Profesionalitas Kepala Sekolah v.2.0 Une

SAMBUTAN PENULIS

Alhamdullilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas terbitnya buku ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepasa Rasullulah Muhammad SAW beserta keluarga dna sahabatnya.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini. Oleh karena itu ucapan terimakasih dihaturkan kepada: Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi sekaligus selaku promotor I, Prof. Dr. H. Hapzi Ali, MM, CMA selaku promotor II, Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Direktur I, Bapak Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, dosen dan staf pascasarjana, suami, keluarga dan sahabat, serta tim penerbit yang telah memberi motivasi penulis dalam menyelesaikan buku ini.

Penulisan buku ini, dilandasi beberapa Kajian Literature yang berhubungan dengan Pengetahuan Manajerial, Budaya Organisasi, Komitmen Tugas Terhadap Profesionalitas Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri di Provinsi Jambi.

Buku ditulis berdasarkan data penelitian lapangan dalam kurun waktu tiga bulan yang dilaksanakan terhadap kepala sekolah Menengah Pertama Negeri di Provinsi Jambi, dengan judul: Pengetahuan Manajerial, Budaya Organisasi, Komitmen Tugas Terhadap Profesionalitas Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri di Provinsi Jambi. Buku ini menawarkan temuan dan sumbang saran guna untuk meningkatkan pengetahuan manajerial, Buku ditulis berdasarkan data penelitian lapangan dalam kurun waktu tiga bulan yang dilaksanakan terhadap kepala sekolah Menengah Pertama Negeri di Provinsi Jambi, dengan judul: Pengetahuan Manajerial, Budaya Organisasi, Komitmen Tugas Terhadap Profesionalitas Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri di Provinsi Jambi. Buku ini menawarkan temuan dan sumbang saran guna untuk meningkatkan pengetahuan manajerial,

Buku dengan judul tentang Profesionalitas kepala sekolah ini merupakan hasil kajian mendalam penulis yang didukung dengan kajian teoritis dan data empiris. Tentunya buku ini diharapkan mampu menjadi media dalam mengkomunikasikan pengetahuan bagi pengembangan dunia pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diyakini oleh penulis masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan.

Selamat membaca. Jambi, 07 Novenber 2016

Penulis

SAMBUTAN DIREKTUR Pascasarjana IAIN STS Jambi

Terbitnya buku dengan judul Profesionalitas Kepala Sekolah yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd, Prof. Dr. H. Hapzi Ali, MM., CMA dan Dr. Sarinah, M.Pd.I sangat disambut baik oleh saya selaku Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi. Sebuah judul buku yang menarik dan relevan bagi perguruan tinggi dalam memenangkan kompetisi global dunia pendidikan.

Secara khusus Saya berikan apresiasi yang tinggi atas semangat penulis buku yang diangkat dari sebuah hasil riset mengenai kondisi terkini di Sekolah Menengah Pertama. Buku ini selain sebagai bentuk pengabdian dan partisipasi penulis dalam mengembangkan pendidikan, juga dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam Profesionalitas Kepala Sekolah.

Hadirnya buku tentu saja dapat mendukung suasana akademik khususnya perkuliahan yang terkait dengan program studi manajemen pendidikan khususnya dan pendidikan pada umunya. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber pengayaan bagi mahasiswa calon sarjana, calon magister dan kandidat Doktor di seluruh tanah air. Semoga karya yang telah dihasilkan ini menjadi permulaan untuk lahirnya karya-karya yang monumental penulis lainnya. Semoga Allah memberkati. Aamiin.

Jambi, 19 Oktober 2016 Direktur,

Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd

BAB I HAKIKAT PROFESIONALITAS

A. Hakikat Profesionalitas Kepala Sekolah

Profesionalitas dari kata profesi yang diambil dari bahasa latin ”profess, prossus, profesio,” yang bahasa sederhananya berarti “declare publicy,” atau pengakuan atau pernyataan di muka umum. namun penggunaan dikaitkan janji religius atau sumpah (suatu pengakuan atau pernyataan yang dilakukan didepan orang banyak dan melibatkan Tuhan sebagai seksi). Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk melakukan tugas-tugasnya. Sebutan Aan Hasannah mengemukakan profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan

tugas. 1 Kemudian Euis Karwati mengemukakan Profesionalitas mengacu pada sikap para anggota profesi terhadap profesinya

serta derajat pengetahuan dan keahlian yang merekamiliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. 2

Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau hoby belaka. Menurut Saiful Srigala Seorang profesional mempunyai makna ahli (expert)

1 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi guru, (Bandung: CV PUSTAKA 2 SETIA, 2012), hal. 17 Euis Karwati dkk, Kinerja dan profesionalisme Kepalasekolah membangun sekolah yang bermutu (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 112 1 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi guru, (Bandung: CV PUSTAKA 2 SETIA, 2012), hal. 17 Euis Karwati dkk, Kinerja dan profesionalisme Kepalasekolah membangun sekolah yang bermutu (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 112

etika profesi dalam suatu organisasi yang dinamis. 3 Suyanto mengemukakan Makna “profesional” mengacu pada

orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan untuk penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai

dengan profesinya. 4 Menurut Buchari Alma dkk, secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (inggris) yang berasal dari

bahasa latin profesus yan g berarti “mampu atau ahli dalam suatu pekerjaan”. 5 Penyandang dan penampilan “profesional” ini telah

mendapat pengakuan, baik secara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedangkan secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Suyanto dkk mengemukakan bahwa Para ahli telah banyak memberikan defenisi terhadap profesionalisme, di antaranya adalah profesionalisme merupakan sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senang tiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas

keprofesionalannya. 6 Sebagaimana ayat al- qur’an surah Al- Baqorah ayat 124:

3 Syaiful sigala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, 4 (Bandung Alfabeta: 2011), hal 1.

Suyanto, Calon Guru dan Guru Profesional (Yokyakarta: Multi Pressindo, 5 2013), hal. 25. Buchari Alma, dkk, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil

6 Mengajar (Bandung: ALFABETA, 2012), hal 115 Suyanto, Asep Juhad, Guru Profesional strategi meningkatkan kulifikasi dan kualitas guru di eraa Global (Esensi: ERLANGGA GROUP 2013), hal 20-21.

