Evaluasi pengisian surat pemberitahuan masa pajak penghasilan pasal 21 dan/atau pasal 26.

(1)

ABSTRAK

EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26

Studi Kasus di Dinas Pendapatan Daerah, Kutai Barat

Fransisko Suseno NIM : 072114091 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi apakah pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 di Dinas Pendapatan Daerah Kutai Barat sudah memenuhi kriteria benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif analisis. Langkah-langkah yang dilakukan: (1) menguji kriteria benar dengan mendeskripsikan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan Dispenda, penulis melakukan penghitungan kembali Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010. Hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 dibandingkan dengan hasil penghitungan yang dilakukan oleh Dispenda. (2) Untuk kriteria lengkap, menganalisis unsur yang memuat objek pajak dan dokumen pendukung lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26. (3) Kriteria jelas, mendeskripsikan asal-usul objek pajak yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26. (4) Kriteria ditandatangani, ada atau tidaknya pimpinan membubuhkan tandatangan, nama lengkap, dan cap instansi pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26.

Hasil penelitian menunjukkan pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang dilakukan Dispenda belum sepenuhnya benar. Bagian yang belum benar yaitu untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak tidak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh, tarif pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai yang belum memiliki NPWP, dan penentuan PTKP bagi karyawati. Dispenda, Kutai Barat dalam melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 sudah memenuhi kriteria lengkap, jelas, dan ditandatangani berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(2)

ABSTRACT

EVALUATION OF THE FILLING OF THE FORM OF PERIODIC TAX PAYABLE OF INCOME TAX BASE ON

ARTICLE 21 AND/OR ARTICLE 26

A Case study at the Office of Regional Revenue, Kutai Barat

Fransisko Suseno NIM: 072114091 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The purpose of this research is to evaluate of whether the filling of the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26 at the Office of Regional Revenue of Kutai Barat, has met the criteria of

“correct”,“complete”,“clear” and “signed”.

This research is a case study. The data was obtained through interview and documentation. Data analysis was done based on the method of descriptive analysis. The procedure of data analysis as follows: (1) assessing the criteria of

“correct” by comparing the calculation of income tax based on Article 21 as it was done by the Office of Regional Revenue, with the calculation of the income tax based on Article 21 as stated in the Regulation of the Ministry of Finance Number 262/PMK.03/2010. (2) Assessing the criteria of “complete”, by analyzing elements which contained the object of tax and other supporting documents that must be reported in the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26. (3) Assessing the criteria of “clear”, by describing the origin of object tax that must be reported in the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26. (4) Assessing the criteria of

“signed”, by observing of whether the form has been signed by the chairman, the full name of the chairman was written, the stamp of the agency was marked the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26.

The result shows that the filling of the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26 prepared by the Office of Regional Revenue was not completely correct. The amount of taxable income was not adjusted to the nearest lower thousands rupiah, incorrect calculation of the tariff cut for officer who has not obtained the number of tax payer, and incorrect calculation of the amount of tax free income for female officer. However, the filling of the form of perodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26 by the Office of Regional Revenue of Kutai Barat has met the criteria of complete, clear and signed, as required by the tax laws.


(3)

EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 Studi Kasus di Dinas Pendapatan Daerah, Kabupaten Kutai Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Fransisko Suseno

NIM: 072114091

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 Studi Kasus di Dinas Pendapatan Daerah, Kabupaten Kutai Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Fransisko Suseno

NIM: 072114091

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Tidak ada jaminan kesuksesan,

Namun tidak mencobanya adalah jaminan kegagalan.

(Bill Clinton)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus, dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dan

menyertai perjalananku melalui berkat dan kuasa Nya.

Bapak dan Ibu yang telah membesarkan dengan penuh cinta kasih dan

ketulusan, hingga saat ini tetap memberikan support dalam setiap

tindakan dan langkah kehidupan yang aku lakukan.

Kakak-kakakku, adikku, dan keluarga besar ibuku yang selalu membantu

baik doa maupun materi dan memberikan semangat selama masa

perkuliahan.

Dosen-dosen yang telah mebimbing selama masa perkuliahan sampai

dengan penulisan skripsi ini selesai

Semua teman-teman yang telah memberikan semangat kepadaku.

Terima kasih semuanya atas segala doa dan dukungannya...


(8)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 17 Desember 2013 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi yaitu skripsi ini digugurkan, ijazah dikembalikan kepada pimpinan Universitas Sanata Dharma dan gelar akademik yang saya peroleh dibatalkan.

Yogyakarta, 17 Desember 2013 Yang membuat pernyataan,


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Fransisko Suseno

NIM : 072114091

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Evaluasi Pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26” studi kasus di Dinas Pendapatan Daerah, Kutai Barat.

Saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkodean data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya tulis yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 17 Desember 2013

Yang menyatakan


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis sampaikan kepada Allah Bapa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

a. Dr. Ir. P. Wiryono P., SJ., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

b. Drs. YP. Supardiono, M.Si.,Akt.,QIA selaku Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, membimbing selama masa perkuliahan dan memberikan saran sehingga membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

c. Segenap Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ekonomi Progran Studi Akuntansi, Program Studi Manajemen, Karyawan Humas, BAA, Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu, membimbing selama masa kuliah, dan memberikan bekal ilmu kepada saya.

d. V. Yacobus.N,SE selaku Kepala Dinas Pendapatan Dearah dan segenap Pegawai Dinas Pendapatan Daerah, Kutai Barat yang telah bersedia membantu untuk mengumpulkan data dan memberikan bantuan hingga penulis bisa memperoleh informasi yang diperlukan.

e. Bapakku tercinta Suwandi (Alm) yang semasa hidupnya selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, arahan, pengorbanan, dan semangat.

f. Ibuku tersayang Yohana Erni yang selalu mendoakan serta memberikan kasih sayang, pengorbanan, dan semangat.

g. Kakak-kakakku: Fhelisia Susana, Jhony Rizal Rande, dan Fransiskus Susanto yang selalu memberikan semangat moral dan doa dalam setiap pengerjaan tulisan ini.


