IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN BERBAS. pdf

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh:

ABDUL MUDTHALIB DAUD

NIM. 11.2.3.015

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai. Dapat terlihat bahwa pendidikan memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa terkait dengan perannya sebagai wahana membentuk karakter bangsa. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan pengertian pendidikan yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1

Manusia membutuhkan pendidikan untuk kehidupannya, karena dengan adanya pendidikan manusia dapat mengembangakan potensi diri dan mengembangkan kepribadian melalui proses pembelajaran sehinggah dapat dikenal dan diakuai oleh masyarakat. Inti dari kegiatan pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Interaksi ini dapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Perbedaan yang mendasar antara ketiga model interaksi pendidikan tersebut terletak pada adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis yang akan disampaikan pada peserta didik.

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013),h.2.

Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan podoman dan pegangan tentang jenis lingkup, dan urutan

isi, serta proses pendidikan. 2 Dengan demikian, kurikulum memiliki kedudukan yang penting baik dalam pendidikan formal maupun non formal karena

memberikan arahan terjadi proses pendidikan. Kurikulum sebagai rancangan segala kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan tetap memiliki peran yang penting, setidaknya dalam mewarnai kepribadian seseorang. Begitu pula dengan pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa dilihat melalui sejauh mana komitmen masyarakat dalam suatu bangsa menjalankan pendidikan nasional. Pendidikan Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah.

Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana peserta didik dituntut untuk paham atas materi yang diajarkan oleh pendidik, aktif dalam proses berdikusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi.

Sampai saat ini Indonesia masih dihadapkan dengan sejumlah permasalahan, khususnya permasalahan yang berkaitan dengan moral. Sehingga

2 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),h.4.

sering mendengar dan melihat dari pemberitaan baik media elekronik televisi dan radio ataupun internet dan surat kabar, dimana terdapat kejadian yang semestinya akan mengusik para pendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme disemua lapisan jabatan, pembunuhan, penyalahgunaan narkoba, sampai pada perkelahian antar pelajar.

Generasi muda sekarang ini, ada indikasi kuat mengenai hilangnya nilai- nilai luhur yang melekat pada bangsa Indonesia, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan cukup menjadikan keprihatinan bersama. Harus ada usaha untuk menjadikan nilai-nilai itu kembali menjadi karakter yang membanggakan di

hadapan bangsa lain. 3 Seperti sabda Nabi Muhammad saw yang berbunyi.

Artinya : Dan hadis dari Malik, sesungguhnya ia menyampaikan bahwa sesungguhnya rasulullah saw. bersabda aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan

akhlak yang baik. 4

Salah satu upaya kearah itu adalah memperbaiki sistem pendidikan yang harus menitikberatkan pada pendidikan karakter. Pendidikan yang membangun nilai-nilai moral atau karakter dikalangan peserta didik harus selalu mendapatkan perhatian yang lebih baik.

3 Ja’far Amir, Tuntunan Akhlak (Yogyakarta: Kota Kembang, 1973),h.6.

4 Yahya bin Yahya bin Katsir Al Laitsy Al Andalusy, Al Muwatta, (Cet; I, Bairud : Dairul Fikri, 1989),h.605.

Dan tentu juga ada deretan panjang persoalan pendidikan lainya dari bangsa ini yang belum mencapai tujuan Pendidikan Nasional, menurut Undang- undang nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5

Dalam undang-undang tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan mendorong terwujudnya generasi penerus bangsa yang memiliki karakter yang religius, berakhlak mulia, cakap, mandiri, dan demokratis. Seiring dengan keadaan yang ada, lembaga pendidikan sebagai lembaga akademik dengan tugas utamanya menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu,pengetahuan, teknologi, dan seni. Dimana dalam hal ini tujuan penyelenggaraan pendidikan, sejatinya tidak hanya mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter.

Oleh sebab itu, berbagai program dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik , dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, op. cit,. h5.

Karena itu, “muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, and moral behavior”.

Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai- nilai kebaikan kepada siswa di lingkungan sekolah dengan meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai tersebut, baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME),

sesama manusia, lingkungan, maupun nusa dan bangsa. 6 Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah saw. 7

Artinya : Berbicara kepada kami Ahmad bin Hambal berbicara Yahya bin Sa’id, dari

Muhammad bin Umar, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah saw bersabda orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (budi pekerti) diantara mereka.

Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam membimbing anak yang beragama Islam, sehingga ajaran benar-benar diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap, tingkah laku maupun cara berfikirnya. Melalui pendidikan Islam terjadilah proses pengembangan aspek kepribadian anak, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Sehingga ajaran Islam diharapkan akan menjadi bagian

6 Ja’far Amir, op.cit., h.7.

7 Al Imam Hafidz Abi Daud Suleman bin Al Asy-asy Al Sajastany, Sunan Abu Daud, Jus III (Cet; I, Bairud: Darul Alkutub Al Ilmiah, 1997),h.225.

integral dari pribadi anak yang bersangkutan. Dalam arti segala aktifitas anak akan mencerminkan sikap islamiyah.

Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter. Upaya yang bisa dilakukan untuk pembinaan karakter peserta didik di sekolah di antaranya adalah dengan memaksimalkan fungsi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, sehingga dapat dijadikan basis untuk pembinaan karakter peserta didik tersebut. Pendidik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bersama-sama para pendidik yang lain dapat merancang berbagai aktivitas sehari-hari bagi peserta didik di sekolah yang diwarnai nilai-nilai ajaran beragama. Diharapkan peserta didik terbiasa untuk melakukan aktivitas-aktivitas positif yang pada akhirnya dapat membentuk karakternya.

Atas dasar tujuan pendidikan nasional maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pendidikan berbasis karakter melalui proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Manado adalah salah satu sekolah yang sudah menerpakan kurikulum 2013 khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama islam, dan dari kurikulum 2013 ini yang di implementasikan dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler mendapatkan hasil yang baik dalam pembentukan karakter peserta didik namun tetap memiliki hambatan-hambatan dalam implementasi tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, mendorong penulis untuk mengajukan skripsi dengan judul “Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis

Karakter pada Mata Pelajaran (PAI) di SMA Negeri 1 Manado”.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penelitian akan mengacu pada rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 1 Manado?

2. Apa Kesulitan/hambatan dalam Implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 1 Manado?

3. Bagaimana solusi dalam implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran PAI di SMA Negeri 1 Manado? Agar permasalahan yang dikaji dapat terarah untuk menghindari

penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Mengingat keterbatasan kemampuan penulis, masalah dititik beratkan pada implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMA N 1 Manado khusunya siswa kelas X.

C. Pengertian Judul

Untuk menghindari kesalapahaman dalam penafsiran judul yang dimaksud dalam Skripsi ini, maka terlebih dahulu akan diberikan beberapa batasan pengertian atau kata kunci secara operasional, sebagai berikut:

1. Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam satuan tindakan praktis sehinggah memberikan dampak, 1. Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam satuan tindakan praktis sehinggah memberikan dampak,

2. Kurikulum dalam bahasa arab, sering disebut dengan istilah al-manhaj , berarti jalan yang terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya”. Pengertian kurikulum jika dikaitkan dengan pendidikan

berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. 9

3. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.” 10 Kedewasaan yang dimaksud

adalah harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. 11

4. Pendidikan karakter menurut Lickona yang dikutip dalam buku Heri Gunawan adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Karakter erat

8 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007),h.211.

9 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta,2012),h.105.

10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet.II; Jakarta: Balai Pustaka,2002),h.263.

11 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),h.19.

kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. 12

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dipahami bahwa maksud judul skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran pendidikan agama islam dengan lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Manado.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Manado.

b. Untuk mengetahui kesulitan/hambatan dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Manado.

c. Untuk mengetahui solusi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Manado.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan secara teoritis Pada tataran teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat- manfaat sebagai berikut:

12 Heri Gunawan, op. cit,. h.23.

1) Memperluas pengetahuan dan wawasan tentang implementasi dalam kurikulum pendidikan berbasis karakter, baik dalam pelaksanaan, keunggulan, dan problem-problem pelaksanaannya.

