Teori “Arbritage Pricing Theory” Teori
“Arbritage Pricing Theory” oleh Chea, Roll dan Ross 1986 menggambarkan hubungan antara risiko dan return. Estimasi return yang
diharapkan dari sekuritas tidak terlalu dipengaruhi portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa return yang diharapkan dari suatu sekuritas
bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Dengan demikian, Arbritage Pricing Theory APT mengasumsikan bawa sekuritas yang
berbeda akan mempunyai sensitivitas terhadap faktor-faktor risiko sistematis yang beda pula. Masing-masing investor dapat membentuk
portofolio tergantung dari preferensinya teradap risiko, pada masing- masing risiko. Dengan mengetahui harga pasar dari faktor-faktor risiko
yang dianggap relevan dan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan pada faktor tersebut, maka investor dapat menentukan
estimasi return yang diharapkan untuk berbagi sekuritas Tandelin, 2001: 105.
2.2.5.3. Current Ratio CR
Menurut Darsono dan Ashari 2005: 52 Current Ratio yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rumus Current Ratio yang dipergunakan adalah :
Aktiva Lancar
Current Ratio = Hutang
Lancar
Berdasarkan contoh dari data laporan keuangan PT. Sepatu Bata, Tbk dapat dihitung analisis CR nya yaitu :
251.649.304 Current Ratio
= =
2,29 X
109.667.229 Dari hasil perhitungan data laporan PT. Sepatu Bata, Tbk diperoleh rasio
lancar sebesar 2,29. Nilai ini bisa diinterpretasikan bahwa untuk setiap satu Rupiah kewajiban dijamin dengan 2,29 Rupiah aktiva lancar.
2.2.5.4. Pengaruh Current Ratio Terhadap Harga Saham
Current Ratio CR merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka
pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi
uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek, tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas
sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar dividen, membayar hutang jangka panjang atau untuk
investasi yang bisa menghasilkan tingkat return Darsono dan Ashari, 2005: 52.
Dengan demikian
current ratio digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya, apabila current ratio
mengalami kenaikan, maka harga saham akan mengalami kenaikan atau pengaruh positif. Demikian sebaliknya apabila current ratio turun, maka
akan berpengaruh secara negatif dan ini berarti ada yang tidak benar dalam perusahaan tersebut. Jadi current ratio dapat dijadikan sebagai
indikator bahan pertimbangan bagi investor dalam menilai kinerja suatu perusahaan dan hal ini akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan yang
tercermin melalui harga saham.
Menurut Riyanto1997: 332 Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva Lancar CR
= Hutang Lancar
2.2.5.5. Devidend Payout Ratio