(11)

h. Adikku Fransiska Susanti yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan dan segera menyelesaikan penulisan skripsi.

i. Yusdi, miki, Wahyu, Roy, dan Hendra yang telah memberikan bantuan serta dukungan.

j. Teman-teman Asrama Tana’a Purai Ngeriman Kutai Barat di Yogyakarta yang mau saya repotkan dan selalu membantuku selama penulisan skripsi.

k. Mas Boy dan Mas Yoris yang telah besedia menjadi tumpangan saya selama masa bimbingan penulisan skripsi sampai dengan penulisan skripsi ini selesai dengan baik.

l. Teman-teman yang tidak bisa disebut satu persatu yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

m.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 17 Desember 2013


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pajak ... 7

B. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 12

C. Penghasilan yang Dikenai PPh Pasal 21 ... 16

D. Dasar Pengenaan PPh Pasal 21... 17

E. Tarif Pemotongan Pajak dan Penerapannya ... 18

F. Kewajiban Pemotong Pajak ... 22

G. Penghitungan PPh Pasal 21 Untuk Penghasilan Tetap dan Teratur Setiap Bulan ... 23

H. Surat Pemberitahuan ... 26 I. Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 35


(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Waktu Penelitian ... 40

C. Tempat Penelitian ... 40

D. Objek dan Subjek Penelitian ... 40

E. Data Penelitian... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 45

A. Sejarah Pembentukan ... 45

B. Lokasi ... 45

C. Tugas Pokok dan Fungsi ... 46

D. Visi, Misi ... 47

E. Struktur Organisasi ... 49

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Deskripsi Data ... 50

B. Analisis Data ... 67

C. Pembahasan ... 98

BAB VI PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Keterbatasan Penelitian ... 105

C. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(14)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Tarif PPh Pasal 21 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi ... 19

2. Data Diri Pegawai per 1 januari 2011 ... 51

3. Daftar Pegawai yang belum memiliki NPWP ... 53

4. Daftar Pegawai Tetap/Penerima Pensiunan Berkala ... 54

5. Rincian Penghasilan dan Penghitungan PPh Pasal 21 oleh Dispenda berdasarkan SPT Masa Formulir 1721-A2 ... 56

6. Penghitungan PPh Pasal 21 oleh Dinas Pendapatan Daerah bulan Januari 2011 ... 58

7. Pegwai yang Penghasilan Neto lebih kecil dari PTKP ... 62

8. Perhitungan Potongan PPh Pasal 21 per januari 2011 ... 63

9. Pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 oleh Dispenda .. 65

10. Data Hasil Penghitungan PPh Pasal 21 berdasarkan PMK no.262/PKM.03/2010 bulan Januari 2011 ... 70

11. Perbandingan hasil penghitungan PPh Pasal 21 oleh Dispenda dengan PPh Pasal 21 berdasarkan PMK no.262/PMK.03/2010 ... 83

12. Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 91


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 ... 27 2. Struktur Organisasi dan Personalia Dinas Pendapatan Daerah ... 46


(16)

ABSTRAK

EVALUASI PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26

Studi Kasus di Dinas Pendapatan Daerah, Kutai Barat

Fransisko Suseno NIM : 072114091 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi apakah pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 di Dinas Pendapatan Daerah Kutai Barat sudah memenuhi kriteria benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif analisis. Langkah-langkah yang dilakukan: (1) menguji kriteria benar dengan mendeskripsikan penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan Dispenda, penulis melakukan penghitungan kembali Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010. Hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 dibandingkan dengan hasil penghitungan yang dilakukan oleh Dispenda. (2) Untuk kriteria lengkap, menganalisis unsur yang memuat objek pajak dan dokumen pendukung lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26. (3) Kriteria jelas, mendeskripsikan asal-usul objek pajak yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26. (4) Kriteria ditandatangani, ada atau tidaknya pimpinan membubuhkan tandatangan, nama lengkap, dan cap instansi pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26.

Hasil penelitian menunjukkan pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang dilakukan Dispenda belum sepenuhnya benar. Bagian yang belum benar yaitu untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak tidak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh, tarif pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi pegawai yang belum memiliki NPWP, dan penentuan PTKP bagi karyawati. Dispenda, Kutai Barat dalam melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 sudah memenuhi kriteria lengkap, jelas, dan ditandatangani berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.


(17)

ABSRACT

EVALUATION OF THE FILLING OF THE FORM OF PERIODIC TAX PAYABLE OF INCOME TAX BASE ON

ARTICLE 21 AND/OR ARTICLE 26

A Case study at the Office of Regional Revenue, Kutai Barat

Fransisko Suseno NIM: 072114091 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The purpose of this research is to evaluate of whether the filling of the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26 at the Office of Regional Revenue of Kutai Barat, has met the criteria of “correct”, “complete”, “clear” and “signed”.

This research is a case study. The data was obtained through interview and documentation. Data analysis was done based on the method of descriptive analysis. The procedure of data analysis as follows: (1) assessing the criteria of “correct” by comparing the calculation of income tax based on Article 21 as it was done by the Office of Regional Revenue, with the calculation of the income tax based on Article 21 as stated in the Regulation of the Ministry of Finance Number 262/PMK.03/2010. (2) Assessing the criteria of “complete”, by analyzing elements which contained the object of tax and other supporting documents that must be reported in the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26. (3) Assessing the criteria of “clear”, by describing the origin of object tax that must be reported in the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26. (4) Assessing the criteria of “signed”, by observing of whether the form has been signed by the chairman, the full name of the chairman was written, the stamp of the agency was marked the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26.

The result shows that the filling of the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26 prepared by the Office of Regional Revenue was not completely correct. The amount of taxable income was not adjusted to the nearest lower thousands rupiah, incorrect calculation of the tariff cut for officer who has not obtained the number of tax payer, and incorrect calculation of the amount of tax free income for female officer. However, the filling of the form of periodic tax payable of the income tax based on Article 21 and/or Article 26 by the Office of Regional Revenue of Kutai Barat has met the criteria of complete, clear and signed, as required by the tax laws.


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan

perkembangan yang pesat dalam kehidupan nasional khususnya dibidang

perekonomian. Untuk membiayai pembangunan tersebut salah satu cara yang

dapat ditempuh adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari pajak.

Diantara berbagai macam dan jenis pajak, Pajak Penghasilan mampu

menyumbangkan kontribusi yang besar dalam penerimaan pajak dalam negeri

dan melancarkan pembangunan nasional.

Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

(PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 36

tahun 2008 menyatakan bahwa sistem pemotongan dan pemungutan pajak di

Indonesia, khususnya Pajak Penghasilan, tetap berdasarkan sistem self

assessment. Sistem Self assessment merupakan pemungutan pajak yang

memberi kepercayaan dan tanggung jawab kepada pemberi kerja untuk

menghitung, memotong, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan

sendiri bsarnya jumlah pajak yang harus dibayar. Dengan sistem self

assessment, Wajib Pajak diharapkan dapat menghitung dan membayar secara

benar, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,


(19)

Surat Pemberitahuan merupakan surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak

atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan. Kegunaan dari pemberian Surat

Pemberitahuan kepada wajib pajak adalah untuk memberikan kewajiban dan

menyerahkan perhitungan pajak tertanggung oleh wajib pajak dan diserahkan

sendiri ke kantor pajak. Baik mengantarkan sendiri ke kantor pajak maupun

melalui jasa kantor pos.

Setiap wajib pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat

Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya

sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 ayat (1) UU No.28 tahun 2007. Surat

Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 ditandatangi oleh Wajib

Pajak/Direksi/ atau Kuasa Wajib Pajak. Surat Pemberitahuan yang diisi dan

ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak harus dilampiri dengan Surat Kuasa

Khusus, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat

Pemberitahuan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3)

Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara

Perpajakan (UU KUP).

Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa wajib pajak

dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri

tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah


(20)

pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;

rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;

jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau jumlah modal menjadi

lebih besar atau lebih kecil. Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta

keterangan dan/atau dokukmen harus dilampirkan. Jika tidak sepenuhnya

dilampiri keterangan dan/atau dokumen, Surat pemberitahuan dianggap tidak

lengkap dan tidak jelas.

Surat Pemberitahuan yang ditandatangani beserta lampirannya

adalah satu kesatuan yang merupakan unsur keabsahan Surat Pemberitahuan.

Jika Surat Pemberitahuan yang diisi belum sesuai dengan ketentuan tersebut,

Direktorat Jenderal Pajak tidak menganggap sebagai Surat Pemberitahuan

melainkan hanya dianggap sebagai data perpajakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sebelumnya telah

diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Apakah pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21

dan/atau Pasal 26 yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Kutai Barat sudah memenuhi kriteria benar, lengkap, jelas, dan


(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai yaitu, untuk mengevaluasi apakah pengisian Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang

dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat sudah

memenuhi kriteria benar, lengkap, jelas, dan ditandatangani.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penilaian dan referensi yang

dapat digunakan oleh instansi tersebut dalam meningkatkan kualitas dan

kemajuan instansi serta memahami pengisian Surat Pemberitahuan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dengan benar, lengkap, jelas, dan

ditandatangani.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan referensi yang

dapat digunakan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini merupakan sarana untuk menambah pengetahuan

khususnya dibidang perpajakan mengenai cara pengisian Surat


(22)

baik, benar, lengkap, jelas dan ditandatangani sehingga kelak dapat

menerapkan kombinasi yang tetap antara keadaan teoritis dengan praktek

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini, dapat digunakan sebagai tambahan bacaan dan

perbandingan untuk penelitian yang akan datang.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas penulis dan akan digunakan sebagai dasar untuk

mendukung pengolahan data yang diperoleh.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi gambaran dan cara untuk melakukan kegiatan

penelitian mulai dari jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, data

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan


(23)

Bab V Analisis Data dan Pembahasan.

Dalam bab ini menguraikan tentang serangkaian hasil penelitian, analisis

data, dan pembahasan atas pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26.

Bab VI Penutup

Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dari pembahasan sebelumnya,

keterbatasan penelitian, dan saran dari keseluruhan penelitian yang


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Soemitro dalam Prabowo (2004:1)

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum”.

Menurut Andriani dalam Prabowo (2004:2)

”Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) terutama oleh

yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum

(Undang-Undang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang dapat langsung

ditunjuk dan berguna untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan Negara, bagi sebesar-besarnya kemakmuran


(25)

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan inti dari

pengertian pajak, yaitu:

a. Iuran pajak dapat dipaksakan: jika ada pelanggaran dibidang

perpajakan, maka pelanggar akan dikenakan sanksi dan ada aturan

untuk pemaksaan pelaksanaan pembayaran pajak.

b. Tanpa jasa timbal (kontraprestasi): bentuk balas jasa konkrit yang

dinikmati oleh pembayar pajak kurang dapat diidentifikasikan secara

langsung. Penerimaan Pajak akan digunakan untuk membangun

fasilitas umum, kesehatan masyarakat, pendidikan dll.

c. Dari rakyat (swasta) ke Negara: pajak yang membayar adalah

masyarakat dan dibayarkan ke kas Negara.

d. Untuk membiayai kegiatan pemerintahan Negara: kegiatan

pemerintahan Negara sebagian dibiayai dari penerimaan pajak.

e. Surplus untuk public saving dan membiayai public investment: jika

terdapat kelebihan penerimaan Negara, dapat diinvestasikan. Namun

investasi pada fasilitas umum tidak semuanya dibiayai dari penerimaan

pajak. Ada sumber pendapatan lain yang dipergunakan untuk

pembangunan infrastruktur.

2. Fungsi Pajak

a. Fungsi Penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah baik pengeluaran


(26)

pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi Mengatur (regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial, ekonomi. Contoh:

dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap barang mewah.

3. Jenis Pajak

Ada beberapa jenis pajak, yaitu:

a. Menurut Golongan

1)Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib

pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

2)Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

(PPN).

b. Menurut Sifat

1)Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti

memperhatikan keadaan wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

2)Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh:


(27)

c. Menurut Pemungut dan Pengelolanya

1)Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang

Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

2)Pajak daerah adalah pajak oleh pemerintah daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame,

dan Pajak Hiburan.

4. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang.

b. Self Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitugkan, membayar, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar.

c. Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut


(28)

5. Tarif Pajak

Tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak

terutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan

dalam bentuk persentase. Dalam pajak penghasilan, struktur tarif yang

berhubungan dengan pola persentase tarif dapat dibedakan menjadi empat

(4) macam, yaitu:

a. Tarif Pajak Proporsional/sebanding

Tarif pajak proporsional yaitu tarif pajak berupa persentase tetap

terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai akan dikenakan tarif sebesar 10%

atas Penyerahan Barang Kena Pajak.

b. Tarif Pajak Progresif

Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi

lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin

besar. Contoh: tarif Pajak PPh Pasal 21 bagi Wajib Pajak Orang

Pribadi.

c. Tarif Pajak Degresif

Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin

menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi

semakin besar.

d. Tarif Pajak Tetap

Tarif pajak tetap adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya)


(29)

B. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Penghasilan berdasarkan Undang-Undang Pajak No.36 Tahun

2008, pasal 4 ayat (1) adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan

dalam bentuk apapun.

Pajak Penghasilan Pasal (PPh) 21 merupakan Pajak Penghasilan

yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh

wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang telah diatur dalam

Undang-Undang No.36 tahun 2008.

2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

Per-31/Pj/2009 pasal 3, yang dimaksud Subjek Pajak PPh Pasal 21 adalah

penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21. Subjek pajak PPh

Pasal 21 terdiri atas:

a. Pegawai;

b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,


(30)

c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:

1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari

pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan

aktuaris;

2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,

bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,

dan seniman lainnya;

3) Olahragawan;

4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan

moderator;

5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer, dan

sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,

ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;

7) Agen iklan;

8) Pengawas atau pengelola proyek;

9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang

menjadi perantara;

10)Petugas penjaja barang dagangan;


(31)

12)Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan

kegiatan sejenis lainnya;

d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan

sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain

meliputi:

1) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan

olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan

perlombaan lainnya;

2) Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja;

3) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu;

4) Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;

5) Peserta kegiatan lainnya.

Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang

dipotong PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 adalah:

a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari

negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan

bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau

memperoleh penghasilan lain di luar jabatan, atau pekerjaannya

tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal


(32)

b. Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan

warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan

atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari indonesia.

3. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Dalam Undang-Undang perpajakan No. 36 tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan disebutkan bahwa objek pajak adalah penghasilan.

Penghasilan yang dikenakan pemotong PPh pasal 21 menurut Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor Per31/Pj/2009 pasal 5 ayat (1) dan (2)

terdiri atas:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa

penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara

teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan

penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara

sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari

tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;

d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah

harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang

dibayarkan secara bulanan.

e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,


(33)

apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan

kegiatan yang dilakukan;

f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang

resepresentasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan

dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan

nama apapun.

C. Penghasilan Yang Dikenai Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

262/PMK.03/2010 pasal 2, penghasilan yang dikenai PPh Pasal 21 terdiri

atas:

1. PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan

yang menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditanggung oleh

pemerintah atas beban APBN atau APBD.

2. Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau

APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penghasilan tetap

dan teratur bagi:

a. Pejabat negara, untuk:

1) Gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan;

atau


(34)

b. Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota Tentara Nasional Indonesia

(TNI), dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI),

untuk gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap

bulan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

c. Pensiunan, untuk uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya tetap

dan teratur setiap bulan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

3. Termasuk dalam pengertian gaji, uang pensiun dan tunjangan lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah gaji, uang pensiun, dan

tunjangan ke-13 (ketiga belas).

D. Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

262/PMK.03/2010 pasal 5, dasar pengenaan PPh Pasal 21 terdiri atas:

1. Dasar pengenaan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap

bulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) adalah Penghasilan

Kena Pajak.

2. Besarnya Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditentukan berdasarkan penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak

Kena Pajak.

3. Besarnya penghasilan neto sebagimana dimaksud pada ayat (2) bagi


(35)

berdasarkan jumlah seluruh penghasilan tetap dan teratur setiap bulan

dikurangi dengan:

a. Biaya jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

yang mengatur tentang biaya jabatan; dan

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh Pejabat Negara, PNS,

Anggota TNI, atau Anggota POLRI, kepada dana pensiun yang

pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan

penyelenggara tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang

dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

oleh Menteri keuangan.

4. Besarnya penghasilan neto sebagaiman dimaksud pada ayat (2) bagi

pensiunan ditentukan berdasarkan seluruh penghasilan tetap dan teratur

setiap bulan dikurangi dengan biaya pensiun sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang biaya pensiun.

E. Tarif Pemotongan Pajak dan Penerapannya

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 pasal 8,

tentang tarif pemotongan pajak dan penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Tarif Pajak berdasarkan pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak

Penghasilan diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak sebagaimana


(36)

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi

wajib pajak orang pribadi dalam negeri berdasarkan Pasal 17 ayat (1)

huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

5% (lima persen)

Di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15% (lima belas

persen)

Di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25% (dua puluh lima persen)

Di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

30% (tiga puluh

persen)

Sumber: Undang-Undang No 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib

pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%

(dua puluh delapan persen).

2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif

sebagaimana dimaksud pada huruf a dibulatkan hingga ribuan rupiah

penuh.

3. Untuk penghitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap Masa

Pajak selain Masa Pajak Desember atau Masa Pajak terakhir, tarif pajak

sebagaimana dimaksud pada angka 1 diterapkan atas perkiraan

penghasilan yang akan diperoleh selama satu tahun, dengan ketentuan


(37)

a. Perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama satu tahun adalah

jumlah gaji, uang pensiun, dan tunjangan yang dibayarkan setiap

bulan dikalikan 12 (dua belas)

b. Dalam hal terdapat pembayaran penghasilan seperti gaji, uang

pensiun, dan tunjangan ke-13, serta rapel gaji dan/atau tunjangan

maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 tahun

adalah sebesar jumlah pada angka (1) ditambah dengan jumlah gaji,

uang pensiun, dan tunjangan ke-13 serta rapel gaji dan/atau tunjangan.

4. Masa Pajak terakhir sebagaimana dimaksud pada angka 3 adalah Masa

Pajak tertentu dimana Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota

POLRI terakhir bekerja.

5. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap Masa Pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah:

a. Atas penghasilan seperti gaji, uang pensiun, dan tunjangan yang

dibayarkan setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang

atas jumlah penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

dibagi 12;

b. Atas penghasilan seperti gaji, uang pensiun, dan tunjangan ke-13 serta

rapel gaji dan/atau tunjangan adalah sebesar selisih antara Pajak

Penghasilan yang terutang atas jumlah penghasilan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf b dengan Pajak Penghasilan yang


(38)

6. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI atau Anggota POLRI

mulai bekerja sebagai Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI atau Anggota

POLRI setelah bulan januari, banyaknya bulan yang menjadi faktor

pengali sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau faktor pembagi

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah jumlah bulan tersisa dalam

tahun kalender sejak yang bersangkutan mulai bekerja atau mulai

pensiun.

7. Besarnya PPh Pasal 21 yang dipotong untuk Masa Pajak Desember

adalah sesilih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh

Penghasilan Kena Pajak selama 1 tahun takwim dengan akumulasi PPh

Pasal 21 yang terutang pada Masa Pajak-Masa Pajak sebelumnya dalam

tahun takwim yang bersangkutan.

8. Besarnya PPh Pasal 21 yang dipotong untuk masa pajak terakhir adalah

selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh Penghasilan

Kena Pajak yang disetahunkan dengan akumulasi PPh Pasal 21 yang

terutang pada Masa Pajak-Masa Pajak sebelumnya dalam tahun takwim

yang bersangkutan.

9. Tidak termasuk dalam akumulasi PPh Pasal 21 yang terutang

sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8) adalah tambahan PPh

Pasal 21 lebih tinggi sebesar 20% sebagaimana dimaksud dalam pasal 10

ayat (1)

10. Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI atau Anggota POLRI


(39)

bulan yang pembayarannya terpisah dari pembayaran gaji, maka

penghitungan PPh Pasal 21 atas tambahan penghasilan tersebut harus

memperhitungkan jumlah seluruh penghasilan tetap dan teratur setiap

bulan yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI atau

Anggota POLRI yang bersangkutan.

F. Kewajiban Pemotong Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010

pasal 11, kewajiban pemotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

1. Bendahara pemerintah yang melakukan pemotongan PPh Pasal 21 adalah

bendahara pengeluaran pada kementrian/lembaga, pemerintah provinsi,

atau pemerintah kabupaten/kota.

2. Bendahara pemerintah sebagaimana pada ayat (1) wajib:

a. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan; dan

b. Menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21

yang terutang untuk setiap Masa Pajak.

3. Kewajiban menghitung, memotong, dan melaporkan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) tetap dilakukan terhadap penghasilan yang

dikenai tarif PPh Pasal 21 sebesar 0% (nol persen).

4. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal

21 untuk setiap masa Pajak sebagaimanaa dimaksud pada ayat (2) tetap

berlaku dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada Masa Pajak yang


(40)

G. Penghitungan PPh Pasal 21 Untuk Penghasilan Tetap dan Teratur Setiap Bulan

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk penghasilan tetap dan teratur setiap

bulan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh

Pasal 21 yang terutang untuk setiap Masa Pajak, yang dilaporkan dalam

SPT Masa PPh Pasal 21, selain Masa Pajak Desember atau Masa Pajak

terakhir;

2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian 1721 A2 dan pemotongan

PPh Pasal 21 yang terutang untuk Masa Pajak terakhir.

Penghitungan pada Masa Pajak Desember dilakukan bagi Pejabat Negara,

PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI yang bekerja sampai akhir tahun

takwim dan bagi Pensiunan yang menerima penghasilan pensiun sampai

akhir tahun takwim.

Penghitungan pada Masa Pajak terakhir dilakukan bagi Pejabat Negara,

PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI yang berhenti bekerja atau

memasuki masa pensiun.

Penghitungan Masa atau Bulanan selain Masa Pajak Desember atau

Masa Pajak terakhir dapat dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu:

a. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,

dan Anggota POLRI

1) Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur


(41)

yang diterima selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji dan

tunjangan;

2) Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang

diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan

dengan biaya jabatan dan iuran pensiun;

3) Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah

penghasilan neto sebulan dikalikan 12 (dua belas)

4) Dalam hal Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota

POLRI mulai bekerja setelah bulan januari, maka penghasilan neto

setahun dihitung dengan mengalikan penghasilan neto sebulan

dengan banyaknya bulan sejak Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,

atau Anggota POLRI, mulai bekerja sampai bulan desember;

5) Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak yaitu sebesar

Penghasilan neto setahun sebagaimana dimaksud pada angka 3

atau angka 4, dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ayat (1),

Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit

sebesar:

a) Rp15.840.000,00 untuk wajib Pajak orang pribadi;

b) Rp1.320.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin;

c) Rp15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami


(42)

d) Rp1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga

sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus

serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,

paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

6) PPh Pasal 21 terutang atas perkiraan penghasilan setahun dihitung

dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh terhadap Penghasilan

Kena Pajak;

7) Selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh

pemerintah sebulan, yaitu:

a) Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan sebagaimana

dimaksud pada angka 2 dibagi dengan 12 (dua belas).

b) Jumlah PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan sebagaimana

dimaksud pada angka 4 dibagi banyaknya bulan yang menjadi

faktor pengali sebagaimana dimaksud pada angka 4.

b. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pensiunan;

c. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Gaji, Uang Pensiun, dan tunjangan

ke-13 atau rapel Gaji dan/atau tunjangan;

d. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI,

Anggota POLRI, yang menerima tambahan Penghasilan yang bersifat

tetap dan teratur setiap bulan yang pembayarannya terpisah dari


(43)

H. Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Pengertian Surat Pemberitahuan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, yang dimaksud

dengan Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk melaporkan penghitungan, dan/atau waktu pembayaran

pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan

kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

2. Jenis Surat Pemberitahuan

Secara garis besar jenis Surat pemberitahuan dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) adalah surat yang oleh

wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan

pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. Jenis-jenis

SPT Tahunan meliputi SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi, SPT

Tahunan PPh WP Badan dan SPT Tahunan PPh Pasal 21.

b. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang

dalam masa pajak atau pada suatu saat. Jenis-jenis SPT Masa meliputi

SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26, SPT Masa PPh pasal 22,


(44)

3. Bentuk Surat Pemberitahuan

Secara garis besar bentuk SPT Tahunan maupun SPT Masa

seperti berikut (Waluyo 2008:33):

a. e-SPT adalah data SPT wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang

dibuat oleh wajib pajak yang menggunakan aplikasi e-SPT yang

disediakan Direktur Jenderal Pajak.

b. Formulir kertas (hardcopy)

Sebagai contoh SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

Gambar 1

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26


(45)

Gambar 1

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Lanjutan 1


(46)

4. Fungsi Surat Pemberitahuan

Pasal 3 ayat (1) UU KUP tahun 2007 menyatakan, fungsi Surat

Pemberitahuan (SPT) bagi Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah

sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk

melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1

(satu) tahun Pajak atau bagian tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

c. Harta dan kewajiban; dan/atau;

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau

pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain pihak dalam 1 (satu)

Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

Yang dimaksud dengan mengisi surat pemberitahuan adalah mengisi

formulir Surat Pemberitahuan, dalam bentuk kertas dan/atau dalam bentuk

elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk

pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Sementara itu, yang dimaksud dengan benar,


(47)

a. Benar adalah benar dalam penghitungan, termasuk benar dalam

penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam

penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan

objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan; dan

c. Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan

unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah

sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjwabkan pajak

yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

5. Penyampaian Surat Pemberitahuan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang

ketentuan dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009, penyampaian surat

pemberitahuan dapat dilakukan dengan cara :

a. Disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan

Pajak tersebut;

b. Disampaikan melalui Kantor Pos dengan bukti pengiriman surat, atau

c. Dengan cara lain yaitu:

1) Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk

oleh Direktur Jenderal Pajak dengan bukti pengiriman surat atau


(48)

2) e-filling adalah suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan

perpanjangan SPT tahunan yang dilakukan secara on-line yang

real-time melalui penyedia jasa aplikasi. Bukti penerimaan

elektronik ini adalah informasi yang meliputi nama, NPWP,

tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (ATTE), dan

Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama perusahaan

penyedia jasa aplikasi (ASP) yang tertera pada hasil cetakan SPT

induk.

6. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan

Berdasarkan Peraturan Direktur jenderal Pajak Nomor

31/Pj/2009 pasal 24, batas waktu penyampaian Surat pemberitahuan Masa

untuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dibayarkan/disetorkan paling lama

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan

dilaporkan paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

7. Perpanjangan Jangka Waktu Surat Pemberitahuan

Pemotong Pajak yang tidak dapat menyampaikan SPT Tahunan

pada waktunya dapat memohon perpanjangan jangka waktu penyampaian

SPT Tahunan PPh Pasal 21 dengan mengajukan permohonan secara

tertulis dengan menggunakan formulir 1721-Y ke Kantor Pelayanan Pajak

atau Kantor Penyuluhan Pajak tempat Pemotong Pajak terdaftar dengan


(49)

a. Permohonan diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT

Tahunan berakhir dengan menyebutkan alasan-alasannya;

b. Menyampaikan penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang

untuk tahun takwim yang bersangkutan;

c. Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan penyetoran pajak yang

terutang.

Apabila permohonan wajib pajak tersebut disetujui untuk paling

lama 6 bulan dan ternyata perhitungan sementara pajak selama 1 tahun

yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, atas

kekurangan pembayaran tersebut dikenakan bunga sebesar 2% sebulan

yang dihitung dari batas waktu selambat-lambatnya kewajiban

menyampaikan SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran.

8. Pembetulan Surat Pemberitahuan

Untuk pembetulan SPT atas kemauan Wajib Pajak (WP) sendiri

dapat dilakukan sampai dengan daluwarsa, kecuali untuk Surat

Pemberitahun (SPT) Rugi atau Surat Pemberitahuan (SPT) Lebih Bayar

paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa, sepanjang belum dilakukan

pemeriksaan. Sanksi administrasi atas pembetulan Surat Pemberitahuan

(SPT) dengan kemauan Wajib Pajak sendiri setelah Pemeriksaan tetapi


(50)

9. Sanksi-sanksi

a. Denda Administrasi

Apabila SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 tidak disampaikan

atau disampaikan tidak tepat pada waktunya dikenakan sanksi

administrasi berupa denda sebesar Rp 100,000,00 (seratus ribu rupiah)

(Pasal 7 UU KUP). Pembayaran denda tersebut dapat dilakukan sendiri

oleh Pemotong Pajak dengan Surat Setoran Pajak tersendiri, terpisah

dari Surat Setoran Pajak untuk pembayaran kekurangan pokok pajak.

b. Bunga

Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan antara lain terhadap

keterlambatan dan atau kekurangan penyetoran pajak termasuk

pembetulan SPT Tahunan oleh Pemotong Pajak. Selain itu, apabila

pajak yang terutang menurut SPT Tahunan lebih besar dari pajak yang

terutang menurut penghitungan sementara pada waktu mengajukan

permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan,

maka atas selisihnya (kekurangan pajak yang masih harus disetor)

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)

sebulan. (Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (3) UU KUP) Pembayaran

bunga tersebut dapat dilakukan sendiri oleh Pemotong Pajak dengan

Surat Setoran Pajak tersendiri, terpisah dari Surat Setoran Pajak untuk


(51)

c. Kenaikan

Apabila SPT Masa tidak disampaikan dalam jangka waktu yang

ditentukan dalan Surat Teguran, maka dikeluarkan Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan sanksi administrasi berupa

kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang

kurang/tidak disetor dalan satu takwin.

d. Sanksi Pidana

1) Dalam hal Pemotong Pajak karena kealpaan tidak menyampaikan

SPT Tahunan atau menyampaikan tetapi isinya tidak benar atau

tidak lengakap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak

benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan

negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang bayar. (Pasal 38 UU KUP)

2) Dalam hal Pemotong Pajak dengan sengaja, tidak menyampaikan

SPT Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan dan atau

keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau tidak

menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga

dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda

paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau

kurang dibayar. (Pasal 39 ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf g UU


(52)

3) Apabila Pemotong Pajak melakukan percobaan untuk

menyampaikan SPT Tahunan dan atau keterangan yang isinya

tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan

permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling

tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau

kompensasi yang dilakukan oleh Pemotong Pajak. Pasal 39 ayat (3)

UU KUP)

I. Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26

Bentuk formulir SPT Masa PPh Pasal 21 berubah dengan terbitnya

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-32/PJ/2009. Ketentuan ini mengatur

tentang bentuk formulir SPT Masa PPh Pasal 21 dan atau Pasal 26 yang

merupakan kelanjutan dari terbitnya PER-31/PJ/2009 sebagai petunjuk

pemotongan PPh Pasal 21. Nama formulir SPT Masa PPh Pasal 21 ini adalah

formulir 1721 (sama dengan SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang dulu). Namun

demikian, bentuk formulir ini lebih mengikuti format SPT Masa PPh Pasal 21

sebelumnya dengan memberikan ruang terhadap ketentuan-ketentuan baru

PPh Pasal 21 seperti ada perhitungan setahun pada masa Desember, adanya


(53)

Formulir Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) PPh pasal 21 baru

diberlakukan sejak juli 2009. SPT Masa baru ini menggantikan SPT Masa

yang lama sekaligus menggantikan SPT Tahunan PPh Pasal 21. Formulir

yang digunakan untuk menyetor dan melaporkan Pajak Penghasilan Pasal 21

meliputi:

1. Formulir 1721-T

Formulir ini merupakan daftar pegawai tetap/penerima pensiunan berkala.

Formulir 1721-T wajib disampaikan hanya pada saat pertama kali Wajib

Pajak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan SPT Masa PPh Pasal

21 dan/atau Pasal 26. Bagi Wajib Pajak yang sudah memiliki kewajiban

penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26, maka formulir ini

harus disampaikan pada masa Juli 2009.

2. Formulir 1721-II

Formulir ini merupakan formulir daftar perubahan pegawai tetap. Formulir

1721-II ini wajib disampaikan hanya pada saat ada pegawai tetap yang

keluar dan/atau ada pegawai tetap yang masuk dan/atau ada pegawai tetap

yang baru memiliki NPWP.

3. SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (formulir 1721)

Formulir ini digunakan untuk melaporkan kewajiban Pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26. Berikut akan dibahas petunjuk

pengisian SPT formulir SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang


(54)

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, hal-hal yang

perlu diperhatikan oleh wajib pajak adalah sebagai berikut:

a. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat

Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas.

b. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

ditandatangani oleh Wajib Pajak/Pengurus/Direksi atau Kuasa Wajib

Pajak. SPT yang ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak harus

dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.

c. SPT Masa PPh Pasal 21 dianggap tidak disampaikan apabila tidak

ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilapiri keterangan dan/atau

dokumen sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

d. PPh Pasal 21 dibayarkan/disetorkan paling lama tanggal 10 bulan

berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan dilaporkan paling lama 20

hari setelah Masa Pajak berakhir sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007

e. Pembayaran/penyetoran PPh yang dilakukan setelah tanggal jatuh

tempo dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan

yang dihitung dari saat jatuh tempo pembayaran sampai dengan

tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

f. SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan setelah jangka waktu yang

ditetapkan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar


(55)

4. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (Tidak Final)

Bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 21 digunakan untuk

melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas imbalan yang

diterima oleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, distributor,

petugas dinas luar asuransi, penjaga barang dagangan, tenaga ahli, anggota

dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai

pegawai tetap, mantan pegawai, pegawai yang melakukan penarikan dana

pensiun, peserta kegiatan, dan bukan pegawai, serta pegawai atau pemberi

jasa yang berstatus sebagai Wajib Pajak Luar Negeri.

5. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (Tidak Final)

Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (tidak final)

merupakan rekapitulasi dari Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau

Pasal 26 tidak final.

6. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final)

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) digunakan untuk melaporkan

pemotongan PPh Pasal 21 atas objek pajak yang bersifat final.

7. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (Final)

Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 (Final)


(56)

8. Formulir 1721 A1 atau A2

Formulir 1721 A1 atau A2 merupakan Bukti Pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun atau

Tunjangan Hari Tua. Formulir ini kalau dilihat sepintas sama saja dengan

formulir 1721 A1-A2 yang lama, fungsinyapun sama saja, hanya saja

formulir ini sekarang merupakan pendukung dari formulir SPT Masa PPh

Pasal 21 pada bulan Desember saja walaupun tidak dilampirkan.

9. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 untuk Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun (Formulir 1721-I)

Formulir ini merupakan daftar bukti pemotongan PPh Pasal 21 pegawai

tetap/penerima pensiun. Fungsinya sama dengan formulir 1721 A dulu.

Formulir ini hanya dilampirkan di masa Desember saja. Namun demikian,

Wajib Pajak tidak perlu melampirkan formulir 1721 A1 atau A2


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu dengan mengadakan

penelitian secara langsung terhadap suatu instansi/perusahaan. Penelitian ini

dilakukan dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek yang

diteliti, kemudian dievaluasi sehingga dapat diambil kesimpulan atas objek

yang diteliti.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan

Oktober pada tahun 2011.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai

Barat, Kalimantan Timur.

D. Objek dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah Surat

Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan/atau


(58)

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pegawai pada

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat dan bagian yang

menangani Pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau 26.

E. Data Penelitian

Data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah:

1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat

2. Data diri pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat

3. Data penghasilan pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai

Barat

4. Data hasil penghitungan Pajak Penghasilan pasal 21

5. Daftar bukti pemotongan/bukti pemotongan PPh pasal 21

6. Data pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 pada tahun

pajak 2011.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawacara dilakukan secara langsung dengan mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada bagian yang berwenang untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan. Contohnya melakukan tanya jawab untuk

mengetahui gambaran umum dan struktur organisasi perusahaan, serta


(59)

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengamati, mengumpulkan data,

dan melihat serta serta mempelajari dokumen-domumen yang diperoleh

baik yang berupa tulisan, maupun keterangan lain agar bermanfaat untuk

penelitian ini. Contohnya daftar bukti potong/bukti pemotongan PPh

pasal 21, dan SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang sudah diisi.

G. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada

dalam rumusan masalah adalah dengan menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu metode dengan cara mengumpulkan, menyajikan serta

menganalisa data sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas atas objek

yang diteliti sampai pada satu kesimpulan.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan

tahapan-tahapan mengevaluasi sebagai berikut:

1. Menguji penerapan dan pengisian SPT Masa PPh pasal 21 dan/atau Pasal

26 yang dilakukan memenuhi kriteria benar dengan langkah sebagai

berikut:

a. Mendeskripsikan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Kutai Barat.

b. Mendeskripsikan penghitungan PPh pasal 21 sesuai dengan Peraturan


(60)

c. Melakukan perbandingan penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan

oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat dengan

penghitungan berdasarkan Peraturan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 262/PMK.03/2010.

d. Mendeskripsikan penerapan peraturan perundang-undangan dalam

penghitungan PPh Pasal 21 dan pengisian SPT Masa PPh Pasal 21

dan/atau Pasal 26.

e. Menilai kebenaran pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 termasuk didalamnya penilaian

tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya berdasarkan

Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.

2. Menguji pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang

dilakukan memenuhi kriteria lengkap dengan langkah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan objek pajak dan yang tidak termasuk objek pajak

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010.

b. Menilai kelengkapan pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal

26 serta keterangan dan/atau dokumen serta lampiran-lampiran lainnya

sesuai dengan petunjuk pengisian berdasarkan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

3. Menguji pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang

dilakukan memenuhi kriteria jelas dengan langkah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan sumber dari objek pajak yang sudah diisi pada SPT


(61)

atau asal-usul objek pajak berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan penulis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

b. Mendeskripsikan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT

Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 misalnya sumber dari lampiran

atau keterangan lain yang terdapat dalam SPT Masa PPh Pasal 21

dan/atau Pasal 26.

4. Menguji pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau pasal 26 yang

dilakukan memenuhi kriteria ditandatangani dengan langkah sebagai

berikut:

a. Wajib Pajak memberi tanda (X) atau tidak Pada kotak yang sesuai.

b. SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 ditandatangani atau tidak

oleh wajib pajak. SPT Masa yang ditandatangi oleh Kuasa Wajib Pajak

harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.

c. Pimpinan atau kuasa membubuhkan nama lengkap, Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) yang bersangkutan, dan membubuhkan cap

instansi.

d. Wajib Pajak mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun diisinya SPT


(62)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Pembentukan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang

pembentukan Kabupanten Kutai Barat, Kabupaten Malinau, Kabupatan Kutai

Timur, dan Kota Bontang, maka terbentuknya sebuah Kabupaten haruslah

ditunjang terbentuknya lambaga/instansi/organisasi sebagai Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) yang bersifat teknis, seperti : Dinas/Kantor/Badan

di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang baru terbentuk tersebut. Dinas

Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat di bentuk tahun 2001 berdasarkan

Perda Nomor 07 tahun 2001 tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Pembentukan tersebut

berdasarkan pertimbangan bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah

yang luas nyata dan bertanggungjawab di Kabupaten Kutai Barat. Dinas

Pendapatan Daerah di bentuk untuk memberikan dukungan Penerimaan Asli

Daerah Pemerintah Kabupaten Kutai Barat.

B. Lokasi

Dinas Pendapatan Daerah berada di komplek perkantoran pemerintah

Kabupaten Kutai Barat, yang terletak di Jl. Sendawar III Barong Tongkok di


(63)

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 dan sesuai

dengan otonomi yang diberikan, maka daerah diberikan hak untuk mengurus

rumah tangganya sendiri dan sebagai konsekuensinya daerah diberikan

sumber-sumber keuangan yang cukup. Untuk mengelola sumber-sumber

tersebut maka dibentuklah dinas-dinas dimana salah satunya adalah Dinas

Pendapatan Daerah, Kutai Barat. Dinas pendapatan Daerah merupakan unsur

pelaksana Pemerintah Kabupaten dibidang Pendapatan. Dinas Pendapatan

Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam melaksanakan

tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas

Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:

1. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan;

2. pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum;

3. pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Cabang Dinas di

bidang pendapatan;

4. pengelolaan urusan ketatausahaan dinas;

5. pengawasan dan pengamanan teknis atas pelaksanaan kewenangan dan

tugas pokoknya dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah sesuai

dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati menurut peraturan


(1)

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.551.493

Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 1.551.493) Rp18.617.913 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 Penghasilan Kena Pajak Rp 2.777.913

PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp2.777.000) Rp138.850

PPh Pasal 21 sebulan (Rp138.850:12) Rp11.571

53.Hajatul Khairunnisa (P,K/2) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.181.680

Tunjangan Isteri Rp 118.168 Tunjangan Anak Rp 47.276 Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp1.347.115 Tunjangan Umum Rp 180.000 Tunjangan Beras Rp 166.320 Tunjangan Lain-lain Rp 7.071

Jumlah Penghasilan Bruto Rp1.700.506

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp1.700.506) Rp85.025 Iuran Pensiun (4,75% x Rp1.347.115) Rp63.988

Jumlah Pengurangan Rp 149.013

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.551.493

Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 1.551.493) Rp18.617.913 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 Penghasilan Kena Pajak Rp 2.777.913

PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp2.777.000) Rp138.850

PPh Pasal 21 sebulan (Rp138.850:12) Rp11.571

54.Urbanus (L,K/2) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.181.680

Tunjangan Isteri Rp 118.168 Tunjangan Anak Rp 47.276 Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp1.347.115 Tunjangan Umum Rp 180.000 Tunjangan Beras Rp 166.320 Tunjangan Lain-lain Rp 7.071

Jumlah Penghasilan Bruto Rp1.700.506

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp1.700.506) Rp85.025 Iuran Pensiun (4,75% x Rp1.347.115) Rp63.988


(2)

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.551.493

Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 1.551.493) Rp18.617.913 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 -Status WP kawin Rp 1.320.000

-Tambahan 2 orang tanggungan (2 x Rp1.320.000) Rp 2.640.000 Rp19.800.000 Penghasilan Kena Pajak Rp-1.182.087

55.Nelianus (L,K/1) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.181.680

Tunjangan Isteri Rp 118.168 Tunjangan Anak Rp 23.633 Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp1.323.481 Tunjangan Umum Rp 180.000 Tunjangan Beras Rp 124.740 Tunjangan Lain-lain Rp 9.029

Jumlah Penghasilan Bruto Rp1.637.250

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp1.637.250) Rp81.863 Iuran Pensiun (4,75% x Rp1.323.481) Rp62.865

Jumlah Pengurangan Rp 144.728

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.492.522

Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 1.492.522) Rp17.910.000 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 -Status WP kawin Rp 1.320.000

-Tambahan 1 orang tanggungan Rp 1.320.000 Rp18.480.000 Penghasilan Kena Pajak Rp -569.734

56.Iin Wahyuni (P,K/0) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.181.680

Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp1.181.680 Tunjangan Umum Rp 180.000 Tunjangan Beras Rp 41.580 Tunjangan Lain-lain Rp 8.700

Jumlah Penghasilan Bruto Rp1.411.960

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp1.411.960) Rp70.598 Iuran Pensiun (4,75% x Rp1.181.680) Rp56.130

Jumlah Pengurangan Rp 126.728

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.285.232


(3)

Penghasilan Tidak Kena Pajak

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 Penghasilan Kena Pajak Rp -417.214

57.Victor (L,TK/0) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.464.080

Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp1.464.080 Tunjangan Umum Rp 185.000 Tunjangan Beras Rp 41.580 Tunjangan Lain-lain Rp 21.646

Jumlah Penghasilan Bruto Rp1.712.306

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp1.712.396) Rp85.615 Iuran Pensiun (4,75% x Rp1.464.080) Rp69.544

Jumlah Pengurangan Rp 155.159

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.557.147

Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 1.557.147) Rp18.685.763 Penghasilan Tidak Kena Pajak (TK/0)

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 Penghasilan Kena Pajak Rp 2.845.763

PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp2.845.000) Rp142.250

PPh Pasal 21 sebulan (Rp142.250:12) Rp11.854

58.Alansius (L,K/2) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.181.680

Tunjangan Isteri Rp 118.168 Tunjangan Anak Rp 47.276 Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp1.347.115 Tunjangan Umum Rp 180.000 Tunjangan Beras Rp 166.320 Tunjangan Lain-lain Rp 7.071

Jumlah Penghasilan Bruto Rp1.700.506

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp1.700.506) Rp85.025 Iuran Pensiun (4,75% x Rp1.347.115) Rp63.988

Jumlah Pengurangan Rp 149.013

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.551.493

Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 1.551.493) Rp18.617.913 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 -Status WP kawin Rp 1.320.000

-Tambahan 2 orang tanggungan (2 x Rp1.320.000) Rp 2.640.000 Rp19.800.000 Penghasilan Kena Pajak Rp -1.182.087


(4)

59.Maslina Neri (P,K/2) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.513.400

Tunjangan Isteri Rp 151.340 Tunjangan Anak Rp 60.536 Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp1.725.276 Tunjangan Umum Rp 180.000 Tunjangan Beras Rp 166.320 Tunjangan Lain-lain Rp 22.225

Jumlah Penghasilan Bruto Rp2.093.821

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp2.093.821) Rp104.691 Iuran Pensiun (4,75% x Rp1.725.276) Rp 81.951

Jumlah Pengurangan Rp 186.642

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp1.907.179

Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 1.907.179) Rp22.886.152 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)

-Untuk Wajib Pajak kawin Rp15.840.000 Penghasilan Kena Pajak Rp 7.046.152

PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp7.046.000) Rp352.300

PPh Pasal 21 sebulan (Rp352.300:12) Rp29.358

60.Hansen (L,K/2) Penghasilan Bruto

Gaji pokok Rp1.954.300

Tunjangan Isteri Rp 195.430 Tunjangan Anak Rp 78.172 Jumlah Gaji dan tunjangan Keluarga Rp2.227.902 Tunjangan Struktural/Fungsional Rp 540.000 Tunjangan Beras Rp 166.320 Tunjangan Lain-lain Rp 63.808

Jumlah Penghasilan Bruto Rp2.998.030

Pengurangan:

Biaya jabatan (5% x Rp2.998.030) Rp149.902 Iuran Pensiun (4,75% x Rp2.227.902) Rp105.825

Jumlah Pengurangan Rp 255.727

Penghitungan PPh Pasal 21

Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp2.742.303 Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan (12 x 2.742.303) Rp32.907.638 Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2)

-Untuk Wajib Pajak Rp 15.840.000 -Status WP kawin Rp 1.320.000

-Tambahan 2 orang tanggungan (2 x Rp1.320.000) Rp 2.640.000 Rp19.800.000 Penghasilan Kena Pajak Rp13.107.638

PPh Pasal 21 terutang setahun (5% x Rp13.107.000) Rp655.350


(5)

(6)