Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Diabetes Melitus

62

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Diabetes Melitus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, yang mempunyai riwayat keluarga 33 responden 71,7 dan yang tidak mempunyai riwayat keluarga 13 responden 28,3. Sedangkan pada kontrol, responden yang mempunyai riwayat keluarga 21 responden 45,7 dan yang tidak mempunyai riwayat keluarga 25 responden 54,3. Berdasarkan uji chi square diperoleh nilai p value = 0,011 α = 0,05, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2010. Hasil perhitungan risk estimate, Diperoleh nilai odd ratio OR = 3,022 CI = 1,272-7,178, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang ada keturunan penyakit diabetes melitus dalam keluarganya, mempunyai risiko 3,022 kali lebih besar dibanding dengan responden yang dalam keluarganya tidak ada keturunan penyakit diabetes melitus dalam keluarganya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Daniel W Foster 2000 bahwa penurunan ini diperkirakan autosomonal dominan, resesif, dan campuran. Analisa pohon keluarga menunjukkan prevalensi rendah transmisi vertikal langsung pada satu seri penelitian yang terdiri atas 35 keluarga yang didalamnya terdapat satu orang anak yang diabetes melitus tergantung insulin klasik, hanya empat dari kasus indeks yang mempunyai orangtua yang diabetes melitus dan 2 yang mempunyai nenek atau kakek yang diabetes melitus. Dan 63 saudara kandung penderita diabetes melitus ini, hanya 6 yang mempunyai penyakit diabetes melitus yang jelas secara keseluruhan, kesempatan anak menderita diabetes melitus tipe I jika saudara lain satu tingkat menderita diabetes melitus hanya 5 sampai 10 persen Daniel W Foster, 2000:2197. 5.2 Hubungan antara Umur dengan Kejadian Diabetes Melitus Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus memiliki umur berisiko ≥ 40 tahun sebanyak 30 responden 65,2 dan yang memiliki umur tidak berisiko 40 tahun sebanyak 16 responden 34,8. Sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang memiliki umur berisiko ≥ 40 tahun sebanyak 17 responden 37,0 dan yang memiliki umur tidak berisiko 40 tahun sebanyak 29 responden 63,0. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh p value = 0,007 α = 0,05, yang artinya ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian diabetes melitus pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2010. Hasil perhitungan risk estimate, Diperoleh nilai odd ratio OR = 3,199 CI = 1,364-7,501, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang berumur ≥40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi 3,199 kali lebih besar dibanding dengan berumur 40 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari Handayani bahwa penyakit diabetes melitus dapat menyerang semua jenis umur, dan umur yang paling dominan terkena penyakit diabetes melitus adalah lebih dari 40 tahun Secara umum diketahui bahwa pada periode ini, kebanyakan orang 64 cenderung melakukan sedikit aktivitas tetapi suplai nutrisi tidak mengalami penurunan, bahkan sering kali mengalami kelebihan. Berdasarkan diagnosa yang di Indonesia ditegakkan tenaga kesehatan, terlihat kecenderungan peningkatan prevalensi dengan semakin meingkatnya umur yang tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun yaitu sebesar 2,5 dan menurun kembali pada kelompok umur 65 tahun Lestari Handayani, 2007:60. 5.3 Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, responden yang memiliki hipertensi sebanyak 29 responden 63,0 dan yang tidak memiliki hipertensi sebanyak 17 responden 37,0. Sedangkan pada kelompok kontrol, responden yang memiliki hipertensi sebanyak 13 responden 28,3 dan yang tidak memiliki hipertensi sebanyak 33 responden 71,7. Berdasarkan uji kai kuadrat diperoleh nilai p value = 0,001 α = 0,05, yang artinya ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian diabetes melitus pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2010. Hasil perhitungan risk estimate, Diperoleh nilai odd ratio OR = 4,330 CI = 1,800-10,416, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang menderita penyakit hipertensi mempunyai risiko terkena penyakit diabetes melitus 4,330 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak menderita penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azuan bahwa pengidap hipertensi seringkali dikaitkan dengan mengidap diabetes. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan distribusi gula pada sel-sel tidak 65 berjalan optimal. Sehingga terjadi penumpukan gula dan kolesterol dalam darah. Intinya jika tekanan darah baik, gula darah juga akan terjaga. Dan sebaliknya, insulin bersifat sebagai zat pengendali sistem renin-angiotensin, sehingga kadar insulin yang cukup menyebabkan tekanan darah terjaga. Jika tekanan darah sering diatas 12090 mmgHg, risiko diabetes meningkat dua kali lipat. Ini kalau dibandingkan dengan orang yang tekanan darahnya normal. Demikian menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Brigham and Woman Hospital dan Harvard Medical School selama 10 tahun. Tekanan darah tinggi adalah ukuran tekanan darah di atas batas normal, baik saat kita sedang santai, terlebih saat kita sedang marah atau stres dalam jangka waktu tertentu. Diabetes meningkatkan risiko darah tinggi sebab penumpukan gula dan kolesterol menyebabkan pengerasan pembuluh darah arteri. Ujung-ujungnya darah tidak mengalir lancar, sehingga tekanannya menjadi naik. Selain menjadi pemicu darah tinggi, penyakit diabetes juga bisa menjadi penyakit “bayangan” untuk gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal. Azuan, 2009:16. Lestari Handayani yang menyatakan hubungan diabetes melitus dengan derajat hipertensi menunjukkan hasil bermakna dan menunjukkan semakin berat hipertensi semakin tinggi persentase yang menderiat diabetes melitus p = 0,05 Lestari Handayani, 2007: 64.

5.4 Hubungan antara Obesitas dengan Kejadian Diabetes Melitus

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Makan Penderita Diabetes Melitus Rawat Jalan Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013

9 95 78

Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010

1 42 56

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIS PADA PASIEN RAWAT JALAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA.

0 2 18

Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

0 3 13

GAMBARAN RISIKO TERJADINYA ULKUS PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT UMUM Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

0 4 13

ANALISIS DESKRIPTIF PENGGUNAAN OBAT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI ANALISIS DESKRIPTIF PENGGUNAAN OBAT DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. M

0 1 17

(ABSTRAK) FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG TAHUN 2010.

0 0 3

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak).

1 6 125

5.2 Bella Yanita done

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO OBESITAS DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 - Studi Cross-Sectional Pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2016 - Unissula Repository

0 0 12