PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANS

ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI RETRIBUSI PARKIR

  (Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta)

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Santi Risdiana

  Nim: 112114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI RETRIBUSI PARKIR

  (Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta)

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Santi Risdiana

  Nim: 112114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Tak ada seorangpun yang mencapai kesuksesannya tanpa berusaha dan berdoa.

  Usaha tanpa berdoa tidak ada artinya. Berdoa tanpa usaha pun tidak ada artinya. Doa dan usaha hendaknya

  seimbang. (ORA ET LABORA)

  Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Kedua orang tuaku, kakakku, Dan adik-adikku

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS, DAN EFISIENSI RETRIBUSI PARKIR – Studi Kasus di pemerintah Kota Yogyakarta, akan dimajukan untuk diuji pada tanggal

  23 November 2015 adalah hasil karya saya.

  Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

  Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin, atau meniru tulisan orang lainseolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas batal saya terima.

  Yogyakarta, 30 November 2015 Yang membuat pernyataan,

  (Santi Risdiana)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

  Nama : Santi Risdiana NIM

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI RETRIBUSI PARKIR ( Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 30 November 2015 Yang menyatakan

  ( Santi Risdiana)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata

  Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

  2. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing

  yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi yang telah membimbing dan

  membantu penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak dan Ibu selaku staf di UPT Malioboro.

  5. Bapak Lukman dan bapak Azis selaku staf di Dinas perhubungan kota

  Yogyakarta.

  6. Bapak Eko selaku staf di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota

  Yogyakarta .

  7. Mama, Papa dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan doa,

  semangat serta setia mendengarkan keluhanku selama menyelesaikan skripsi ini.

  8. Mas Dedy tersayang yang telah memberikan dukungan doa, semangat, dan

  bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

  9. Pacarku, Krisna yang telah menemani dan membantu serta memberikan

  dukungan dan semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

  10. Buat teman-teman Program Studi Akuntansi khususnya Kelas A angkatan 2011, Universitas Sanata Dharma.

  11. Buat teman-temanku, Mimi, Mellinda, Meiliana, Echa, Yuni, Ria dan Albertus yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 30 November 2015

  (Santi Risdiana)

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL

  i

  HALAMAN PERSETUJUAN

  ii

  HALAMAN SUSUNAN DEWAN PENGUJI

  iii

  HALAMAN PERSEMBAHAN

  iv

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

  v

  HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

  vi

  HALAMAN KATA PENGANTAR

  vii

  HALAMAN DAFTAR ISI

  viii

  HALAMAN DAFTAR TABEL

  xii

  HALAMAN LAMPIRAN

  A. Latar Belakang

  B. Rumusan Masalah

  C. Tujuan Penelitian

  D. Manfaat Penelitian 4

  E. Sistematika Penulisan

  BAB II

  LANDASAN TEORI

  B. Penerimaan Daerah

  C. Belanja Daerah

  D. Pendapatan Asli Daerah

  E. Retribusi Daerah

  F. Retribusi Parkir

  G. Efektivitas

  H. Efisiensi

  I. Kontribusi

  J. Laju Pertumbuhan

  K. Matriks Potensi

  BAB III

  METODE PENELITIAN

  A. Jenis penelitian

  B. Tempat dan Waktu Penelitian

  C. Subjek dan Objek Penelitian

  D. Variabel Penelitian dan definisi Operasional Variabel

  E. Jenis dan Sumber Data

  F. Teknik Pengumpulan Data

  G. Teknik Analisis Data

  BAB IV

  GAMBARAN UMUM 50

  A. Sejarah Kota Yogyakarta

  B. Kondisi Geografis

  55

  C. Gambaran Penerimaan Retribusi parkir

  58

  BAB V

  ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

  58

  A. Deskripsi data

  60

  B. Analisis Data

  87

  C. Pembahasan

  A. Kesimpulan

  95

  B. Keterbatasan Penelitian

  95

  C. Saran

  97

  DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN

  100

DAFTAR TABEL

  Halaman

  Tabel 1. Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir

  Tabel 2. Kriteria Efisiensi Retribusi Parkir

  Tabel 3. Kriteria Matriks Potensi retribusi Parkir

  Tabel 4. Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir

  Tabel 5. Kriteria Efisiensi Retribusi Parkir

  Tabel 6. Kriteria Matriks Potensi retribusi Parkir

  Tabel 7. Tarif Retribusi Parkir

  Tabel 8. Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir dari Tahun 2010-2014