2) Mampu memberikan informasi yang berkaitang dengan upaya-upaya yakni faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter terlebih khusus bagi pendidik dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam.

b. Aspek Praktis Pada tataran praktis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi:

1) Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan

pembenahan sehingga terciptannya suasana baru yang lebih kondusif.

2) Pendidik bidang studi Pendidikan Agama Islam, yakni mengetahui usaha-usaha dalam implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter.

3) IAIN Manado, sebagai bahan kajian keilmuan dan pengembangan kajian khususnya bidang kebijakan pendidikan.

4) Penulis dan pembaca, dapat mengetahui implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Ditinjau dari asal kata, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang mulanya digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata curere , yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai ke finish . Atas dasar tersebut pengertian kurikulum

diterapkan dalam bidang pendidikan. 13 Dalam bahasa Arab, kurikulum disebut dengan istilah al-manhaj , berarti

jalan yang terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya. 14 Maka dari pengertian tersebut, kurikulum jika dikaitkan dengan pendidikan yaitu jalan terang

yang dilalui oleh pendidik dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. 15

Pengertian kurikulum tertuang dalam pasal 1 ayat 19 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah “Seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

13 Subandija, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum ( Cet.II; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1996),h.1.

14 Heri Gunawan, Kurikulum Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Alfabeta,2012),h.1.

15 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta,2012),h.105.

pembelajaran tertent 16 u”. Pendapat Rusly Ahmad, kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang mempunyai arti dan terarah, untuk mencapai tujuan

tertentu dibawah pengawasan sekolah. 17 Kurikulum merupakan pedoman dasar dalam proses belajar dan mengajar didunia pendidikan. 18

Senad a dengan pendapat ahli di atas, “Kurikulum dianggap identik dengan coure of study (rencana pelajaran) yang terdiri dari segala kegiatan dan pengalaman belajar yang direncanakan dan diorganisir sekolah dalam rangka

me 19 ncapai tujuan yang diterapakan”. Kurikulum mempunyai makna yang cukup luas, mencangkup semua pengalaman yang dilakukan peserta didik, dirancang,

diarahkan, diberikan bimbingan, dan dipertanggungjawabkan oleh pihak sekolah. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas ( belajar tuntas ). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013),h.4.

17 Rusly Ahmad, Perencanaan dan desain kurikulum dalam pendidikan Jasmani (Jakarta : Dekdipbud, 1989),h.6.

18 Idi Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik (Yogyakarta: AR-ruzz, 2007),h.1.

19 Departemen Agama RI. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada SD (Jakarta: CV. Multiyasa & Co, 1986),h.8.

Dapat dikatakan bahwa kurikulum bukan sekedar mata pelajaran tetapi semua pengalaman yang dilakukan dan digunakan sebagai landasan atau pijakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh karena itu, pendidikan membutuhkan kurikulum yang dinamis, flesibel dan sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntunan kebutuhan masyarakat.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013 sampai sekarang. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik dalam kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 adalah adanya peningkatan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyimbangkan kemampuan soft skills

dan 20 hard skills yang berupa sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Sehingga dalam konteks ini, kurikulum 2013 lebih menanamkan nilai-

nilai yang tercermin pada sikap dan keterampilan yang diperoleh peserta didik

20 M Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/Mi, SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014),h.16-17.

melalui pengetahuan dibangku sekolah. Dengan kata lain, antara soft skills dan hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan, dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kurikulum 2013, harapanya peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, kepribadian, dan pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuhnya sehingga akan berpengaruh pada kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.

2. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013

Mengenai tujuan dan fungsi kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sementara tujuannya, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. 21 Mengenai tujuan kurikulum 2013, secara khusus dapat diuraikan sebagi

berikut : 22

21 Undang-undang Sisdiknas Nmor 20 tahun 2003, op. cit., h.5.

22 M Fadillah, op. cit., h.24.

1. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyimbangkan soft skills dan hard skills dengan melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

2. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara.

3. Meringankan pendidik dalam menyampaikan meteri dan menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam proses pembelajaran.

4. Meningkatkan peran pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat serta seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.

5. Meningkatkan persaingan yang sehat antara satuan pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik dan potensi daerah.

Tujuan-tujuan tersebut merupakan analisis yang didasarkan pada pengembangan kurikulum 2013 yang disosialisasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan melihat beberapa tujuan kurikulum 2013 diatas dapat dipahami bahwa secara umum tujuan tersebut hampir sama dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hanya saja pada kurikulum 2013 pemerintah telah menyiapkan buku teks pembelajaran, serta berusaha Tujuan-tujuan tersebut merupakan analisis yang didasarkan pada pengembangan kurikulum 2013 yang disosialisasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan melihat beberapa tujuan kurikulum 2013 diatas dapat dipahami bahwa secara umum tujuan tersebut hampir sama dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hanya saja pada kurikulum 2013 pemerintah telah menyiapkan buku teks pembelajaran, serta berusaha

Sehingga dapat dipahami bahwa tujuan dari kurikulum 2013 ialah membentuk peserta didik baik dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam membentuk sumber daya manusia yang kreatif, produktif dan inovatif, sehingga tercapainya fungsi kurikulum yaitu mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri peserta didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam membentuk watak yang bermartabat dalam mencerdakan kehidupan bangsa.

Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem dan sebagai bidang studi.

Konsep pertama, kurikulum sebagai substansi, suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk pada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang kebijakan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencangkup lingkup tertentu, suatu sekolah, kabupaten, propinsi ataupun seluruh Negara.

Konsep kedua , adalah kurikulum sebagai suatu sistem yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem

23 Ibid., M Fadillah, h.25-26.

pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunya suatu kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

Konsep ketiga , kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajaari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan

hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum. 24

3. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pengembangan Kurikulum 2013 ini sama seperti prinsip penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Sebagaimana telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, berikut.

1. Peningkatan Iman, Takwa dan Akhlak Mulia

24 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),h. 27.

Iman, takwa dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh.

2. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan Kemampuan peserta didik diperlukan, yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berfikir kritis, dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral pancasila agar menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup dengan masyarakat yang global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan peduli terhadap lingkungan. Kurikulum harus mampu menjawab tantangan ini sehingga perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan ini dalam proses pembelajaran.

3. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat Sesuai Dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik. Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan diri dari (efektif, kognitif, psikomotorik) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memrhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spiritual, dan kinestik peserta didik.

4. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan Derah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-masing derah memerlukan pendidikan 4. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan Derah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-masing derah memerlukan pendidikan

5. Tuntunan Pengembangan Daerah dan Nasional Dalam daerah otonomi dan disentralisasi, kurikulum adalah suatu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakatdengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

6. Tuntunan Dunia Kerja Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) sangat perperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus-menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) 7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) sangat perperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus-menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS)

dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

8. Agama Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, takwa serta akhlak mulia dan tetap memelihara dan kerukunan antar umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran ikut mendukung peningkatan, iman, takwa dan akhlak mulia.

9. Persatuan Nasional dan Nilai Kebangsaan Kurikulum diarahkan untuk mengembangkan karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan

nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI. 25 Para pengembang kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip

utama dalam pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan. Menurut Hamalik 26 paling tidak terdapat delapan prinsip sebagai berikut :

25 M Fadillah, op. cit., h.26-28.

26 Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta:Bumi Arkasa,1999),h.30-32.

a. Prinsip Berorientasi pada Tujuan Pengembangan kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan ( knowledge ), keterampilan (skill), sikap, dan nilai, yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan

pendidikan Nasional. 27

b. Prinsip Relevansi (kesesuaian) Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevan ke dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan pesrta didik untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Kurikulum juga harus memilki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian,dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.

Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, kebutuhan satuan pendidikan, tingkat perkembangan dan kebutuhan

27 Heri Gunawan, op. cit., h.43.

peserta didik, perkembangan intelektualnya, kebutuhan jasmani dan rohani, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Prinsip Efisiensi dan Efektivitas Perkembangan kurikulum harus pertimbangkan efesiensi dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia pada satuan pendidikan agar mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbatas harus digunakan sedemikian rupa dalam rangka mendukung pelaksanan pembelajaran. Waktu yang tersedia untuk peserta didik juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara efektif sesuai dengan mata pelajaran dan bahan pelajaran yang diperlukan.

Selain itu, tenaga kependidikan sangat terbatas baik dalam jumlah maupun mutunya, hendaknya digunakan secara efisien untuk mendukung dan melaksanakan proses pembelajaran, keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan dan sumber bacaan sehingga harus digunakan secara tepat guna oleh peserta didik dalam rangka pembelajaran demi meningkatkan efektifitas dan efisiensi peserta didik dalam belajar.

d. Prinsip Fleksibilitas Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel, kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan akan datang, di sini dan tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian d. Prinsip Fleksibilitas Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel, kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan akan datang, di sini dan tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian

Pengembangan kurikulum yang fleksibel akan memberikan kemudahan dalam menggunakan, diubah, dilengkapi, atau dikurangi berdasarkan tuntutan keadaan dan kemampuan satuan pendidikan. Kurikulum hendaknya menjaga fleksibilitas dalam pelaksanaannya, sehingga tidak menyebabkan kekakuan yang pada akhirnya tidak memiliki makna apa-apa, karena kurikulum demikian tidak bersifat operasional.

e. Prinsip Kontinuitas atau Berkesinambungan Perkembangan kurikulum hendaknya disusun secara berkesinambungan. Artinya bagian-bagian, aspek-aspek, materi atau bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, satu sama lain saling keterkaitan memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dan satuan pendidikan.

f. Prinsip Keseimbangan Pengembangan kurikulum juga selain memperhatikan kesinambungan juga memperhatikan keseimbangan (balance) secara proporsional dan fungsional antara bagian program, sub program, antara semua mata pelajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, humaniora, sosial dan keilmuan perilaku. Dengan adanya kesinambungan tersebut pada gilirannya

28 Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h.150-151.

diharapkan terjadi perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, satu sama lain saling memberikan sumbangannya terhadap perkembangan pribadi peserta didik.

g. Prinsip Keterpaduan Pengembangan kurikulum juga harus disusun dan dirancang serta dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan. Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik konsistensi antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik kalangan praktisi maupun akademis, sampai pada tingkat intersektoral. Dengan adanya keterpaduan ini diharapkan akan terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh. Disamping itu pula dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembelajarannya, baik dalam interaksi antar peserta didik dan pendidik maupun antar teori dan praktik.

h. Prinsip Mengedepankan Mutu. Pengembangan kurikulum juga harus berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu. Sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang

berkualitas. 29 Pendidikan yang bermutu sangat ditentukan oleh derajat mutu guru (tenaga pendidik), dalam proses pembelajaran, peralatan atau media yang lengkap

dan memadai untuk proses pembelajaran sehingga hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diharapkan.

29 Heri Gunawan, op. cit., h.45.

B. Pendidikan Berbasis Karakter

1. Pengertian Pendidikan Berbasis Karakter

Pendidikan adalah suatu proses terus menerus yang mengantarkan manusia muda kearah kedewasaan, yaitu dalam arti kemampuan untuk memperoleh pengetahuan ( knowledge acquisition ), mengembangkan kemampuan/keterampilan ( skills developments ), mengubah sikap serta kemampuan mengarahkan diri sendiri, baik di bidang pengetahuan, keterampilan serta dalam memaknai proses

pendewasaan itu sendiri dan kemampuan menilai. 30 Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan “Sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik yang baik dalam diri dan

dalam perilaku”. 31 Karakter seseorang tidak dapat diubah atau dihilangkan. Tetapi jika

melihat bahwa karakter bisa dibangun atau dibentuk, maka jelas karakter bisa diubah. 32 Dalam kamus Poerwadarminta yang dikutip dalam buku Abdul Majid,

karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan,

30 Agus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter Konsep,Pendekatan, dan Aplikasi (Bandung : Alfabeta,2014),h.4.

31 Kementrian Pendidikan Nasional, Desain Induk Pendidikan Karakter (Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan,2010),h.7.

32 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah (Yogyakarta: PT Pustaka Intan Madani,2010),h.6.

ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran. 33

Pendidikan karakter bukanlah hal yang baru bagi dunia pendidikan. Secara historis pendidikan karakter telah dikenal sejak 1988 yaitu dengan istilah budi pekerti. Pendidikan karakter menurut Lickona yang dikutip dalam buku Heri Gunawan adalah “Pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya”. Karakter erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. 34

Pendidikan karakter dimaknai dengan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi manusia insan kamil. 35 Sementara itu pendidikan karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang membantu peserta didik dalam

perkembangan etika, tanggung jawab melalui model dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal.

33 Abdul Majid, Pendidikan Karakter Persfektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offest,2011),h.11.

34 Heri Gunawan, op. cit., h.23.

35 Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung : Remaja Rosdakarya,2011),h.46.

Sedangkan Wibowo mendefinisikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan

mempraktikkan dalam kehidupannya baik keluarga, masyarakat, dan negara. 36 Berdasarkan pengertian diatas, pendidikan karakter adalah memberikan

pemahaman nilai karakter kepada peserta didik sehingga mereka dapat menerapkan dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Kemendiknas yang dikutip dalam buku Heri Gunawan bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang telah dikelompokkan menjadi lima yaitu:

a. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,

b. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan diri sendiri,

c. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan

d. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, serta

e. 37 Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan kebangsaan.

36 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),h.36.

37 Heri Gunawan, op. cit., h.32.

Tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan terletak dalam nilai-nilai karakter. Dan pembentukan nilai-nilai terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Nilai-nilai Karakter yang Dikembangkan di Sekolah

No Nilai Karakter yang Deskripsi Perilaku Dikembangkan

1 Nilai karakter dalam Berkaitan dengan nilaiini, pikiran, perkataan, dan hubungannya dengan

tindakan seseorang yang diupayakan selalu Tuhan Yang Maha

berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran Esa (Religius)

agamanya

2 Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri yang meliputi; Jujur

Merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

Bertanggung jawab Merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, tarhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan tuhan YME

Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan

Disiplin Merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan

Kerja keras Merupakan suatu yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya

Percaya diri Merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya

Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru memasarkannya, serta Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru memasarkannya, serta

Berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan kreatif dan inovatif

atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki

Mandiri Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahuilebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

Cinta ilmu Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan

3 Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama Sadar akan hak dan

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa kewajiban diri dan

yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang orang lain

lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta oaring lain

Patuh pada aturan- Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan aturan sosial

berkenaan dengan masyarakat, dan mengakui dan kepentingan umum

Menghargai karya dan Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya prestasi orang lain

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakuidan menghormati keberhasilan orang lain

Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kesemua orang

Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

4 Nilai karakter dalam Sikap dan tindakan yang selalu berupaya hubungannya dengan

mencegah kerusakan pada lingkungan alam lingkungan

disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki keruskan alam yang sudah terjadi dan selu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

5 Nilai kebangsaan Cara berfikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya

Nasionalis Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan bangsanya

Menghargai Sikap memberikan respek/hormat terhadap keberagaman

berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku dan agama

2. Tujuan pendidikan karakter

Pendidikan karakter mempunyai tujuan penanaman nilai dalam diri peserta didik dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Selain itu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar

kompetensi lulusan. 38 Tujuan yang paling mendasar dari Pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah

Muhammad saw, sang nabi terakhir dalam ajaran islam juga menegaskan bahwa misi umatnya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan

karakter yang baik. 39 Adapun tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu

proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan

38 Asmani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya,2011),h.42-43.

39 Abdul Majid, op. cit., h.30.

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari- hari. 40

Pendidikan karakter dalam muatan pelajaran pendidikan agama sangat diperlukan karena berperan penting dalam upaya menciptakan ilmuan-ilmuan dimasa yang akan datang sehingga ilmu yang didapat dikembangkan dalam kehidupan sosial melalui pembiasaan-pembiasaan.

3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter kemendiknas memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencangkup pemikiran, perasaan dan perilaku

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membengun karakter

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik

40 Mulyasa E, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Sinar Grafika Offest,2011),h.9.

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para perta didik

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan mendukung luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagi guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. 41

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah untuk menjadikan pijakan dalam penyenggaraan pendidikan karakter di sekolah.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.