                        Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji [87] Tuhannya dengan

beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku

(ini) tidak mengenai orang yang zalim". 7 Ayat di atas menjelaskan “Imam“ untuk menjadi panutan ,yang

akan membimbing manusia ke jalan Allah dan membawa mereka kepada kebaikan. Mereka (manusia) menjadi pengikutnya dania menjadi pemimpin mereka. Pada waktu itu insting kemanusiaan Ibrahim timbul ,yaitu keinginan untuk melestarikannya melalui anak cucunya. Di atas prinsip inilah islam menetapkan syariat kewarisan, untuk memenuhi panggilan fitrah itu dan untuk memberikan semangat supaya beraktifitas serta mencurahkan segenap kemampuannya. Profesionalisasi jabatan guru adalah faktor yang dapat mempengaruhi pengakuan jabatan guru sebagai suatu profesi. 8

Profesionalitas bukanlah suatu konsep yang sederhana sebab merupakan bagian dari hubungan dengan masyarakat, sehingga pelaksanaan akan membawa perubahan lansung, pada manajemen yang baik dan benar, yang akan berarti juga merupakan suatu masalah yang sangat serius. Selanjutnya Sudarwan Danim dkk menambahkan pula bahwa secara etimologi profesi bahasa Inggris profession atau bahasa Latin profecus. Artinya adalah mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan

7 Tim Penerjemah Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya 8 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), hal 43. Fachurudin Saudagar dkk, Pengembangan Profesionalitas Guru (Jakarta: GP Press, 2009), hal 14 7 Tim Penerjemah Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya 8 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006), hal 43. Fachurudin Saudagar dkk, Pengembangan Profesionalitas Guru (Jakarta: GP Press, 2009), hal 14

dalam pembelajaran dan pengalaman individu atau kelompok. Selanjutnya dikatakan bahwa bentuk komunikasi tidak hanya menjalankan arus utama pada lembaga sosial, tetapi juga lansung pada spesialisasi lembaga pendidikan dan pelatihan. Jabatan yang

memerlukan latihan jabatan yang berkelanjutan. 10 Berdasarkan uraian pakar di atas jelas bahwa, karyawan yang

profesional adalah mereka yang mempunyai keahlian untuk tujuan organisasi, kemajuan ini biasanya diperoleh dari hasil pendidikan atau training khusus. Mereka ini antara lain adalah para ilmuan, para guru, para akuntan atau profesi lain yang serupa dan mempunyai isu organisasi dari pengalaman para menejer atau karyawan lainnya.

Pakar lain memberikan pengertian bahwa profesional adalah cara individu melihat keluar dari dunianya. Menyangkut sesuatu yang akan dilakukannya terhadap organisasi atau beberapa buku yang telah dihasilkannya, apakah yang bersangkutan telah melakukan pengajaran pada organisasi di luar perusahaannya dan apakah telah melakukan pengarsipan dengan baik. 11 Sumberdaya

profesional memerankan sesuatu peningkatan aktivitas dalam merancang dan mengimplementasikan program untuk dapat menolong karyawan, tidak hanya terfokus pada pilihan karir dan tujuannya, tetapi juga mengarahkan pada pencapaian tujuan yang

telah mereka formulasikan. 12 Menurut Soeprihanto, program kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan karyawan

9 Sudarwan Danim, dkk, Profesi dan Profesionalisasi (Yogyakarta: Group 10 Almatera, 2009), hal 32.

11 Ramayulis, Profesi & etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hal 37 Brooking Annie, Corporate memory: Strategis for Knowledge Magement 12 (London: Internasional Thomas Business, 2005), hal 149

R. Carrel Michael, and Robert D. Hatfied. Hatfied, Human Resource management: Global Startegies for Management A Diverse workforce (USA: Prentice- Hall, Inc., 2004), hal 471.

dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan dapat dikatakan pula bahwa program pelatihan merupakan suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap sekelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan mengutamakan pembinaan kejujuran dan keterampilan operasional. This paper traces the idea from the postulated theories of learning concerning human behavior in the context of training. The study suggests that for effective training learning is a precondition. Many of the theories of learning, though derived from investigations carried out in laboratory conditions, are substantially different from the practical conditions under which human learning takes place but have great implications in training and development.

Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan. Pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Istilah pelatihan dalam bahasa Inggris berasal dari kata” training” atau ”train”, yang berarti (1) memberi pelajaran dan praktik (give teaching and praktice), (2) menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki, (cause to grow in a required direction), (3)

persiapan (preparation), dan (4) Praktik (practice). 13 Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan sekarang. Pelatihan merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan SDM pada sebuah institusi. Penyelenggeraan program pelatihan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif SDM

13 Mustopa Kamil, Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi) (Bandung: ALFABETA 2010), hal 3 13 Mustopa Kamil, Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi) (Bandung: ALFABETA 2010), hal 3

kemampuan untuk berkerja dengan pemimpin grop manajemen dan untuk mengarahkan perubahan yang di butuhkan, misalnya untuk

mengemplementasikan sistem penyaringan pelatuhan kelas baru. 15 Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang

lingkup Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian. Dengan demikian sistimatik training: what is the best way to get strarted with training and learning? This is the systematic approach to training: (a) Examine- identify training needs at the organisational, team and individual levels, (b) Plan – plan and design training to meet these needs, (c) Do- implement the training

plan effectiveli: (d) Reniew 16 – assess the results of the training. Keberhasilan organisasi atau perusahaan dalam menciptakan atau

melahirkan yang berbasis kompetensi tentunya sekaligus melahirkan SDM yang profesional. 17 Lebih memperjelaskan

mengenai penggunaan istilah pelatihan dan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-instilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang diselenggarakan untuk mencapai pengusaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pengawai atau anggota organisasi. 18

Horward M menpunyai padangan yang sama tentang defenisi profesi sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan pada studi intelektual (skill service) atau advis kepada orang yang untuk suatu

14 Benny A. Pribadi, Desain dan pengembangan Program Pelatihan berbasis 15 Kompetensi (Jakarta: Kencana 2014), hal 1-2.

Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 1 (Jakarta: PT 16 INDEK, 2010), hal 18

Porter, Christine, dkk, Exploring Human Resource Management (NewYork: 17 Mateu Cromo Artes Graficas 2008), hal 380 Vaithzal Rivai, dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan

18 dari teori ke Praktik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2013), hal 211-239 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), hal 43 18 dari teori ke Praktik (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2013), hal 211-239 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), hal 43

digambarkan bahwa seorang yang profesional dipandang publik sebagai orang yang pakar dengan kemampuan yang tinggi dalam batasan bidangnya, dengan kata lain dia memiliki pritese, bada bagian lain disampaikan bahwa unsur kreteria profesional adalah: produk yang standar, tingkat kepribadian yang melibatkan profesionalitas, pengetahuan yang luas tentang teknik spesialisasi, perasaan oblogasi (merupakan salah satu seni), perasaan identitas kelompok, dan signifikan pekerjaan jasa/pelayanan kepada masyarakat. profesional harus memiliki sebuah organisasi tepat

mereka berkumpul. 20 Bila dihubungkan dengan integritas, profesional termasuk di

dalam area ilmu kemasyarakatan untuk memberikan kerangka kerja (freme work) teknik penelitian yang cocok. 21 Bila dikaji, maka

terdapat 5 (lima) defenisi mengenai karakteristik profesi: Pertama mempunyai basis sistematik teori, melibatkan persyaratan yang panjang, misalnya proses berbagai training untuk meningkatkan kecakapan profesionalitas dengan keputusan yang berkualitas, pada basis formal, akreditasi dari kecakapan profesional dikenal oleh publik sebagai pemilik otoritas dan perjanjian untuk praktek lapangan. Ke dua, dapat dijadikan jaminan pada saat praktek lapangan, dilengkapi dengan fakta-fakta apapun yang dapat dilihat pada outputnya. Ke tiga memiliki karakteristik yang dapat diidentifikasikan dan mempunyai sangsi komunitas. Ke empat memiliki kode etik. Ke lima, adanya keta’atan pada budaya profesi. Masudnya adalah adanya berbagai demensi pengalaman hidup

19 Horward M, Volimer dan Donal, L. Milis, Profesionalization (New Jersey: 20 Prentice hal Inc., 2006), hal 4 Henry L.Tosi,f John R. Rizzo dan Stephen J. Caroll, Managing Organizational 21 Bihavior (NewYork: Henry L. Tosi, John R. Rizzo, Carrol, 2003), hal. 239 Robert G. Burgess, in the Field: An Introduction to Field Research (Uk: George Allen Ltd., 2007), Hal. 189 19 Horward M, Volimer dan Donal, L. Milis, Profesionalization (New Jersey: 20 Prentice hal Inc., 2006), hal 4 Henry L.Tosi,f John R. Rizzo dan Stephen J. Caroll, Managing Organizational 21 Bihavior (NewYork: Henry L. Tosi, John R. Rizzo, Carrol, 2003), hal. 239 Robert G. Burgess, in the Field: An Introduction to Field Research (Uk: George Allen Ltd., 2007), Hal. 189

Profesional dapat diartikan sebagai spesialis (pakar) kemudian didefenisikan sebagai orang yang melewatkan sebagian waktunya di didalam pembelajaran untuk memadukan seperti halnya kesenian, pendidikan, psikologi dan sebagainya dan mereka adalah

pribadi yang sertifikat profesional. 22 Sementara ada pula yang melihat profesional adalah pribadi yang berkarakter dan memiliki

kompetensi intelektual seperti komitmen yang kuat terhadap karir yang didasarkan pada kemampuan bertanggungjawab sesuai dengan tugasnya dan kemampuan berorientasi terhadap pelayanan

pelangan. 23 Oleh karena itu pada kehidupan perubahan karir dan perubahan profesi akan menjadi lebih sering terjadi. Disamping itu,

suatu profesi harus berdasarkan kepada pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Oleh karena itu suatu profesi harus terkait oleh kompetensi yang dimiliki, menyadari akan

prestasi dan merupakan suatu pengabdian. 24 Dalam penelitian ini penulis juga cendrung pada pendapat

