PENGARUH CO-CREATION EXPERIENCES TERHADAP IDENTITAS KABUPATEN GARUT SERTA DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN BERKUNJUNG : Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Garu.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Rumusan Masalah ... 13

1.4 Tujuan Penelitian ... 14

1.5 Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka ... 16

2.1.1 Co-Creation Experiences ... 20

2.1.1.1 Definisi Co-Creation Experiences ... 20

2.1.1.2 Pendekatan Co-Creation Experiences ... 23

2.1.2 Identitas Kabupaten Garut ... 29

2.1.2.1 Konsep Brand ... 29

2.1.2.2 Dimensi Brand Identity ... 32

2.1.2.3 Dimensi Pembentuk Brand Identity ... 35

2.1.2.4 Elemen Brand Identity ... 38

2.1.3 Keputusan Berkunjung ... 40


(2)

2.1.3.2 Pengertian Parawisata ... 40

2.1.3.3 Jenis-Jenis Produk Parawisata ... 41

2.1.3.4 Pengelompokan Destinasi Parawisata ... 42

2.1.3.5 Pengertian Wisatawan ... 43

2.1.3.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keputusan Pembelian ... 44

2.1.3.7 Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ... 47

2.1.3.8 Model Perilaku Pembelian Parawisata ... 48

2.1.4 Resume Hasil Penelitian Terdahulu ... 50

2.2 Kerangka Pemikiran ... 52

2.3 Hipotesis ... 62

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 63

3.2 Metode Penelitian ... 63

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan ... 64

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 66

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 69

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 71

3.2.4.1 Populasi ... 71

3.2.4.2 Sampel ... 72

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 72

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 77

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 78

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas ... 79

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 84

3.3 Rancangan Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 86

3.3.1 Teknik Analisis Data ... 86

3.3.2 Rancangan Analisis Deskriptif... 87

3.3.3 Rancangan Analisis Verifikatif ... 89


(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Garut ... 106

4.1.1 Profil Kabupaten Garut ... 106

4.1.2 Visi Misi dan Strategi Kabupaten Garut ... 107

4.1.3 Logo Kabupaten Garut ... 109

4.1.4 Produk Kabupaten Garut ... 110

4.2 Keterkaitan Karakteristik Serta Pengalaman Responden ... 117

4.2.1 Keterkaitan Antara Jenis Kelamin dengan Pekerjaan ... 117

4.2.2 Keterkaitan Antara Jenis Kelamin dan Penghasilan ... 118

4.2.3 Keterkaitan antara Tujuan dan Frekuensi Wisatawan Mengunjungi Kabupaten Garut ... 119

4.3 Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Co-Creation Experiences Kabupaten Garut dan Dimensi-Dimensi Co-Creation Experiences ... 120

4.3.1 Pelaksanaan Co-Creation Experiences Kabupaten Garut .... 120

4.3.2 Pelaksanaan Dimensi-Dimensi Co-Creation Experiences ... 121

4.3.2.1 Variasi dalam Co-Creation Experiences ... 121

4.3.2.2 Desain dalam Co-Creation Experiences ... 122

4.3.2.3 Kelengkapan dalam Co-Creation Experiences ... 123

4.3.2.4 Sensasi dalam Co-Creation Experiences... 124

4.3.2.5 Merek dalam Co-Creation Experiences ... 125

4.3.2.6 Rekapitulasi Indikator Co-Creation Experiences .... 126

4.4 Identitas Kabupaten Garut ... 129

4.4.1 Brands As Product dalam Identitas Kabupaten garut ... 129

4.4.2 Brand As Organization dalam Identitas Kabupaten Garut .. 131

4.4.3 Brand As Person dalam Identitas Kabupaten Garut ... 132

4.4.4 Brand As Symbol dalam Identitas Kabupaten Garut ... 133

4.4.5 Rekapitulasi Identitas Kabupaten Garut... 135

4.5 Pelaksanaan Keputusan Berkunjung Kabupaten Garut ... 138


(4)

4.6 Pengujian Hipotesis Pengaruh Co-Creation Experiences

Terhadap Identitas Kabupaten Garut ... 142 4.6.1 Pengujian Simultan ... 144 4.6.2 Pengujian Parsial ... 146 4.6.3 Pengaruh Co-creation Experiences Terhadap Identitas

Kabupaten Garut ... 148 4.7 Pengujian Hipotesis Pengaruh Co-Creation Experiences

Terhadap Keputusan Berkunjung ... 150 4.7.1 Pengujian Simultan ... 151 4.7.2 Pengujian Parsial ... 153 4.7.3 Pengaruh Co-creation Experiences Terhadap Keputusan

Berkunjung ... 155 4.8 Pengujian Hipotesis Pengaruh Identitas Kabupaten Garut

Terhadap Keputusan Berkunjung ... 157 4.8.1 Pengujian Simultan ... 159 4.8.2 Pengujian Parsial ... 161 4.8.3 Pengaruh Identitas Kabupaten Garut Terhadap Keputusan

Berkunjung ... 163 4.9 Pengujian Hipotesis Pengaruh Co-creation Experiences

Terhadap Identitas Kabupaten Garut Serta Dampaknya Pada

Keputusan Berkunjung ... 166 4.9.1 Pengujian Simultan ... 168 4.9.2 Pengujian Parsial ... 169

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 171 5.2 Saran ... 172 DAFTAR PUSTAKA ... 175 LAMPIRAN


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang mengenai Otonomi Daerah, yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, manjadikan Pemerintah Daerah harus mampu mengeksplorasi potensi yang dimiliki daerahnya masing-masing. Hal ini menjadi tantangan bagi setiap pemerintah daerah karena adanya peningkatan wewenang terhadap pemerintahan di daerahnya. Peningkatan wewenang ini mampu meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam memperhatikan hak-hak masyarakatnya, sehingga sebagai bentuk untuk mengeksplorasi potensi dan budaya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Eksplorasi ini difokuskan terhadap penggalian objek-objek yang memiliki potensi pariwisata dan kebutuhan untuk dikembangkan.

Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan serta sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dalam mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, daerah memerlukan biaya yang cukup besar untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan


(6)

pembangunan di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur sumber-sumber pendapatan daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD. Indonesia masih mempunyai potensi alam dan seni budaya yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan PAD.

Bidang pariwisata dan industri kreatif merupakan kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup tinggi, juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.


(7)

dan pendapatan, memperkokoh persatuan, dan kesatuan, serta mengenal budaya bangsa. Seperti yang telah diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999, bahwa mengembangkan pariwisata, melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomi, teknis, argonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. (TAP MPR No.IV/MPR/1999). Sektor pariwisata dan industri kreatif menjadi potensi daerah yang banyak dikembangkan masyarakat Indonesia. Melimpahnya kekayaan alam Indonesia dan uniknya budaya lokal yang dimiliki, memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun turis mancanegara. Sehingga sampai sekarang ini sektor pariwisata Indonesia menjadi salah satu penyumbang dana yang cukup besar bagi Pendapatan Daerah di seluruh penjuru nusantara. Telah terjadi pergeseran negara tujuan wisata internasional dari ke negara maju ke negara-negara di Asia. Hal ini menjadi peluang besar bagi pengembangan pariwisata Indonesia dan terbukti dengan urutan ranking pariwisata dan ekonomi di kawasan Asia.

Menurut Travel and Tourism Competitiviness 2012 menyatakan bahwa sektor pariwisata Indonesia termasuk 139 besar dan merupakan urutan 5 besar di ASEAN. Kekayaan potensi wisata alam Indonesia yang melimpah dan dramatis dihadapan wisatawan yang datang ke Indonesia jika digabungkan dengan industri ekonomi yang ada Indonesia mempunyai peluang besar dalam pendapatan Negara. Peluang ini membuat setiap pemerintah daerah mengembangkan sektor pariwisata dan Industri Kreatif, merupakan salah satu alternatif yang mendorong


(8)

pertumbuhan ekonomi daerah dan berdampak langsung kepada Pendapatan Asli Daerah.

TABEL 1.1

URUTAN RANKING SEKTOR PARIWISATA DAN EKONOMI KAWASAN ASIA

NEGARA RANK/139

Brunei Darussalam 67

Cambodja 109

Indonesia 74

Lao PDR -

Malaysia 35

Myanmar -

Philipines 94

Singapore 10

Thailand 41

Vietnam 80

ASEAN -

Sumber : World Economic Forum UNWTO 2012 IMF, World Economic Outlook (April 2012) and author calculation *2010 *2011

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi termaju dan mitra terdepan ibu kota negara, memprioritaskan sektor kepariwisataan menjadi bagian terpenting dalam pembangunan daerahnya. Dengan posisi sebagai salah satu dari 6 (enam) core business Provinsi Jawa Barat, sektor pariwisata diharapkan dapat mendukung peningkatan PAD Jawa Barat. Pariwisata tergolong dalam ekonomi kreatif di mana melalui proses kreatif nilai tambah dihasilkan. Salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata adalah Kabupaten Garut. Kabupaten Garut merupakan salah satu kota di Indonesia yang mempunyai potensi bisnis (100 Indonesia Biggest Cities for Business 2012 dalam majalah SWA 17 edisi khusus 9-26 Agustus 2012) salah satunya sektor pariwisata dan sektor industri kreatif.


