Penatalaksanaan Ileus Obstruksi karena Adhesi Pascaoperasi Penatalaksanaan Non-Operatif Ileus Obstruksi Adhesi Pascaoperasi

2.6 Penatalaksanaan Ileus Obstruksi karena Adhesi Pascaoperasi

Sebagian besar ileus obstruksi adhesi pascaoperasi adalah obstruksi usus halus, dan penatalaksanaanya tidak berbeda dengan ileus obstruksi usus yang lain. Penatalaksanaan awal dari pasien dengan obstruksi usus halus harus ditujukan pada resusitasi cairan yang agresif, dekompresi usus yang mengalami obstruksi dan mencegah aspirasi. Koreksi elektrolit harus dilakukan sesegera mungkin.Di Saverio,2013; Maung,2012 Langkah awal yang paling penting adalah resusitasi cairan yang agresif karena pasien dengan obstruksi usus halus sering banyak kehilangan cairan dan elektrolit, khususnya kalium. Resusitasi dilakukan dengan cairan kristaloid seperti NaCl 0.9 atau Ringer Laktat dan keberhasilan resusitasi dapat dimonitor dengan produksi urine, minimal 0.5cckgjam. Diharapkan setelah resusitasi secara klinis hemodinamik pasien stabil dan fungsi renal dapat kembali ke normal. Di Saverio,2013 Dekompresi dengan pemasangan nasogastric tube NGT mutlak harus dilakukan dalam manajemen ileus obstruksi yang disebabkan adhesi pasca operasi. NGT juga mencegah distensi intestinal karena tertelannya udara dan mencegah aspirasi selama pasien muntah. Secara simptomatis, dekompresi membantu meringankan distensi abdomen dan dapat meningkatkan ventilasi pada pasien dengan gangguan respirasi. Di Saverio,2013; Maung,2012 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.7 Penatalaksanaan Non-Operatif Ileus Obstruksi Adhesi Pascaoperasi

Penatalaksanaan non-operatif ditujukan untuk pasien dengan ileus obstruksi usus halus baik total maupun parsial dengan klinis tanpa tanda-tanda peritonitis dan atau strangulata. Indikator klinis, yang meliputi demam, leukositosis, takikardia, nyeri yang terus menerus, asidosis metabolik, dan sistemik inflamasi respon sindrom SIRS, menunjukkan telah terjadinya iskemia usus pada 40 hingga 50 kasus. Pencitraan akan lebih menentukan apakah pasien membutuhkan tindakan operasi segera pada 70-96 kasus.Shou- Chuan,2003, Di Saverio, 2013 Manajemen awal pasien dengan obstruksi total usus halus masih kontroversial. Meskipun pada obstruksi total akan membutuhkan reseksi usus hingga 31, namun manajemen non operatif masih berhasil pada 41 hingga 73 pasien. Sementara angka keberhasilan terapi non operatif secara keseluruhan mencapai 65-81, terutama pada pasien dengan parsial obstruksi.Maung, 2012 Pasien yang diterapi non-operatif memerlukan observasi ketat selama 24- 48 jam. Adanya tanda dan gejala seperti demam, takikardia, leukositosis, nyeri tekan terlokalisir, nyeri abdomen yang terus menerus dan peritonitis mengindikasikan adanya obstruksi dengan komplikasi. Bila terdapat 3 dari gejala berikut ini: nyeri berkelanjutan, takikardia, leukositosis, tanda rangsang peritonitis dan demam memiliki angka prediktif 82 untuk ileus obstruksi strangulata sementara bila terdapat 4 dari gejala diatas memiliki angka prediktif mendekati 100. Isaksson,2011 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Bila pada foto abdomen ulang ternyata terdapat udara bebas intraabdomen atau tanda-tanda dari obstruksi “closed-loop” maka pasien harus segera diterapi operatif. Bila pada CT-Scan terdapat bukti iskhemia, strangulata atau gangguan vaskular maka pasien juga harus segera diterapi operatif. Di Saverio,2013; Isaksson, 2011 Bila setelah 72 jam ternyata tidak ada perbaikan dengan terapi non- operatif maka sebaiknya dilakukan terapi operatif segera karena dengan memperpanjang terapi non-operatif akan meningkatkan lama rawat inap di rumah sakit, meningkatkan biaya dan meningkatkan risiko morbiditas perioperatif. Di Saverio,2013; Isaksson, 2011

2.9 Prognosis Ileus Obstruksi Adhesi Pasca Operasi