Tilaar (dalam Ade Mujhiyat) yang menjelaskan bahwa berbagai krakteristik dari seorang profesionalitas antara lain yaitu: (1) dia merasa bangga dengan pekerjaannya dan menujukkan kamitmen terhadap kualitas; (2) mempunyai tanggung jawab yang besar dapat mengantisipasi sehingga dapat berinisiatif; (3) ia ingin menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas dan ikut teribat dalam tugas di luar peranan yang ditugaskan kepadanya; (4) dia ingin terus belajar untuk meningkatkan kemampuannya

dan meningkatkat kemampuannya untuk melayani; (5) mendengar kebutuhan para pelanggan serta dia adalah pemain dalam satu tim;

22 Willam B. Castotter, The Personnel Funtion in Educational Administration, 23 (New. York: Mcmillan Publisihing Co.,Inc., 2006), hal.165 Ballantine, Jeanne A., The Society of Education: A Systematic Analysis (New 24 Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2005), hal 165 Muktar dan Iskandar¸ Oriantasi Baru Supervisi Pendidikan ( Jakarta: Gaung Persada GP Press), hal 131.

(6) dia dapat dipercaya dan jujur, terus terang dan royal selanjutnya, (7) dia terbuka terhadap kritik yang konstruktif dan mau

meningkatkan dan menyesuaikan dirinya. 25

B. Ciri-ciri Kepala sekolah Profesional

Kepala sekolah profesional harus cerdas serta bijaksana. Kepala sekolah yang profesional menurut Sanusi dkk. (Euis, 2013) perlu memperhatikan beberapa ciri sebagai berikut: (1) Kemampuan untuk menjalankan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya; (2) Kemampuan untuk menerapkan ketrampilan- ketrampilan konseptual, manusiawi, dan teknis; (3) Kemampuan untuk memotivasi guru, staf, dan pegawai lainnya untuk bekerja; (4) Kemampuan untuk memahami implikasi-implikasi dari perubahan

sosial, ekonomis, dan politik terhadap pendidikan. 26 Dalam al- qur’an dijelaskan seorang pemimpin yang tegas dalam mengambil keputusan.

   Artinya: Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah

(penguasa) di muka bumi, Maka berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan

25 Ade Mujhiyat, Profesionalitas Kepala sekolah (Jakarta: Disertasi UNJ, 2005), 26 hal 64. Euis Karwati, dkk, Kinerja dan profesionalisme Kepalasekolah membangun sekolah yang bermutu (Bandung: Alfabeta 2013), hal 114.

mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari perhitungan.

Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan profesionalitas adalah kepemilikan separangkat kepakaran khusus dalam bekerja yang diperoleh secara legal melalui jenjang pendidikan atau pelatihan yang di laksankan dengan penuh tanggungjawab, beroriantasi pada penghargaan dan kepuasan bersama. Profesionalitas mempunyai tiga dimensi (1) keahlian, indikator: kulifikasi pendidikan, berkerja sama, memecahkan masalah, pengalaman dalam pelatihan, suka memiliki kepakaran dalam bidangnya, mengarahkan SDM, (2) tanggung jawab indikator: tanggung jawab terhadap karir, tanggung jawab terhadap diri sendiri, bertanggung jawab pada kepuasan pelanggan, mematuhi kedo etik. (3) Legalitas, indikator: mempunyai sertifikat yang diakui, mendapat pengakuan dari masyarakat, Bangga dengan kerjanya.

C. Tugas Profesional Kepala Sekolah Sebagai EMASLEC

EMASLAC merupakan penyempurnaan dari tugas kepala sekolah sebelumnya

educator, manajer, administrator, supervisor, inovator, dan motivator, atau disingkat dengan EMASLIM. 27 Berdasarkan keputusan menteri Pendidikan

yaitu

sebagai

Nasional (Mendiknas) Nomor 162 Tahun 2003 tetang tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah disebut bahwa tugas kepala sekolah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, entrepreneur, dan climate, creator. Tugas tugas tersebut seiring disingkat dengan EMASLAC. Berikut ini akan diuraikan apa yang dimaksud dengan EMASLAC.

1. Pendidik (educator), dalam melakukan sebagai pendidik, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesional tenaga kependidikan dosekolahnya.

27 ibit, hal 117

Menciptakan iklim sekolah yang kondusif memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menanik, seperti team teaching, moving clas, dan mengadakan program ekselerasi (acceleration) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

2. Manajer (Manajer) sebagai manajer kepala sekolah harus memiliki strategi yang mampu mengelementasikan fungsi- fungsi manajemen dengan efektif dan efesien. terdapat, tiga keterampilan minimal yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah sebagai seorang manajer, yaitu keterampilan konseptual, keterampilan kemanusiaan serta keterampilan teknis.

3. Pelaku Administrasi (Administrator) kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola adminstrasi

mengelola aministrasi personalia,mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi keuangan. kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efesien.

peserta

didik,

4. Pengawas (Supervisor) Tugas kepala sekolah sebagai sipervaisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari sehari-hari di sekolah; agar dapat mengunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada orang tua peserta didik dan sekolah. serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

5. Pemimpin (leader) kepala sekolah sebagai leader harus mempu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkat kamauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.

