Sifat Komunikasi Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini

horisontal. Komunikasi informal adalah komunikasi yang berdasarkan struktur organiasi, seperti komunikasi antar rekan.. f. Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa, baik media cetak maupun elektronik, dengan tujuan masyarakat luas yang anonim, heterogen yang tersebar diberbagai tempat.

2.2.1.4 Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Komunikasi Verbal verbal communication a. Komunikasi lisan oral communication b. Komunikasi tulisan written communication 2. Komunikasi nonverbal lmediated communication a. Komunikasi kial gestural communication b. Komunikasi gambar pictorial ommunication 3. Komunikasi tatap muka face-to-face communication 4. Komunikasi bermedia mediated communication

2.2.1.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Adapun fungsi komunikasi adalah: 1. Menyampaikan informasi to inform. 2. Mendidik to educate. 3. Menghibur to entertain. 4. Mempengaruhi to influence. Adapun tujuan komunikasi adalah : 1. Perubahan sikap attitude change. 2. Perubahan pendapat opinion change. 3. Perubahan perilaku behavior change. 4. Perubahan sosial social change Effendy, 2002: 8. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Strategi Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Ilmu Komunikasi” 2006: 32 menyatakan bahwa : “Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi communication planning dan manajemen communications management untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan approach bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”. Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi. Strategi komunikasi dapat dilakukan berdasarkan sifat komunikasi itu sendiri, yaitu : 1. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Setidaknya ada tiga ciri utama yang menandai wujud atau bentuk komunikasi verbal Djuarsa, 2003 : 63. Pertama, bahasa verbal adalah komunikasi yang kita pelajari setelah kita menggunakan komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal ini digunakan setelah pengetahuan dan kedewasaan kita sebagai manusia tumbuh. Kedua, komunikasi verbal dinilai kurang universal dibanding dengan komunikasi nonverbal, sebab bila kita keluar negeri misalnya dan kita tidak mengerti bahasa yang digunakan masyarakat setempat maka kita bisa menggunakan bahasa isyarat nonverbal. Ketiga, komunikasi verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual dibanding dengan bahasa nonverbal. Melalui komunikasi verbal kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang abstrak. Universitas Sumatera Utara 2. Komunikasi Nonverbal Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan merupakan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu kegiatan komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang memiliki pesan potensial bagi penerima. Komunikasi nonverbal mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan Mulyana, 2007 : 343. Jurgen Ruecsh dalam Mulyana, 2007 : 352 mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Bahasa tanda sign language Bahasa tanda bisa berupa acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis atau juga bahasa tuna rungu. 2. Bahasa tindakan action language Bahasa tindakan merupakan semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan. 3. Bahasa objek object language Bahasa objek dapat berupa penunjukan benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat public lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambarlukisan, music dan sebagainya baik secara sengaja maupun tidak. Dalam menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan faktor pendukung serta penghambat pada setiap komponen tersebut Effendy,2003:35. 1. Mengenali sasaran komunikasi 2. Faktor situasi dan kondisi 3. Pemilihan media komunikasi 4. Pengkajian tujuan pesan komunikasi 5. Peranan komunikator dalam komunikasi 6. Daya tarik sumber Universitas Sumatera Utara 7. Kredibilitas sumber Dalam proses pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya strategi komunikasi yang dipakai. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar mengajar. Komunikasi pendidikan yang dimaksudkan adalah hubungan atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara pendidik dengan peserta didik. Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar.

2.2.3 Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura

Teori pembelajaran sosial Albert Bandura dikenal juga dengan teori kognitif sosial, proses kognitif terjadi ketika seseorang mengamati sosok model, mengamati, mempelajari kepingan perilaku dan secara mental menyatukan kepingan-kepingan tersebut ke dalam sebuah pola perilaku baru yang kompleks Papalia, 2010 : 48. Gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi peembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran dapat membuat hasil belajar siswa dicapai semaksimal mungkinUno, 2006 : 185 Teori Bandura didasarkan pada tiga asumsi dalam buku Surya, 2013:151, yaitu : 1. Individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada dilingkunganya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku orang lain yang ditiru disebut perilaku model atau perilaku contoh. Universitas Sumatera Utara 2. Terdapat hubungan yang erat antara pelajar dan lingkunganya. Pembelajaran terjadi akibat keterkaitan tiga pihak, yaitu lingkungan, perilaku dan faktor-faktor pribadi. 3. Hasil pembelajaran berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena pengaruh dari lingkungan sosial. Individu akan mengamati perilaku dilingkungannya sebagai contoh, kemudian ditirunya menjadi perilaku miliknya. Perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadap perilaku di lingkungan, pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana membuat peniruan yang sebaik-baiknya sehingga bersesuaian dengan keadaan dirinya dan tujuannya.

