Pengertian Pengendalian Intern Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Tabel 2.7. Perhitungan Rugi Laba Dengan Sistem Periodik Periode Maret 2008 Keterangan FIFO LIFO AVERAGE Penjualan 1.800 unit Rp. 41.000 Rp. 41.000 Rp. 41.000 Harga Pokok Penjualan: - Persediaan Awal - - - - Pembelian Rp. 38.600 Rp. 38.600 Rp. 38.600 - Barang yang tersedia Rp. 38.600 Rp. 38.600 Rp. 38.600 - Persediaan Akhir Rp. 18.000 - Rp. 13.400 - Rp. 16.040 - Total HPP Rp. 20.600 - Rp. 25.200 - Rp. 22.560 - Laba Kotor Rp. 20.400 Rp. 15.800 Rp. 18.440 Sumber : Penulis Sistem pencatatan perpetual pada metode penilaian persediaan FIFO, LIFO dan Average menghasilkan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba kotor yang sama dengan sistem pencatatan periodik pada metode penilaian persediaan FIFO, LIFO dan Average. Akan tetapi perolehan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba kotor berbeda untuk masing-masing metode FIFO, LIFO dan Average baik dengan sistem pencatatan perpetual maupun periodik.

C. Pengertian Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi 2001:165, pengertian pengendalian intern meliputi “struktur organisasi, metode dan ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. “ Hesti Armaya Manik : Pengendalian Intern Atas Persediaan Pada PT. Indoteras Sumatera Medan, 2009 USU Repository © 2008 Dengan demikian, pengertian tersebut menekankan tujuan yang ingin dicapai. Pengertian pengendalian intern berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan maupun dengan komputer. Menurut Mulyadi 2001:166, berdasarkan tujuan pengendalian intern maka pengendalian intern dapat dibagi atas 2 jenis yaitu: 1. Pengendalian intern akuntansi internal accounting control 2. Pengendalian intern administratif internal administratif control Pengendalian intern akuntansi merupakan bagian dari sistem pengendalian intern yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran- ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

D. Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi 2001:166, unsur-unsur pengendalian intern adalah: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, hutang, pendapatan dan biaya. Hesti Armaya Manik : Pengendalian Intern Atas Persediaan Pada PT. Indoteras Sumatera Medan, 2009 USU Repository © 2008 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Jika digambarkan maka unsur-unsur pengendalian intern seperti berikut ini : Organisasi Yang Memisahkan Tanggung Jawab dan Wewenang Secara Tegas Unsur-Unsur Pengendalian Intern Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan Praktik yang sehat Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Gambar 2.1. Unsur-Unsur Pengendalian Intern Sumber: Mulyadi, 2001:167 Ad 1. Struktur Organisasi Yang Memisahkan Tanggung Jawab Fungsional Secara Tegas Struktur organisasi merupakan kerangka framework pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, misalnya kegiatan pokoknya adalah memproduksi dan menjual. Untuk melaksanakan kegiatan pokok tersebut dibentuk departemen produksi, departemen pemasaran, departemen keuangan dan umum. Departemen- Hesti Armaya Manik : Pengendalian Intern Atas Persediaan Pada PT. Indoteras Sumatera Medan, 2009 USU Repository © 2008 departemen ini kemudian dibagi-bagi lebih lanjut menjadi unit-unit organisasi yang lebih kecil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan. Menurut Mulyadi 2001:166, pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini: 1. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan misalnya bagian pembelian. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dan manajer fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan teresbut. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang mewakili wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan. 2. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dari pembagian tanggung jawab fungsional di atas, misalnya untuk melaksanakan transaksi pembelian dalam perusahaan, fungsi-fungsi yang dibentuk adalah fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi penerimaan dan fungsi akuntansi, dengan fungsinya masing-masing sebagai berikut: a. Fungsi gudang merupakan fungsi penyimpanan, mengajukan permintaan pembelian dan menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan. b. Fungsi pembelian merupakan fungsi operasi, melaksanakan pemesanan barang kepada pemasok. c. Fungsi penerimaan merupakan fungsi operasi, menerima atau menolak barang yang diterima dari pemasok. d. Fungsi akuntansi merupakan fungsi pencatatan, mencatat utang yang timbul dari transaksi pembelian dalam kartu hutang dan mencatat Hesti Armaya Manik : Pengendalian Intern Atas Persediaan Pada PT. Indoteras Sumatera Medan, 2009 USU Repository © 2008 persediaan barang yang diterima dari transaksi pembelian dalam kartu persediaan. Ad 2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan Yang Memberikan Perlindungan Yang Cukup Terhadap Kekayaan, Hutang, Pendapatan dan Biaya Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Menurut Mulyadi 2001:169, dalam melaksanakan transaksi pembelian, sistem wewenang diatur sebagai berikut: 1. Kepala fungsi gudang: berwenang mengajukan permintaan pembelian dengan surat permintaan pembelian yang ditujukan kepada fungsi pembelian. 2. Kepala fungsi pembelian: berwenang memberikan otorisasi pada surat order pembelian yang diterbitkan oleh fungsi pembelian. 3. Kepala fungsi penerimaan: berwenang memberikan otorisasi pada laporan penerimaan barang yang diterbitkan oleh fungsi penerimaan. 4. Kepala fungsi akuntansi: berwenang memberikan otorisasi pada bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar pencatatan terjadinya transaksi pembelian. Prosedur pencatatan transaksi pembelian diatur yaitu fungsi akuntansi melakukan pencatatan terjadinya kewajiban hutang kepada pemasok atas dasar bukti kas keluar yang didukung oleh dokumen-dokumen seperti surat permintaan pembelian, surat order pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari pemasok yang dihasilkan melalui sistem otorisasi tersebut. Hesti Armaya Manik : Pengendalian Intern Atas Persediaan Pada PT. Indoteras Sumatera Medan, 2009 USU Repository © 2008 Ad 3. Praktik Yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit Organisasi Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Menurut Mulyadi 2001:169, cara-cara yang umumnya dapat ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah: 1. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakainnya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan alat untuk memberikan otorisasi terlaksananya transaksi, maka pengendalian pemakaian dengan menggunakan nomor urut tercetak, akan dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya transaksi. 2. Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. 3. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh stu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. 4. Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya sehingga persongkolan dapat dihindari. 5. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain, sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan untuk sementara tersebut. 6. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. Untuk menjaga kekayaan organisasi dan memeriksa ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsilisasi antara kekayaan secara fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayaan tersebut. 7. Pembentukan unit organisasi yang bertugas memeriksa efektivitas unsur-unsur pengendalian intern yang lain. Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern. Hesti Armaya Manik : Pengendalian Intern Atas Persediaan Pada PT. Indoteras Sumatera Medan, 2009 USU Repository © 2008 Ad 4. Karyawan Yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya Bagaimanapun baiknya struktur organisasi pada perusahaan, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Di antara 4 unsur pokok pengendalian intern, unsur mutu karyawan merupakan unsur pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.

E. Pengendalian Intern Persediaan