Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Dismenore Di Smk Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

(1)

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

UNTUK MENGURANGI DISMENORE DI SMK NUSA

PENIDA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

RIZKA NOVITA 125102104

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas dalam untuk Mengurangi Dismenore di SMK Nusa Penida Medan Sumatera Utara Tahun 2013

Abstrak Rizka Novita

Latar belakang : Dismenore adalah nyeri pada bagian perut hingga punggung yang dirasakan pada saat menstruasi, mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Salah satu penanganan untuk mengurangi dismenore adalah relaksasi nafas dalam.

Tujuan penelitian : Menganalisis efektifitas teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain Quasy Eksperimen dengan pretest – posttest desaign. Sampel pada penelitian ini adalah siswi kelas X – XII di SMK Nusa Penida Medan yang mengalami dismenore yang di tetapkan secara accidental sampling. Jumlah sampel ada 60 responden yang dibagi 2 kelompok, yaitu 30 kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

Hasil : dari hasil uji t-Independent, sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapati nilai p=0.063 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam pada kedua kelompok, sedangkan pada saat sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan kontrol didapati nilai p=0.000 (p<0.05) artinya ada perubahan yang bermakna antara kelompok kontrol dan intervensi sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

Saran : diharapkan bagi instansi kesehatan untuk lebih menekankan pendidikan kesehatan sejak dini kepada remaja agar tercipta kesehatan reproduksi yang berkesinambungan.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya karya tulis ilmiah ini dengan judul “Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore” sebagai tugas akhir yang harus dipenuhi di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada saat penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan serta dorongan kepada peneliti. Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, Skep, Ns. M.Kep selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Diah Lestari Nasution, SST. M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran dalam penulisan Karya tulis ilmiah ini.

4. Kepada kedua orangtua penulis, ayahanda dan Ibunda yang senantiasa selalu mendoakan, memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

5. Kepada sahabat-sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dan mendukung penulis, terima kasih atas segala kritik dan saran yang kalian berikan semuanya.

6. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.


(5)

Peneliti menyadari dalam pembuatan Karya tulis ilmiah ini masih dirasakan kurang sempurna. Karena itu peneliti menerima segala kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan karya tullis ilmiah ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Medan, 06 Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Praktek Kebidanan ... 5

2. Bagi Pendidikan Kebidanan ... 5

3. Bagi penelitian Kebidanan ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Nyeri ... 7

1. Defenisi Nyeri ... 7

2. Fisiologi Nyeri ... 7


(7)

4. Defenisi Dismenore ... 10

5. Klasifikasi Dismenore ... 11

6. Faktor Penyebab Dismenore ... 12

7. Faktor Resiko Dismenore ... 13

8. Derajat Dismenore ... 14

9. Pengukuran Derajat Dismenore ... 14

10.Penanganan Dismenore ... 17

B. Teknik Relaksasi Nafas Dalam ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 23

A. Kerangka Konsep ... 23

B. Hipotesis ... 23

C. Defenisi Operasional ... 24

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 26

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

C. Tempat Penelitian ... 27

D. Waktu Penelitian ... 27

E. Etika Penelitian ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 29

H. Pengumpulan Data ... 29

I. Analisa Data ... 31


(8)

2. Analisis Bivariat ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Analisa Univariat ... 33

2. Analisa Bivariat ... 38

B. Pembahasan ... 39

1. Karakteristik Demografi ... 39

2. Uji Hipotesa ... 40

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 24

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik responden di SMK Nusa penida

Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ... 33

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Dismenorepada Kelompok Intervensi dan Sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam di SMK Nusa Penida Medan Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2013 ... 34

Tabel 5.3 ... Perbandingan Tingkat Dismenorepada Kelompok Intervensi sebelum dan

Sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam di SMK Nusa Penida Medan

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ... 34

Tabel 5.4 .... Distribusi Tingkat Dismenorepada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah

diberikan Leaflet tentang Dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ... 35

Tabel 5.5 ... Perbandingan Tingkat Dismenorepada Kelompok Kontrol Sebelum dan

Sesudah diberikan Leaflet tentang Dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013... 36

Tabel 5.6 ... Perbandingan Tingkat Dismenore Sebelum dan Sesudah dilakukan

Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013 ... 37


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep ... 23


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Formulir Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan ( PSP )

Lampiran 3 Lembar kuesioner

Lampiran 4 Lembar Prosedur

Lampiran 5 Lembar Protap

Lampiran 6 Lembar Rekapitulasi Hasil

Lampiran 7 Lembar Output Hasil SPSS

Lampiran 8 Leaflet Dismenore

Lampiran 9 Lembar Konsultasi


(12)

Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas dalam untuk Mengurangi Dismenore di SMK Nusa Penida Medan Sumatera Utara Tahun 2013

Abstrak Rizka Novita

Latar belakang : Dismenore adalah nyeri pada bagian perut hingga punggung yang dirasakan pada saat menstruasi, mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Salah satu penanganan untuk mengurangi dismenore adalah relaksasi nafas dalam.

Tujuan penelitian : Menganalisis efektifitas teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain Quasy Eksperimen dengan pretest – posttest desaign. Sampel pada penelitian ini adalah siswi kelas X – XII di SMK Nusa Penida Medan yang mengalami dismenore yang di tetapkan secara accidental sampling. Jumlah sampel ada 60 responden yang dibagi 2 kelompok, yaitu 30 kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

Hasil : dari hasil uji t-Independent, sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapati nilai p=0.063 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada saat sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam pada kedua kelompok, sedangkan pada saat sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan kontrol didapati nilai p=0.000 (p<0.05) artinya ada perubahan yang bermakna antara kelompok kontrol dan intervensi sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

Saran : diharapkan bagi instansi kesehatan untuk lebih menekankan pendidikan kesehatan sejak dini kepada remaja agar tercipta kesehatan reproduksi yang berkesinambungan.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

Masa remaja juga sering disebut masa pubertas, yaitu suatu fase perkembangan yang ditandai dengan terjadinya kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi. Masa pubertas dianggap sebagai periode tumpang-tindih, dikarenakan terjadi tumpang-tindih antara tahun akhir kanak-kanak dan awal masa remaja (Pieter & Lumongga, 2011).

Masa remaja adalah masa dimana terjadi pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Pada anak perempuan matangnya organ reproduksi ini ditandai dengan datangnya menstruasi (Manuaba, 2006)

Menurut Pieter dan Lumongga (2011) masa menstruasi merupakan masa pendarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan terkecuali terjadi kehamilan. Lamanya menstruasi biasanya terjadi antara 3-5 hari. Namun pada beberapa terjadi kasus bisa saja mengalami menstruasi yang lebih panjang ataupun lebih pendek. Jumlah antara periode menstruasi yang pertama dengan periode menstruasi berikutnya disebut dengan siklus menstruasi.

Rata- rata perempuan mengalami siklus haid selama 21-40 hari. Hanya sekitar 15 persen perempuan yang mengalami siklus haid selama 28 hari.


(14)

Beberapa kelainan siklus haid adalah polimenore, oligomenore dan amenore.

Gangguan haid lainnya yang sering dikeluhkan wanita setiap bulannya adalah dismenore (Prawirohardjo, 2008).

Dismenore atau yang biasa disebut nyeri haid adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul. Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormon prostaglandin yang membuat otot uterus berkontraksi. Nyeri dapat dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung (Judha, Sudarti & Fauziah, 2013).

Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata – rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenore. Di Amerika, angka presentasinya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang mengalami nyeri pada masa menstruasinya. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun dismenore dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita (Misaroh & Atikah, 2009).