(9)

Kabupaten Garut dengan julukannya "Swiss van Java" berpotensi untuk berkembang menjadi kota pariwisata. Sudah sejak dulu Garut menjadi tujuan wisata berkelas dunia. Saat itu tercatat tokoh-tokoh dunia seperti Raja Thailand saat itu, Raja Leopold dari Belgia dan permaisurinya dari Swedia pernah datang ke Kabupaten Garut. Begitu pula dari kalangan selebriti kelas dunia seperti Charlie Chaplin yang datang dua kali dan konon memberikan julukan Garut "Swiss van Java" (Fatat Garut, Ahmad Abdullah Assegaf; 1929). Ada beberapa hal yang membuat pariwisata layak dijadikan lokomotif pengembangan ekonomi Garut ke depan. Pertama, faktor sejarah atau masa lalu di mana Garut memiliki keunggulan variatif. Kabupaten Garut terkenal dengan kelengkapan sekaligus keunikan daya tarik wisata yang dikenal dengan Gurilaps (Gunung-Rimba-Laut-Pantai-Situ) yang jarang ditemui di daerah lain. Bahkan penggiat pariwisata dan ekonomi kreatif Garut, Franz Limiart mengatakan “Wisata di Garut yang paling siap memang wisata belanja”. Pada tahun 1950-an Garut terkenal dengan sebutan Kota Intan. Jarak yang tidak begitu jauh dari Bandung itu, menjadikan Garut cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hal ini terlihat dengan cukup padatnya Garut terutama pada akhir minggu atau musim libur anak sekolah. Pemerintah Kabupaten Garut membuat tagline “Ayo Wisata Jelajahi Garut” agar mudah mengidentifikasi dan membedakan Garut dengan Kbupaten lain yang ada di Jawa Barat. Sehingga wisatawan yang datang ke Kabupaten Garut mendapatkan pengalaman yang berkesan dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh wisatawan sebelum datang ke Kabupaten Garut.


(10)

TABEL 1.2

REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI PRODUK JASA INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN GARUT

TAHUN 2007 s.d. 2011

Tahun PAD Uraian Anggaran/Target

(Rp)

Realisasi (Rp) Prosentase (%)

2007 Pajak Daerah

Pajak hotel 600.000.000 677.935.492 112,99 Pajak restoran 250.000.000 264.629.969 105,85 Pajak hiburan 150.000.000 168.046.726 112,03 Retribusi

Daerah

Retribusi izin usaha

kepariwisataan

11.451.750 11.451.750 100,00

Retribusi Ijin Usaha Industri dan Perdagangan

65.000.000 62.149.300 95,61

2008 Pajak Daerah

Pajak hotel 685.000.000 1.083.841.712 158,23 Pajak restoran 294.250.000 328.107.747 111,51 Pajak hiburan 210.000.000 414.555.305 197,41 Retribusi

Daerah

Retribusi izin usaha

kepariwisataan

13.915.000 15.028.000 108,00

Retribusi Ijin Usaha Industri dan Perdagangan

82.225.000 78.871.700 95,92

2009 Pajak Daerah

Pajak hotel 950.000.000 963.655.330 101,44 Pajak restoran 460.000.000 732.247.781,0 159,18 Pajak hiburan 370.000.000 451.761.066 122,10 Retribusi

Daerah

Retribusi izin usaha

kepariwisataan

8.994.000,00 12.842.000 142,78

Retribusi Ijin Usaha Industri dan Perdagangan

82.225.000 71.434.100 86,88

2010 Pajak Daerah

Pajak hotel 1.000.000.000 1.144.373.749 114,44 Pajak restoran 700.000.000 805.751.623 115,11 Pajak hiburan 400.000.000 463.987.102 116,00 Retribusi

Daerah

Retribusi izin usaha

kepariwisataan

10.388.071,00 17.003.000 163,68

Retribusi Ijin Usaha Industri dan Perdagangan

94.969.875 109.537.027 115,34

2011 Pajak Daerah

Pajak hotel 1.780.000.000 2.102.729.236 118,13 Pajak restoran 1.533.342.000 2.523.430.110 164,57 Pajak hiburan 185.000.000 270.301.226 146,11 Retribusi

Daerah

Retribusi izin usaha

kepariwisataan

0,00 0,00 0,00

Retribusi Ijin Usaha Industri dan Perdagangan

0,00 0,00 0,00

Sumber: Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Garut

Hal ini terbukti dengan peningkatan PAD pada tahun 2011 sebesar 123,327,909,964.00 dan ditargetkan pada tahun 2012 ini meningkat 20%


(11)

(http://www.garutkab.go.id/pub/news/detail/7826-pajak-penerangan-jalan-terbesar-bagi-pad-garut/). PAD Sektor pariwisata dan industri kreatif Kabupaten Garut berada pada posisi ke 3. Khususnya pertumbuhan sektor industri kreatif mengalami peningkatan cukup signifikan setiap tahunnya.

Berdasarkan tabel tersebut, dapat terlihat PAD dari pajak hotel dan restoran meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan PAD dari pajak hiburan menurun pada tahun 2011. Begitupun dengan retribusi ijin usaha industri dan perdagangan. Oleh karena itu potensi pariwisata dan industri kreatif perlu dikembangkan secara optimal. Selain berkontribusi terhadap PAD, pariwisata pada saat ini juga merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik bagi masyarakat yang melakukan perjalanan wisata (wisatawan) maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat di sekitar lokasi berharap mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan guna menunjang perekonomiannya. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan).

Wisatawan memiliki peran sentral selaku pembuat keputusan untuk mengunjungi suatu tempat destinasi wisata tertentu. Keputusan berkunjung itu sendiri memiliki keterkaitan dengan keputusan pembelian karena sebelum seseorang memutuskan untuk berkunjung ke suatu tempat (dapat diartikan sebagai


(12)

telah melakukan keputusan pembelian untuk menikmati segala fasilitas dari tempat tersebut.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, menyebabkan konsumen lebih mudah untuk memahami dan memiliki banyak alternatif atau pilihan terhadap suatu produk. Konsumen menuntut tidak hanya kebutuhannya saja yang harus dipenuhi, melainkan keinginannya juga. Berdasarkan hal tersebut, organisasi dituntut harus mampu memenuhi dan memuaskan keinginan konsumen, melebihi para kompetitornya.

Memahami perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah. Setiap konsumen bisa jadi memiliki keinginan dan keputusan yang berbeda-beda dalam hal pembelian suatu produk, tergantung faktor usia, selera, pendapatan, maupun tingkat pendidikan mereka. Berdasarkan hal tersebut, suatu organisasi perlu meneliti faktor-faktor yang menjadi dasar bagi konsumen dalam memilih produk yang ditawarkan organisasi bersangkutan. Seperti dikemukakan Buchari Alma (2009:102) “Keputusan membeli seseorang yang asalnya dipengaruhi oleh lingkungan, kebudayaan, keluarga, dan sebagainya, akan membentuk suatu sikap pada diri individu, kemudian melakukan pembelian”. Berkaitan dengan keputusan pembelian atau keputusan mengunjungi suatu tempat wisata, tahun 2011 jumlah pengunjung Kabupaten Garut sebanyak 1.988.615 yang terdiri dari wisatawan nusantara sebanyak 1.981.984 dan wisatawan mancanegara sebanyak 6.631. jumlah kunjungan wisatawan ke Garut terbagi menjadi beberapa titik objek yang dikunjungi wisatawan.


(13)

Keberagaman produk dan jasa wisata yang ditawarkan menjadikan Garut sebagai salah satu kunjungan bagi para wisatawan untuk menikmati hasil cipta karya masyarakat Garut.

Sektor-sektor pendukung pariwisata pun mulai berkembang seakan menjadi trade mark baru dari Kabupaten Garut ini. Sesuai dengan Visi dan Misi Garut mewujudkan Garut sebagai daerah pariwisata disertai pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal dan memberdayakan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada potensi lokal dan mekanisme pasar. Banyaknya tempat objek wisata Garut seperti Cipanas, Situ Bagendit, Candi Cangkuang, Pantai Santolo merupakan tujuan wisata yang sering kali dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan tempat kuliner yang banyak dikunjungi adalah pasar ceplak, tersedianya berbagai makanan dan jajanan yang menjadi ciri khas Garut. Kemudian banyak tersedianya barang industri kreatif khas Garut yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh wistawan yang berkunjung ke Garut seperti dodol, chocodot, browdol, batik Garut, kerupuk dorokdok, kain tenun. Semua itu menjadi sebuah identitas Garut yang kaya akan potensi pariwisata dan industri kreatif yang diunggulkan dan mampu mengangkat citra Garut sebagai “Swiss van Java”. “Dengan pemahaman dan persepsi yang dimiliki oleh konsumen itu akan menentukan suatu ciri khas atau asosiasi produk yang unik” (Aaker 1996:70).