  Tabel 9. Target penerimaan Retribusi Parkir dari Tahun 2010-2014

  Tabel 10.Biaya Pemungutan retribusi parkir dari Tahun 2010-2014

  Tabel 11.Insentif Biaya pemungutan Retribusi Parkir dari Tahun 2010-2014

  Tabel 12.Realisasi penerimaan Retribusi daerah dari Tahun 2010-2014

  Tabel 13. Perhitungan Efektivitas Penerimaan Retribusi Parkir

  dari Tahun 2010-2014

  Tabel 14. Perhitungan Efisiensi penerimaan retribusi Parkir

  dari Tahun 2010-2014

  Tabel 15. Perhitungan Kontribusi Penerimaan Retribusi parkir

  dari Tahun 2010-2014

  Tabel 16 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2010

  75

  Tabel 18 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2012

  76

  Tabel 19 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2013

  77

  Tabel 20 . Perhitungan Kontribusi Retribusi Daerah Tahun 2014

  Tabel 21 . Perhitungan Rata-rata Kontribusi Retribusi Daerah

  79

  dari Tahun 2010-2014

  Tabel 22 . Perhitungan Laju Pertumbuhan Retribusi Parkir dari

  82

  Tahun 2010-2014

  86

  Tabel 23 . Matriks Potensi Retribusi Parkir dari Tahun 2010-2014

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman

  Lampiran 1. Pedoman Wawancara

  100

  Lampiran 2. Hasil Wawancara

  101

ABSTRAK ANALISIS POTENSI, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI RETRIBUSI PARKIR (Studi Kasus di Pemerintah Kota Yogyakarta)

Santi Risdiana Nim:112114034 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: efektivitas dan efisiensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, kontribusi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, Laju pertumbuhan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, dan Potensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 yang dihitung dengan matriks potensi retribusi parkir.

  Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah menghitung rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio kontribusi, rasio laju pertumbuhan dan matriks potensi.

  Hasil analisis data menunjukkan efektivitas retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 dikatakan efektif, dan efisiensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 dikatakan sangat efisien. Kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah di Pemerintah Kota yogyakarta dari tahun 2010-2014 dikatakan potensial. Laju pertumbuhan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Potensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014, yang dihitung dengan matriks potensi masuk dalam kategori prima.

ABSTRACT AN ANALYSIS OF THE POTENTIAL, EFFECTIVENESS, AND EFFICIENCY OF PARKING RETRIBUTION ( A Case Study at Yogyakarta City Government from 2010-2014)

Santi Risdiana Nim:112114034 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015

  The aim of the research was to analyze: The effectiveness and efficiency of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014, the contribution of the parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014, the development of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014, and the potential of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014 calculated with potential matrix of parking retribution.

  The type of this research was case study. The data were taken by documentation and interview. The techniques of the data analysis were calculating effectiveness ratio, efficiency ratio, contribution ratio, development ratio, and potential matrix.

  The data analysis result showed that the effectiveness of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014 is effective, and the efficiency of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014 is very efficient. The contribution of parking retribution toward the retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014 is potential. The development of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014 is positive. The potential of parking retribution at Yogyakarta City Government from 2010 up to 2014 calculated with potential matrix is in prime category.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Peranan pendapatan asli daerah didalam penerimaan pemerintah daerah tingkat I relatif sangat kecil untuk dapat membiayai pembangun daerah. Menurut prinsip otonomi daerah penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

  daerah secara bertahap akan semakin dilimpahkan pada daerah. Seperti yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, daerah diberi wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri, baik dalam hal mencari pemasukan maupun alokasi

  pengeluarannya. Prinsip otonomi daerah ini diharapkan dapat membuat pemerintah kota maupun kabupaten untuk lebih mandiri dalam mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing dengan mengidentifikasi dan mengembangkan sumber-sumber dana yang dimiliki melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber PAD yang dikelola oleh

