Superstruktur Struktur Mikro Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 15- “Ojo Kepingin Sugih”

54 Selain rendah hati, Dahlan Iskan juga menunjukkan sikap pasrah diri saat menghadapi kasus yang sedang dituduhkan padanya. Pada kasus korupsi gardu induk yang dituduhkan, Dahlan Iskan tidak berusaha untuk datang ke media untuk melawan dan menunjukkan kebenaran menurut versinya. Dahlan Iskan memilih untuk diam, dan hanya bereaksi melalui tulisan di situs miliknya, yang dinamai Gardu Dahlan. Dalam situs tersebut Dahlan Iskan menuliskan bahwa Ia sebenarnya ingin pasrah kepada jaksa, dan tidak melawan 4 . Hal ini didasari oleh pemikirannya bahwa kebenaran yang sesungguhnya akan terkuak dengan sendirinya. Kepasrahan diri yang dimiliki Dahlan Iskan ini, juga merupakan realita yang terjadi. Realita yang terjadi, bahwa Dahlan Iskan merupakan orang yang rendah hati dan pasrah diri. Kedua sifat itu merupakan salah satu dari sifat kepemimpinan menurut Orway Tead George R. Teddy. Sehingga penulis menggiring pembaca untuk berpikiran bahwa Dahlan Iskan memiliki sifat pemimpin. Ini merupakan sebuah keuntungan bagi penulis dan juga bagi Dahlan Iskan.

2. Superstruktur

Hal yang diamati dari superstruktur adalah skemantik pada teks, atau bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam sebuah teks. Untuk melihat skema dan urutan tersebut dapat mengamati alur dari sebuah teks Eriyanto, 2005:231. Dengan mengamati alur pada sebuah teks, dapat terlihat bagaimana teks tersebut dibentuk sehingga membentuk sebuah arti. Seperti pada bab 15 novel Sepatu Dahlan, alur cerita pada novel tersebut dimulai dari cerita persahabatan Dahlan dan teman-teman sekelasnya di Tsanawiyah yang telah berjalan selama 1 tahun lamanya. Pengambilan alur dengan menceritakan lama persahabatan Dahlan dan teman temannya dikarenakan penulis ingin menunjukkan Dahlan dan teman-temannya telah memasuki tahun ajaran baru. Dilanjutkan dengan tradisi di setiap ajaran baru, yaitu pemilihan pengurus ikatan santri, yang dimulai dengan sambutan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Alur yang kedua ini ingin menunjukan kepemimanan versi Tsanawiyah Tekeran, hal ini terlihat jelas melalui wejangan dari Kiai Irsyad dan Ustad Ilham. Alur yang ketiga adalah terpilihan Dahlan dan Arif menjadi pengurus ikatan santri. Bila dilihat dari alur pertama hingga ketiga penulis ingin menyampaikan bahwa Dahlan telah naik kelas 4 Gardudahlan.compakai‐dan‐tidak 55 dan memasuki tahun ajaran baru, dan berhasil menjadi pengurus ikatan santri yang berarti Dahlan memiliki sikap seorang pemimpin versi Tsanawiyah Takeran.

3. Struktur Mikro

Latar dalam teks digunakan sebagai alat untuk membongkar maksud yang ingin disampaikan seorang komunikator, juga dapat berfungsi sebagai cerminan ideologis dari pembuat pesan Eriyanto, 2001: 235. Dalam bab “Ojo Kepingin Sugih” latar yang digunakan adalah persahabatan Dahlan dan teman-teman sekelasnya yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun. Artinya Dahlan dan teman – temannya telah melewati kenaikan kelas, dan memulai tahun ajaran baru, dimana pada umumnya setiap tahun ajaran baru akan diadakan pemilihan pengurus santri yang baru. Pada bab “Ojo Kepingin Sugih” dituliskan bahwa kelas IIA yang juga kelas Dahlan dijagokan menjadi pengurus ikatan santri, dan Dahlan menjadi perwakilan kelas tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pesan yang sesungguhnya yang ingin disampaikan oleh penulis adalah Dahlan termasuk dalam deretan santri yang dijagokan menjadi pengurus. Dijagokan menjadi pengurus ikatan santri berarti Dahlan telah memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin. Detil yang digunakan dalam bab ini adalah wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Wejangan tersebut berisi syarat yang harus dipenuhi oleh santri yang akan terpilih menjadi pengurus ikatan santri tersebut. Syarat yang ada adalah santri tersebut harus rendah hati, dan tawakal. Detil yang diberikan oleh penulis juga ditemukan pada pemilihan pengurus ikatan santri. Proses pemilihan hingga terpilihnya pengurus diceritakan secara mendalam oleh penulis. Dan hasilnya adalah Dahlan terpilih sebagai pengurus ikatan santri. Detil yang besar, akan mengembangkan bagaimana wacana dikembangkan oleh media, tentunya yang menguntungkan pihak komunikator Eriyanto, 2001: 238. Berdasarkan kutipan diatas, detil yang besar dalam bab ini adalah wejangan dan pemilihan pengurus ikatan santri yang berujung pada terpilihan Dahlan sebagai pengurus, mengembangkan wacana bahwa Dahlan adalah pemimpin yang baik, karena memiliki syarat sebagai pengurus ikatan santri seperti yang disampaikan oleh Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Maksud merupakan penguraian secara ekplisit dan jelas. Tujuan utamanya adalah publik disajikan informasi yang menguntungkan komunikator Eriyanto, 2001: 240. Maksud yang digunakan dalam bab ini lebih cenderung kepada pesan eksplisit. 56 Seperti wejangan dari Kiai Irsjad tentang syarat menjadi pengurus dan juga terpilihnya Dahlan sebagai pengurus ikatan santri yang diuraikan secara gamblang dan jelas. Hal ini menerangkan bahwa menguntungkan komunikator, karena pesan yang ingin disampaikan dapat diterangkan secara gamblang dan jelas. Sehingga para pembaca dapat menangkap pesan bahwa Dahlan yang terpilih sebagai pengurus ikatan santri telah sesuai dengan syarat. Leksikon dapat menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap suatu realitas. Pilihan kata yang dipakai sebenarnya menunjukkan sikap dan ideologi tertentu Eriyanto, 2001: 255. Leksikon yang digunakan dalam bab ini adalah “menjadi pelayan”. Dalam teks ini, penulis tidak menggunakan kata “pembantu” atau “pesuruh”. Hal ini dikarenakan makna yang ingin disampaikan bukanlah menjadi seorang pembantu atau pesuruh, melainkan menjadi seorang pelayan yang siap melayani, bukan hanya seorang yang membantu atau orang yang disuruh. Metafora yang dipakai oleh penulis cukup banyak. Terdapat kata “tawaduk dan tawakal” yang berarti rendah hati dan pasrah diri. Pemakaian metafora bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks Eriyanto, 2001: 259. Metafora dalam kamus bahasa Indonesia adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan Dalam wejangan dari Kiai Irsjad diungkapkan bahwa syarat menjadi pemimpin adalah tawaduk dan tawakal, sehingga yang dimaksudkan adalah pemimpin haruslah rendah diri dan pasrah diri. Metafora lain yang digunakan adalah “Sumber bening ora bakal golek timbo”. Berasal dari pepatah Jawa yang artinya sumur yang bening tidak akan mencari timba. Makna sesungguhnya dari pepatah tersebut adalah hidup harus digunakan dengan baik, bukan untuk disiasiakan dengan mencari – cari, karena apabila kita ditakdirkan mendapatkan maka kita mendapatkan.

5.1.3 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 24 “Patriot Sejati”