Dalam studi epidemiologi di Amerika Serikat pada populasi remaja yang berusia 12-17 tahun, rata-rata 59,7% remaja mengalami dismenore, dari mereka yang mengeluh mengalami dismenore, 12% mengalami nyeri berat, 37% nyeri sedang, dan 49% mengalami nyeri ringan. Dismenore juga bertanggung jawab atas ketidakhadiran siswi di sekolah, sebanyak 13-51% remaja siswi telah absen sedikitnya sekali, dan 5-14% berulang kali absen (Anurogo & Wulandari, 2011).

Dismenore terdiri dari dua jenis yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Pada dismenore primer kasusnya biasanya sering terjadi pada remaja,


(15)

kemungkinannya lebih dari 50% wanita remaja mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Sedangkan, dismenore sekunder lebih jarang ditemukan. Hanya sekitar 25% wanita yang mengalaminya dan banyak ditemukan pada wanita usia 20 tahunan (Kasdu, 2008).

Untuk mengurangi dismenore terdapat dua tindakan yaitu secara farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi yaitu dengan pemberian analgetik sebagai penghilang rasa sakit sedangkan non farmakologi dapat dilakukan dengan relaksasi (Trisianah,2011).

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Berbagai metode relaksasi digunakan untuk menurunkan kecemasan dan ketegangan otot sehingga didapatkan penurunan ketegangan otot, contoh tindakan relaksasi yang dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri dismenore adalah teknik relaksasi nafas dalam (Prasetyo, 2007).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan, yang dalam hal ini tenaga kesehatan mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Bare & Smeltzer, 2002).

Supaya relaksasi dapat dilakukan dengan efektif, maka diperlukan partisipasi individu dan kerja sama. Teknik relaksasi diajarkan hanya saat klien sedang tidak merasakan rasa tidak nyaman yang akut hal ini dikarenakan ketidakmampuan berkonsentrasi membuat latihan menjadi tidak efektif.


(16)

Dibutuhkan 5 sampai 10 sesi pelatihan sebelum klien dapat meminimalkan nyeri dengan efektif (Bobak, 2010)

Peneliti memilih siswi SMK Nusa Penida Medan sebagai responden penelitian. Siswi SMK Nusa Penida Medan menjadi pilihan peneliti karena tempatnya yang strategis dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam pengumpulan data.

Berdasarkan data awal yang di peroleh peneliti di SMK Nusa Penida Medan, pada tanggal 10 Desember 2012, dari 136 siswi yang diambil dari keseluruhan kelas di peroleh data 86 siswi mengeluh mengalami dismenore.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul tentang “efektifitas teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi dismenore pada siswi SMK Nusa Penida Medan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah efektifitas teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi dismenore pada siswi SMK Nusa Penida Medan provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi dismenore pada siswi SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.


(17)

b. Mengidentifikasi tingkat dismenore pada kelompok intervensi pada saat sebelum (Pre Test) dan sesudah (Post Test), dilakukan teknik relaksasi

nafas dalam selama 15 menit pada siswi SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

c. Mengidentifikasi tingkat dismenore pada kelompok kontrol pada saat sebelum (Pre Test) dan sesudah (Post Test), diberikannya leaflet

pengetahuan tentang dismenore selama 15 menit (tanpa dilakukan teknik relaksasi nafas dalam) pada siswi SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

d. Membandingkan tingkat dismenore pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum (Pre Test) dan sesudah (Post Test), dilakukan

teknik relaksasi nafas dalam pada siswi SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Kebidanan

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi tentang signifikansi Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore. Hal ini akan memudahkan bidan dalam melakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore kepada remaja putri sehingga dapat meningkatkan pelaksanan Asuhan Kebidanan dalam ruang lingkup kebidanan.

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan akan digunakan oleh pendidikan kebidanan sebagai bahan bacaan ilmiah di perpustakaan dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa D-IV bidan pendidik tentang efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore.


(18)

3. Bagi Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dipergunakan sebagai data dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Nyeri

1. Defenisi Nyeri

Defenisi nyeri menurut beberapa sumber :

a. Bare & Smeltzer (2002) mengatakan, bahwa nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (judha, 2012).

b. Artur C Curton (1983) menyatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Maryunani, 2010).

c. Menurut Kozier dan Erb (1983) dalam Tamsuri (2006), nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan fantasi luka.

2. Fisiologi Nyeri

Bare & Smeltzer (2002) mengatakan, bahwa nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (judha, 2012).

Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri, yaitu sel saraf aferen, serabut konektor dan sel saraf eferen. Sel saraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke


(20)

sumsum tulang belakang dan otak. Reseptor-resetor ini akan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor yang berespon terhadap stimulus atau rangsangan nyeri disebut dengan nosiseptor (Tamsuri, 2006).

Nosiseptor merupakan ujung-ujung saraf bebas yang dapat memberikan respon akbiat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, brakidini, prostaglandin, subtansi P, dan sebagainya. Zat kimiawi ini akan mengaktivasi nosiseptor menyebabkan munculnya nyeri spontan. Stimulus yang menimbulkan lesi pada jaringan akan mengaktivasi nosiseptor yang akan mengkonversi zat-zat kimia tadi menjadi suatu impuls listrik yang akan di transmisikan melalui serabut penghantar nyeri (serabut aferen, serabut konektor, dan serabut eferen) ke medulla spinalis dan seterusnya di projeksikan ke susunan saraf pusat untuk dipersepsikan menjadi nyeri (Maryunani, 2010).

Menurut Ardinata (2007) mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu:

a. Transduksi (Transduction)

Transduksi adalah proses dari stimuli nyeri yang diubah ke bentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nosiseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi nosiseptor ini merupakan bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan (Ardinata, 2007).


(21)

b. Transmisi (transmission)

Transmisi adalah serangkaian kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar (Davis, 2003 dalam Ardinata 2007). Kedua saraf ini akan memasuki dorsal horn dari sumsum tulang

belakang lalu memasuki thalamus dan terakhir di korteks serebral (Ardinata, 2007)

c. Modulasi (Modulation)

Proses modulasi melibatkan sistem neural yang kompleks. Ketika

impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls

nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descend ke tulang

belakang untuk memodulasi efektor (Turk & Flor, 1999 dalam Ardinata, 2007)

d. Persepsi

Persepsi adalah proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi pengenalan dan mengingat. Oleh sebab itu, Faktor psikologis, emosional, dan berhavioral (perilaku) akan muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan multidimensional (Ardinata, 2007)


(22)

3. Mekanisme Dismenore

Nyeri haid berpangkal pada mulainya proses menstruasi itu sendiri yang merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi. Kontraksi otot-otot rahim tersebut membuat aliran darah ke otot-otot rahim menjadi berkurang yang berakibat meningkatnya aktivitas rahim untuk memenuhi kebutuhannya akan aliran darah yang lancar, juga otot-otot rahim yang kekurangan darah akan merangsang ujung-ujung syaraf sehingga terasa nyeri. Peningatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai penyebab terjadinya dismenore. PG sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid wanita yang menderita dismenore primer. PG menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar PG dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan infra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa PG yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Selanjutnya kontraksi miometrium yang disebabkan oleh PG akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika PG dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore timbul pula pengaruh umum lainnya seperti diare, mual, muntah (Genie, 2009). 4. Defenisi Dismenore

Defenisi dismenore menurut beberapa sumber:

a. Dismenore adalah adanya rasa sakit selama atau segera sebelum dimulainya periode menstruasi (Smith & Shimp, 2000)


(23)

b. Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari (Manuaba, 2009).

c. Dismenore merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan (Prawirohardjo, 2008).

d. Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkuragnya aktifitas sehari-hari (Proverawati & Misaroh, 2009).

5. Klasifikasi Dismenore

Judha, Sudarti dan Fauziah (2013) dismenore dapat digolongkan berasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati adalah:

a. Dismenore Spasmodik

Adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spasmodik ditandai dengan pingsan, mual dan muntah.

b. Dismenore Kongestif

Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang, gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang tidak terlalu menibulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati adalah:


(24)

a. Dismenore Primer

Dismenore primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih paska menarke (menstruasi yang pertama kali). Hal itu karena siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarke biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, dan diare.

