Pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai
14 pendidikan disiplin adalah untuk mencapai disiplin diri. Jadi disiplin diri adalah
tingkah laku manusia yang terkontrol, terkendali, serta teratur yang berpijak pada kesadaran dan maksud luhur dari pribadi yang bersangkutan agar keberadaannya
selalu membahagiakan dirinya dan orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disiplin mengarah pada tingkah
laku mengikuti pimpinan. Matindas, dalam Unaradjan, 2003:95, mengaitkan disiplin dengan pelanggaran seseorang terhadap aturan atau kebiasaan yang
digariskan oleh pemimpin dalam suatu organisasi. Disiplin pada dasarnya adalah kepatuhan pada peraturan. Artinya bila seseorang berfikir disiplin, ia diharapkan
berperilaku patuh, menurut, dan mengikuti aturan tertentu di lingkungannya. Moenir 1983:67, mendefinisikan disiplin sebagai suatu keadaan di suatu
lingkungan kerja yang tertib, berdaya guna dan berhasil guna melalui sistem pengaturan yang tepat. Disiplin adalah suatu sikap yang mencerminkan ketaatan
dan ketepatan terhadap suatu aturan. Sifat taat terhadap aturan memang menjadi dasar dari disiplin, tidak peduli baik atau tidaknya aturan itu.
Noe et al., 1997:145 menyatakan ; “Dispite a company’s best efforts in
the area of personnel selection, training, and design of compensation systems, some employees will occasionally fail to meet performance requirements or will
violate company policies while on the job. When this happens, organizations need to invoke a discipline program that could ultimately lead to the individuals
discharge”. Demikian juga dinyatakan oleh Anthony et al., 1999:584,
“From a strategic standpoint, management has a responsibility to create the proper
diciplinery climate rather than just allow any climate to evolve. This means that management and human resources manager must have in mind a set of desirable
criteria. A good disciplinary climate includes the following ; self – discipline over
externally imposed discipline, positive and future orientation, prevention and
15 correction, progressive nature, proper communication, fair and impartial
administration and the righ t of appeal”.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya penerapan disiplin bagi pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi serta penciptaan disiplin yang kuat adalah
salah satu fungsi utama dari seorang manajer agar organisasi dapat memberikan pelayanan yang optimal.
Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan cirri-ciri: 1 adanya hasrat yang kuat untuk
melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat; 2 adanya perilaku yang dikendalikan; dan 3
adanya ketaatan. Hal ini dapat digunakan untuk mengkaji disiplin pegawai Pusat Kesehatan Masyarakat.
Menurut Handoko 1992:93, ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam upaya membentuk disiplin karyawan yaitu disiplin preventif, disiplin korektif dan
disiplin progresif. 1 Disiplin preventif
Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewengan – penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah
untuk mendorong disiplin diri diantara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan dapat menjaga disiplin diri mereka bukan semata
– mata karena dipaksa pihak manajemen. Dalam hal ini pihak manajemen mempunyai
tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin dimana berbagai standar diketahui dan dipahami.
2 Disiplin korektif Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk manangani pelanggaran-
pelanggaran terhadap aturan – aturan dan mencoba menghindari pelanggaran-
pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan yang dapat berupa peringatan
16 atau skorsing. Sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif , bersifat
mendidik dan mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah.
3 Disiplin progresif Perusahaan atau organisasi dapat menerapkan suatu kebijakan disiplin
progresif, yang berarti memberikan hukuman – hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran – pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman
– hukuman yang lebih keras dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan pihak manajemen untuk membantu
karyawan memperbaiki kesalahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha-usaha pembentukan
disiplin pegawai tersebut dapat dipergunakan sebagai acuan untuk meningkatkan disiplin pegawai pada Koperasi.