7 Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumah.
4. Prinsip Dasar Kredit Secara Umum
UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watku tertentu dengan
pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Kredit merupakan sumber utama pendapatan bank dan
sekaligus sumber resiko bisnis terbesar. Pemberian suatu kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada
kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Unsur – unsur yang yang terkandung
dalam pemberian suatu kredit menurut Toejekam dalam Fitria dan Sari, 2012 : 90 unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit antara lain
yaitu waktu, kepercayaan, penyerahan , risiko, persetujuanperjanjian. Analisis kredit merupakan penelitian yang dilakukan oleh account officer
terhadap kelayakan perusahaan, kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba, sumber pelunasan kredit serta jaminan yang
tersedia untuk meng-cover permohonan kredit. Analisis kredit bertujuan untuk memperoleh dan meyakinkan apakah usaha nasabah layak, nasabah memiliki
kemampuan dan kemauan memenuhi kewajibannya kepada bank secara baik, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya sesuai dengan kesepakatan
dengan bank Rivai dkk, 2013 : 217.
Universitas Sumatera Utara
5. Prinsip Dasar Kredit Usaha Rakyat KUR
KUR adalah kreditpembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM yang feasible tapi belum bankble. Pada tanggal 5 November 2007,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan KUR dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum Jamkrindo.
Berikut pihak-pihak dalam pelaksanaan serta penyaluran KUR yang tertera pada Kumpulan Peraturan Terbaru KUR Mantik, 2010 : 26. Pihak pertama sebagai
Pelaksana Teknis Program yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pihak kedua sebagai Perusahaan
Penjamin yakni PT Persero Asuransi Kredit Indonesia PT Askrindo dan Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia Perum Jamkrindo serta perusahaan
lainnya yang secara suka rela mengikatkan diri dan tunduk kepada Nota Kesepahaman Bersama untuk melakukan dan memberikan sebagian penjaminan
kredit pembiayaan secara otomatis bersyarat conditional automatic cover kepada Bank Pelaksana.
Pihak ketiga sebagai Bank Pelaksana KUR, adalah bank yang ikut menandatangani
Nota Kesepahaman
Bersama tentang
Penjaminan KreditPembiayaan kepada UMKM, yang terdiri dari Bank Rakyat Indonesia
BRI, Bank Negara Indonesia BNI, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara BTN, Bank Syariah Mandiri BSM, Bank Bukopin, Bank Negara Indonesia
Syariah BNI Syariah dan seluruh Bank Pembangunan Daerah BPD yang
Universitas Sumatera Utara
tersebar di Indonesia. Sumber dana penyaluran KUR ini adalah 100 bersumber dari dana Bank Pelaksana.
KUR disalurkan oleh Bank Pelaksana dijamin secara otomatis oleh Perusahaan Penjamin dengan nilai penjaminan sebesar 70 dari plafond KUR.
Putusan pemberian KUR sepenuhnya menjadi wewenang Bank pelaksana. terdapat dua agunan dalam pemberian KUR, yang pertama agunan pokok yaitu
kalayakan usaha dan obyek yang dibiayai. Kedua, agunan tambahan sesuai dengan ketentuan Bank Pelaksana. Persyaratan umum bagi UMKM-K untuk dapat
menerima KUR yang tertera dalam Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi Nomor : KEP-
01D.I.M.EKON012010, yakni : a.
Tidak sedang menerima kreditpembiayaan modal kerja dan atau investasi dariperbankan danatau yang tidak sedang menerima Kredit Program dari
Pemerintah, yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia pada saat permohonan kredit pembiayaan diajukan.
b. Dapat sedang menerima kredit konsumtif Kredit Kepemilikan Rumah,
Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan kredit konsumtif lainnya. c.
Dalam hal UMKM-K masih memiliki baki debet yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia, tetapi yang bersangkutan sudah
melunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan LunasRoya dengan lampiran cetakan rekening dari Bank Pelaksana pembiayaan
sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Untuk UMKM-K yang akan meminjam KUR Mikro, baik yang disalurkan
secara langsung maupun tidak langsung, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia.
Bank sebagai pihak pelaksana KUR pada hakikatnya memiliki kewajiban – kewajiban serta peraturan yang harus ditaati. Dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor : 22PMK.052010 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat Mantik 2010 : 34 Pasal 4 berbunyi sebagai berikut :
a. Bank Pelaksana menyediakan dan menyalurkan dana untuk KUR.
b. Bank Pelaksana wajib menatausahakan KUR secara terpisah dengan
program kredit lainnya. c.
Bank Pelaksana dapat mengambil tindakan–tindakan yang diperlukan untuk menyediakan dan menyalurkan KUR secara tepat jumlah dan tepat
waktu sesuai dengan program yang ditetapkan oleh Pemerintah, serta mematuhi semua ketentuan yang berlaku.
d. Bank Pelaksana memutuskan pemberian KUR berdasarkan penilaian
terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas –asas perkreditan yang sehat,
serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. e.