Faktor-faktor yang memegang peranan penting sebagai penyebab dismenore yaitu faktor kejiwaan, faktor konstitusi, faktor obstruksi kanalis servikalis dan faktor endokrin.

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan kongenital yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri yang timbul biasanya disebabkan karena adanya kelainan pelvis. Dismenore yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu gangguan tertentu biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun.

6. Faktor Penyebab Dismenore

Penyebab pasti dismenore primer hingga kini belum diketahui secara pasti (idiopatik), namun beberapa faktor ditengarai sebagai pemicu terjadinya nyeri menstruasi, diantaranya: faktor psikis. Para gadis dan wanita dewasa yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi. Faktor prostaglandin, teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena


(25)

peningkatan produksi prostaglandin saat menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009).

Menurut Anurogo (2011), nyeri menstruasi muncul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyreiyang ringan sampai berat dibagian bawah, bokong dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan dismenore, antara lain:

a. Faktor endokrin, rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraklititas uterus sedangkan hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus. b. Faktor kejiwaan dan gangguan psikis, seperti rasa bersalah ketakutan

seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas.

c. Faktor alergi, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada hubungan antara dismenore dengan biduran, migrain, dan asma.

7. Faktor Resiko Dismenore

Menurut Proverwati dan Misaroh (2009) beberapa faktor di bawah ini dianggap sebagai resiko timbulnya nyeri menstruasi, yakni:

a. Menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun) b. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup

c. Darah menstruasi berjumlah banyak atau masa menstruasi yang panjang d. Merokok

e. Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga. f. Obesitas alias kegemukan / kelebihan berat badan


(26)

8. Derajat Dismenore

Dismenore juga memiliki derajat, antara lain:

a. Dismenore ringan

Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari– hari.

b. Dismenore sedang

Pada dismenore sedang, ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.

c. Dismenore berat

Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, kram pinggang, diare dan rasa tertekan.

9. Pengukuran Derajat Dismenore

Intensitas nyeri menunjukkan seberapa banyak nyeri yang dialami seseorang. Pasien biasanya mampu mendeskripsikan intensitas nyeri yang mereka rasakan dalam wakru yang relatif cepat. Intensitas nyeri sering diungkapkan dengan menggunakan kata-kata seperti ‘tidak ada nyeri’, ‘ringan’, ‘sedang’, ‘berat’ atau bisa juga menggunakan skoring untuk menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Mengkaji nyeri tidak hanya sebatas menilai intensitas nyeri, kualitas nyeri, dan durasi nyeri, tetapi, mengkaji nyeri juga mempertimbangkan pengaruh dan respon nyeri tersebut terhadap orang yang mengalaminya (Harahap, 2007).

Ada 4 pengukuran intensitas nyeri yang sering digunakan yaitu, Verbal


(27)

a. Verbal Rating Scale (VRS)

VRS adalah skala pengukuran nyeri yang menggunakan kata-kata sifat deskriptif untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan.VRS biasanya disusun atas tingkatan intensitas nyeri. Intensitas nyeri yang diungkapkan dimulai dari “tidak ada nyeri” (no pain) sampai “nyeri

hebat” (extreme pain). VRS merupakan alat pemeriksaan yang efektif

untuk memeriksa intensitas nyeri. Beberapa keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan (Jensen & Karoly, 1992).

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri yang nyeri ringan sedang berat tak tertahankan b. Numeric Rating Scale (NRS)

NRS adalah pengukuran nyeri yang sering digunakan dalam pengukuran nyeri dan telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga 10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat hebat (Brunner & Suddarth, 2002).


(28)

c. Visual Analogue Scale (VAS)

VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “tidak ada nyeri” dan ujung kanan diberi tanda “nyeri yang tidak tertahankan”. Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien (Jensen & Karoly, 1992).

Tidak ada Nyeri yang

nyeri tidak tertahankan

d. Verbal Numerical Rating Scale (VNRS)

Sama seperti VAS hanya diberi skor 0-10, dengan, 1-3 nyeri ringan, 4-7 nyeri sedang dan 8-10 merupakan nyeri paling buruk (Mc Kinney et al, 2000 dalam Septa, 2012)


(29)

1-3 (Nyeri ringan) : Hilang tanpa pengobatan, tidak mengganggu aktivitas sehari- hari.

4-7 (Nyeri sedang) : Nyeri yang menyebar ke perut bagian bawah, mengganggu aktivitas sehari- hari, membutuhkan obat untuk mengurangi nyerinya.

8-10 (Nyeri berat) : Nyeri disertai pusing, sakit kepala berat, muntah, diare, sangat mengganggu aktifitas sehari- hari, penurunan rentan kesadaran.

10. Penanganan Dismenore a. Intervensi Farmakologis

The American Geriatrics Society (2009) menyebutkan ada empat

jenis agen farmakologis yang digunakan untuk menangani nyeri yaitu : analgesik nonopioid dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik opioid, analgesik adjuvant (obat tambahan) dan jenis obat lainnya.

b. Intervensi Nonfarmakologis

Intervensi nonfarmakologis sering dilakukan oleh tenaga kesehatan yang merupakan pendekatan kesehatan holistik dalam mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2005). Beberapa cara nonfarmakologis dalam penanganan nyeri yaitu :

1) Sentuhan teraupetik

Mackey (1995 dalam Potter & Perry, 2005) menyatakan bahwa sentuhan teraupetik merupakan pengembangan dari praktek kuno “meletakkan tangan” oleh Kunz dan Krieger. Pendekatan ini


(30)

menyatakan bahwa pada individu yang sehat, terdapat keseimbangan antara aliran energi di dalam tubuh dan di luar tubuh. Sentuhan teraupetik menggunakan tangan untuk pertukaran energi. Brunner dan Suddarth (2002) menjelaskan bahwa cara ini berhubungan dengan teori gate control yang menyatakan bahwa dengan adanya sentuhan di

kulit akan membantu penutupan gerbang terhadap impuls nyeri. Masase merupakan tehnik sentuhan yang umum yang dapat membuat pasien lebih nyaman.

2) Terapi Dingin dan Panas

Merupakan metode yang menghasilkan panas dan dingin untuk penanganan akut atau kronik nyeri muskuloskletal (Dureja, 2006). Terapi es dapat menurunkan prostadglandin dan menghambat proses inflamasi dengan cara es diletakkan pada tempat cedera. Sedangkan terapi panas bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke tempat yang cedera sehingga mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan (Brunner & Suddarth, 2002). Terapi panas untuk nyeri muskuloskletal dapat meningkatkan suhu pada kulit, meningkatkan aliran darah, mengurangi kaku sendi dan otot kejang (Dureja, 2006). 3) Distraksi

Pemfokusan perhatian pasien pada sesuatu yang lain selain nyeri yang dialaminya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri, akan lebih toleransi terhadap nyeri yang dirasakannya (Brunner & Suddarth, 2002). Sistem aktivasi retikular menghambat stimulasi nyeri jika seseorang menerima masukan sensori dan akan merangsang tubuh meghasilkan


(31)

endorphin yang membuat seseorang kurang menyadari nyeri yang dialaminya (Potter & Perry, 2005)

4) Tehnik relaksasi a) Relaksasi otot

Relaksasi otot skletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Penelitian membuktikan relaksasi efektif pada penurunan nyeri pada nyeri punggung dan pascaoperasi.

b) Relaksasi Nafas Dalam

Tehnik relaksasi yang sederhana meliputi pernafasan perut dengan frekuensi lambat sambil menghitung dalam hati. Pasien juga dapat memejamkan mata dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Metode relaksasi nafas efektif pada nyeri kronis dengan periode yang teratur (Brunner & Suddarth, 2002).

5) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang khusus untuk mencapai efek positif tertentu (Brunner & Suddarth, 2002). Pasien menciptakan sesuatu dalam pikiran dan berkonsentrasi pada hal tersebut sehingga secara bertahap nyeri berkurang. Perawat membimbing pasien untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang menyenangkan seperti pemandangan yang indah, pengalaman yang menarik sehingga dapat menurunkan nyeri. Apabila pasien merasa terganggu dan tidak nyaman, maka perawat harus menghentikan tindakan tersebut (Potter & Perry, 2005).


(32)

B. Tehknik Relaksasi Nafas Dalam

1. Defenisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002). 2. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah mengurangi stres baik fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Kusyati, 2006).

3. Tahap persiapan pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam ini adalah:

a. Persiapan lingkungan: lingkungan tenang, nyaman, kursi dan matras jika diperlukan.

b. Persiapan responden atau klien: klien relaks adapun prosedur pelaksanaannya antara lain:

1) Mengatur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik. Posisi dapat duduk atau berbaring telentang.

2) Menginstruksikan klien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru berisi udara yang bersih.

3) Menginstruksikan klien untuk menghembuskan udara dan membiarkannya keluar dari setiap bagian anggota tubuh. Bersamaan dengan itu, minta klien memusatkan perhatian “betapa nikmat rasanya”.


(33)

4) Menginstruksikan klien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (sekitar 1-2 menit)

5) Menginstruksikan klien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan perlahan-lahan, dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki, menuju ke paru, kemudian udara di buang keluar. Minta klien memusatkan perhatian pada kaki dan tangan , udara yang di keluarkan, dan merasakan kehangatannya.

6) Menginstruksikan klien mengulangi prosedur no.5 dengan memusatkan perhatian pada kaki-tangan, punggung, perut, bagian tubuh yang lain.

7) Setelah klien merasa rileks, minta klien secara perlahan menambah irama pernafasan. Gunakan pernafasan dada atau abdomen. Jika frekuensi nyeri bertambah, gunakan pernafasan dangkal dengan frekuensi yang lebih cepat

4. Fisiologis Teknik Ralaksasi Nafas Dalam terhadap penurunan Dismenore Relaksasi nafas dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme, yaitu dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah kedaerah yang mengalami spasme dan iskemik (Bare & Smeltzer, 2002).

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi system saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal indvidu. Pada saat terjadi pelepasan mediator seperti bradikilin, prostagandin dan substansi p, akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokonstriksi


(34)

yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhiirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang

menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak akan dipersepsikan sebagai nyeri (Trisianah, 2011).

Berdasarkan gate control Theory yang dikemukan potter dan Perry

(2005), teknik relaksasi nafas dalam bekerja pada proses transmisi, dimana impuls nyeri dari serabut aferen di transmisikan ke thalamus untuk

disampaikan ke korteks cerebral kemudian dipersepsikan sebagai nyeri. Aplikasi teknik relaksasi nafas dalam menghasilkan pesan yang dikirim lewat serabut saraf besar aferen, serabut aferen akan menutup “gerbang” sehingga korteks cerebral tidak menerima pesan karena nyeri sudah dihambat oleh pesan yang dihasilkan oleh teknik relaksasi nafas dalam tersebut.


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep

Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu aktifitas sehari-hari, sedangkan teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan yang mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan untuk mengurangi rasa nyeri. Relaksasi nafas dalam dapat mencapai rileks yang sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga mengurangi dismenore.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah variabel independen terhadap variabel dependen.

Skema 3.1

Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk mengurangi dismenore di SMK Nusa Penida Medan tahun 2013.

Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam


(36)

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan varibel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2007).

Tabel 3.1 defenisi operasional

NO Variabel

Penelitian

Defenisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1. Independen:

Teknik

Relaksasi Nafas Dalam

Suatu cara yang digunakan untuk menurunkan dismenore dengan cara menarik nafas dalam dan bernafas lambat. Lembar Observasi

Observasi 1 = dilakukan 0 = tidak dilakukan

Nominal

2 Dependen: Dismenore

Nyeri di bagian perut sampai punggung yang dirasakan responden ketika menstruasi, sampai menganggu aktifitas resonpen sehari-hari. Skala nyeri (Verbal Numerical Rating Scale)

Wawancara Derajat nyeri:

• 1-3 = Nyeri ringan

• 4-7 = nyeri sedang

• 8-10 = nyeri berat


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dengan pre-test dan

post-test untuk mengindentifikasikan efektifitas teknik relaksasi nafas dalam

untuk mengurangi dismenore. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberi perlakuan teknik relaksasi nafas dalam dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Pada kedua kelompok ini diawali dengan pengukuran intensitas nyeri (pre-test). Setelah teknik relaksasi nafas

dalam diberi pada kelompok intervensi, diakhiri dengan pengukuran intensitas nyeri kembali (post-test).

Skema 4.1 Desain penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

I P-1 1 P-2

K P-1 0 P-2

Keterangan:

I : Kelompok Intervensi

K : Kelompok Kontrol

P-1 : dilakukan pre-test

P-2 : dilakukan post-test


(38)

0 : Tidak diberikan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generilisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi yang mengalami dismenore di SMK Nusa Penida Medan provinsi Sumatera Utara tahun 2013. Berdasarkan data yang diperoleh dari survey awal yang dilakukan pada tanggal 10 desember 2012, diperoleh data dari 136 siswi SMK Nusa Penida Medan hanya 86 siswi yang mengalami dismenore.

Pengambilan populasi dilakukan peneliti dengan cara memasuki setiap kelas SMK Nusa Penida Medan, dan melakukan pencatatan nama siswi yang mengalami dismenore.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi (Hidayat,2007).

Dalam penelitian ini untuk menentukan besar sampel digunakan teknik accidental sampling, dimana Sampel diambil atas dasar seandainya

saja, tanpa direncanakan lebih dahulu. Juga jumlah sampel yang


(39)

jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMK Nusa Penida Medan yang mengalami dismenore pada saat pendataan awal dan saat dilakukan pengambilan data, siswi sedang mengalami menstruasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 responden, yang di bagi ke dalam 2

kelompok, 30 responden untuk kelompok intervensi dan 30 responden untuk kelompok kontrol.

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMK Nusa Penida Medan di karenakan SMK Nusa Penida Medan dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam pengumpulan data.

D. Waktu Penelitian

Rencana waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2013.

E. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari Kepala Sekolah SMK Nusa Penida Medan. Penelitian ini mempertimbangkan etik penelitian yaitu dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari responden kemudian memberi penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan, manfaat penelitian dan prosedur

pelaksanaan penelitian yaitu pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi (diberi perlakuan) dan pada kelompok kontrol (tanpa


(40)

perlakuan). Responden yang bersedia barulah melakukan penelitian dengan menekankan pertimbangan etik yang meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan diteliti, bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

responden dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar instrumen penelitian ini atau dokumentasi apapun dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya hanya mencantumkan kode tertentu untuk memudahkan pentabulasian data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Data atau

informasi yang diberikan responden hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan dibuka untuk selain penelitian ini.

F. Instrumen Penelitian 1. Data Demografi

Data demografi meliputi kode responden, usia responden, kelas responden dan jurusan pendidikan responden. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa


(41)

berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran.

2. Lembar observasi nyeri pre test dan post test intervensi

Hasil pengukuran nyeri pre dan post intervensi disajikan dalam

bentuk lembar observasi pada masing-masing kelompok dengan skala nyeri yang dapat dilihat pada lampiran dengan tujuan untuk melihat efektifitas teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi dismenore.