Brand identity merupakan bagian penting dari strategi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, begitupun dengan Garut yang mempunyai banyak industri kreatif. Sehingga hal yang paling diingat oleh para wisatawan yang datang ke Garut adalah hasil kreatif dari masyarakat Garut. Wisatawan diharapkan


(14)

menawarkan pariwisata kepada wisatawan tetapi juga sisi produk unggulan yang dapat dijadikan buah tangan oleh wisatawan.

Kabupaten Garut dapat menciptakan kreasi dan inovasi yang menjadi produk unggulan indetitas Garut yang banyak digemari oleh wisatawan, sehingga banyak wisatawan yang memilih untuk berkunjung ke daerah Garut dengan memilih produk sebagai oleh-oleh. Dengan adanya co-creation experience yang menjadi identitas Garut, maka wisatawan mendapat pengalaman dari berkunjung ke Kabupaten Garut.

Adanya peluang dalam bisnis industri kreatif yang didalamnya terdapat produk manufacture dan jasa pariwisata menyebabkan industri ini berada pada tingkat persaingan yang sangat tinggi. Selain itu semangat otonomi daerah yang berlangsung di Indonesia termasuk Kabupaten Garut mendorong beberapa kalangan untuk menggali dan mengangkat potensi daerah yang ada sebagai kontribusi pembangunan dan peningkatan citra Kabupaten Garut. Keunggulan bersaing yang berkesinambungan merupakan salah satu upaya Kabupaten Garut untuk meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Garut.

Konsumen tidak hanya sebagai seorang pemikir logis, tetapi juga seorang individu yang terlibat secara emosional dalam proses konsumsi, imajinasi, persepsi sensorik. ”Nilai tidak hanya ditawarkan tetapi diciptakan dan diproduksi melalui interaksi antara produsen dan konsumen” (Vargo dan Lusch 2004, 2008; Granrous 2008). Sebuah perusahaan tidak hanya menawarkan produk atau pengalaman, tetapi juga dapat melakukan dialog aktif dan menciptakan pengalaman pribadi. “Perusahaan juga menawarkan value proposition yang


(15)

berpotensi untuk memberikan pengalaman pribadi yang unik” (Prahalad dan Ramaswamy, 2004 b, Caru and Cora 2006,2007).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut Serta Dampaknya Pada Keputusan Berkunjung (Survei terhadap Wisatawan Nusantara pada Kabupaten Garut)”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis mengidentifikasi bahwa Indonesia berada pada urutan ranking ke tiga sektor pariwisata di kawasan Asia. masalahnya sebagai berikut, menurunnya perekonomian di dunia membawa dampak positif bagi Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi termaju dan mitra terdepan ibu kota negara, memprioritaskan sektor kepariwisataan menjadi bagian terpenting dalam pembangunan daerahnya dan Kabupaten Garut dengan julukannya "Swiss van Java" berpotensi untuk berkembang menjadi kota pariwisata. Hal ini terbukti dengan peningkatan PAD pada tahun 2011 sebesar 123,327,909,964.00 dan ditargetkan pada tahun 2012 ini meningkat sebesar 20% (http://www.garutkab.go.id/ pub/news/detail/ 7826-pajak-penerangan-jalanterbesar-bagi-pad-garut/). PAD Sektor pariwisata dan industri kreatif Kabupaten Garut berada pada posisi ke 3. Khususnya pertumbuhan sektor industri kreatif mengalami peningkatan cukup signifikan setiap tahunnya, terlihat PAD


(16)

dari pajak hotel dan restoran meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan PAD dari pajak hiburan menurun pada tahun 2011.

Oleh karena itu potensi pariwisata perlu dikembangkan secara optimal. Selain berkontribusi terhadap PAD, pariwisata pada saat ini juga merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik bagi masyarakat yang melakukan perjalanan wisata (wisatawan) maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat di sekitar lokasi berharap mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan guna menunjang perekonomiannya.

Sektor-sektor pendukung pariwisata pun mulai berkembang seakan menjadi trade mark baru dari Kabupaten Garut ini. Sesuai dengan Visi dan Misi Kabupaten Garut mewujudkan Garut sebagai daerah pariwisata disertai pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal dan memberdayakan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada potensi lokal dan mekanisme pasar.

Banyak produk yang menjadi ciri khas Kabupaten Garut tetapi tidak semua produk dapat menjadi sebuah identitas Kabupaten Garut yang kaya akan berpotensi pariwisata dan industri kreatif yang diunggulkan dan mampu mengangkat citra Kabupaten Garut sebagai “Swiss van Java”. “Dengan pemahaman dan persepsi yang dimiliki oleh konsumen itu akan menentukan suatu ciri khas atau asosiasi produk yang unik” (Aaker 1996:70).

Kabupaten Garut dapat menciptakan kreasi dan inovasi yang menjadi produk unggulan identitas Kabupaten Garut yang banyak digemari oleh wisatawan, sehingga banyak wisatawan yang memilih untuk berkunjung ke


(17)

creation experience yang menjadi identitas Kabupaten Garut, maka wisatawan mendapat pengalaman dari berkunjung ke Kabupaten Garut.

Indonesia merupakan peringkat ke 3 sektor pariwisata dan ekonomi. Begitupun terjadi peningkatan jumlah pengunjung wisatawan ke Kabupaten Garut yang menjadi pilihan wisatawan untuk dikunjungi. PAD Kabupaten Garut yang bersumber dari pajak hotel dan restoran meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan PAD yang bersumber dari pajak hiburan dan retribusi ijin usaha industri dan perdagangan menurun pada tahun 2011. Oleh karena itu potensi pariwisata Kabupaten Garut perlu dikembangkan secara optimal. Sektor-sektor pendukung pariwisata pun mulai berkembang seakan menjadi trade

mark baru dari Kabupaten Garut ini. Sehingga menjadikan

masyarakat Kabupaten Garut yang kreatif dengan menciptakan produk inovasi sebagai identitas Kabupaten Garut. Terdapat banyak produk baik manufacture ataupun jasa di Kabupaten Garut, namun tidak semua produk tersebut dapat menciptakan nilai tambah bagi wisatawan. Salah satu faktor keputusan wisatawan berkunjung ke Kabupaten Garut adalah co-creation experiences.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1) Bagaimana gambaran co-creation experiences dan Identitas Kabupaten yang dirasakan wisatawan nusantara.

2) Bagaimana gambaran keputusan berkunjung wisatawan nusantara ke Kabupaten Garut.

3) Bagaimana pengaruh co-creation experiences terhadap Identitas Kabupaten serta dampaknya pada keputusan berkunjung wisatawan nusantara.


(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil temuan tentang:

1. Gambaran co-creation experiences dan brand identity yang dirasakan wisatawan nusantara.

2. Gambaran keputusan berkunjung wisatawan nusantara Kabupaten Garut. 3. Bagaimana pengaruh co-creation experiences terhadap Identitas

Kabupaten serta dampaknya pada keputusan berkunjung wisatawan nusantara.

1.5Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai Co-creation experiences dan Identitas Kabupaten serta menganalisis pengaruhnya yang berdampak pada keputusan wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Garut, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori pemasaran. Dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk pengembangan ilmu manajemen khususnya manajemen pemasaran.


(19)

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Garut, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas UMKM dan BMTB serta pengusaha industri kreatif serta pihak-pihak terkait lainnya, khususnya dalam upaya mengembangkan identitas kabupaten dan meningkatkan jumlah pengunjung melalui pelaksanaan Co-creation sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik bagi pengunjung di Kabupaten Garut.


(20)

63

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis pengaruh Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut serta dampaknya pada Keputusan Berkunjung. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Co-Creation Experiences sebagai variabel bebas (independent variable). dan yang menjadi variabel perantara (intervening variable) adalah identitas Kabupaten Garut yang terdiri dari brand as product, brand as organzation, brand as person dan brand as symbol. Adapun yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah keputusan Berkunjung yang terdiri dari daerah tujuan, moda perjalanan, waktu dan biaya, pengatur perjalanan dan sumber layanan.

Menurut Ruth McNeil (2005:57) dalam Business to Business Market Research, penelitian adalah pengumpulan dan analisis data suatu sampel dari individu-individu atau organisasi yang berkaitan dengan perilaku, karakteristik, sikap, pendapat atau keuangan. Hal tersebut mencakup semua bentuk pemasaran dan penelitian sosial seperti survei konsumen dan industri, investigasi psikologis, observasi dan studi panel.

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah Wisatawan yang membeli produk sebagai identitas Kabupaten Garut. Pemilihan Kabupaten Garut tersebut karena merupakan salah satu daerah yang mengembangkan Co-Creation Experince pada produk dan jasa. Berdasarkan objek penelitian tersebut, maka


(21)

64

akan dianalisis mengenai penerapan Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut serta dampaknya pada Keputusan Berkunjung.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif. Menurut Travers (dalam Husain Umar 2008:21) menjelaskan bahwa, “Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan tentang pengaruh Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut serta dampaknya pada Keputusan Berkunjung.

Penelitian yang berupa deskriptif ini mempunyai maksud untuk mengetahui gambaran secara keseluruhan mengenai Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut yang terdiri dari brand as product, brand as organzation, brand as person dan brand as symbol. Serta dampaknya terhadap keputusan Berkunjung yang terdiri dari daerah tujuan, moda perjalanan, waktu dan biaya, pengatur perjalanan dan sumber layanan. Sedangkan untuk penelitian verifikatif bermaksud untuk mengetes kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian verifikatif ini untuk menguji pengaruh program Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut yang terdiri dari brand as product, brand as organzation, brand


(22)

65

as person dan brand as symbol. Serta dampaknya terhadap keputusan Berkunjung yang terdiri dari daerah tujuan, moda perjalanan, waktu dan biaya, pengatur perjalanan dan sumber layanan.

Mengingat jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei explanatory. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2009:11) “Metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pegumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya”.

Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono, 2008:5),

Metode Survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga di temukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Menurut David Kline (dalam Sugiyono 2008:5), metode survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survei ini tidak memerlukan kelompok control seperti halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan biasanya lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam satu kurun waktu tertentu/tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang.


(23)

66

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Penjabaran operasional dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

Co-creation ( )

Kemampuan perusahaan dengan cepat mengubah arah strategis yang berkaitan dengan produk dan pasar (Johnson et al. 2003 hal.74)

Produk kuliner (Chocodot, kerupuk kulit)

Variasi rasa yang beragam

Desain kemasan yang menarik

Kelengkapan kemasan berbagai ukuran

Sensasi rasa yang berwarna

Nama merek yang lucu dan mudah diingat

Tingkat variasi rasa yang beragam

Tingkat daya tarik desain kemasan

Tingkat kelengkapan kemasan berbagai ukuran

Tingkat sensasi rasa yang berwarna

Tingkat keunikan nama merek yang lucu dan mudah diingat

Ordinal

Produk wisata (Cipanas, Kawah darajat)

Variasi pilihan wahana bermain

Desain konsep atau tampilan wisata

Kelengkapan fasilitas wahana bermain

Sensasi pemandangan dan udara yang sejuk

Menyediakan saung-saung yang berada di bukit lembah

Tingkat variasi pilihan wahana bermain

Tingkat daya tarik desain konsep atau tampilan wisata

Tingkat kelengkapan fasilitas wahana bermain

Tingkat sensasi pemandangan dan udara yang sejuk

Tingkat keunikan menyediakan saung-saung yang berada di bukit lembah

Ordinal

Produk khas (Batik, kulit)

Varian warna yang beragam

Daya tarik desain model

Kelengkapan berbagai ukuran

Sensasi aneka bentuk yang beragam

Motif yang unik

Tingkat varian warna yang beragam

Tingkat daya tarik esain model

Tingkat kelengkapan berbagai ukuran

Tingkat sensasi aneka bentuk yang beragam

Tingkat keunikan motif


(24)

67

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

Identitas Garut ( )

Identitas adalah suatu himpunan yang unik dari asosiasi merek untuk diciptakan atau dipelihara. Asosiasi ini menunjukkan kedudukan suatu merek dan menyiratkan suatu janji kepada pelanggan-pelanggan dari para anggota organisasi (Craven, 2009:302)

Brand As Product ( 1.) identitas merek yang secara langsung berhubungan dengan pembelian atau penggunaan produk yang memberikan keuntungan fungsional atau emosional bagi konsumen (David Aaker dan Erich 2002:43)

Chocodot sebagai produk kuliner ciri khas Garut

Kerupuk kulit sebagai produk kuliner ciri khas Garut

Cipanas sebagai produk wisata alam ciri khas Garut

Kawah darajat sebagai produk wisata alam ciri khas Garut

Batik sebagai produk khas Garut

Kulit sebagai produk khas Garut

Tingkat ketepatan Chocodot sebagai produk kuliner ciri khas Garut

Tingkat ketepatan Kerupuk kulit sebagai produk kuliner ciri khas Garut

Tingkat ketepatan Cipanas sebagai produk wisata alam ciri khas Garut

Tingkat ketepatan Kawah darajat sebagai produk wisata alam ciri khas Garut

Tingkat ketepatan Batik sebagai produk wisata alam ciri khas Garut

Tingkat ketepatan Kulit sebagai produk ciri khas Garut

Ordinal

Brand As Organization ( 2.) merek mewakili budaya, nilai dan program perusahaan (Aaker 1996:75)

Garut Kota Chocodot

Garut Kota Dodol

Garut Kota Batik

Garut Kota Kulit

Garut Kota Domba

Garut Kota Intan

Garut Kota Swiss Van Java

Tingkat kesesuaian Garut Kota Chocodot

Tingkat kesesuaian Garut Kota Dodol

Tingkat kesesuaian Garut Kota Batik

Tingkat kesesuaian Garut Kota Kulit

Tingkat kesesuaian Garut Kota Domba

Tingkat kesesuaian Garut Kota Intan

Tingkat kesesuaian Garut Kota Swiss Van Java

Ordinal

Brand As Person ( 3.) identitas merek yang

Sikap ramah tamah menunjukkan ciri khas masyarakat Garut

Kreatif menunjukkan

Tingkat sikap ramah tamah menunjukkan ciri khas masyarakat Garut


(25)

68

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

diasumsikan seperti halnya manusia (David Aaker dan Erich 2002:43)

ciri khas masyarakat Garut

Sikap religious menunjukkan ciri khas masyarakat Garut

Tingkat kreatif menunjukkan ciri khas masyarakat Garut

Tingkat sikap religious menunjukkan ciri khas masyarakat Garut

Brand As Symbol ( 4.) Identitas merek yang dapat mempermudah produk untuk dikenal dan diingat (David Aaker dan Erich 2002:43)

Simbol Garut dicirikan dengan Chocodot

Simbol Garut dicirikan dengan Kerupuk Kulit

Simbol Garut dicirikan dengan Cipanas

Simbol Garut dicirikan dengan Kawah Darajat

Simbol Garut dicirikan dengan Batik

Simbol Garut dicirikan dengan Jaket kulit

Ketepatan simbol Garut dicirikan dengan Chocodot

Ketepatan simbol Garut dicirikan dengan Kerupuk Kulit

Ketepatan simbol Garut dicirikan dengan Cipanas

Ketepatan simbol Garut dicirikan dengan Kawah Darajat

Ketepatan simbol Garut dicirikan dengan Batik

Ketepatan simbol Garut dicirikan dengan Jaket kulit Ordinal Keputusan Mengunjugi ( ) Waktu luang, uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensial wisata yang harus ditransformasikan menjadi permintaan riil, yakni pengambilan keputusan wisata (Freyer dan Mundt, seperti dikutip Damanik dan Weber, 2006:5)

Daerah tujuan ( 1.)

Kesesuaian tempat tujuan Garut dengan kebutuhan pengunjung

Ketersediaan informasi tentang Garut

Tingkat kesesuaian tempat tujuan Garut dengan kebutuhan pengunjung

Tingkat ketersediaan informasi tentang Garut

Ordinal

Moda

perjalanan ( 2)

 Alat transportasi untuk berkunjung ke Garut Garut.

 Alat transportasi yang tersedia

 Kenyamanan alat transportasi yang tersedia.

 Tingkat kemudahan alat transportasi untuk berkunjung ke Garut Garut.

 Tingkat keragaman alatt transportasi yang tersedia

 Tingkat kenyamanan alat transportasi yang tersedia.

Ordinal

Waktu dan biaya ( 3.)

 Keputusan berkunjung pada waktu weekend

Tingkat ketergantungan berkunjung pada waktu

weekend


(26)

69

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Ukuran Skala

 Keputusan berkunjung pada waktu weekdays

 Keputusan berkunjung pada waktu hari liburan atau hari nasional

 Tingkat ketergantungan berkunjung pada waktu

weekdays

 Tingkat ketergantungan berkunjung pada waktu hari liburan atau hari nasional

Pengatur

perjalanan ( 4) 

Ketergantungan terhadap biro perjalanan ketika berkunjung ke Garut.

Tingkat ketergantungan terhadap biro perjalanan ketika berkunjung ke Garut.

Ordinal

Sumber

layanan ( 5) 

Layanan yang diberikan, seperti pemandu wisata, pusat souvenir, fotografi, dan lain-lain.

 Tingkat keragaman layanan yang diberikan, seperti pemandu wisata, pusat souvenir, fotografi, dan lain-lain.

Ordinal

Sumber : Hasil pengolahan data 2012

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah sumber data yang diperlukan untuk penelitian. Sumber data tersebut dapat diperoleh baik secara langsung (data primer) maupun tidak langsung (data sekunder) yang berhubungan dengan objek penelitian.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data di mana data yang diinginkan dapat diperoleh secara langsung dari objek yang berhubungan dengan penelitian. Menurut Asep Hermawan (2008:168) yang dimaksud dengan data primer adalah:

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atas tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif, maupun kausal dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa survei ataupun observasi. Menurut Ruth McNeil (2005:56) data primer memiliki ciri:

a. Pengumpulan informasi langsung dari responden menggunakan metodologi yang sesuai.


(27)

70

1. Customized. Data disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.

2. Syndicated. Data diperoleh peneliti dengan melibatkan data penelitian terdahulu.

3. Omnibus. Data diperoleh dari sebuah sebuah lembaga penelitian dalam kurun waktu tertentu.

c. Data diperoleh langsung dari objek penelitian, akan tetapi tidak dipublikasikan.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Garut yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian, yaitu pengunjung yang membeli produk dan jasa khas Kabupaten Garut.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian dimana subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian. Menurut Asep Hermawan (2008:168), ”Data sekunder adalah struktur data historis mengenai variabel -variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain”. Penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur artikel, jurnal ilmiah, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Lebih jelasnya sumber data pada penelitian ini terlihat pada Tabel 3.2 berikut.

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No Data Jenis Data Sumber Data

1 Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Garut

Primer

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut tahun 2011

2 Tingkat Pertumbuhan

Pengeleloaan dan Pendapatan Primer

Dinas Pengelolaan dan Pendapatan Kabupaten


(28)

71

No Data Jenis Data Sumber Data

Keuangan Asli Daerah Kabupaten Garut

Garut 2007-2011 3 Indonesia Most Recomended

Cities for Business Sekunder

Majalah SWA 17 9-26 Agustus

4 Jumlah pengunjung Chocodot Sekunder Chocodot 5

Jumlah pengunjung Kerupuk

Kulit Primer

Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Garut

6

Jumlah pengunjung Cipanas Primer

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut

7

Jumlah pengunjung Kawah Darajat

Sekunder Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut

8

Jumlah pengunjung Batik Sekunder

Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Garut

9

Jumlah pengunjung Jaket Kulit Sekunder

Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Garut

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012

3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.4.1Populasi

Penelitian yang dilakukan selalu berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan dan menganalisa suatu data, menentukan populasi merupakan langkah yang penting. Menurut kamus riset karangan Kommaruddin dalam Mardalis (2003:53) ”Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel”. Menurut Siswojo dalam Mardalis (2003:54) ”Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti”. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:130) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.


(29)

72

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:115). Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut populasi sasaran yaitu populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi apabila dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan tersebut hanya berlaku untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengertian populasi di atas, maka yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah para Wisatawan Nusantara (Wisnus) yang mengunjungi 6 wisata yang tersebar di wilayah Kabupaten Garut sejumlah 578.921 orang pada periode Januari-Desember 2011 seperti terlihat pada tabel berikut ini:

TABEL 3.3

JUMLAH WISATAWAN NUSANTARA KE KABUPATEN GARUT TAHUN 2011 (PER RIBU ORANG)

No. Nama Produk Jumlah Pengunjung

1. Chocodot 12.341

2. Kerupuk Kulit 56.180

3. Cipanas 405.492

4. Kawah Darajat 36.132

5. Batik 30.348

6. Jaket Kulit 38.428

Jumlah 578.921

Sumber: Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut Tahun 2011

3.2.4.2Sampel

Sampel adalah satu subset atau tiap bagian dari populasi berdasarkan apakah itu representatif atau tidak. Sampel merupakan bagian tertentu yang dipilih


(30)

73

dari populasi (Ulber Silalahi, 2006:234). Menurut David A. Aaker et. al. (2004:760), “A subset of elements from a population.” (Artinya: Suatu subset unsur-unsur dari suatu populasi).

Sampel diartikan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi maka dalam rangka mempermudah melakukan penelitian diperlukan suatu sampel penelitian yang berguna ketika populasi yang diteliti berjumlah besar. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Pada penelitian ini tidak mungkin semua populasi dapat penulis teliti, hal ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya:

1. Keterbatasan biaya 2. Keterbatasan tenaga

3. Keterbatasan waktu yang tersedia.

Peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili yang lain yang tidak diteliti.

Menurut Sugiyono (2008:116):

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representative (mewakili).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian, yaitu sebagian wisatawan pembeli produk dan jasa di Kabupaten Garut. Jumlah sampel


(31)

74

yang diambil dalam penelitian ini sebesar 240 sampel. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan rumus dari Harun Al Rasyid (1994:44), yaitu: N n n n 0 0 1 

(Harun Al Rasyid,1994:44)

Sedangkan n0 dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2 0 ) 2 1 (           S Z n

(Harun Al Rasyid,1994:44) Keterangan :

N = Populasi n = Sampel

S = Simpangan baku untuk variabel yang diteliti dalam populasi dengan menggunakan Deming’s Emperical Rule

= Bound of error yang bisa ditolerir/dikehendaki sebesar 5

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah ukuran sampel dapat dihitung sebagai berikut:

a. Jumlah item = 47

b. Nilai tertinggi skor responden = (47x5) = 235 c. Nilai terendah skor responden = (47x1) = 47

d. Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah = (140–28) = 188

e. Deming’s Emperical Rule yang digunakan adalah:

S = (0,21) (188) = 39,48 S = 39,48


(32)

75

Keterangan:

S = (0,21), berdasarkan pengamatan dari jawaban responden yang berbentuk kurva kiri, artinya jawaban responden kebanyakan ada di skor 3 dan 4.

Adapun perhitungan jumlah sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan mencari nilai n0 terlebih dahulu, yaitu:

Diketahui:

N = 578.921 orang Α = 0,05

Δ = 5 %

     

2 1 

Z = 0,975 1,96

S = 39,48 no = [ (1,96)(39,48) ]2

5

= [ 77,3808 ]2

5

= [15,47616]2 = 239,51153 N = 239,51153

1+239,5115323

578.921

= 239,51153 1,00041372 = 239,4 = 240

Berdasaran penghitungan di atas, ukuran sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini alpha = 0,05 dan derajat kepercayaan 5%, maka diperoleh ukuran sampel (n) minimal sebesar 240 responden.


(33)

76

3.2.4.3Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Sugiyono (2008:73) mengemukakan bahwa: “Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel”. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:111) teknik pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Populasi pada penelitian ini adalah populasi bergerak (mobile population), maka peneliti menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:134) teknik ini digunakan apabila populasi yang diteliti dianggap homogen. Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu hak setiap subjek sama, maka peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel secara sistematik, untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah yang sistematis untuk mendapatkan sampel yang representatif.

Karena populasi dalam penelitian ini terdiri dari 6 tempat wisata, maka pembagian sampel untuk setiap tempat wisata dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus alokasi proportional dari Sugiyono (2010:128) sebagai berikut:


(34)

77

dimana: = ℎ � �

= ℎ � � ℎ

� = ℎ �

� = ℎ � ℎ

TABEL 3.4

PROPORSI PENYEBARAN SAMPEL

No Tujuan

Wisatawan Populasi Perhitungan Sampel

1 Chocodot 1.100 12.341/578.921 x 240 5

2 Kerupuk Kulit 2.119 56.180/578.921 x 240 23

3 Cipanas 33.791 405.492/578.921 x 240 168

4 Kawah darajat 3.011 36.132/578.921 x 240 15

5 Batik 1.716 30.348/578.921 x 240 13

6 Jaket 24.341 38.428/578.921 x 240 16

Jumlah 578.921 240

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian dengan data yang terkumpul untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai teknik komunikasi langsung dengan pihak Chocodot, Kerupuk kulit, Batik, Jaket kulit di Kabupaten Garut. untuk memperoleh data mengenai jumlah pengunjung periode 2011

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan meninjau serta melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yaitu Chocodot,

= � �摜


(35)

78

Kerupuk kulit, Cipanas, Kawah Darajat, Batik, Jaket kulit khususnya aktivitas mengenai pengunjung yang datang.

3. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan tertulis. Kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai karakteristik responden, pengalaman responden pada pengunjung Chocodot, Kerupuk kulit, Cipanas, Kawah Darajat, Batik, Jaket kulit.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari Co-creation Experiences, identitas Garut dan keputusan berkunjung.

Studi literatur tersebut didapat dari berbagai sumber, yaitu: a) Perpustakaan UPI, Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, Perpusatkaan STT Telkom Bandung b) Skripsi, Tesis, Disertasi, c) Jurnal Marketing, d) Media Cetak (Majalah), e) Media Elektronik (Internet).

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pada suatu penelitian, data merupakan hal yang paling penting, karena data merupakan gambaran dari variabel yang diteliti serta berfungsi membentuk hipotesis. Benar tidaknya data akan sangat menentukan mutu hasil penelitian.


(36)

79

Kebenaran data dapat dilihat dari instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS (Statistical Product for Service Solutions) 21.0 for IBM.

3.2.6.1Hasil Pengujian Validitas

Data mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian karena menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai pembentuk hipotesis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian data untuk mendapatkan mutu yang baik. Benar-tidaknya data tergantung dari instrumen pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu validitas dan reliabilitas.

Pengujian validitas instrument dilakukan untuk menjamin bahwa terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2009:146).

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:146):

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas yang rendah.


(37)

80

Pendapat lebih jelas diungkapkan oleh Asep Hermawan (2008:211) ”Validitas data merupakan suatu proses penentuan apakah suatu wawancara dalam survei atau observasi dilakukan dengan benar dan bebas dari bias”.

Adapun rumus yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut

(Suharsimi Arikunto 2009:146) Keterangan:

r = Koefisien validitas item yang dicari X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor total

= Jumlah skor dalam distribusi X = Jumlah skor dalam distribusi Y

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y n = Banyaknya responden

Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Suharsimi Arikunto (2009:245) dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut:

TABEL 3.5

INTERPRETASI NILAI r

Besarnya Nilai r Interpretasi Antara 0.800 sampai dengan 1.00 Tinggi Antara 0.600 sampai dengan 0.800 Cukup Antara 0.400 sampai dengan 0.600 Agak Rendah Antara 0.200 sampai dengan 0.400 Rendah Antara 0.000 sampai dengan 0.200 Sangat Rendah Sumber: Suharsimi Arikunto (2009: 245)

 

  )} ( ( }{ ) ( ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rxy

X

Y

X2

2


(38)

81

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini adalah teknik korelasional biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang divalidasikan dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf signifikan tertentu, artinya adanya koefisien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan rumus statistik t sebagai berikut :

(Sugiyono, 2008:250)

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel. (rhitung≥ rtabel).

2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel. (rhitung< rtabel).

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk mencari data primer dalam sebuah penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya terukur. Dari penelitian ini yang akan diuji adalah validitas dari instrumen Co-Creation Experiences sebagai variabel X, Identitas Kabupaten Garut sebagai variabel Y dan instrumen Keputusan Berkunjung sebagai variabel Z. Jumlah pertanyaan untuk Variabel X adalah 15 dan seluruh item tersebut valid, jumlah pertanyaan untuk variabel Y adalah 22, sedangkan untuk item pertanyaan Variabel Z berjumlah 10 item.

2

1 2

r n r t

  


(39)

82

TABEL 3.6

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS CO-CREATION EXPERIENCES

No. Pernyataan rhitung rtabel Ket.

CO-CREATION EXPERIENCES

1. Produk Kuliner (Chocodot dan Kerupuk Kulit)

1 Variasi rasa yang ditawarkan 0,811 0,374 Valid 2 Desain kemasan yang menarik 0,831 0,374 Valid 3 Menyediakan kemasan dalam berbagai ukuran 0,810 0,374 Valid 4 Sensasi rasa yang berwarna 0,860 0,374 Valid 5 Nama merek yang lucu, unik dan mudah diingat 0,867 0,374 Valid

2. Produk Wisata (Cipanas dan Kawah Darajat)

6 Variasi pilihan wahana bermain 0,818 0,374 Valid 7 Desain konsep atau tampilan tempat wisata 0,871 0,374 Valid 8 Kelengkapan fasilitas wahana bermain 0,849 0,374 Valid 9 Sensasi pemandangan dengan udara sejuk 0,887 0,374 Valid 10 Menyediakan saung yang berada di bukit-bukit lembah 0,926 0,374 Valid

3. Produk khas (Batik dan Kulit)

11 Variasi warna yang beragam 0,845 0,374 Valid

12 Desain model 0,861 0,374 Valid

13 Menyediakan berbagai ukuran 0,676 0,374 Valid 14 Sensasi aneka bentuk yang beragam 0,847 0,374 Valid

15 Motif yang unik 0,787 0,374 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Berdasarkan Tabel 3.6 pada instrumen variabel co-creation Experiences dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi produk wisata (cipanas dan waduk darajat) dengan item pernyataan, Menyediakan saung yang berada di bukit-bukit lembah, yang bernilai 0.926, sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi Produk khas (Batik dan Kulit) dengan item pernyataan, Menyediakan berbagai ukuran yang bernilai 0.676 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya tinggi.

Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel identitas kabupaten Garut berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 21.0 for IBM. Menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan


(40)

83

dengan rtabel yang bernilai 0,374. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 3.7

yang disajikan sebagai berikut.

TABEL 3.7

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS IDENTITAS KABUPATEN GARUT

No. Pernyataan rhitung rtabel Ket.

IDENTITAS KABUPATEN GARUT 1. Brand As Product

Kuliner

1 Chocodot sebagai produk kuliner ciri khas Garut 0,888 0,374 Valid 2 Kerupuk kulit sebagai produk kuliner ciri khas Garut 0,856 0,374 Valid

Alam

3 Cipanas sebagai produk wisata alam ciri khas Garut 0,856 0,374 Valid 4 Kawah darajat sebagai produk wisata alam ciri khas Garut 0,926 0,374 Valid

Khas

5 Batik sebagai produk ciri khas Garut 0,938 0,374 Valid 6 Kulit sebagai produk ciri khas Garut 0,893 0,374 Valid

2. Brand Organization

7 Garut Kota Chocodot 0,871 0,374 Valid

8 Garut Kota Dodol 0,873 0,374 Valid

9 Garut Kota Batik 0,831 0,374 Valid

10 Garut Kota Kulit 0,914 0,374 Valid

11 Garut Kota Domba 0,783 0,374 Valid

12 Garut Kota intan 0,912 0,374 Valid

13 Garut Kota Swiss Van Java 0,878 0,374 Valid

3. Brand As Person

14 Sikap ramah tamah menunjukkan ciri khas masyarakat Garut 0,835 0,374 Valid 15 Kreatif menunjukkan ciri khas masyarakat Garut 0,524 0,374 Valid 16 Sikap religious menunjukkan ciri khas masyarakat Garut 0,725 0,374 Valid

4. Brand As Symbol

17 Simbol Garut dicirikan dengan Chocodot 0,830 0,374 Valid 18 Simbol Garut dicirikan dengan Kerupuk Kulit 0,897 0,374 Valid 19 Simbol Garut dicirikan dengan Cipanas 0,909 0,374 Valid 20 Simbol Garut dicirikan dengan Kawah Darajat 0,712 0,374 Valid 21 Simbol Garut dicirikan dengan Batik 0,583 0,374 Valid 22 Simbol Garut dicirikan dengan Jaket kulit 0,807 0,374 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel keputusan berkunjung berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 21.0 for IBM. Menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan dengan rtabel


(41)

84

yang bernilai 0,374. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 3.8 yang disajikan sebagai berikut.

TABEL 3.8

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS KEPUTUSAN BERKUNJUNG

No. Pernyataan rhitung rtabel Ket.

KEPUTUSAN BERKUNJUNG 1. Daerah Tujuan

1 Kesesuaian tempat tujuan Garut dengan kebutuhan pengunjung. 0,773 0,374 Valid 2 Ketersediaan informasi tentang Garut. 0,804 0,374 Valid

2. Moda Perjalanan

3 Alat transportasi untuk berkunjung ke Garut Garut 0,846 0,374 Valid 4 Alat transportasi yang tersedia. 0,788 0,374 Valid 5 Kenyamanan alat transportasi yang tersedia. 0,739 0,374 Valid

3. Waktu dan Biaya

6 Keputusan berkunjung pada waktu weekend 0,799 0,374 Valid 7 Keputusan berkunjung pada waktu weekdays 0,734 0,374 Valid 8 Keputusan berkunjung pada waktu hari liburan atau hari nasional 0,740 0,374 Valid

4. Pengatur Perjalanan

9 Ketergantungan terhadap biro perjalanan ketika berkunjung ke

Garut 0,552 0,374 Valid

5. Sumber Layanan

10 Layanan yang diberikan, seperti pemandu wisata, pusat souvenir,

fotografi, dan lain-lain. 0,831 0,374 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013

3.2.6.2Hasil Pengujian Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2008:172), “Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Asep Hermawan (2006:126) mendefenisikan: “Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi akurasi dan prediktabilitas suatu alat ukur.” Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa reliabiltas berkaitan dengan akurasi dan ketepatan suatu alat ukur untuk mengukur karena instrumennya sudah baik.


(42)

85

Jika suatu instrumen dapat dipercaya, maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown, yaitu:

b b i

r r r

 

1 2

(Sugiyono, 2008:190) Keterangan:

i

r = Reliabilitas seluruh instrumen

rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

Pengujian reliabilitas tersebut menurut Sugiyono (2008:190) diilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan instrumen genap.