Bank Pelaksana dapat menyalurkan KUR secara langsung kepada UMKM-K danatau tidak langsung melalui Lembaga linkage dengan pola
executing danatau pola channeling. 6. Strategi dan Kebijakan Kredit dalam Manajemen Bank
Di dalam dunia bisnis dengan tingkat persaingan yang ketat dan lingkungan yang dinamis, strategi merupakan kunci dari pencapaian keunggulan
bersaing dan keberhasilan sebuah bisnis. Begitu juga bank, juga harus siap
Universitas Sumatera Utara
bersaing. Siagian dalam Respati, 2008 : 26 mengungkapkan bahwa manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tidakan mendasar yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi tersebut. Pemilihan strategi merupakan fokus utama dari top manajemen. Salah
satu metode untuk mengembangkan alternatif strategi adalah SWOT Matrix. Muljono 1990 : 82-87, SWOT merupakan perencanaan perkreditan melalui
pendekatan pasar. Orientasi perencanaan kredit ini disebut dengan customer oriented dan pola pemasarannya pun berubah dari seller market ke buyer market.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan kredit melalui pendekatan pasar ini adalah corak pemasaran, corak persaingan, corak dari para
nasabah, dan corak dari produk. Setelah menganalisis faktor-faktor tersebut, maka dapatlah dibuat SWOT
analisis, yaitu Strengthness kekuatan bank dalam menerobos pasar yang dapat diukur dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlah dana yang
siap dipasarkan, nasabah debitur yang telah dikuasai, dll, Weaknesses letak kelemahan dari perkreditan bank yang bersangkutan, Opportunities letak
peluang usaha uang dapat dimanfaatkan dalam menerobos pasar, Threat analisis siapa saja yang menjadi ancaman persaingan berapa market share yang telah
dimiliki yang harus dipertahankan. Selain perencanaan kredit berdasarkan pendekatan pasar, ada pula pendekatan perencanaan kredit berdasarkan sumber
dana, anggaran, dan peraturan moneter. Pendekatan perencanaan kredit melalui pendekatan sumber
–sumber dana didasarkan atas jumlah dana yang dapat dikumpulkan, pendekatan ini pada hakekatnya merupakan production oriented
pada suatu perusahaan industri fabrikasi. Sudah tentu cara ini tidak sesuai untuk
Universitas Sumatera Utara
kegiatan perbankan yang kompetitif, dan hanya cocok untuk kegiatan perkreditan dimana jumlah permintaan dana jauh lebih besar dari pihak
–pihak yang menawarkan. Dengan demikian agar pendekatan ini dapat bermanfaat perlu
dikombinasikan dengan pendekatan –pendekatan yang lain karena bagaimanapun
juga dalam setiap kegiatan usaha faktor –faktor produksi tidak dapat diabaikan
begitu saja. Dalam pendekatan anggaran ini pola berfikir yang dipakai adalah sesuai
dengan pengertian anggaran itu sendiri yaitu sesuai rencana kerja yang dimanifestasikan dalam bentuk kesatuan mata uang. Pendekatan ini terdiri dari 7
tujuh tahap. Tahap satu perumusan kebijaksanaan, kedua tahap pengenalan faktor
–faktor usaha yang akan terlibat dalam pencapaian obyektif, ketiga penetapan critical point, tahap keempat penetapan target usaha dalam perencanaan
kredit, tahap kelima penyusunan penetapan planning assumption, keenam diadakan perhitungan tarif biaya dan pendapatan yang menyangkut kegiatan
perkreditan, dan tahap terakhir menyusun anggaran perencanaan kredit. Perencanaan kredit tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
kebutuhan manajemen misalnya perencanaan kredit per wilayah, dsb. Pendekatan perencanaan kredit terakhir berdasarkan pendekatan pada
peraturan moneter yang ada. Beberapa model ketentuan moneter dibidang perkreditan yang dapat terjadi dan cara
–cara pemanfaatannya dapat diberikan ilustrasi seperti pada pemberian kredit ke sektor ekonomi yang diprioritaskan,
akan dapat memberikan manfaat bagi bank komersiil karena adanya kredit likuiditas dari bank sentral dengan suku bunga yang rendah, dan adanya bantuan
share dana dari pemerintah; dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan
Universitas Sumatera Utara
perbaikan distribusi pendapatan, maka arah pemberian kredit kepada perusahaan yang padat karya; dalam rangka pengembangan usaha golongan ekonomi lemah,
maka arah pemberian kredit ditujukan kepada kepada pengusaha kecil, dalam rangka peningkatan kesempatan memperoleh keahlian dan pengetahuan, maka
arah pemberian kredit ditujukan pada usaha dibidang pendidikan, atau kepada mahasiswa, dan lain
–lain. Sedangkan menurut Sutojo 1997 : 223
–232 sebagian besar bank merasa perlu memiliki kebijaksanaan kredit yang jelas dan komprehensif. Kebijaksanaan
kredit bank yang komprehensif terdiri dari 3 bagian, yaitu : a.
Kebijaksanaan Umum. Kebijaksanaan umum kredit meliputi lima hal yaitu sasaran yang ingin
dicapai, strategi pokok penyaluran kredit, daerah pemasaran, standar mutu kredit dan jaminan, dan batasan wewenang pemberian
persetujuan kredit. b.
Prosedur Pemberian Dan Pengawasan Kredit. Disamping kebijaksanaan umum, kebijaksanaan kredit memuat
pedoman umum tentang prosedur pemberian dan pengawasan kredit yang wajib dipenuhi, baik oleh bank maupun oleh debitur. Pedoman
prosedur pemberian dan pengawasan kredit terdiri dari standar dokumentasi kredit, perlindungan asuransi, dan pengawasan kredit.
c. Pedoman Khusus Penanganan Kredit Tertentu
Cara penanganan kredit yang disalurkan ke sektor ekonomi yang berbeda sering kali tidak sama, karena setiap sektor ekonomi
mempunyai kondisi khusus yang tidak sama dengan sektor ekonomi
Universitas Sumatera Utara
yang lain. Hal yang sama berlaku dalam penanganan kredit yang dipergunakan untuk tujuan yang berbeda.
2.5 Penelitian Terdahulu