Instrumen intensitas nyeri yang digunakan yaitu Verbal Numerical

Rating Scale (VNRS) dan diharapkan akan memudahkan peneliti dalam

mengkaji intensitas nyeri. Terdiri dari 0-10 dengan angka 0 menunjukan tidak nyeri, angka 1-3 nyeri ringan, angka 4-7 nyeri sedang, angka 8-10 nyeri berat. Sebelum diberikan relaksasi nafas dalam (pre- test), pada kedua kelompok

subjek diukur intensitas nyerinya dengan skala pengukuran nyeri dan setelah diberikan relaksasi nafas dalam (post-test), intensitas nyeri diukur kembali

untuk mengetahui perubahan skala pengukuran nyeri. G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Hidayat (2011) mengatakan alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data.

Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas, karena alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang sudah baku yaitu lembar observasi berdasarkan pengukuran skala nyeri Verbal Numerical Rating Scale

(VNRS).


(42)

1. Permohonan izin pelaksanaan penelitian didapatkan dari institusi pendidikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan telah mendapat izin dari Kepala Sekolah SMK Nusa Penida Medan.

2. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada SMK Nusa Penida Medan.

3. Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah SMK Nusa Penida Medan. Peneliti melakukan pendataan calon responden. Pendataan calon responden ini dilakukan untuk mendapatkan calon responden yang sesuai kriteria.

4. Dalam sekali pendataan peneliti hanya mendapat 1-2 orang calon responden. 5. Setelah mendapatkan calon responden peneliti menjelaskan tujuan, manfaat,

prosedur pengumpulan data pada calon responden.

6. Peneliti juga menanyakan dan menganjurkan i seluruh responden untuk tidak melakukan tindakan apapun seperti minum air hangat, mengoleskan balsem atau minyak kayu putih, membuat posisi meringkuk dan juga mengkonsumsi obat penurun nyeri selama menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Kemudian meminta persetujuan calon responden untuk dijadikan responden dengan menandatangani informed concent.

8. Pada kelompok intervensi, peneliti memberikan lembar observasi untuk di isi sesuai tingkat nyeri yang dirasakan responden, kemudian dilakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam selama 15 menit, setelah itu lembar observasi diberikan lagi kepada responden untuk di isi kembali sesuai tingkat nyeri yang dirasakan responden setelah di beri perlakuan.

9. Pada kelompok kontrol lembar observasi di berikan untuk di isi sesuai tingkat nyeri yang dirasakan responden, setelah itu responden diberikan leafllet


(43)

tentang dismenore selama 15 menit lembar observasi untuk di isi kembali sesuai tingkat nyeri yang dirasakan responden.

10.Jika satu hari itu peneliti mendapat 2 responden maka 1 responden di masukkan ke kelompok intervensi dan 1 responden lagi di masukkan ke kelompok kontrol

11.Jika hanya 1 responden yang di dapat maka akan di masukkan ke kelompok intervensi dan pada hari berikutnya mendapat 1 responden lagi di masukan ke kelompok kontrol.

12.Kemudian peneliti mengumpulkan lembar observasi untuk mengidentifikasi hasilnya.

I. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama editing, yaitu mengecek atu mengoreksi data yang telah

dikumpulkan. Tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan. Kedua coding, yaitu pemberian kode-kode

pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Tahap ketiga yaitu processing yaitu memasukkan data dari lembar kuisioner ke dalam program

computer, dan tahap yang keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang

telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Analisa data

dilakukan dengan menggunakan bantuan komputirisasi dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari suatu variabel. Analisis ini mendeskripsikan karakteristik responden


(44)

berdasarkan identitas responden, teknik relaksasi nafas dalam dan dismenore pada siswi di SMK Nusa Penida Medan.

2. Analisis Bivariat

Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistic uji t-dependen yakni mengukur skala nyeri pada kelompok

intervensi dan kontrol sebelum dan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalamt, diperoleh mean perbedaan sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol.

Uji t- independen digunakan untuk membandingkan skala dismenore

pada kelompok kontrol dan intervensi sebelum dan sesudah dilaukan teknik relaksasi nafas dalam.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini di laksanakan selama 4 bulan mulai dari bulan Januari 2013 sampai Juni 2013. Jumlah seluruh responden pada penelitian ini adalah 60 orang yang terbagi menjadi 30 orang untuk setiap kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberi perlakuan berupa teknik relaksasi nafas dalam selama 15 menit dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan tapi hanya diberi leaflet tentang dismenore. Perlakuan teknik relaksasi nafas dalam dilakukan di ruang tata usaha dan ruang kelas pada jam istirahat ataupun jam pulang sekolah. Hasil penelitian ini akan menguraikan karakteristik demografi responden, analisis intensitas dismenore sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol yang hanya di berikan leaflet tentang dismenore, serta analisis perbedaan intensitas dismenore antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberi perlakuan.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik demografi responden, analisis intensitas dismenore sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol yang hanya di berikan leaflet tentang dismenore. a. Karakteristik Demografi Responden

Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, suku dan siklus haid responden. Sebaran karakteristik demografi responden pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :


(46)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi karakteristik responden di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Karakteristik Demografi Responden Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

F % F %

Usia

12 – 15 tahun 16 – 17 tahun 18 – 21 tahun

9 19 2 30.0 63.3 6.7 7 22 1 23.3 73.3 3.3 Suku Jawa Batak Aceh Minang Melayu 10 9 6 3 2 33.3 30.0 20.0 10.0 6.7 13 8 5 3 1 43.3 26.7 16.7 10.0 3.3 Siklus Haid

26 – 30 hari 31 – 35 hari

17 13 56.7 43.3 18 12 60.0 40.0 Intensitas Dismenore Pre-Test

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat 0 4 24 2 0 13.3 80.0 6.7 0 11 17 2 0 36.7 56.7 6.7 Intensitas Dismenore Post-Test

Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat 4 15 11 0 13.3 50.0 36.7 0 0 5 23 2 0 16.7 76.7 6.7

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok intervensi mayoritas responden yang mengalami dismenore adalah berada pada rentang usia 16 – 17 tahun adalah 19 orang (60%), suku jawa 10 orang (33.3%), siklus haid 26 – 30 hari adalah 17 orang (56.7%), intensitas dismenore pada saat Pre-test nyeri sedang 24 orang (80.%), dan intesitas dismenore pada saat post-test nyeri ringan 15 orang (50.0%).


(47)

jawa adalah 13 orang (43.3%), siklus 26 – 30 hari adalah 18 orang (60.0%), intensitas dismenore pada saat Pre-test nyeri sedang 17 orang (56.7%), dan intesitas dismenore pada saat post-test nyeri sedang 23 orang (76.7%).

b. Uji Perbandingan Pengukuran Skala Intensitas Dismenore Pre-test dan Post-test Pada Kelompok Intervensi.

Intensitas dismenore pada kedua kelompok diukur dengan menggunakan skala pengukuran nyeri Verbal Numerical Rating Scale (VNRS) dengan

derajat nyeri di beri skor 1-10, dimana 1-3 nyeri ringan, 4-7 nyeri sedang dan 8-10 merupakan nyeri paling buruk.

Pada kelompok intervensi pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam selama 15 menit. Distribusi skala pengukuran pada kelompok intervensi dapat dilihat dalam tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Tingkat Dismenore pada Kelompok Intervensi (N=30) Sebelum dan Sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Variabel

Tingkat Dismenore Pre-Test

Tingkat Dismenore Post-Test

Mean SD Mean SD

Kelompok

Intervensi 4.83 1.464 2.90 1.626

Dari 30 subjek yang diamati pada kelompok intervensi terlihat bahwa rata-rata dismenore siswi sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 4.83 dan rata-rata dismenore yang dirasakan siswi sesudah dilakukan


(48)

relaksasi nafas dalam adalah 2.90. dapat dilihat ada perbedaan dari nilai rata-rata sebelum dan sesudah dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam.