2. Skor data dari tiap kelompok disusun sendiri dan kemudian skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya.

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika koefisien internal seluruh item (ri) rtabel dengan tingkat signifikasi 5%

maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2. Jika koefisien internal seluruh item (ri) < rtabel dengan tingkat signifikasi 5%

maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

Berdasarkan jumlah angket yang diuji kepada sebanyak 30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 (30-2=28) maka didapat nilai rtabel sebesar 0,347. Berdasarkan Tabel 3.9 berikut ini dapat diketahui


(43)

86

bahwa instrumen yang diajukan kepada responden dapat dikatakan reliabel, karena setiap pernyataan memiliki rhitung yang lebih besar daripada rtabel, sehingga

instrumen tersebut akan memberikan hasil ukur yang sama TABEL 3.9

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS

No Variabel rhitung rtabel Keterangan

1 Co-creation Experiences 0,920 0,374 Reliabel 2 Identitas Kabupaten Garut 0,874 0,374 Reliabel

3 Keputusan Berkunjung 0,956 0,374 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013 (Menggunakan SPSS 21,00 For IBM)

3.3 Rancangan Teknik Analisis data dan Pengujian Hipotesis 3.3.1 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, digunakan dua jenis analisis yaitu analisis deskriptif khususnya bagi variabel yang bersifat kualitatif dan analisis kuantitatif berupa pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data ordinal untuk variabel X, Y dan Z.

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran responden terhadap pengaruh co-creation Experiences terhadap identitas Kabupaten Garut serta dampaknya pada keputusan berkunjung pada wisatawan pengunjung kabupaten Garut.

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data dilakukan setelah seluruh data responden terkumpul. Kegiatan analisis data dilakukan melalui tiga tahap sebagai berikut :


(44)

87

1. Menyusun data

Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan identitas responden, kelengkapan data serta isian data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Tabulasi data

Penelitian ini melakukan tabulasi data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberi skor pada tiap item

b. Menjumlahkan skor pada setiap item

c. Menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian. 3. Menganalisis Data

Menganalisis data yaitu proses pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus statistik, menginterprestasi data agar diperoleh suatu kesimpulan. 4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dimana metode analisis yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah metode analisis analytical (explanatory), maka dilakukan analisis jalur (Path Analisys). Karena penelitian ini menganalisis tiga variabel, yaitu co-creation Experiences (X), Identitas Kabupaten Garut (Y) dan keputusan berkunjung (Z), maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalur (path Anilisys).

3.3.2 Rancangan Analisis Deskriptif

Data mentah yang telah terkumpul dari hasil kuesioner/survei lapangan harus diolah agar memperoleh makna yang berguna bagi pemecahan masalah.


(45)

88

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket ini disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian, yaitu memberikan keterangan dan data mengenai pengaruh co-creation Experiencess terhadap Identitas Kabupaten Garut serta dampaknya terhadap Keputusan Berkunjung. Pengolahan data yang terkumpul dari hasil kuesioner dapat dikelompokkan ke dalam tiga langkah, yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data pada pendekatan penelitian.

Persiapan adalah mengumpulkan dan memeriksa kebenaran cara pengisian, melakukan tabulasi hasil kuesioner dan memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem penilaian yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. dalam bentuk informasi yang lebih ringkas.

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain:

1. Analisis Deskriptif Variabel X (Co-creation Experiences)

Variabel X terfokus pada penelitian terhadap variasi, desain, kelengkapan, sensasi dan merek.

2. Analisis deskriptif Variabel Y (Identitas Kabupaten Garut)

Variabel Y yang diteliti terfokus pada Identitas Kabupaten yang meliputi brand as product, brand as organization, brand as person, brand as symbol.

3. Analisis deskriptif Variabel Z (Keputusan Berkunjung)

Variabel Y yang diteliti terfokus pada daerah tujuan, moda perjalanan, waktu dan biaya, pengatur perjalanan, sumber layanan.


(46)

89

Untuk mengkategorikan hasil perhitungan variabel X, Y dan Z digunakan kriteria penafsiran persentase yang diambil dari 0% sampai 100%. Penafsiran pengolahan data berdasarkan batas-batas disajikan pada Tabel 3.10 sebagai berikut:

TABEL 3.10

KRITERIA PENAFSIRAN HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN No Kriteria Penafsiran Keterangan

1 0% Tidak Seorangpun

2 1% - 25% Sebagian Kecil

3 26% - 49% Hampir Setengahnya

4 50% Setengahnya

5 51% - 75% Sebagian Besar

6 76% -99% Hampir Seluruhnya

7 100% Seluruhnya

Sumber: Moch. Ali (1985: 184)

3.3.3 Rancangan Analisis Verifikatif

Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh Co-Creation Experiences (X) terhadap Identitas Kabupaten Garut (Y) yang terdiri dari brand as product (Y1), brand as organization (Y2), brand as person (Y3), brand as symbol (Y4), serta dampaknya pada Keputusan Berkunjung (Z), adalah analisis verifikatif, maka dilakukan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap Y serta pengaruhnya terhadap variabel Z baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggambar struktur hipotesis di bawah ini yang disusun berdasarkan hipotesis yang diajukan ada 3 hipotesis.


(47)

90

Hipotesis 1:

Hipotesis 1 yang diajukan yaitu terdapat pengaruh antara co- creation experiences (X) terhadap identitas Kabupaten (Y). Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menggambar struktur hipotesis

X Y GAMBAR 3.1

STRUKTUR HUBUNGAN KAUSAL ANTARA X DAN Y Keterangan

X: Co-Creation Experiences Y: Identitas Kabupaten Garut

 : epsilon(variable lain)

: Hubungan Kausalitas

b. Selanjutnya diagram hipotesis 1 di atas diterjemahkan ke dalam beberapa sub hipotesis yang menyatakan pengaruh sub variabel independen yang paling dominan terhadap variabel dependen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut.


(48)

91

GAMBAR 3.2

DIAGRAM JALUR SUB HIPOTESIS 1

Keterangan:

X1 = Sub Variabel variasi

X2 = Sub Variabel desain

X3 = Sub Variabel kelengkapan

X4 = Sub Variabel sensasi

X5 = Sub Variabel merek

Y = Variabel Identitas Kabupaten Garut = Hubungan Kausalitas

= Hubungan Korelasional

 = Residu (variabel lain di luar variabel X yang berpengaruh) ke variabel akibat (endogenus) dinyatakan oleh besarnya nilai numerik dari variabel eksogenus.

1. Menghitung matriks korelasi antar variabel bebas

X11 X12 X13 X14 X15

R1 =

1 rX2X1 rX3X1 rX4X1 rX5X1

1 rX3X2 rX4X2 rX5X2

1 rX4X3 rX5X3

1 rX5X4

1

YX2

rX1.X2

rX2.X3

rX3.X4

rX4.X5

YX4

YX3

YX5

YX1

Y

Y

X2

X3

X4

X5 X1 rX1.X3

rX2.X4

rX3.X5

rX1.X4

rX2.X5


(49)

92

2. Identifikasi persamaan sub struktur hipotesis Menghitung matriks invers korelasi

X1 X2 X3 X4 X5

R1¯ ¹ =

C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C2.2 C2.3 C2.4 C2.5

C3.3 C3.4 C3.5

C4.4 C4.5

C5.5

3. Menghitung semua Koefisien Jalur melalui rumus X1 X2 X3 X4 X5

ρYX1

=

C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 rYX1

ρYX2 C2.2. C2.3 C2.4 C2.5 rYX2

ρYX3 C3.3 C3.4 C3.5 rYX3

ρYX4 C4.4 C4.5 rYX4

ρYX5 C5.5 rYX5

4. Hitung R²Y (X1,X2, X3, X4, X5) yaitu koefisien yang menyatakan determinasi total X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Y dengan menggunakan rumus:

5. Menguji pengaruh langsung maupun tidak langsung pada setiap variabel Pengaruh (X1) terhadap Y

Pengaruh langsung = ρYX1 . ρYX1

Pengaruh tidak langsung melalui (X2) = ρYX1 . rX1.X2 . ρYX2

Pengaruh tidak langsung melalui (X3) = ρYX1 . rX1.X3 . ρYX3

Pengaruh tidak langsung melalui (X4) = ρYX1 . rX1.X4 . ρYX4

Pengaruh tidak langsung melalui (X5) = ρYX1 . rX1.X5 . ρYX5 +

Pengaruh total (X1) terhadap Y = ...

R²Y (X1, ... X5) = [

YX1, ……(

YX5)

rYX1

……


(1)

Creation Experiences produk yang ada di Kabupaten Garut, maka akan semakin tinggi brand terhadap produk yang ada di Kabupaten Garut.

5. Co-Creation Experiences berpengaruh signifikan terhadap Keputusan

Berkunjung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Co-Creation Experiences Kabupaten Garut, maka akan semakin tinggi wisatawan yang berkunjung ke Garut.