6. Pengusaha (Entrepreneur)

sekolah sebagai Entrepreneur harus memiliki berbagai macam keahlian yang keahliannya itu dapat diteruskannya kepada orang-orang yang dipimpinnya.

kepala

7. Pencipta Iklim (Climator maker) kepala sekolah sebagai Climator maker harus mampu menyusun berbagai rencana kerja yang kemudian menuangkan dalam mentuk perangkat kerja yang dilaksanakan dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. iklim kondusif akan mampu terujud stabilitas kerja yang tinggi yang pada akhirnya pencapai berbagai rencana kerja yang telah disusun sebelumnya menjadi efektif dan efesien

Dari paparan teori di atas maka dapat disentesiskan tugas profesionalal kepala sekolah adalah: sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, inivaror, dan motivator, atau disingkat dengan EMASLIM.

D. Tugas Profesional Kepala Sekolah Sebagai EMASLIM

Tugas kepala sekolah adalah sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, inovator, dan motivator atau disingkat dengan EMASLIM. Berikut ini akan diuraikan apa yang dimaksud dengan EMASLIM:

1. Edukator (educator) peran dan tugas kepala sekolah sebagai pendidik dilihat dari kemampuan sebagai tenaga pendidik atau guru. Sebagai seorang guru, kepala sekolah harus mampu menyusun program pembelajaran, mampu melaksanakan proses belajar mengajar, melaksanakan evaluasi, melakukan hasil analisis hasil belajar dan melaksanakan program perbaikan dan penyaan.

2. Manajer (manager) peran dan tugas kepala sekolah sebagai manajer dilihat dari kemampuan kepala sekolah menyusun kepegawaian yang tepat. kemampuan menggerakkan staf 2. Manajer (manager) peran dan tugas kepala sekolah sebagai manajer dilihat dari kemampuan kepala sekolah menyusun kepegawaian yang tepat. kemampuan menggerakkan staf

3. Pelaku Administrasi (Administrator) peran dan tugas kepala sekolah sebagai Administrator dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam mengelola administrasi proses belajar mengajar dan bimbingan konsleng, kemampuan mengelala adminstrasi keuangan yang diujudkan dalam kelengkapan dan akuntabilitas tentang penggunaan laporan keuangan.

4. Pengawas (Supervisor) peran dan fungsi kepala sekolah yang sangat mempunyai peran yang strategis adalah kemampuan kepala sekolah sebgai seorang suvervisor. Kemampuan kepala sekolah sebagai seorang supervaisor dapat dilihat dari kemampuan program supervisi pendidikan, kemampuan melaksanakan program supervisi yang baik serta kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

5. Pemberi Inovasi (Inovator) sekolah yang efektif pasti dipemimpin

oleh kepala sekolah yang mempunyai kepemimpinan yang efektif. Diera globalisasi saat ini dimana persaingan begitu sangat ketat menuntut sekolah sebagai lembaga pendidikan tampil sebagai organisasi pendidikan yang mampu meningkat kualitas sumber daya manusia. untuk itu, sekolah memerlukan kepala sekolah yang mempuanyai inovasi yang tinggi. kemampuan kepala sekolah sebagai inovator dapat dilihat dari kemampuan mencari dan menemukan gagasan-gagasan untuk pembaharuan disekolah serta kemampuan untuk melaksanakan pembaharuan disekolah.

6. Pemberi (Motivator) peran dan fungsi kepala sekolah antara lain sebagai motivator yaitu memberikan motivasi kepada semua warga sekolah agar mereka dapat melaksanakan tugas- tugas disekolah secara baik dan benar. Kemampuan kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat dari kemampuan 6. Pemberi (Motivator) peran dan fungsi kepala sekolah antara lain sebagai motivator yaitu memberikan motivasi kepada semua warga sekolah agar mereka dapat melaksanakan tugas- tugas disekolah secara baik dan benar. Kemampuan kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat dari kemampuan

Dari paparan teori di atas maka dapat disentesiskan tugas profesional sebagai EMSLAM kepala sekolah adalah melakukan hasil analisis hasil belajar dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan serta kemampuan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

BAB II PENGETAHUAN MANAJERIAL

A. Defenisi Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil manusia. Pengetahuan tidak hanya bertugas untuk mengembangkan prestasi dalam kehidupannya tetapi lebih dari itu pengetahuan merupakan suatu nilai. Bloom dengan jelas pula mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan bagian dari enam tingkatan domain kognitif: knowledge

comprehension, application, analysis, synthesis and evaluation. 28 Pengetahuan juga dapat menyelesaikan permasalahan (benang

kusut), bilamana ada sebuah mediasi, mediator akan mampu menjembatani dalam berkomunikasi. Common knowledge can itself

be a barrier to efficient negotiation. Even when the communication of first-order knowledge facilitates agreement, the acquisition of higher-order knowledge at times can cause negotiations to unravel. This is where mediation comes in. Mediators can break the link

between communicating. 29 Melalui pengetahuannya manusia menjadi berkualitas dan bernilai. Jadi dapatlah dikatakan bahwa

manusia yang berpengetahuan tentu berbeda. There are various concepts of knowledge management. In this paper we use the definition of knowledge management by McInerney (2002): “Knowledge management (KM) is an effort to

increase useful knowledge within the organization. Ways to do this

28 S. Bloom Benjamin, Taxonomy of Educational Objectives (America: 29 Longman Green and CO, LTD. TT), hal 18.

Ian Ayres & Barr J. Nalebuff, Common Knowledge as a Barrier to Negotiation. Yale ICF Working Paper No. 97-01. Dikases pada tanggal 17 Februari 2015 pada: http://papers.ssrn.com/paper.taf?abstract_id=36224.

include encouraging communication, offering opportunities to learn, and promoting the sharing of appropriate knowledge artifacts” This definition emphasizes the interaction aspect of knowledge management and organizational learning.

