Penentuan Derajat Deasetilasi Analisa Spektrum FT-IR

4.3 Pembahasan

4.3.1. Penentuan Derajat Deasetilasi

Analisis kuantitatif dari spektroskopi FT-IR dapat dilakukan berdasarkan spectrum Infra merah yang dihasilkan, dimana penentuan derajat deasetilasi dari kitosan menggunakan persamaan Domszy dan Robers Sugita,2009 DD = 1- [A 1665 A 3450 x 11,33] x 100 dimana: A 1665 = absorbansi pada bilangan gelombang 1665 cm -1 A 3450 = absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm -1 1,33 = tetapan yang diperoleh dari perbandingan A 1665 A 3450 untuk kitosan dengan asetilasi penuh Maka besarnya nilai dari Derajat Deasetilasi kitosan udang lipan adalah 100 33 , 1 1 1 3450 1655 ×         × − = A A DD 100 33 , 1 1 3450 58 , 3425 1655 07 , 1651 1 ×       × − = DD 100 33 , 1 1 11818251 85 , 2732520 1 ×       × − = DD 100 1726 , 23 , 1 × − = x DD DD = 82,65 Berdasarkan Proton Laboratories Inc. Nuraida,2000 yang menyatakan bahwa kitosan memiliki derajat deasetilasi ≥ 70 maka dapat dinyatakan bahwa proses deasetilasi kitin pada penelitian sudah berhasil memperoleh polimer kitosan. Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Analisa Spektrum FT-IR

Analisa dengan menggunakan spectrum infra merah ini digunakan untuk memberikan informasi tentang adanya perubahan gugus fungsi yang menandakan adanya interaksi secara kimia. Hasil dari spektrum infra merah dapat dilihat pada lampiran. Spektroskopi FT-IR dari kitin dan kitosan secara umum menunjukkan adanya kesamaan gugus-gugus yang terdapat pada masing-masing polimer tersebut. Perbedaan yang dapat diamati yaitu pergeseran bilangan gelombang dan perubahan nilai transmitant yang menunjukkan kuantitas dari gugus tersebut di dalam polimer. Pada masing-masing polimer yang dikarakterisasi terdapat juga gugus-gugus lain seperti ulur O-H, ulur N-H, ulur C-H, ulur C-O dan ulur C-N. Ulur O-H pada masing- masing polimer telihat membentuk spektra yang melebar ke bawah sehingga ulur N-H yang juga berada pada daerah ini tidak dapat diamati. Adanya ulur N-H dapat diperjelas dengan adanya tekukan N-H pada masing-masing polimer. Ulur C-O pada polimer-polimer tersebut berasal dari gugus metanol yang melekat pada rantai polimer. Sedangkan ulur C-H berasal dari rantai utama polimer. Adanya ulur C-H akan diperkuat dengan tekukan C-H dari metil maupun metilen pada masing-masing polimer. Spektra FT-IR dari kitin dan kitosan yang dihasilkan telah menunjukkan gugus-gugus yang seharusnya ada di dalam polimer kitin dan kitosan. Besarnya bilangan gelombang pada gugus-gugus kitin dan kitosan dapat dibandingkan dengan spektra FT-IR dari kitin dan kitosan standar untuk melihat kualitas dari kitin dan kitosan yang dihasilkan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Perbandingan spektra FT-IR kitin dan kitosan dengan standarnya Gugus terkait Kitin standar cm -1 Kitin cm -1 Kitosan standar cm -1 Kitosan cm -1 Ulur O-H 3437,50 3448,72 3446 3425,58 Ulur C-H 2930,69 2931,80 2916 2877,79 Ulur C=O 1630 1635,64 1650 1651,07 Tekuk N-H 1565,70 1558,48 1591 1566,20 Tekuk C-H 1384,08 1381,03 1380 1381,03 Ulur C-N 1317,50 1319,31 1312,50 1319,81 Ulur C-O 1073,93 1072,42 1089 1072,42 Denas,2002 Pada spektrum FT-IR untuk kitosan udang lipan yang didapat, terlihat bahwa masih terdapatnya gugus fungsi C=O. Hal ini sebabkan karena sebenarnya kitin ataupun kitosan merupakan ko-polimer N-asetil-D-Glukosamin dan D-Glukosamin. Kitin biasanya mempunyai derajad deasetilasi kurang dari 10 . Secara umum derajat deasetilasi untuk kitosan sekitar 60 dan sekitar 90-100 untuk kitosan yang mengalami deasetilasi penuh. L.H Rahayu, 2007

4.3.3 Pengaruh kitosan terhadap kadar kolesterol