  Kota Yogyakarta sebagai kota yang kaya akan kebudayaan, wisata, dan pendidikan memiliki potensi yang besar untuk di kunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan luar pulau maupun wisatawan asing. Tempat-tempat tersebut memberikan peluang yang besar bagi Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai sumber pendapatan asli daerah, khususnya dari sektor retribusi. Penelitian ini memilih retribusi parkir yang ada di Pemerintah Kota Yogyakarta, dengan alasan adanya tempat-tempat tersebut membuat wisatawan asing maupun luar pulau terus berdatangan ke Kota Yogyakarta. Banyak dari wisatawan tersebut mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan menggunakan kendaraan pribadi mereka, selain itu banyak juga yang menggunakan bus pariwisata. Kendaraan yang mereka gunakan tersebut, berdampak pada lokasi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta yang terus dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan tersebut.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian tentang “ Analisis Potensi, Efektivitas dan Efisiensi Retribusi Parkir”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

  1. Bagaimana efektivitas dan efisiensi retribusi parkir di Pemerintah Kota

  Yogyakarta dari tahun 2010-2014 ?

  2. Bagaimana kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah di

  Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014 ?

  3. Bagaimana laju pertumbuhan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta

  dari tahun 2010-2014?

  4. Bagaimana potensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun

  2010-2014, yang dihitung dengan matriks potensi retribusi parkir?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi retribusi parkir di Pemerintah

  Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014.

  2. Untuk mengetahui kontribusi retribusi parkir terhadap retribusi daerah di

  Pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 2010-2014.

  3. Untuk mengetahui laju pertumbuhan retribusi parkir di Pemerintah Kota

  Yogyakarta dari tahun 2010-2014.

  4. Untuk mengetahui potensi retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta

  dari tahun 2010-2014, yang dihitung dengan matriks potensi retribusi parkir?

D. Manfaat Penelitian

  Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

  1. Bagi Pemerintah Kota Yogyakarta

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk meningkatkan potensi dan pengelolaan retribusi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta.

  2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya maupun sebagai bahan perbandingan.

  3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang retribusi daerah khususnya retribusi parkir.

E. Sistematika Penulisan

  BAB I

  Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II

  Landasan Teori Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu mengenai otonomi daerah, penerimaan Landasan Teori Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu mengenai otonomi daerah, penerimaan

  BAB III

  Metode Penelitian Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

  BAB IV

  Gambaran Umum Pemerintah Bab ini berisi mengenai gambaran umum Pemerintah Kota Yogyakarta.

  BAB V

  Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, yang terdiri dari analisis data dan pembahasan mengenai efektivitas retribusi parkir, efisiensi retribusi parkir, kontribusi retribusi parkir, laju pertumbuhan retribusi parkir dan potensi retribusi parkir.

  BAB VI

  Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis data, keterbatasan penelitian dan saran yang diberikan peneliti.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Otonomi Daerah

  Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang dimaksut otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan kata lain setiap daerah harus mampu mengatur daerahnya sendiri, baik dalam hal pemasukan maupun alokasi pengeluarannya. Adanya prinsip otonomi daerah ini diharapkan pemerintah kota maupun kabupaten akan lebih mandiri dalam mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing dengan mengidentifikasi dan mengembangkan sumber-sumber daya yang dimiliki melalui PAD.

B. Penerimaan Daerah

  1. Definisi Penerimaan Daerah

  Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

  2. Sumber Penerimaan Daerah

  Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari dua sumber yaitu:

  a. Pendapatan daerah, yaitu hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

  penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah terdiri dari tiga sumber yaitu:

  1) Pendapatan asli daerah, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah

  yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  2) Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

  3) Lain-lain pendapatan, yaitu pendapatan yang terdiri atas hibah dan

  pendapatan darurat. Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan atau lembaga asing, bada atau lembaga internasional, pemerintah, badan atau lembaga dalam negeri atau perorangan baik dalam bentuk devisa, rupiah, maupun

  4) barang atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak

  perlu dibayar kembali. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, atau krisis solvabilitas yang tidak bisa ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

  b. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau

  pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Menurut Darise (2009:42), penerimaan daerah dalam pelaksanaan

  desentralisasi terdiri dari dua sumber yaitu:

  a. Pendapatan daerah, yaitu hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

  penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.

  b. Pembiayaan daerah, yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

  atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

C. Belanja Daerah

  1. Definisi Belanja Daerah

  Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. “Belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah” (Darise 2009: 131).

  2. Kelompok Belanja dan Jenis Belanja Daerah

  Menurut Darise (2009: 133), belanja daerah dikelompokkan menjadi dua yaitu:

  a. Belanja langsung, yaitu belanja yang penganggarannya dipengaruhi

  secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah atau Lembaga atau Masyarakat yang dikoordinasikan oleh Instansi Pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja, sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah atau Lembaga atau Masyarakat yang dikoordinasikan oleh Instansi Pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja, sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan

  1) Belanja pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium atau

  upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

  2) Belanja barang atau jasa, digunakan untuk menganggarkan

  pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari dua belas bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

  3) Belanja modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam

  rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah. Nilai aset tetap berwujud dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli atau bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan atau pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.

  b. Belanja Tidak Langsung

  Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) atau kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik. Belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

  1) Belanja pegawai, merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji

  dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

  2) Belanja bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga

  utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

  3) Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya

  produksi kepada perusahaan atau lembaga tertentu yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat agar produksi kepada perusahaan atau lembaga tertentu yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat agar

  4) Belanja hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah

  dalam bentuk uang, barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.

  5) Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian

  bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk atau barang kepada kelompok anggota masyarakat, dan partai politik, dan pemberian secara selektif, dan tidak terus menerus atau tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

  6) Belanja bagi hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil

  yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten atau kota atau pendapatan kabupaten atau kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

  7) Bantuan keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan

  keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada

  8) Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang

  sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

D. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  1. Definisi Pendapatan Asli Daerah

  Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tentang PAD, Darise (2009: 48) menyatakan sebagai berikut:

  PAD yang merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan.

  2. Sumber Pendapatan Asli Daerah

  Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD berasal dari empat sumber, yaitu:

  a. Pajak daerah, yaitu kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

  orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

  b. Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

  atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

  c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan daerah

  yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

  d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yaitu penerimaan daerah

  yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Menurut Darise (2009: 43), PAD berasal dari empat sumber yaitu:

  a. Pajak daerah, yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

  badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

  b. Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

  atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

  c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu hasil

  penyertaan pemerintah daerah kepada Badan Usaha Milik Negara Daerah Swasta dan Kelompok Usaha Masyarakat.

  d. Lain-lain PAD yang sah, yaitu PAD yang tidak termasuk pada kelompok

  di atas pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis lain-lain PAD yang sah terdiri dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran, hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti rugi, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan pemda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas di atas pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis lain-lain PAD yang sah terdiri dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran, hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti rugi, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan pemda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas

E. Retribusi Daerah

  1. Definisi Retribusi Daerah

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Retribusi Jasa Umum, retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. “Retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah, jadi dalam hal ini terdapat imbalan (kontraprestasi) langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi” (Mahmudi 2009: 25).

  2. Objek Retribusi Daerah

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, objek retribusi dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:

  a. Jasa umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan

  pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

  b. Jasa usaha, yaitu pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

  dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

  1) Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan

  daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.

  2) Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan

  secara memadai oleh pihak swasta.

  c. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam

  rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

  3. Subjek Retribusi Daerah

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, subjek retribusi dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:

  a. Retribusi jasa umum, yaitu orang pribadi atau badan yang menggunakan

  atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Jenis retribusi jasa umum adalah:

  1) Retribusi pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan di

  puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai

  2) Retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan, yaitu pelayanan

  persampahan atau kebersihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, meliputi:

  a) Pengambilan atau pengumpulan sampah dari sumbernya ke

  lokasi pembuangan sementara.

  b) pengangkutan sampah dari sumbernya atau lokasi pembuangan

  sementara ke lokasi pembuangan atau pembuangan akhir sampah.

  c) penyediaan lokasi pembuangan atau pemusnahan akhir sampah

  3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta

  catatan sipil, yaitu pelayanan kartu tanda penduduk, kartu keterangan bertempat tinggal, kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas penduduk musiman, kartu keluarga, dan akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.

  4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, yaitu

  pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi: pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi:

  dan pengurukan, pembakaran atau pengabuan mayat.

  b) Sewa tempat pemakaman atau pembakaran atau pengabuan

  mayat yang dimiliki atau dikelola pemerintah daerah.

  5) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, yaitu penyediaan

  pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  6) Retribusi pelayanan pasar, yaitu Penyediaan fasilitas pasar

  tradisional atau sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

  7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor, yaitu Pelayanan pengujian

  kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

  8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, yaitu pelayanan

  pemeriksaan atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki atau dipergunakan oleh masyarakat.

  9) Retribusi penggantian biaya cetak peta, yaitu penyediaan peta yang

  dibuat oleh pemerintah daerah.

  10) Retribusi penyediaan atau penyedotan kakus, yaitu pelayanan penyediaan atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

  11) Retribusi pengolahan limbah cair, yaitu pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, atau dikelola secara khusus oleh pemerintah daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.

  12) Retribusi pelayanan teratera ulang, yaitu:

  a) Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan

  perlengkapannya.

  b) Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan

  sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

  13) Retribusi pelayanan pendidikan, yaitu pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah.

  14) Retribusi pengendalian menara telekomunikasi, yaitu pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.

  b. Retribusi jasa usaha, yaitu orang pribadi atau badan yang menggunakan

  atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

  Jenis retribusi jasa usaha adalah:

  1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah, yaitu pemakaian kekayaan

  daerah.

  2) Retribusi pasar grosir atau pertokoan, yaitu penyediaan fasilitas

  pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar atau pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan atau diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

  3) Retribusi tempat pelelangan, yaitu:

  a) Penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan

  oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.

  b) Tempat yang dikontrak oleh pemerintah daerah dari pihak lain

  untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.

  4) Retribusi terminal, yaitu pelayanan penyediaan tempat parkir untuk

  kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

  5) Retribusi tempat khusus parkir, yaitu Pelayanan tempat khusus

  parkir yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

  6) Retribusi tempat penginapan atau pesanggrahan atau villa, yaitu

  pelayanan tempat penginapan atau pesanggrahan atau villa yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

  7) Retribusi rumah potong hewan, yaitu pelayanan penyediaan fasilitas

  rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

  8) Retribusi pelayanan ke pelabuhan, yaitu pelayanan jasa ke

  pelabuhan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

  9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga, yaitu pelayanan tempat

  rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, atau dikelola oleh pemerintah daerah.

  10) Retribusi penyeberangan di air, yaitu Pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah.

  11) Retribusi penjualan produksi usaha daerah, yaitu penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah.

  c. Retribusi perizinan tertentu, yaitu orang pribadi atau badan yang

  memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Jenis retribusi perizinan tertentu adalah:

  1) Retribusi izin mendirikan bangunan, yaitu pemberian izin untuk

  mendirikan suatu bangunan.

  2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, yaitu

  pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

  3) Retribusi izin gangguan, yaitu pemberian izin tempat usaha atau

  kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.

  4) Retribusi izin trayek, yaitu pemberian izin kepada orang pribadi atau

  Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.

  5) Retribusi izin usaha perikanan, yaitu pemberian izin kepada orang

  pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

F. Retribusi Parkir

  1. Definisi Retribusi Parkir

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, retribusi parkir yang selanjutnya di sebut retribusi adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

  Berdasarkan Peraturan Walikota yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, tempat parkir adalah:

  Tempat pemberhentian kendaraan dilokasi yang telah ditentukan, yaitu di tepi jalan umum atau di badan jalan termasuk tempat parkir tidak tetap atau parkir kendaraan di badan jalan secara tetap atau rutin dilokasi yang sama atau tempat diluar badan jalan yang merupakan fasilitas parkir untuk umum meliputi tempat khusus parkir, dan tempat penitipan kendaraan yang memungut biaya tertentu.

  2. Penetapan Lokasi dan Tempat Parkir

  Menurut Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan perparkiran, lokasi parkir di Pemerintah Kota Yogyakarta di bagi menjadi dua lokasi yaitu:

  a. Kawasan I

  Kawasan I meliputi ruas-ruas jalan sebagai berikut:

  1) Jl. Laksda Adisucipto;

  3) Jl. Dr Wahidin Sudiro Husodo;

  5) Jl. C. Simanjuntak;

  22) Jl. Hayam Wuruk;

  6) Jl. Jendral Sudirman;

  23) Jl. AM Sangaji;

  7) Jl. P. Mangkubumi dan

  24) Jl. Dr. Sardjito;

  sirip-siripnya;

  8) Jl. Malioboro dan

  25) Jl. Gejayan;

  sirip-siripnya;

  9) Jl. Ahmad Yani dan

  26) Jl. RE Martadinata;

  sirip-siripnya;

  10) Jl. P. Senopati;

  27) Jl. HOS Cokroaminoto;

  11) Jl. Mayor Suryotomo

  28) Jl. Kapten Piere Tendean;

  dan sirip-siripnya;

  12) Jl. Mataram;

  29) Jl. Letjend MT Haryono;

  13) Jl. Gandekan Lor;

  30) Jl. Mayjend Sutoyo;

  14) Jl. Jogonegaran;

  31) Jl. D.I. Panjaitan;

  15) Jl. Bhayangkara;

  32) Jl. Gedongkuning;

  16) Jl. KHA. Dahlan;

  33) Jl. Veteran;

  17) Jl. Trikora; aw.

  34) Jl. Tentara Pelajar;

  18) Jl. Ketandan;

  35) Jl. Bumijo;

  19) Jl. Sriwedani;

  36) Jl. Ahmad Jazuli;

  20) Jl. Prof. Dr. Yohannes;

  37) Jl. Yos Sudarso;

  21) Jl. Wachid Hasyim;

  38) Jl. Juwadi;

  39) Jl. Kusumanegara;

  54) Jl. Johar S;

  40) Jl. Sultan Agung;

  55) Jl. Munggur;

  41) Jl. P. Diponegoro dan

  56) Jl. Faridan M. Noto;

  sirip-siripnya ;

  42) Jl. Brigjend Katamso;

  57) Jl. Bantul;

  43) Jl. Emplasement

  58) Jl.Bugisan;

  Lempuyangan;

  44) Jl. Secodiningratan;

  59) Jl. Jlagran Lor;

  45) Jl. Kol. Sugiyono;

  60) Jl. Kemetiran;

  46) Jl. Menteri Supeno;

  61) Jl. Ngasem;

  47) Jl. Tamansiswa;

  62) Jl. Mas Suharto;

  48) Jl. Parangtritis;

  63) Jl. Kenari;

  49) Jl. Magelang;

  64) Jl. Gayam;

  50) Jl. Kyai Mojo; 65) Jl. Cendana;

  51) Jl. Cik Di Tiro;

  66) Jl. Melati Wetan;

  52) Jl. Kahar Muzakkir;

  67) Jl. Ibu Ruswo;

  53) Jl. Dr Sutomo;

  b. Kawasan II

  Menurut Keputusan Walikota Yogyakarta No. 214KEP2013 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Kelasnya di Kota Yogyakarta, kawasan II terdiri dari empat ratus sembilan puluh satu ruas Menurut Keputusan Walikota Yogyakarta No. 214KEP2013 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Kelasnya di Kota Yogyakarta, kawasan II terdiri dari empat ratus sembilan puluh satu ruas

  1) Jl. Sugeng Jeroni

  16) Jl. Lokananta

  2) Jl. Perintis Kemerdekaan

  17) Jl. Pareanom

  3) Jl. Gambiran

  18) Jl. Tegal Gendu

  4) Jl. Ngeksigondo

  19) Jl. Kemasan

  5) Jl. Sorogenen

  20) Jl. Mondorakan

  6) Jl. Tegal Turi

  21) Jl. Karanglo

  7) Jl. Atmo Sukarto

  22) Jl. Watu Gilang

  8) Jl. Kebon Raya

  23) Jl. Purbayan

  9) Jl. Ki Penjawi

  24) Jl. Widuri

  10) Jl. Bung Tarjo

  25) Jl. Nuri

  11) Jl. Bausasran

  26) Jl. Umum Kalipan

  12) Jl. Juminahan

  27) Jl. Pengok Kidul

  13) Jl. Pasar Kembang

  28) Jl. Jl. Mawar

  14) Jl. Ki Mangun Karsoro

  29) Jl. Patimura

  15) Jl. Lowano

  30) Jl. Mayang

  3. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

  Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi parkir di tepi jalan umum Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi parkir di tepi jalan umum

  Objek retribusi parkir di tepi jalan umum adalah pelayanan penyediaan tempat parkir di tepi jalan umum. Menurut TmBooks (2013:35), objek retribusi parkir ditepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir ditepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Subyek retribusi parkir di tepi jalan umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tempat parkir tepi jalan umum. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

  4. Retribusi Tempat Khusus Parkir

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2009 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir, retribusi tempat khusus parkir yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir yang khusus dimiliki atau dikelola oleh pemerintah.

  Objek retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir di tempat khusus parkir. Menurut TmBooks (2013:30), objek retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah. Subjek retribusi tempat khusus parkir adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan Objek retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan penyediaan tempat parkir di tempat khusus parkir. Menurut TmBooks (2013:30), objek retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah. Subjek retribusi tempat khusus parkir adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan

G. Efektivitas

  Menurut Halim (2008: 234), efektivitas adalah kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. “Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai” (Mahmudi 2015: 86). Efektivitas retribusi parkir yaitu menggambarkan pencapaian realisasi penerimaan retribusi parkir sesuai dengan hasil yang ditargetkan.

  Efektivitas retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data realisasi penerimaan retribusi parkir pada tahun tertentu dan data anggaran atau target retribusi parkir pada tahun tertentu. Rasio efektivitas retribusi parkir dapat dihitung dengan rumus (Halim 2008: 234):

  Realisasi penerimaan retribusi parkir

  Rasio efektivitas =

  x 100

  target penerimaan retribusi parkir

  “Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar satu atau 100. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, maka kemampuan daerah pun semakin baik” (Halim 2008: 234). Rasio efektivitas ditunjukkan pada tabel berikut ini:

  Tabel 1: Kriteria Efektivitas Retribusi Parkir

  Rasio efektivitas

  85 s.d. 99

  Cukup Efektif

  65 s.d. 84

  Kurang Efektif

  Tidak efektif

  Sumber: Mahmudi (2015: 111)

H. Efisiensi

  Menurut Halim (2008: 234), “Efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima”. “Efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut” (Mahmudi 2015: 85). Efisiensi retribusi parkir yaitu menggambarkan pencapaian realisasi penerimaan retribusi parkir dengan menggunakan sumber daya dan biaya pemungutan retribusi parkir yang terendah. Efisiensi retribusi parkir dapat diketahui dengan mengambil data biaya pemungutan retribusi parkir dengan data realisasi penerimaan retribusi parkir.

  Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2002 Tentang Pedoman Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah, biaya pemungutan yaitu biaya yang diberikan kepada aparat pelaksana pemungutan dan aparat penunjang dalam rangka kegiatan pemungutan. Biaya pemungutan retribusi parkir adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai segala kegiatan yang berkaitan dengan Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2002 Tentang Pedoman Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah, biaya pemungutan yaitu biaya yang diberikan kepada aparat pelaksana pemungutan dan aparat penunjang dalam rangka kegiatan pemungutan. Biaya pemungutan retribusi parkir adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai segala kegiatan yang berkaitan dengan

  Biaya pemungutan retribusi parkir dapat diketahui dengan menjumlahkan biaya pengadaan karcis dengan biaya rutin. “Biaya pengadaan karcis yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mencetak karcis retribusi parkir. Biaya rutin yaitu biaya yang terdiri dari tunjangan Unit Pelaksana Teknis Dinas Parkir dan pengadaan seragam parkir” (Noverita 2010: 48). Besarnya biaya insentif pemungutan retribusi parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 5 (lima persen) dari realisasi penerimaan retribusi parkir.