- 21 Ibid., h.83. 22 Ibid., h.98. 23 Ibid., h.105. nunda pembayaran dengan disengaja. Nasabah yang tidakbelum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. 5. Fatwa DSN NO.23DSN-MUIIII2002 Tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah 24 . Memutuskan bahwa jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Murabahah merupakan salah satu dari jenis pembiayaan berdasarkan konsep jual beli, yaitu menjual dengan harga asal modal ditambah margin keuntungan yang disepakati.sebagaimana halnya jual beli. Dengan demikian hukum dan rukunnya berpedoman pada hukum dan rukun jual beli yaitu: a. Sighat, yaitu ijab dan qabul b. Al-‘Aqidain, yaitu orang yang berakad, dalam hal ini penjual dan pembeli c. Al-Ma’qud ‘Alaih, yaitu harga barang yang dijual belikan. Menurut ulama Hanafiah, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan harga barang termasuk kedalam syarat-syarat jual-beli, bukan rukun jual beli. 25 24 Ibid., h. 148. 25 Harun Nasrun, Fiqh Muamalat, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, h. 115. Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli di atas adalah sebagai berikut: a. Syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul Ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan qabul adalah sebagai berikut: 1. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal . 2. Qabul sesuai dengan ijabnya. 3. Ijab dan Qabul dilakukan dalam satu Majlis. 26 b. Syarat orang yang berakal Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus memenuhi syarat baligh dan berakal. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang sudah mumyyiz, menurut ulama Hanafiyah, hukumnya sah jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi anak tersebut, dan tidak sah membawa kerugian. 27 c. Syarat harga barang as-Saman dan barng yang dijual belikan Para ulama membedakan as-Saman dengan as-Si’ir, menurut mereka as- Saman adalah harga pasar yang berlaku ditengah-tengah masyarakat secara aktual. Sedangkan as-Si’ir adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen. Adapun syarat-syarat harga barang adalah: 26 Ibid., h.116. 27 Ibid. 1. Ketentuan harga jual ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama perjanjian. 2. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk pembayaran yang berbeda. 3. Harga yang disepakati adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. 4. Apabila jual beli dilakukan dengan saling mempertukarkan barang, maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh Syara’, seperti, babi dan khamar, karena kedua jenis benda ni tidak bernilai Syara’. 28 Menurut Muhammmad Syafi’I Antonio syarat Murabahah adalah sebagai berikut: a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli juka terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Jika penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan dengan hutang. 28 Ibid, h. 118-119 f. Secara prinsip, jika syarat dalam 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan sebagai berikut: 1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. 2. Kembali kepada penjual dan menyatakan tidak setuju atas barang yang di jual. 3. Membatalkan kontrak 29

4. Aplikasi dan Skema Murabahah

Secara umum aplikasi dari Ba’i al Murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini Skema Bai’ al Murabahah 30 1. Negosiasi Pesanan dengan Kriteria 2. Akad Jual Beli 6. Bayar 5.Terima Barang Dokumen 3. Beli Barang 4. kirim Keterangan: 29 Muhammad Syafi’I Antonio, bank syariah suatu pengenalan umum, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h. 146 30 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Cabang Bank Syari’ah, h. 33 LEMBAGA KEUANGAN NASABAH PEMBELI SUPPLIER PENJUAL 1. Lembaga Keuangan dan nasabah melakukan negosiasi tentang jenis barang, jumlah, kualitas, harga dan keuntungan yang akan diambil Lembaga Keuangan, dan cara pembayarannya. 2. Kesepakatan transaksi jual beli antara Lembaga Keuangan penjual dengan nasabah, dibuatkan akad jual beli. 3. Lembaga Keuangan membayarkan uang langsung kepada pemasok atau supplier, senilai harga barang yang dipesan 4. Pemasok atau supplier mengirim barang pesanan kepada pembeli. 5. Dokumen jual beli oleh pemasok atau supplier disampaikan ke Lembaga Keuangan. 6. Pembeli nasabah melakukan pembayaran kepada Lembaga Keuangan sesuai dengan kesepakatan diangsur atau dibayar sekaligus dalam jangka waktu tertentu.

5. Perbedaan Murabahah Dan Pembiayaan Konsumen Customer Finance

31 Banyak pihak yang mengatakan bahwa murabahah tidak berbeda dengan pembiayaan konsumen customer finance yang selama ini dilakukan oleh lembaga keuangan, dalam hal objek yang diserahkan yaitukomoditas atau barang, harga pokok ditambah dengan keuntungan, pembayarannya yang dapat dilakukan dengan tunai atau cicilan dan sebagainya. 31 Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005, cet ke 1, h.52 Sesuai keputusan menteri keuangan nomor 1251 KMK.013 1988 yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsuman dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi dan merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu: a. Pembiayaan konsumen merupakan salah satu alternative pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen b. Objek pembiayaan usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan konsumen, biasanya kendaraan bermotor, alat elektronik, dan lain sebagainya. c. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala, biasanya dilakukan perbulan dan tagihannya langsung kepada konsumen. d. Jangka pengembalian bersifat fleksibel, tidak terikat dengan ketentuan seperti financial lease . Tabel 2.1 Perbedaan jual beli murabahah dan pembiayaan konsumen 32 32 Ibid,h.54-55 No Masalah Jual beli Murabahah Pembiayaan Konsumen 1 Akad 9 Jual beli 9 Harus ada barang 9 Pinjam meminjam 9 Belum tentu ada barangnya 2 Obyek penyerahan 9 Barang yang diperjual belikan barangnya harus ada 9 Barang dapat diserahkan sewaktu akad 9 Barang berupa harta yang jelas harganya 9 Barang milik sendiri lembaga keuangan Artinya terjaga 9 Uang yang akan dipergunakan untuk membeli barang yang dibutuhkan 3 Harga perolehan barang 9 Harus diberitahukan kepada nasabah 9 Tidak ada keharusan, karena yang diserahkan uang bukan barang bahkan tidak tahu harga perolehan harganya 4 Tanda bukti nasabah 9 Tanda terima barang 9 Tanda Terima Uang Tunai Nasabah TTUTN, promise atau sejenisnya 5 Hutang nasabah 9 Sebasar harga jual, yaitu harga perolehan barang ditambah keuntunagn yang disepakati 9 Berkurang sebesar pembayaran angsuran yang dilakukan tidak membedakan lagi unsur pokok dan keuntungan 9 Bagi nasabah tidak mengenal hutang pokok dan hutang margin 9 Pokok kredit ditambah dengan bunga tergantung system bunga yang dikenakan-tetap, floating, dsb 9 Berkurang sebesar pembayaran poko kredit dan pembayaran bunga pada umumnya bank mempergunakan system perhitungan anuitas-pembayaran angsuran pokok kecil awalnya 9 Ada hutang pokok dan hutang bunga 6 Perhitungan 9 Belum ditemukan perhitungan 9 Perhitungannya dari sisa keuntungan keuntungan. 9 keuntungan harus disepakati. 9 Dilakukan sekali dari harga perolehan barang setelah dikurangi uang muka jika ada. Jika telah sepakati tidak diperbolehkan berubah, sampai akhir akad outstanding pokok kredit yang diberikan kepada nasabah biasanya bank mempergunakan sistem perhitungan anuitas- bunga pada awalnya, karena modal nya dipergunakan juga besar 7 Nasabah melunasi sebelum jatuh tempo 9 Sebesar sisa hutangnya hutang awal dikurangi dengan pembayaran angsuran 9 Bank syariah diperkenankan memberikan biaya potongan pelunasan dipercepat, yang besarnya merupakan kebijakan bank 9 Sebesar sisa pokok kredit dan biasanya bunga yang belum diterima sebagai potongan pelunasan 9 Dengan cara perhitungan anuitas, sisa pokok kredit pada awalnya tersisa besar dan secara bertahap menurun 8 Jaminan 9 Nasabah dapat diminta untuk memberikan jaminan 9 Nasabah harus menyerahkan jaminan 9 Diskon dari supplier 9 Pada prinsipnya menjadi milik nasabah 9 Diskon yang tidak jelas pemiliknya, merupakan dana kebajikan 9 Menjadi milik bank, sebagai pendapatan non operasi 10 Denda 9 Hanya kepada nasabah yang mampu tapi tidak mau membayar 9 Nasabah yang tidak mampu tidak diperkenankan membayar 9 Denda yang diterima merupakan pendapatan non halal 9 Bagi nasabah yang tidak membayar tidak diperhatikan nasabah yang mampu ataupun tidak mampu 9 Denda yang diterima diakui sebagai pendapatan non operasi bank. 11 Uang muka 9 Harus diserahkan kepada bank 9 Dapat disetor langsung kepada syariah 9 Jika pesanan dibatalkan, bank mengalami rugi maka nasabah harus menggantikan kerugian riil bank dari uang muka 9 Jika dilaksanakan, sebagai pengurang hutang nasabah supplier self financing 12 Pembagian pokok dan keuntungan untuk kepentingan bank 9 Jika murabahah pembayarannya dilakukan secara tangguh, maka pembagian pokok dan margin harus dilakukan secara proporsional merata dan tetap selama jangka waktu angsuran 9 Tidak dikenal pembayaran pokok dulu atau margin dulu, pembayaran angsuran adalah pengurang hutang nasabah. 9 Pada umumnya bank membedakan porsi pokok dan bunga 9 Pembagian dilakukan secara anuitas, yaitu dengan jumlah angsuran yang sama pada awalnya porsi pokok lebih kecil dan porsi bunga lebih besar dan akhir sebaliknya 9 Dimungkinkan untuk membayar bunga dulu, atau membayar pokok saja.

B. Lembaga Keuangan Mikro Syariah