Untuk melihat kebermaknaan dari perberdaan diatas maka dilakukan uji Paired t-test (uji t berpasangan), yang dapat dilihat dari tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3

Perbandingan Tingkat Dismenore pada Kelompok Intervensi (N=30) sebelum dan Sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam di

SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Variabel Mean T P Value

Intensitas Dismenore sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam

1.933 12.794 0.000

Pada Tabel 5.3. Secara statistik terlihat perbedaan nilai rata-rata antara pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 1.933 dengan nilai t = 12.794, dan nilai p value =0.000 maka dapat disimpulkan bahwa nilai P< α(0.05), hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata dismenore sebelum dengan sesudah dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam.

c. Uji Perbandingan Pengukuran Skala Intensitas Dismenore Pre-test dan Post-test Pada Kelompok Kontrol

Pengukuran pada kelompok kontrol dilakukan juga pre-test dan

post-test, hanya saja berbeda dengan kelompok intervensi, pada kelompok

kontrol siswi atau responden tidak diberi perlakuan, melainkan diberi leaflet tentang dismenore. Tetapi, pengukuran Pre-test dan Post-test pada


(49)

intervensi. Distribusi skala pengukuran pada kelompok Kontrol dapat dilihat dalam tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Tingkat Dismenore pada Kelompok Kontrol (N=30) Sebelum dan Sesudah diberikan Leaflet tentang Dismenore di SMK Nusa

Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Variabel

Tingkat Dismenore Pre-Test

Tingkat Dismenore Post-Test

Mean SD Mean SD

Kelompok

Kontrol 4,07 1.660 4.90 1.626

Dari 30 responden yang diamati pada kelompok kontrol terlihat bahwa rata-rata dismenore yang dirasakan responden pada saat pre-test

adalah 4.07 dan rata –rata dismenore yang dirasakan responden pada saat Post-test adalah 4.90. Dapat dilihat ada perbedaan dari nilai rata-rata pada

saat Pre-test dan Post-test dilakukan.

Untuk melihat kebermaknaan dari perberdaan nilai diatas maka dilakukan uji Paired t-test (uji t berpasangan), yang dapat dilihat dari tabel

5.5 berikut :

Tabel 5.5

Perbandingan Tingkat Dismenore pada Kelompok Kontrol (N=30) Sebelum dan Sesudah diberikan Leaflet tentang Dismenore di SMK

NusaPenida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Variabel Mean T P Value

Intensitas Dismenore pada Pre-test dan


(50)

Pada Tabel 5.5. Tersebut terlihat bahwa rata – rata perbedaan antara pre-test dan post-test pada kelompok kontrol adalah sebesar – 0.833, tanda

minus (-) menunjukkan bahwa nyeri pada saat post-test lebih berat dari pada

nyeri pada saat pre-test. Artinya ada peningkatan nyeri pada saat pre-test

dengan rata-rata peningkatan tersebut adalah 0.833, dengan nilai t = 5.221, dan nilai p value =0.000 maka dapat disimpulkan bahwa nilai P< α(0.05), hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata

dismenore pada saat Pre-test dan Post-test pada kelompok kontrol, yaitu

meningkatnya nyeri pada saat post-test, hal ini di karenakan tidak

diberikannya relaksasi nafas dalam pada kelompok kontrol.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Untuk meihat perbedaan penurunan intensitas dismenore pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol maka dilakukan uji statististik Independen t-test, adapun hasil uji

perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6

Perbandingan Tingkat Dismenore Sebelum dan Sesudah dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Variabel

Kelompok intervensi

Kelompok

kontrol P value t

Mean SD Mean SD

Intensitas dismenore - Pre-Test - Post-Test 4.83 2.90 1.464 1.626 4.07 4.90 1.660 1.626 0.063 0.000 1.897 -4.763


(51)

Pada Tabel 5.6 menunjukkan perbedaan intensitas dismenore antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Intensitas dismenore pada kelompok intervensi sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam memiliki nilai rata (mean) sebesar 4.83 (SD=1.464) dan kelompok kontrol nilai rata-rata sebesar 4.07 (SD=1.660). Dari hasil tersebut diketahui nilai p=0.063, sehingga dapat disimpulkan p>0.05 yang berarti bahwa intensitas dismenore pada saat sebelum diberikan perlakuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan, rata-rata intensitas dismenore kelompok

intervensi setelah diberikan perlakuan relaksasi nafas dalam selama 15 menit adalah 2.90 (SD=1.626) dan rata-rata intensitas dismenore kelompok kontrol dengan diberi leaflet dismenore (sesudah 15 menit) adalah 4.90 (SD=1.626). Dari hasil tersebut diketahui nilai p=0.000 sehingga dapat disimpulkan p<0.05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara intensitas dismenore antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Demografi

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan usia dari kedua kelompok (intervensi dan kontrol), mayoritas responden yang mengalami dismenore berada pada rentang usia 16-17 tahun (63.3% pada kelompok intervensi dan 73.3% pada kelompok kontrol). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa keseluruhan jumlah responden yang mengalami dismenore berada pada usia di bawah 25 tahun. Penyataan ini didukung oleh pendapat Stoppard (2010) yang mengatakan


(52)

bahwa 80% wanita muda dibawah 25 tahun mengalami nyeri haid dan akan hilang pada saat umur 25 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan suku, mayoritas responden bersuku jawa ( 33.3% pada kelompok intervensi dan 43.3% pada kelompok kontrol. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa keseluruhan jumlah responden yang mengalami dismenore adalah suku jawa, pernyataan tersebut didukung oleh pendapat judha (2012) bahwa keyakinan dan nilai-nilai budaya dapat mempengaruhi cara individu dalam mengatasi nyeri. Indvidu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Menurut Clancy dan Vicar dalam Judha (2012) menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologi seseorang. Sehingga dalam hal ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dismenore yang dialaminya.

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden yang berhubungan dengan siklus haid, mayoritas responden memiliki siklus haid pada rentang 26-30 hari (56.7%)pada kelompok intervensi dan 60.0% pada kelompok kontrol).

Berdasarkan hasil penelitian intensitas dismenore yang dialami responden dari kedua kelompok sangat bervariasi, mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat. Hal ini dapat dilihat pada lembar lampiran rekapitulasi hasil, dimana tingkat dismenore dimulai dari nyeri tingkat 2 hingga tingkat 8. Perbedaan tingkat intensitas dismenore pada seseorang tidak bisa menjadi indikator pada individu lainnya, hal ini disebabkan bagaimana seseorang mempersepsikan rasa nyeri yang dirasakannya. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Mahon (1994) dalam Potter & Perry (2005) yang menyatakan


(53)

bahwa nyeri bersifat subjektif dan sangat individual yang berbeda pada setiap orang. Tingkat nyeri juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor psikis dimana nyeri dapat dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan psikis penderita, dan tidak mendapat penjelasan yang baik tentang dismenore dan penanganannya.

