a. Tingkat pendapatan masyarakat yaitu tingkat pendapatan income=I dapat digunakan untuk dua tujuan: konsumsi consumption=C dan tabungan saving=S, dan hubungan
ketiganya dapat terbentuk dalam persamaan I=C+S, adalah merupakan besar kecilnya pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi. Semakin
besar tingkat pendapatan seseorang, biasanya akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi, sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah akan diikuti dengan tingkat
konsumsi yang rendah pula.
b. Selera konsumen, setiap orang memiliki keinginan yang berbeda dan ini akan mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen akan memilih satu jenis barang untuk
dikonsumsi dibandingkan jenis barang lainnya. c. Harga barang, jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka konsumsi barang
tersebut akan mengalami penurunan. Sebaliknya jika harga suatu barang mengalami penurunan, maka konsumsi barang tersebut akan mengalami kenaikan. Kaitan
konsumsi dengan harga barang dapat dibedakan apakah barang tersebut bersifat substitusi barang substitusi adalah barang yang dapat menggantikan fungsi barang
lainnya atau komplementer barang komplementer adalah barang yang melengkapi fungsi barang lainnya.
d. Tingkat pendidikan masyarakat, tinggi rendahnya pendidikan masyarakat akan mempengaruhi terhadap perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsinya.
e. Jumlah keluarga, besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsinya.
f. Lingkungan, keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh pada prilaku konsumsi masyarakat. Contohnya, Indonesia yang memiliki daerah tropis tidak
begitu membutuhkan baju hangat dibandingkan dengan daerah di kutub utara dan kutub selatan.
3. Penggolongan barang Konsumsi
Penggolongan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi terbagi atas: a. Barang yang habis dalam satu kali pakai, misalnya makanan dan minuman.
b. Barang yang habis untuk beberapa kali pakai, misalnya pasta gigi, shampo, sabun cuci. c. Barang yang habis dipakai dalam jangka waktu lama, misalnya rumah, motor, mobil.
4. Aspek Positif dan Negatif Perilaku Konsumtif
Aspek positif berarti manfaat. Aspek negatif berarti kerugian. Perilaku konsumtif berarti sikap yang hanya senang
mengkonsumsi barang atau jasa tanpa memperhatikan keuangan yang ada serta kegunaan barang yang dibeli. Artinya, hanya
senang membeli atau membelanjakan uang untuk mendapakan suatu barang tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut
betul-betul bermanfaat atau diperlukan, uang yang digunakan cukup atau tidak, keperluan yang lain sudah terpenuhi atau
belum.
Jadi, sebetulnya perilaku konsumtif sangat bertentangan dengan prinsip ekonomi yang mengajarkan hidup hemat. Namun, ternyata ada aspek positif dari perilaku konsumtif
tersebut.
15
aspek positif a. kebutuhan barang atau jasa terpenuhi,
b. timbul rasa puas, c. menambah pengalaman dan wawasan,
d. memberi kemudahan dan rasa nyaman, e. Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga
kerja lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar. f. Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan, karena
konsumen akan berusaha menambah penghasilan agar bisa membeli barang yang diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam.
g. Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna
mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat. aspek negatif
a. Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang
akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal, barang tersebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi
orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti itu.
b. Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak
membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung. c.
Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir
kebutuhannya di masa datang.
Jika diperhatikan dari sifat konsumsi maka pola konsumsi orang-orang di sekitar
akan berbeda- beda. Seringkali orang dalam berkonsumsi selalu berusaha memenuhi kebutuhan tertentu saja hingga pemenuhan kebutuhan itu mencapai kepuasan yang tinggi,
sedangkan pemenuhan kebutuhan yang lainnya terabaikan. Contoh keluarga Pak Joko yang suka makan-makan enak. Kalau belanja makanan selalu banyak dengan kualitas
super dan mahal, sehingga dalam berkonsumsi makanan selalu dicapai tingkat kepuasan yang tinggi. Sementara itu kalau berpakaian dan naik kendaraan selalu apa adanya juga
kebutuhan hiburan jarang terpenuhi sehingga tingkat kepuasannya cenderung rendah. Cara berkonsumsi keluarga Pak Joko yang demikian itu dikatakan bersifat vertikal.
Berbeda dengan cara berkonsumsinya keluarga Bu Gestin yang selalu berusaha memenuhi berbagai macam kebutuhannya secara merataseimbang, tidak ada yang terlalu
ditonjolkan. Kebutuhan makan, kebutuhan pakaian, kebutuhan kendaraan, kebutuhan hiburan dan kebutuhan yang lainnya dipenuhi secara seimbang. Cara berkonsumsi
keluarga Bu Gestin yang demikian itu dikatakan bersifat horisontal. Secara ekonomi, cara berkonsumsi yang bersifat horisontal ini dikatakan lebih rasional, dan cenderung
dilakukan oleh banyak orangmasyarakat.
A. Menerapkan Prinsip Ekonomi dalam Kegiatan Konsumsi