2.2.4 Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak Sujiono, 2009:7. Batasan pengertian anak usia dini yaitu 0-6 tahun. Usia dini pada anak kadang disebut sebagai usia emas atau golden age. Perkembangan anak usia dini merupakan fase yang sangat mendasar bagi perkembangan individu. Masa-masa tersebut merupakan masa kritis dimana seorang anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna Pratisti 2008: 56. Perkembangan anak usia dini merupakan fase yang sangat mendasar bagi perkembangan individu. Mengingat karakteristik yang khas, maka pembelajaran anak usia dini harus dirancang sedemikian rupa sehingga menyenangkan dan menarik bagi anak. Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13 sebagai berikut : a. Anak bersifat unik. b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Universitas Sumatera Utara c. Anak bersifat aktif dan enerjik. d. Anak itu egosentris. e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. f. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. g. Anak umumnya kaya dengan fantasi. h. Anak masih mudah frustrasi. i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak. j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek. k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial. l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

2.2.5 Kemandirian Anak Usia Dini

Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual mandiri, tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, melakukan sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia juga berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko dan konsekuensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut. Menurut Bacharuddin Mustafa 2008: 75 kemandirian adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya.Kemandirian pada anak-anak mewujud ketika mereka menggunakan pikirannya sendiri dalam mengambil berbagai keputusan; dari memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakannya, memilih teman bermain, sampai hal-hal yang relatif lebih rumit dan menyertakan konsekwensi- konsekwensi tertentu yang lebih serius. Selanjutnya Bacharuddin 2008: 75 menjelaskan bahwa tumbuhnya kemandirian pada anak-anak bersamaan dengan munculnya rasa takut kekuatiran dalam berbagai bentuk dan intensitasnya yang berbeda-beda. Rasa Universitas Sumatera Utara takut dalam takarannya yang wajar dapat berfungsi sebagai ‘emosi perlindungan’ protective emotion bagi anak-anak, yang memungkinkannya mengetahui kapan waktunya meminta perlindungan kepada orang dewasa atau orang tuanya. Kemandirian bukanlah kemampuan yang dibawa anak sejak lahir, melainkan hasil dari proses belajar. Kemandirian merupakan hasil dari pendidikan. Kartawijaya dan Kuswanto 2000: 1 mengemukakan bahwa kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi dengan penanaman disiplin yang konsisten sehingga kemandirian yang dimiliki dapat berkembang secara utuh. Dengan mengacu kepada definisi tersebut, Terdapat delapan unsur yang menyertai makna kemandirian bagi seorang anak, yaitu antara lain: 1. Berani memutuskan atas pilihannya sendiri 2. Bertanggungjawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya 3. Percaya diri 4. Mengarahkan diri 5. Mengembangkan diri 6. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya 7. Berani mengambil resiko atas pilihannya.

2.2.6.1 Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini

Mengembangkan kemandirian pada anak adalah dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai akivitas. Semakin banyak kesempatan yang diberikan pada anak, maka anak akan semakin terampil mengembangkan kemampuannya sehingga lebih percaya diri. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan kemandirian anak ini, sebagaimana yang disarankan oleh Ratri Sunar Astuti 2006: 49, yaitu: 1. Anak-anak didorong agar mau melakukan sendiri kegiatan sehari-hari yang ia jalani seperti mandi sendiri, gosok gigi, makan sendiri, bersisir, berpakaian, dan lain sebagainya segera setelah mereka mampu melakukan sendiri. 2. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil keputusan sendiri, misalnya memilih baju yang akan dipakai. Universitas Sumatera Utara 3. Anak diberi kesempatan untuk bermain sendiri tanpa ditemani sehingga terlatih untuk mengembangkan ide dan berpikir untuk dirinya. Agar tidak terjadi kecelakaan maka atur ruangan tempat bermain anak sehingga tidak ada barang yang membahayakan. 4. Biarkan anak mengerjakan segala sesuatu sendiri walaupun sering membuat kesalahan. 5. Ketika bermain bersama bermainlah sesuai keinginan anak, jika anak tergantung pada kita maka beri dorongan untuk berinisiatif dan dukung keputusannya. 6. Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan dan idenya 7. Latihlah anak untuk mensosialisasi diri, sehingga anak belajar menghadapi problem sosial yang lebih kompleks. Jika anak ragu-ragu atau takut cobalah menemaninya terlebih dahulu, sehingga anak tidak terpaksa. 8. Untuk anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk mengurus rumah tangga, misalmya menyiram tanaman, membersihkan meja, menyapu ruangan, dan lain-lain. 9. Ketika anak mulai memahami konsep waktu dorong mereka untuk mengatur jadwal pribadinya, misalnya kapan akan belajar, bermain dan sebagainya. Orang tua bisa mendampingi dengan menanyakan alasan- alasan pengaturan waktunya. 10. Anak-anak juga perlu diberi tanggung jawab dan konsekwensinya bila tidak memenuhi tanggung jawabnya. Hal ini akan membantu anak mengembangkan rasa keberartian sekaligus disiplin. 11. Kesehatan dan kekuatan biasanya berkaitan juga dengan kemandirian, sehingga perlu memberikan menu yang sehat pada anak dan ajak anak untuk berolah raga atau melakukan aktivitas fisik. Universitas Sumatera Utara

2.3 Model Teoritik

Dalam penelitian ini, penelitian membuat model teoritik dengan memahami keterkaitan antara beberapa teori, yaitu. Keterkaitan teroti-teori ini akan mebentuk rangkaian yang berkesinambungan. Berikut model teoritik yang peneliti gambarkan untuk menunjukkan keterkaitan antar teori tersebut: Guru Anak Usia Dini Strategi Komunikasi 1. Komunikasi Verbal 2. Komunikasi Nonverbal Kemandirian Anak Usia Dini Universitas Sumatera Utara