2. Uji Hipotesa

Berdasarkan hasil penelitian skala intensitas dismenore pada kedua kelompok berbeda, Pada kelompok intervensi, sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam selama 15 menit didapat nilai rata-rata 4.83 (SD=1.464) dan setelah15 menit dilakukan relaksasi nafas dalam didapat nilai rata-rata 2.90 (SD=1.626), dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan terjadi penurunan nyeri setelah dilakukan relaksasi nafas dalam. Dari hasil Uji paired t-test didapati nilai rata-rata penurunan dismenore sebanyak 1.933, dan didapati nilai p=0.000 (p<0.05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna / signifikan pada penurunan intensitas dismenore pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam. Sedangkan, pada kelompok kontrol, kelompok yang hanya di beri leaflet tentang dismenore. didapat nilai rata-rata dismenore pada saat Pre-Test adalah 4.07 (SD=1.660)

dan setelah 15 menit diberi leaflet tentang dismenore (Post-Test) didapat nilai

rata-rata nyeri 4.90 (SD=0.828) pernyataan ini menunjukkan adanya peningkatan dismenore pada kelompok kontrol. Hal ini didukung oleh data yang didapat dari uji Paired t-test, didapat nilai rata-rata pre-test dan post-test

adalah -8.33 (SD=0.874), tanda minus menunjukkan ada peningkatan dismenore pada saat sebelum dan sesudah 15 menit dilakukannya pengukuran. Pada uji ini juga didapat nilai p=0.000 (p<0.05) artinya terdapat


(54)

perbedaan yang bermakna / signifikan pada peningkatan intensitas dismenore pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah 15 menit dilakukan pengukuran, hal ini disebabkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan relaksasi nafas dalam sehingga intensitas dismenore mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil uji independen t-test intensitas dismenore antara

kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam(Pre-Test) didapati nilai p=0.063 (p>0.05), yang berarti intensitas

dismenore sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan pada saat sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diberikan leaflet selama 15 menit didapati nilai p=0.000 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara intensitas dismenore antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam. Dari hasil kedua uji statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk mengurangi dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

Trisianah (2011) dalam penelitiannya yg berjudul “efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dengan kompres hangat terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 15 Semarang”, menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk menurunkan dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 15 Semarang. Pernyataan ini disimpulkan dari hasil uji Wilcoxon yang mendapati nilai p value=0.000 (p=<0.05).

Pernyataan diatas didukung oleh pendapat Simpkin (2002) bahwa relaksasi nafas dalam suatu metode nonfarmakologi yang dapat digunakan


(55)

untuk mengurangi rasa nyeri seperti dismenore, metode relaksasi pernapasan ini juga mengurangi respon melawan atau menghindar seperti gemetar.

Schott dan Priest (2008) juga mengatakan bahwa Relaksasi pernapasan yang terkontrol dapat meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi kecemasan dan meningkatkan rasa mampu mengendalikan perasaan yang menimbulkan stres dan nyeri.

Adapun relaksasi nafas dalam selama dismenore dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostatis

sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar dapat beradapatasi dengan nyeri selama dismenore (Mander, 2003).

Pada penelitian ini semua faktor yang dianggap dapat memengaruhi dismenore di abaikan, untuk meminimalkan adanya pengaruh perlakuan yang lain terhadap dismenore selain teknik relaksasi nafas dalam, maka dianjurkan bagi seluruh responden untuk tidak melakukan tindakan apapun seperti minum air hangat, mengoleskan balsem atau minyak kayu putih, membuat posisi meringkuk dan juga mengkonsumsi obat penurun nyeri selama menjadi responden dalam penelitian ini. ini disebabkan karena hal tersebut dapat mempengaruhi penurunan intensitas dismenore dan dapat membiaskan hasil penelitian.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang “Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera tahun 2013” dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik demografi responden pada kelompok intervensi, mayoritas responden berada pada rentang usia 16-17 tahun sebanyak 19 orang (63.3%), mayoritas suku responden adalah jawa sebanyak 10 orang (33.3%), dan siklus haid yang dialami responden, mayoritas berada pada rentang siklus 26-30 hari yaitu sebanyak 17 orang (56.7%) sedangkan pada kelompok kontrol, sebagian besar responden berada pada rentang usia 16-17 tahun sebanyak 22 orang (73.3%), mayoritas responden pada kelompok kontrol bersuku jawa yaitu 13 orang (43.3%), dan siklus haid yang dialami responden pada kelompok kontrol mayoritas berada pada rentang siklus 26-30 hari yaitu sebanyak 18 orang (60.0%).

2. Berdasarkan hasil uji statistik paired t-test pada masing-masing kelompok,

yaitu pada kelompok intervensi didapati nilai p=0.000 (p<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok intervensi terdapat perbedaan yang bermakna pada instesitas dismenore sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam. Namun pada kelompok intervensi pebedaan yang bermakna menunjukkan adanya penurunan nyeri pada saat setelah dilakukan relaksasi nafas dalam.

3. Uji Paired t-test pada kelompok kontrol juga didapati nilai p=0.000 (p<0.05)


(57)

yang bermakna sebelum dan sesudah diberikannya leaflet tentang dismenore selama 15 menit, kebermaknaan perbedaan ini menunjukan adanya peningkatan nyeri pada saat sesudah diberikannya leaflet selama 15 menit. 4. Berdasakan hasil uji statistik Independen t-test diketahui bahwa intensitas

dismenore pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan relaksasi nafas dalam menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, dimana diperoleh niai p=0.063 (>0.05) , Sedangkan pada saat sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang diberikan leaflet selama 15 menit didapati nilai p=0.000 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada intensitas dismenore antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam. Dari hasil kedua uji statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk mengurangi dismenore di SMK Nusa Penida Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.

B. Saran

1. Bagi Responden

Hasil peneletian ini menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan dismenore, maka bagi responden diharapkan setelah penelitian ini berakhir akan tetap mengaplikasikan teknik relaksasi nafas dalam pada saat mengalami dismenore di sekolah. 2. Bagi Praktek Kebidanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan teknik relaksasi nafas dalam dapat memberikan manfaat untuk mengurangi dismenore pada remaja putri, Oleh sebab itu penting untuk


(58)

diinformasikan dan di terapkan disetiap praktek kebidanan, untuk membantu remaja – remaja yang mengalami dismenore.

3. Bagi pendidikan kebidanan

Hasil penelitian ini perlu di integrasikan dalam mata kuliah asuhan kebidanan pada remaja putri tentang kesehatan reproduksi remaja sebagai pengembangan ilmu.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan desain penelitian yang bersifat Quasy Eksperimen dengan menggunakan kelompok intervensi

dan kontrol, dan diukur dengan menggunakan Pre-test dan Post-Test agar


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ardinata, D. (2007). Multimendisional Nyeri. Repository USU, 77-78.

Anurogo & Wulandari (2011). Cara jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta :ANDI

Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2002). Buku keperawatan medikal. Jakarta: EGC.

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. (2002) Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta: EGC.

Dureja, GP. (2006). Chronic Pain management (Non Pharmalogical Methods). Indian J. Anaesth. Diakses dari http://medind.nic.in/iad/t06/i5/iadt06i5p397.pdf

tanggal 16 November 2012.

Genie, 2009, Kurangi Nyeri Haid dengan Terapi Energi Cair lewat

http://m.okezone.com. yang direkam pada 11 Mar 2009 19:53:36 GMT Harahap, IA. (2007). The Relationships among pain intensity, Pain acceptance, and

pain behaviors in patients with chronic cancer pain in Medan, Indonesia. PSU Knowledge Bank. Diakses dari http://kb.psu.ac.th/psukb/handle/2553/1419 tanggal 10 November 2012.

Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Jensen, M & Karoly, P. (2008). Measurement of Cancer Pain Via Patient Self-Report. Diakses dari http://painresearch.utah.edu/cancerpain/ch13.html tanggal 18 November 2012

Kasdu, D. (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara.

Kusyati, E. (2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.

Lubis, H. Z. (2011). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana.

Mander, R. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC.

Manuaba. (2006). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Buku Kedokteran.

Maryunani, A. (2010). Nyeri dalam Persalinan. Jakarta :TIM

Misaroh, A. P. (2009). Menarche. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mohamad Judha, S. &. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.


(60)

Pieter & Lumongga. (2011). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta : Kencana

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, Konsep, proses, dan Praktik (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Prasetyo. (2007). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. jakarta : EGC

Prawihardjo, S. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Septa, M, L. (2012) Hubungan Intensitas Nyeri dengan Stres pasien Osteoartritis di RSUP. H. Adam Malik Medan.