6. Identitas Kabupaten Garut berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi, kreatif dan inovasi masyarakat Kabupaten Garut maka akan semakin tinggi Identitas Kabupaten Garut yang banyak dikenali oleh wisatawan nusantara.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal mengenai pengaruh implementasi Co-Creation Experiences terhadap Identitas Kabupaten Garut serta Implikasinya terhadap Keputusan Berkunjung wisatawan nusanatara Kabupaten Garut. Maka Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, khususnya Dinas Pariwisata, dan Kebudayaan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas UMKM dan BMT beserta pengusaha-pengusaha industri kreatif Kabupaten Garut perlu melakukan upaya sebagai berikut:

1. Saran berkaitan dengan Co-Creation Experiences, yang berfungsi menjadi daya tarik bagi pengunjung, melalui produk manufacture dan jasa namun masih ada beberapa penilaian wisatawan terhadap Co-Creation Experiences yang dinilai kurang yaitu variasi. Penilaian yang kurang dari


(2)

optimal. Sehingga terkadang variasi produk yang dirasakan wisatawan nusantara masih terasa kurang. Hal ini menjadi sebuah pelajaran baik produk manufacture ataupun produk jasa yang ada Kabupaten Garut, bahwa pada prinsipnya kualitas produk tidak dapat lepas dari inovasi baru yang kreatif.

2. Pelaksanaan Identitas Kabupaten Garut terbukti mampu mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Garut, namun ada beberapa unsur didalamnya yang harus diperbaiki.

Saran berkaitan dengan Identitas Kabupaten Garut. Memberikan pengetahuan seluas mungkin terhadap pengunjung wisatawan nusantara mengenai Product, Organization, Person dan Symbol Kabupaten Garut yang diimplementasikan melalui produk manufacture dan jasa yang mempunyai potensi di Kabupaten Garut. Komponen kampanye pemasaran tersebut secara berkelanjutan dipromosikan melalui brosur, pamflet, tour-guide book, billboard, dan media promosi lainnya. Selain itu, untuk melakukan image campaign, perlu sering mengadakan event dan sponsorship yang cukup besar dan inovatif untuk menarik perhatian berbagai pihak. Menyebarluaskan berbagai informasi mengenai produk manufacture dan jasa yang menjadi Identitas Kabupaten Garut melalui berbagai media promosi pun perlu dilakukan, sehingga mampu menjangkau pengetahuan pengunjung dan berpengaruh terhadap keputusan mereka untuk berkunjung ke Kabupaten Garut.


(3)

3. Upaya untuk meningkatkan keputusan berkunjung terbukti mampu mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Garut, namun ada beberapa unsur didalamnya yang harus diperbaiki, seperti alat transportasi yang tersedia untuk tujuan ke Kabupaten Garut. Artinya bahwa wisatawan merasa kesulitan untuk datang ke Kabupaten Garut karena alat transportasi yang tersedia kurang memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan nusantara.

4. Untuk meningkatkan Identitas Kabupaten Garut dan keputusan para wisatawan untuk mengunjungi Kabupaten Garut, perlu dikomunikasikan segala komponen Co-Creation Experiences, yang mencakup produk

manufacture dan jasa kabupaten Garut secara inovatif dan

berkesinambungan. Selain itu, perlu memperkuat koordinasi antar dinas/departemen, antar dinas dan pengusaha-pengusaha serta stakeholder partnerships. Bentuk kerjasama tersebut salah satunya adalah pelaku industri pariwisata dan industri kreatif sering mengikuti berbagai pameran untuk mempromosikan Kabupaten Garut.

5. Sebagai saran bagi para peneliti selanjutnya di Kabupaten Garut para peneliti dapat mengangkat beberapa kekurangan permasalahan mengenai Co-Creation Experiences Kabupaten Garut masih kurang. Salah satu gambaran solusi yang dilakukan mengenai vertikal antar wisatawan, yaitu masyarakat Kabupaten Garut lamban mengembangkan inovasi kreatif terhadap produk-produk yang sudah ada, dengan hubungan horizontal


(4)

DAFTAR PUSATAKA

Buku :

Arikunto, Suharsimi.(2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Bina Aksara.

Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. (2006). Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta:Andi.

David, Aaker. (2002). Brand Leadership. New York, The Free Press.

___________ dan Damien McLoughlin. (2010). Strategic Market Management Global Perspective. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.

Drewniany, Bonnie L dan Jerome Jewler. (2008). Creative Strategy In Advertising, Ninth Edition. Boston: Lyn Uhl.

Harun Al Rasyid. (1994). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Universitas Padjadjaran, Bandung

Hermawan Kartajaya,(2009). Hermawan Kartajaya On Brands: Seri 9 Elemen Marketing Mark Plus and Co, Bandung: Mizan Pustaka.

Hermawan, Asep (2006). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Hidayat, Taufik dan Nina Istiadah. (2011) Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 Untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Semarang ; Mediakita.

Ismayanti. (2009). Pengantar Pariwisata. Jakarta:Grasindo.

Kartajaya, Hermawan dan Yuswohady. (2005). Attracting Tourists Traders Investors Strategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Kartajaya, Hermawan, et.al, (2009). MarkPlus on Strategy: New Wave Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, Philip and Amstrong, Gary (2008). Principles of Marketing. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran (Edisi 13. Jilid 1). Jakarta:Erlangga.


(5)

Middleton, Victor TC dan Jackie R. Clarke. (2001). Third Edition. Marketing in Travel and Tourism. Oxford:Butterworth-Heinemann.

Prahalad, CK. & Ramaswamy, V. 2004. The Future of Competition: Co-Creating Unique Value with Customers. Massachusetts: Harvard Business School Press

Prahalad, CK., & Ramaswamy, V. 2004. Co-creation Experiences: The next Practice in Value Creation.

Reid, Robert D and David C Bojanic. (2006). Hospitality Marketing Management. Canada:John Wiley & Sons.

Simamora, Bilson. (2008). Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. _______.(2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. _______.(2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Susanto, AB dan Himawan Wijanarko. (2004). Power Branding Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta:Mizan.

Umar, Husein. (2008), Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama World Economic Forum UNWTO 2012 IMF, World Economic Outlook (April

2012) and author calculation *2010 *2011

Muljadi, A.J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta:Rajagrafindo Persada.

Jurnal

Prahalad, CK., & Ramaswamy, V. (2004). Co-creation Experiences: The next Practice in Value Creation.

Prahalad, CK. & Ramaswamy, V. (2004). The Future of Competition: Co-Creating Unique Value with Customers. Massachusetts: Harvard Business School Press


(6)

International Journal of Retail & Distribution Management – Volume 40 Number 1

Gustafsson, Anders., Kristensson, Per., Wittel, Pers. (2012). Customer co-creation in service. Innovation : a metter of communication. Journal of Service Management - Volume 23 Number 3

Binkhorst, Esther. The co-creation tourism experience

Cecilia, Stanciulescu Gabriela. City Image As Tourism Destination. Academy of Economic Studies, Faculty of Commerce, Department of Tourism-Services. p. 1218-1222.

Kotler, Philip and Amstrong, Gary (2008). Principles of Marketing. New Jersey: Prentice Hall.

__________________________(2011). Marketing an Introduction. Global Edition. Pearson Education.

Coates, Nick. 2009 Co-creation : New Pathways to value and overview.

Skripsi dan Tesis

Rismalati, Dini. 2005 Pengaruh sense dan feel pada experiental marketing terhadap brand identity serta implikasinya pada costumer brand relationship program acara reality show AFI.

Wulandari, Tresna. 2012 Analisis place branding untuk meningkatkan citra kabupaten purwakarta serta implikasinya terhadap keputusan mengunjungi destinasi pariwisata

Internet

http://www.garutkab.go.id TAP MPR No.IV/MPR/1999

majalah SWA 17 edisi khusus 9-26 Agustus 2012 Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan


Dokumen yang terkait

ANALISIS CO-CREATION EXPERIENCE TERHADAP KOTA KREATIF SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA SERTA DAMPAKNYA PADA REVISIT INTENTION : Survei pada wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kota Bandung.

2 9 26

PENGARUH MUSEUM EXPERIENCE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG Survei Pada Wisatawan Nusantara Yang Berkunjung Ke Museum Kereta Api Ambarawa.

0 3 64

PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP KAPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN WISATA ALAM KAWAH PAPANDAYAN :Survei Pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Papandayan Kabupaten Garut.

1 5 66

PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KABUPATEN BELITUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA KEPULAUAN : Survey pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Belitung.

0 2 58

PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KABUPATEN BELITUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA KEPULAUAN :Survey pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Belitung.

13 39 49

PENGARUH CO-CREATION EXPERIENCES TERHADAP IDENTITAS KABUPATEN GARUT SERTA DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN BERKUNJUNG : Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Garut.

11 26 26

PENGARUH VACATIONSCAPE TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KOTA BANDUNG: Survey terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kota Bandung.

3 18 120

PENGARUH EXPANDED MARKETING MIX TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG:Survei pada Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Museum Sonobudoyo Yogyakarta.

0 1 73

ANALISIS PLACE BRANDING UNTUK MENINGKATKAN CITRA KABUPATEN PURWAKARTA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN MENGUNJUNGI DESTINASI PARIWISATA: Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Purwakarta.

5 18 77

View of PENGARUH IDENTITAS KABUPATEN GARUT TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Garut)

0 0 18