Knowledge management process focuses on knowledge flows and the process of creation, sharing, and distributing knowledge (Figure 3) [5]. Each of knowledge units of capture and creation, sharing and dissemination, and acquisition and application can be

facilitated by information technology. 30

Figure 2.1 KM Technologies Integrated KM Cycle (Source from Dalkir,

K.,2005).

30 Tipawan Silwattananusarn, dkk., Data Mining & Knowledge Management Process (IJDKP), International Journal, Vol.2, No.5, September 2012, hal.16

Pentingnya pengetahuan juga dinyatakan oleh F.A Hayek seperti dikutip oleh Michael C. Jansen & William H. Meckling dalam tulisannya bahwa pengetahuan digunakan dalam pengambilan sebuah keputusan. Guna menghindari atau meminimalisir pengambilan keputusan yang tidak tepat, maka pengambilan keputusan harus “tahu” dan bagaiman resiko dari tiap keputusan tersebut. Hayek’s insight was that an organization’s performance depends on the collocation of decision-making authority with the

knawledge important to those clecion. 31 Dengan pengetahuan yang dimilikinya, manusia dapat melakukan dan mengembangkan

sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sebagaimana dikatakan oleh Suria sumantri bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Pandangan di atas senada dengan Keraf dan Mikhael yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Sementara itu, ahli lain mengaitkan pentingnya pengetahuan dengan problem solving. Diyakini bahwa pekerjaan akan tuntas bilamana pengetahuan dan kemampuan turut dikerahkan. 32 To begin the journey, some of the classic and

most cited definitions were considered: Knowledge Management is therefore a conscious strategy of getting the right knowledge to the right people at the right time and helping people share and put information into action in ways that strive to improve organizational performance (O'Dell & Grayson,

31 C Michael, Jansen & William H. Meckling, Sppecifi and General Knawlege, and Organizational Structure, Jornal Of Applied Corporate Finance, (Harvard 32 University Press, 2005), hal 3 Tan,Hun-Tong, & Kao Alison,

Accountability Effects on Auditor’s Performance: Influence of Knowledge, Problem Solving Ability and Task Complexicity, School of Accountancy and Business, Nanyang Technological University (Singapore: 2005), hal 3

1998). (USA, Management). Davenport and Prusak (1998, p. 163): Knowledge Management draws from existing resources that your organization may already have in place-good information systems management, organizational change management, and human

resources management practices (USA, Management) 33

Gambar 2.2 Conseptual roots Of Knowledge Manajemen 34

Pengetahuan yang demikian luas cakupanya mewarnai setiap aktivitas seseorang, termasuk juga seorang Kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pendidik sekaligus pengajar sangat membutuhkan pengatahuan.

Dengan pengetahuan yang

33 Girard John, Defining knowledge management: Toward an applied compendium, (A Publication of the International Institute for Applied 34 Knowledge Management, Volume 3, Issue 1, 2015, hal 2

Valkokari Katri, et, al,. Knowledge management in different types of strategic SME networks, Vol. 30 No. 8, (Emerald Group Publishing Limited 2007), p 599 Valkokari Katri, et, al,. Knowledge management in different types of strategic SME networks, Vol. 30 No. 8, (Emerald Group Publishing Limited 2007), p 599

berhubungan dengan informasi. Knowledge concerned with the information sense. 35 Selain itu sebagai tuntutan profesi keguruan.

Karena profesi guru menutut para anggotanya untuk memiliki pengetahuan yang handal untuk melaksanakan profesinya. Sebagaimana dikatakan Tilaar, pengetahuan guru ialah berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu guru yang diperlukan untuk manunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. 36

Ditegaskannya juga bahwa terdapat perbedaan tuntutan kerja bagi karyawan ketika menggunakan kemampuan kognitif. Semakin kompleks suatu pekerjaan dalam hal tuntutan pemrosesan informasi semakin banyak kemampuan umum dan verbal yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut untuk mencapai hasil optimal. Manajemen pengetahuan memiliki dampak positif pada kinerja organisasi.

35 Michael Armstrong, Human Resource Management Practice, (London: Kogan 36 Page Limited, 2010). h. 85. Sony Keraf dan Mikhael, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Fibsofis (Yogyakarta: Kanisius, 2001), Hal.. 22

Gambar Conseptual Model Knowledge:

The process of knowledge creation is based on a double spiral movement between tacit and explicit knowledge. Figure 1.2 shows the four

modes of knowledge conversion: socialization (from individual tacit knowledge to group tacit knowledge), externalization (from tacit knowledge to explicit knowledge), combination (from separate explicit knowledge to systemic explicit knowledge), and internalization (from explicit knowledge to tacit knowledge).