Schott, J., Priest, J. (2008). Kelas Antenatal, Jakarta : EGC. Simpkin, Ancheta, (2002). Persalinan. Jakarta: EGC

Stoppard, Miriam, 2009. Ensiklopedia Kehamilan dan Kelahiran. Jakarta : EGC

Tamsuri, A. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

The American Geriatrics Society. (2009). Pharmacological Management of Persistent Pain in Older Persons. Diakses dari

http://www.americangeriatrics.org/files/documents/2009_Guideline.pdf tanggal 15 Oktober 2012.

Trisianah, I. (2011). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Kompres Hangat terhadap Penurunan Dismenore. jurnal unimus , 4.


(61)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul : Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam

untukMengurangi Dismenore Nama penelit : Rizka Novita

Nim : 125102104

Saya adalah mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas KeperawatanUniversitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi saudari dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan fakta tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban saudari, informasi yang saudari berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudari bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudari bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti saudari bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Atas perhatian saudari saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2013


(62)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( PSP ) ( INFORMED CONSENT )

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telp / Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2013

( )


(63)

Lampiran 4

LEMBAR PROSEDUR PELAKSANAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

1. Defenisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam adalah mengurangi stres baik fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Kusyati, 2006).

3. Tahap persiapan pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam ini adalah:

c. Persiapan lingkungan: lingkungan tenang, nyaman, kursi dan matras jika diperlukan.

d. Persiapan responden atau klien: klien relaks adapun prosedur pelaksanaannya antara lain:

8) Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik. Posisi dapat duduk atau berbaring telentang.

9) Instruksikan klien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru berisi udara yang bersih.


(64)

10)Instruksikan klien untuk menghembuskan udara dan membiarkannya keluar dari setiap bagian anggota tubuh. Bersamaan dengan itu, minta klien memusatkan perhatian “betapa nikmat rasanya”.

11)Instruksikan klien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (sekitar 1-2 menit)

12)Instruksikan klien untk bernafas dalam, kemudian menghembuskan perlahan-lahan, dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan, kaki, menuju ke paru, kemudian udara di buang keluar. Minta klien memusatkan perhatian pada kaki dan tangan , udara yang di keluarkan, dan merasakan kehangatannya. 13)Instruksikan klien mengulangi prosedur no.5 dengan memusatkan

perhatian pada kaki-tangan, punggung, perut, bagian tubuh yang lain.

14)Setelah klien merasa rileks, minta klien secara perlahan menambah irama pernafasan. Gunakan pernafasan dada atau abdomen. Jika frekuensi nyeri bertambah, gunakan pernafasan dangkal dengan frekuensi yang lebih cepat.


(65)

Lampiran 5

LEMBAR PROTAP TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan ,manfaat serta prosedur kerja teknik relaksasi nafas dalam.

2. Melakukan informed concent dan bersedia menjadi responden.

3. Peneliti mengkaji skala nyeri yang dialami responden sebelum dilakukan intervensi dengan menggunakan skala pengukuran nyeri yang sudah ada di kuesioner dan diisi langsung oleh peneliti setelah responden menunjukkan angka beberapa nyeri yang dirasakan.

4. Pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam

5. Peneliti mengkaji skala nyeri yang dialami responden sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan skala pengukuran nyeri yang sudah ada dikuisioner dan diisi langsung oleh peneliti setelah responden menunjukkkan angka beberapa nyeri yang dirasakan.


(66)

LEMBAR KUESIONER

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGURANGI DISMENORE

A. DATA DEMOGRAFI

Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil dari wawancara dengan siswi dan dituliskan pada nomor yang disediakan.

Tanggal Penelitian :

1. Nama Siswi dengan ( inisial ) : 2. Usia Siswi :

12 – 15 Tahun 16 – 17 Tahun 18 – 21 Tahun 3. Suku Siswi :

Jawa

Batak Aceh Minang Melayu 4. Siklus Haid :

26 – 30 Hari 31 – 35 Hari


(67)

B. INTENSITAS DISMENORE SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

Pre-Test

Post-Test

Keterangan :

1. 1-3 (Nyeri ringan) : Hilang tanpa pengobatan, tidak mengganggu aktivitas sehari- hari.

2. 4-7 (Nyeri sedang) : Nyeri yang menyebar ke perut bagian bawah, mengganggu aktivitas sehari- hari, membutuhkan obat untuk mengurangi nyerinya.

3. 8-10 (Nyeri berat) : Nyeri disertai pusing, sakit kepala berat, muntah, diare, sangat mengganggu aktifitas sehari- hari, penurunan rentan kesadaran.


(68)

TABEL FREKUENSI DEMOGRAFI INTERVENSI

Frequency Table

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 12-15 10 33.3 33.3 33.3

16-17 18 60.0 60.0 93.3

18-21 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Suku Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 10 33.3 33.3 33.3

Batak 9 30.0 30.0 63.3

Aceh 6 20.0 20.0 83.3

Minang 3 10.0 10.0 93.3

Melayu 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Siklus Haid Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 26 - 30 hari 17 56.7 56.7 56.7

31 - 35 hari 13 43.3 43.3 100.0


(69)

Intestitas Dismenore PreTest

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid nyeri ringan 4 13.3 13.3 13.3

nyeri sedang 24 80.0 80.0 93.3

nyeri berat 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Intensitas Dismenore PostTest

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak nyeri 4 13.3 13.3 13.3

nyeri ringan 15 50.0 50.0 63.3

nyeri sedang 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

TABEL FREKUENSI DEMOGRAFI KONTROL

Frequency Table

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 12-15 10 33.3 33.3 33.3

16-17 18 60.0 60.0 93.3

18-21 2 6.7 6.7 100.0


(70)

Suku Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 10 33.3 33.3 33.3

Batak 9 30.0 30.0 63.3

Aceh 6 20.0 20.0 83.3

Minang 3 10.0 10.0 93.3

Melayu 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Siklus Haid Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 26 - 30 hari 17 56.7 56.7 56.7

31 - 35 hari 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Intestitas Dismenore PreTest

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid nyeri ringan 4 13.3 13.3 13.3

nyeri sedang 24 80.0 80.0 93.3

nyeri berat 2 6.7 6.7 100.0


(71)

Intensitas Dismenore PostTest

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak nyeri 4 13.3 13.3 13.3

nyeri ringan 15 50.0 50.0 63.3

nyeri sedang 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

UJI PAIRED T-TEST

INTERVENSI

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 PretestIntervensi 4.83 30 1.464 .267

PosttestIntervensi 2.90 30 1.626 .297

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 PretestIntervensi &


(72)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 PretestInt ervensi - PosttestIn tervensi

1.933 .828 .151 1.624 2.242 12.794 29 .000

UJI PAIRED T-TEST KONTROL

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 PretestKontrol 4.07 30 1.660 .303

PosttestKontrol 4.90 30 1.626 .297

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 PretestKontrol &


(73)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

PretestKontrol -

PosttestKontrol -.833 .874 .160 -1.160 -.507 -5.221 29 .000

UJI T-TEST INDEPENDENT

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 PretestKontrol 4.07 30 1.660 .303

PosttestKontrol 4.90 30 1.626 .297

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 PretestKontrol &


(74)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

PretestKontrol -


(75)

(76)

(77)

(78)

(79)

(80)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizka Novita

Tempat/ Tanggal Lahir : Kisaran, 05 November 1991

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kapten Zubit no.12 Aek Kanopan Riwayat Pendidikan :

1998 – 2003 Lulus SDN 112280

2003 - 2006 Lulus SMP N 1 Aek Kanopan 2006 – 2009 Lulus SMA N 1 Aek Kanopan

2009 - 2012 Lulus DIII Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan

2012 – 2013 Menyelesaikan pendidikan D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara