Pendekatan Perancangan Asumsi Lingkup dan Batasan Perancangan

4

BAB II. ISU PERANCANGAN KAWASAN KAWASAN WISATA SEJARAH TEMBAKAU DELI

II.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan perancangan Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli Medan Sumatera Utara adalah :  Bagaimana merancang suatu kawasan agar terbentuk satu kesatuan.  Bagaimana pengolahan ruang dalam satu kawasan yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.  Bagaimana menerapkan tema arsitektur kontekstual dalam rancangan master plan kawasan lokasi perancangan.  Bagaimana merencanakan sirkulasi pencapaianaksebilitas yang mudah untuk dilalui berbagai transportasi dan pejalan kaki.

II.2 Maksud dan Tujuan

 Menyediakan kawasan wisata yang mengandung nilai edukasi bagi masyarakat Kota Medan, dalam bidang pengelolaan dan sejarah Tembakau Deli.  Merancang dan mengembangkan lahan tidur PTPN II Desa Helvetia menjadi lahan yang bernilai, melalui Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli.

II.3 Metode

II.3.1 Pendekatan Perancangan

Universitas Sumatera Utara 5 Adapun pendekatan perancangan yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :  Pemilihan lokasi, lokasi yang dipilih adalah kawasan pemeraman Tembakau Deli Eks.PTPN II Medan.  Studi banding dengan melakukan pendekatan permasalahan dan kasus yang memiliki kesamaan dalam perancangan sejenis maupun tema dalam judul perancangan ini yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, media cetak dan lainnya dan sumber-sumber yang dianggap penting.  Survey lapangan, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari data-data yang didapat di lokasi tersebut.

II.3.2 Asumsi

Asumsi adalah landasan berpikir agar kiranya dianggap benar. Asumsi pada perancangan kawasan ini antara lain :  Kawasan difungsikan sebagai kawasan wisata buatan.  Lahan milik Pemerintah dan dikelola oleh pihak swasta.  Pelebaran jalan pada Gang Melati menjadi 12 meter.  Kondisi fisik sungai Deli dalam keadaan baik, bersih dan jernih.

II.3.3 Lingkup dan Batasan Perancangan

 Masalah sosial, budaya dan ekonomi dalam kasus ini tidak dibahas secara mendalam. Universitas Sumatera Utara 6  Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran- pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang ada.  Perancangan Kawasan Wisata Tembakau Deli tidak membahas Rencana Anggaran Biaya secara mendetail. Hanya disajikan dalam pembahasan titik balik modal. Universitas Sumatera Utara 7 Universitas Sumatera Utara

BAB III. DESKRIPSI PERANCANGAN

III.1 Terminologi Judul Terminologi judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna dari sebuah kata judul agar bisa dipahami tujuan ataupun sasarannya. Adapun judul dari kasus Perancangan Arsitektur VI ini adalah “Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli”. Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus:  Kawasan wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 PW.102 MPPT-87.  Sejarah adalah bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu, dan pengungkapannya dapat dilakukan melalui aktualisasi dan penetasan pengalaman masa lalu Sartono Kartodirjo.  Tembakau Deli adalah tembakau terbaik yang terkenal hingga tingkat mancanegara dengan masa kejayaan pada abad ke-19Departemen Pertanian, 1994. Berdasarkan pengertian di atas maka Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli adalah suatu kawasan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali sumber daya wisata berupa nilai historis Tembakau Deli dengan wujud kegiatan pariwisata yang rekreatif dan edukatif. Universitas Sumatera Utara 8 Universitas Sumatera Utara

III. 2 Tema Perancangan

Tema perancangan yang digunakan kawasan adalah Arsitektur Kontekstual. Menurut Bill Raun, arsitektur kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingkungan bangunan yang berada di sekitarnya. Spesifikasi Arsitektur Kontekstual terbagi atas:  Kontekstual Kontras Menurut pendapat Brent C. Brolin, bahasanya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun bila terlalu banyak yang timbul sebagai akibat kontras, maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun  Kontekstual Harmony Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks lingkungan dimana bangunan itu berada. Spesifikasi Arsitektur Kontekstual Harmoni antara lain :  Irama Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks lingkungan dimana bangunan itu berada.  Datum Datum adalah garis, bidang atau ruang acuan untuk menghubungkan unsur-unsur lain dalam suatu komposisi. Universitas Sumatera Utara 9 Universitas Sumatera Utara III.3 Studi Banding III.3.1 Studi Banding Tema Sejenis  Victorian Homes Di San Fransisco penggemar gaya victoria menghiasi rumahnya dengan mengecat warna-warni pelangi. Yang menarik meskipun pemiliknya mempunyai gaya, simbol dan selera berbeda-beda. Namun tetap konteks terhadap bangunan disekitarnya. Sehingga yang terlihat adalah bangunan yang harmonisselaras. Gambar 3 1 Victorian Homes Sumber : wikipedia Bangunan dengan fungsi baru tersebut akan tetap kontekstual harmonis dengan bangunan yang sudah telah berdiri didalam eksisting kolonial dan Melayu, baik dari segi bentukan dan detail fungsi, seperti halnya Victorian Homes yang harmonis antara bangunan lama dengan bangunan baru. Simbol dan Universitas Sumatera Utara 10 Universitas Sumatera Utara selera berbeda-beda, namun tetap konteks terhadap bangunan disekitarnya sehingga yang terlihat adalah bangunan yang harmonisselaras. Gambar 3 2 Gudang Pemeraman dengan Rumah Manajer PTPN II Sumber : dokumentasi pribadi  East Wing, National Gallery Lokasi : Washington, D.C. Arsitek : I. M. Pei Galeri East Wing merupakan galeri dengan benda-benda peninggalan patung dan kesenian di kota yang dianggap suci serta merawat dan memperbaiki peninggalan seperti aslinya. Struktur post-tension dengan batu pualam sebagai penutup luar dinding, serta kaca sebagai material bukaan gedung. Tapak berada di persilangan antara dua jalan, yaitu Pennsylvania dan Constitutions. Tapak berbentuk trapesium, diselesaikan dengan membagi bentuk trapesium menjadi dua buah segitiga dengan menarik garis diagonal. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan plan berdasarkan kegiatannya. Universitas Sumatera Utara 11 Universitas Sumatera Utara Sumber : wikipedia Pembentukan ruang didasarkan pada grid yang berbentuk segitiga. Konsep geometri bentuk dasar segitiga tidak hanya diterapkan pada pembentukan massa bangunan tetapi juga interior ruang dalamnya.  Pyramide du Louvre Lokasi : Paris, Prancis Arsitek : I.M. Pei Pyramide du Louvre merupakan sebuah museum dengan bentuk piramida, terdapat tiga piramida kecil yang mengelilingi piramida utama. Piramida Utama merupakan Sumber : wikipedia pintu masuk utama ke museum. Ketinggian dari piramida ini mencapai 20,6 m dengan bagian dasar memiliki panjang sisi 35 m. Tersusun atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga. Lobi bawah tanah dibangun sebagai pintu masuk Gambar 3 3 Galeri East Wing Gambar 3 4 Pyramide de Louvre Universitas Sumatera Utara 12 Universitas Sumatera Utara utama. Pengunjung yang masuk melalui Pyramide du Louvre akan memasuki lobi kemudian naik ke bangunan utamanya. Sebagian orang menganggap museum ini sangat kontras dengan bangunan di sekitarnya yang berlanggam arsitektur klasik. Namun sebagian orang berpendapat bahwa Pyramide du Louvre kontras sebagai penggabung antara bangunan lama dan baru.  Ponte Vecchio, Florence, Italia Lokasi : Florence, Italia Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam konteks arsitektur kontekstual adalah mengambil motif-motif desain setempat, seperti bentuk massa, Sumber : wikipedia pola atau irama bukaan, dan ornamen desain yang digunakan. Rumah-rumah Ponte Vecchio di Florence, Italia, merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin menggantikan bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia ke-2. Kontinuitas visual terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela.  Tanggapan : Penerapan elemen-elemen bangunan lama pada desainnya merupakan wujud dari kekontekstualan yang dibuat oleh arsitek. Dengan pendekatan arsitektur Gambar 3 5 Ponte Vecchio Universitas Sumatera Utara 13 Universitas Sumatera Utara kontekstual yang harmonis, nilai-nilai bangunan lama yang pernah ada kembali dimunculkan secara visual pada bangunan baru. III.3.2 Studi Banding Kawasan Sejenis  Kota Tua Jakarta Kota Tua Jakarta juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama Oud Batavia. Kota Tua Jakarta atau yang akrab disebut Kota Tua adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta yang memiliki luas 1,3 kilometer persegi yang melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat, mencakup daerah Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka. Jakarta memiliki sejarah panjang, dimulai dari kawasan yang sekarang disebut Kotatua, bercikal bakal Pelabuhan Jayakarta dibawah kerajaan Banten, dengan bentuk, pola dan arsitektur-nya, merupakan hasil dari proses sejarah, politik dan pemerintahan didukung oleh letaknya yang strategis di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Dr. Ing. H. Fauzi Bowo, Desember 2007. Kawasan Kota Tua Jakarta terkenal sebagai salah satu tempat wisata di Jakarta. Universitas Sumatera Utara 14 Universitas Sumatera Utara Sumber : kompas Pada abad ke-18, kawasan ini adalah pusat kota Batavia. Pada masa itu, bangunan yang sekarang menjadi museum sejarah Jakarta adalah Balai Kota.Kini, bangunan-bangunan tua peninggalan jaman Belanda menjadi daya tarik utama Kota Tua. Bangunan-bangunan ini dipertahankan sebagai cagar budaya. Kawasan Kota Tua Jakarta adalah lokasi yang sangat popular untuk berwisata juga sering digunakan sebagai tempat pemotretan dan loksi syuting film. Kondisi sebagian besar bangunan di Kota Tua memang tampak kuno, karena pemerintah sengaja membiarkan bangunan-bangunan itu sesuai aslinya. Akan tetapi, beberapa bangunan tampak memprihatinkan. Beberapa bangunan di kawasan Kota Tua tampak rapuh dan tidak aman bagi wisatawan dan juga penduduk yang berada di sekitar wilayah itu. Kota Tua Jakarta merupakan sebuah kawasan yang masih Gambar 3 6 Kota Tua Jakarta Universitas Sumatera Utara 15 Universitas Sumatera Utara kental unsur sejarah dan budaya baik itu peninggalan Belanda maupun China. Wilayah Kota Tua ini telah resmi dijadikan sebagai situs warisan oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1972. Peresmian Kota Tua sebagai situs budaya ini bertujuan untuk menjaga arsitektur yang berada di dalam wilayah Kota Tua. Arsitektur bangunan yang berada di kawasan ini memang sangat melegenda dan kental dengan nuansa Belanda. Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di Kota Tua. Pengunjung yang datang tak hanya bisa menikmati sejarah serta arsitektur kota tempo dulu. Banyak penjual jasa yang menawarkan „suasana‟ bak Jakarta tempo dulu dengan menyewakan sepeda ontel atau kostum menyerupai orang-orang Belanda seperti baju atau topi.Tak hanya itu, Kota Tua merupakan tempat yang bagus untuk berfoto, apalagi di malam hari.Selain karena arsitektur bangunannya yang sangat bersejarah, pemandangan Kota Tua di malam hari dengan lampu-lampu khas Belanda menambah suasana romantis.Selain menjadi tempat wisata, kawasan Kota Tua juga sering menjadi tempat digelarnya berbagai festival budaya. Revitalisasi Kota Tua Jakarta memiliki visi “Terciptanya kawasan bersejarah Kota Tua Jakarta sebagai daerah tujuan wisata budaya yang mengangkat nilai pelestarian dan memiliki manfaat ekonomi yang tinggi”. Hal ini menunjukkan Jakarta ingin menghidupkan kawasan bersejarahnya sebagai pariwisata yang diandalkan. Kawasan yang telah dilakukan revitalisasi adalah sekitar kawasan Taman Beos, Kawasan Museum Fatahillah, Museum Bahari, Meuseum dan Menara Universitas Sumatera Utara 16 Universitas Sumatera Utara Syahbadar, Kawasan Kali Besar, cafe Galangan dan Restoran Padang. Untuk upaya revitalisasi yang menyeluruh hal yang perlu dilakukan adalah:  Pengembangan kawasan revitalisasi di Kota Tua Jakarta yang berkelanjutan yaitu mengembangankan wilayah revitalisasi ke beberapa titik zona sekitar area yang telah dilakukan revitalisasi dan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata budaya.  Perbaikan-perbaikan bangunan dan sarana prasarana yang ada di dalam kawasan revitalisasi yang mengalami kerusakan atau butuh percepatan dalam penanganan harus sesegera mungkin untuk dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi kerusakan atau hancurnya bangunan ataupun sarana yang telah dilakukan sebelumnya.  Perbaikan dan perencanaan akses-akses yang jelas, sehingga pencapaian pengunjung akan lebih mudah. Akses tersebut dapat berupa pedestrian untuk pejalan kaki dengan tujuan agar pengendara motor tidak dapat melewati area tersebut.  Penyediaan kantong-kantong parkir yang tidak memanfaatkan badan atau sisi bangunan tua sehingga tidak menggangu keberadaan bangunan tersebut bahkan untuk menghindari terjadinya kerusakan bangunan tua.  Penataan kembali pedagang kaki lima agar tidak memanfaatkan sisi bangunan untuk berjualan, dan tidak terkesan kumuh dan semrawut.  Tindakan dan program yang tegas dari pihak pemerintah untuk memelihara, mengatur dan mengembangkan kawasan Kota Tua sebagai kawasan heritage dan juga sebagai kawasan wisata budaya, dan juga Universitas Sumatera Utara 17 Universitas Sumatera Utara adanya kerjasama dengan berbagai pihak yang konsen ke kawasan Kota Tua.  Kawasan Wisata Sejarah Pasir Salak, Malaysia