Gambar 2.3 Spiral of Organizational Knowledge Creation 37

Filemon mengemukakan pengetahuan semakin diakui sebagai strategis baru yang penting dari organisasi. Paradigma yang paling mapan adalah pengetahuan adalah kekuatan. Telah terbukti bahwa organisasibahwa saham pengetahuan antara manajemen dan staf tumbuh lebih kuat danmenjadi lebih kompetitif. Ini adalah inti dari

manajemen pengetahuan 38 – yang berbagi pengetahuan. Kami telah menempatkan data dalam konteks demikian menghasilkan

informasi:

37 A, Filemon, Jr Uriarte, Introduction to Knowledge Management (ASEAN 38 Foundation: Jakarta, Indonesia., 2008), hal. 7 Ibid., hal. 1

Gambar: 2.4 Perkembangan Konseptual dari data ke Pengetahuan

Pada umumnya kemampuan (Ability) diperoleh melalui proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja. Pada seseorang yang belum pernah terjun bekerja, pada umumnya kemampuan diperoleh dari proses pendidikan dan pelatihan yang mengkhususkan kemampuan tersebut untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan pendidikan dan pelatihan yang pemah dialaminya. Sedangkan kemampuan yang diperoleh dari pengalaman kerja adalah kemampuan yang diperoleh karena seseorang pekerja pernah melaksanakan atau melakukan pekerjaan yang sama pada kurun waktu tertentu, sehingga untuk melakukan pekerjaan yang sama pada waku berikutnya tidak perlu lagi melakukan pendidikan atau pelatihan. Walaupun demikian, tetap memperoleh bimbingan atau pengarahan dalam melaksanakannya, karena dimungkinkan teknologi yang ada terus berkembang.

Berdasarkan sifat dan cara penerapannya. Pengetahuan terdiri dari dua junis. Yatu declarative/prepositionnal knowledge (pengetahuan deklaratif/pengetahuan dengan menggunakan Berdasarkan sifat dan cara penerapannya. Pengetahuan terdiri dari dua junis. Yatu declarative/prepositionnal knowledge (pengetahuan deklaratif/pengetahuan dengan menggunakan

one aligne with the tenets faith in colletively sharing and tinking. 39 pengetahuan jenis ini berkaitan dengan cara-cara melakukan suatu

pekerjaan, sehingga terkesan sulit untuk dijelaskan secara lisan meskipun mudah didemontrasikan dengan perbuatan. 40

Oleh karena itu, dalam penguasaan kemampuan kerja termasuk juga kemampuan menggunakan perangkat kerja yang relevan sangat dibutuhkan, baik yang berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), termasuk didalamnya adalah dapat menciptakan lingkungan atau iklim kerja (work atmosphere) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Jadi pendidikan dan pelatihan serta pengalaman sebagai dasar penguasaan pengetahuan, keahlian, dan kecakapan, untuk melakukan suatu pekerjaan. Berarti kemampuan mencakup berbagai faktor teknis dan non teknis, kepribadian dan tingkah laku, atau soft skills dan hard skills. Bloom dengan jelas pula mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan bagian

39 Frappaplo Carl, Knoledge Management ( England: Capstone apublishing 40 2006), hal. 8 Jammry Anes Elvinus Jammry Anes, Pengaruh Komitmen Tugas Program Studi, Pengetahuan Manajerial, Trus Komunikasi Interpersonal terhadap

Efektivitas Penyelengaraan Program Studi Pada Uni Versitas Manado (Jakarta: Disertasi UNJ, 2013), hal 33 Efektivitas Penyelengaraan Program Studi Pada Uni Versitas Manado (Jakarta: Disertasi UNJ, 2013), hal 33

Dalam melaksanakan pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang juga menuntut kemampuan mentransfer keahlian dan kemampuan kepada situasi baru dalam wilayah kerja, yang menyangkut organisasi dan perencanaan pekerjaan, inovasi dan mengatasi aktivitas rutin, kualitas, produktivitas, dan efektivitas personil yang dibutuhkan, yang berkaitan dengan organisasi dan rekan kerja. Dibutuhkan juga kemauan, bakat, sifat dan kemampuan dasar serta perilaku dari setiap individu untuk melaksanakan pekerjaan dalam mencapai kinerja yang unggul. Karena kemampuan merupakan kapasitas untuk melaksanakan

tugas yang dibebankan pada seseorang. 42 Kemudian Daryanto mengemukakan kemampuan adalah totalitas seseorang dalam

melaksanakan pekerjaan guna mencapai kinerja yang diharapkan. Arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Demikian, jelas bahwa pemimpin dapat memiliki berbagai kelebihan, kecakapan dan dibandingkan dengan anggota lainnya. 43

Dari paparan teori di atas maka dapat disentesiskan pengetahuan manajerial Kepala sekolah adalah wawasan kepala sekolah yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengarui para pengikutnya dalam melakukan kerja sama.

B. Pengertian Manajerial

Menurut Elvinus Secara etimologis istilah “manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola atau mengatur atau proses

perencaan,

pengorganisasian,

pengarahan dan

41 S Benjamin, Bloom, Taxonomy of Educational Objectives, (America: 42 Longman Green and CO, LTD. TT), h. 18. Schermerhorn, Organization Behavior, (W&n York: John Willey and Sons, 43 2009), p. 46. Daryanto, Administrasi dan manajemen sekolah, (Jakarta: PT ANEKA CIPTA, 2013), hal. 94 41 S Benjamin, Bloom, Taxonomy of Educational Objectives, (America: 42 Longman Green and CO, LTD. TT), h. 18. Schermerhorn, Organization Behavior, (W&n York: John Willey and Sons, 43 2009), p. 46. Daryanto, Administrasi dan manajemen sekolah, (Jakarta: PT ANEKA CIPTA, 2013), hal. 94

organisasi yang telah ditepkan. 44 Sedangkan secara umum mengurusi, mengemudikan, mengelola, menjalankan, membina,

atau memimpin; kata benda “manangement”, dan ”manage” berarti orang yang melakukan kegiatan manajemen. 45 Secara terminologi,

george R. Terry. (dalam Tobrani) mendefinisikan manajemen adalah cara pencapaian tujuan yang ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain. 46

Selanjutnya Sondang P. Siagian mendefenisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam mencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen organisasi dalam al-

qur’an.

Gambar 2.5 Organisasi Islami

44 Jammry Anes, Elvinus, Pengaruh Komitmen Tugas Program Studi, Pengetahuan Manajerial, Trus Komunikasi Interpersonal terhadap Efektivitas

Penyelengaraan Program Studi Pada Uni Versitas Manado (Jakarta: Disertasi 45 UNJ, 2013) hal 35 Euis Karwati, Dkk, Kinerja dan profesionalisme Kepalasekolah membangun

46 sekolah yang bermutu (Bandung: Alfabeta 2013), hal. 136 Tobroni, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Konsep, Strategi dan Inovasi Menuju Sekolah Efektif (Yokyakarta. AR-RUZZ MEDIA,2014), hal 21

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti

suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash Shaff :4) Pakar lain berpandang bahwa akar kata manajemen berasal

dari bahasa lain “mano” yang berarti tangan, menjadi ”manus”, yang bekerja secara berhati-hati dengan mempergunakan tangan dan ”agere” artinya melakukan sesuatu, sehingga dengan mempergunakan tangan. Sebagai manejer kepala sekolah berperan lansung di lapangan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, evaluasi dan usaha, perbaikan

terus menerus. 47 Seperti yang dikemukan Kimiz Dalkir Manajemen pengetahuan

adalah koordinasi yang disengaja dan sistematis dari orang organisasi, teknologi, proses, dan struktur organisasi memesan untuk menambah nilai melalui penggunaan kembali dan inovasi. Koordinasi ini dicapaimelalui penciptaan, berbagi, dan menerapkan pengetahuan serta melalui pelajaran berharga belajar dan praktik terbaik dalam memori perusahaan dalam rangka untuk mendorong

pembelajaran organisasi lanjutan. 48 Sekolah/Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang termasuk lembaga nonprofit juga tidak

terlepas dari ponomena ini, itulah sebabnya dalam banyak hal lembaga pendidikan harus mengetahui sebagai harapan dan kebutuhan stakeholder. secara umum alamiah proses hidup atau matinya suatu organisasi selalu tergantung kepada kemampuan organisasi memenuhi harapan dan kebutuhan stakeholder-nya. 49

47 Ma’mur Asmani Jamal, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Jokjakarta: 48 DIVA Press 2012), hal. 16 Kimiz Dalkir, Knowledge Management In Theory And Practice, (Amsterdam, 49 Boston, Heidelberg, London, 2005), hal. 3

Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP 2011), hal. 23

C. Pengertian Kepala Sekolah

Menurut Sudarwan Danim, kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. 50 Semantara

menurut daryanto, kepala sekolah adalah pemimpinan pada suatu pada suatu lembaga satuan pendidikan. Kepala sekolah pemimpin yang diproses kehadirannya dapat dipilih secara lansung,

ditetapkan oleh pemerintah. 51 Adapun manurut Sri Damayanti, Kepala Sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah”

kata “kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi at au lembaga, sedangkan “sekolah” sebagai sebuah lembaga tempat menerima dan memberikan pembelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin sekolah atau suatu lembaga menerima dan memberikan

pelajaran. 52

D. Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Sebagai orang yang diberikan kepercaan lembaga untuk memimpin kepala

sekolah, kepala sekolah mempunyai tanggungjawab besar mengelola dengan baik agar menghasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfafat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan kata lain mengelola sekolah secara baik adalah tanggung jawab utama kepala sekolah. 53

Sementara itu, sebagai pemimpin, kepala sekolah harus bisa melakukan hal-hal sebagai berikut ini; (1) Banyak menawarkan apa dan mengapa, (2) Bersikap jangka panjang manusia, (3) bersikap demokratis, (4) Membolehkan, (5) Mengembangkan, (6)

50 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. 51 ke-2, hal.145. Daryanto, Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Yogyakarta:

52 Gava Media, 2011), cet. ke-1. hal 136. Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Jokjakarta:

53 DIVA Press 2012), hal 16 Jamal, Op. Cit, hal 22

Menantang, (7) Orisinil (autentik), (8) Inovasi, (9) Mengarahkan kebajikan, (10) luwes, (11) Menganggap rasiko sebagai peluang,menjadi atasan, dan (12) mengerjakan sesutu secara

tepat: do the right things (keefektifan). 54 Kompetensi Manajerial dalam Meningkatkan Profesionalisme

Guru Dalam membahas tentang komptensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru maka dikelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:

1. Perencanaan Yang di Kemukakan Oleh Kepala Sekolah Guru salah satu faktor penentu tinngi rendahnya mutu pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejumlah mana mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain, untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesionalisme. Pengembangan yang dilakukan kepala sekolah.

2. Pengembangan di sini adalah untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah usaha-usaha untuk meningkatkan mutu serta efesiensi kerja seluruh tenaga (guru) yang berbeda dalam satu unit organisasi (sekolah). Pengembangan merupakan rangkaian dan tindakan lanjutan dari proses manajemen peningkatan profesionalitas guru yang dilakukan oleh kepala sekolah.