KAJIAN RUTIN KITAB NASHAIH AL IBAD TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT RUNGKUT KIDUL SURABAYA.

(1)

 

KAJIAN RUTIN KITAB

NASHAIH AL-IBAD

TERHADAP

PENINGKATAN KUALITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT

RUNGKUT KIDUL SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD BAIHAQI

NIM.D01211020

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

 

ABSTRAK

MUHAMMAD BAIHAQI; 2016; Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad Terhadap Peningkatan Kualitas Keagamaan Masyarakat Rungkut Kidul Surabaya” Jurusan Pendidikan Islam Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Dosen Dr. H. Syamsuddin, M.Ag.

Pendidikan merupakan salah satu sector yang paling penting dalam pembangunan nasional dan menjadi andalan utama yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, dimana iman dan taqwa kepada Allah Swt menjadi sumber motivasi disegala bidang. Kajian rutin kitab nashaih al-ibad merupakan sarana meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt serta memperdalam pengetahuan atau ilmu tentang agama islam, sehingga mendapatkan pengetahuan yang bermanfaát untuk mengenal ciptaan dan kebesaran Allah, sehingga kemudian mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dengan menghiasinya dengan akhlak yang terpuji dan membersihkan diri dari akhlak yang tercela dalam bahasa kaum sufi dikenal dengan istilah tahliyah dan takhliyah. Skripsi ini dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah “ Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad Terhadap Peningkatan Kualitas Keagamaan Masyarakat Rungkut Kidul Surabaya.”

Penelitian yang dilakukan peneliti kali ini menggunakan pendekatan fenomenologis. fenomenologi memiliki dua makna, sebagai filsafat sains dan sebagai metode penelitian. Sedangkan jenis penelitian yang diteliti kali ini merupakan penelitian kualitatif interaktif, yaitu studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna daripadanya. Jenis strategi penelitian yang digunakan peneliti sepanjang penelitiannya adalah strategi studi lapangan kualitatif. Yaitu metode spesifik yang diterapkan peneliti seperti pengumpulan data dalam bentuk kualitatif melalui observasi partisipan secara mendalam di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah seluruh jama’ah putra dan putri yang berjumlah 50 orang. Sedangkan objek penelitian atau latar penelitian terletak di mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya. Teknik pengumpulan datanya menggunakan angket (Questioennaire) yang telah ditry-outkan untuk diuji validitas dan reliabilitas, serta menggunakan wawancara kualitatif terstruktur. Sedangkan teknis analisis data yang digunakan adalah teknik analisis taksonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara aktualisasi kajian rutin kitab nashaih al-ibad terhadap peningkatan kualitas keagamaan jama’ah di mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya.


(7)

 

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... ixi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Operasional ... 9


(8)

 

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad ... 12

1. Pengertian Kajian rutin ... 12

2. Pengertian Kitab Nashaih Al-Ibad ... 16

B. Isi Kitab Nashaih Al-Ibad ... 18

1. Pengertian Akhlak dan Ilmu Akhlak ... 18

2. Tujuan Mempelajari Ilmu Akhlak ... 22

3. Urgensi Akhlak Dalam Islam ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 27

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

1. Subjek Penelitian ... 29

2. Objek Penelitian ... 29

C. Tahap-Tahap Penelitian ... 30

1. Tahap Pra Lapangan ... 32

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 33

3. Memasuki Lokasi Penelitian ... 33

4. Berpartisipasi Sambil Mengumpulkan Data ... 34

D. Sumber dan Jenis Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37


(9)

 

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad ... 47 1. Pelaksanaan Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad di Mushalla

Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya ... 4 7 2. Tujuan Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad ... 4 9 3. Data Kitab Nashaih Al-Ibad ... 5 0 B. Peningkatan Kualitas Keagamaan ... 71 C. Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad Terhadap Peningkatan Kualitas

Keagamaan Masyarakat Rungkut Kidul Surabaya ... 78 D. Temuan Hasil Penelitian ... 82

BAB V PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 84

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 9 1 B. Saran-Saran ... 9 3 C. Penutup ... 9 4 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

 

DAFTAR TABEL

Halaman No 01 Angket (Questionnaire) ... 86


(11)

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Komponen dalam analisis data ... 44 Gambar 2. Analisis Taksonomi Penelitian Kualitatif ... 46


(12)

 

   

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama merupakan bagian integral dari system pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Selain jalur pendidikan formal, dalam jalur pendidikan non formal pun pendidikan agama diakui eksistensinya, seperti dalam UU No. 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan ini diakui dan dapat dilaksanakan pada jalur pendidikan non formal (pesantren, madrasah diniyah) dan dalam jalur pendidikan in-formal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Bab I pasal 1 ayat 11-13).1

Dapat dikatakan pula bahwa, pendidikan merupakan salah satu sector yang paling penting dalam pembangunan nasional dan menjadi andalan utama yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup


(13)

 

masyarakat Indonesia, dimana iman dan taqwa kepada Allah Swt menjadi sumber motivasi disegala bidang.2

Salah satu tanggung jawab yang diemban oleh para guru dalam pendidikan adalah mendidik dengan akhlak yang mulia yang jauh dari kejahatan dan kehinaan. Umat pun memerlukan pendalaman dan nilai-nilai norma dan akhlak ke dalam jiwa mereka. Di samping pendalaman akhlak juga umat memerlukan ketentraman jiwa, selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT,

Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang pendidik hampir sama dengan tugas seorang Rasul.3 Tugas guru secara umum adalah sebagai “warasat

al-anbiya”,yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi.4

Selain itu tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini Abd al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik sebagai berikut : Pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi

2 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3 h. 4 3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), Cet. Ke-9 h. 63.  4 Ibid,. h. 63


(14)

 

sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran yakni meng-internalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia5

Sedangkan secara khusus sebagai berikut : Pertama, sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan. Kedua, sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Ketiga sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang yang dilakukan itu6

Usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah melalui kementerian agama dalam rangka meningkatkan kualitas keagamaan antara lain melalui penerbitan kitab suci dan digitalisasi naskah, bantuan kegiatan keagamaan, peningkatan kualitas bimbingan, dan konsultasi keagamaan, penyelenggaraan peringatan hari-hari besar keagamaan, penyelenggaraan berbagai lomba keagamaan, seperti MTQ (Musabaqah Tilawatil Qurán), penjelasan secara mendalam (tahqiq) buku-buku keagamaan, pentashihan

5Abdurrahman An-Nahlawi. Lingkungan Pendidikan Islam, Rumah, Sekolah dan

Masyarakat. (Bairut : Dar al-Fikr al-Ma’asyir, 1983), cet Ke-2, h. 41.  


(15)

 

Mushaf Al-Qur’an, pemanfaatan media massa, cetak, dan elektronik sebagai wahana pembinaan umat, pengembangan sistem informasi keagamaan; peningkatan pembinaan keluarga sejahtera, serta bantuan rehabilitasi dan pembangunan untuk 4.487 unit rumah ibadah (masjid).

Sedangkan usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas keagamaan di Rungkut Kidul Surabaya yang bertempat di mushalla baiturrahman antara lain mengadakan hadrah al-banjari, istighasah, peringatan isra’mi’raj, peringatan maulid nabi, Tadarrus Al-Qur’an, dan kajian rutin kitab nashaih al-ibad .7

Kajian rutin merupakan sarana memperdalam pengetahuan atau ilmu tentang agama islam, sehingga mendapatkan pengetahuan yang bermanfaát untuk mengenal ciptaan dan kebesaran Allah, sehingga kemudian mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dengan menghiasinya dengan akhlak yang terpuji dan membersihkan diri dari akhlak yang tercela dalam bahasa kaum sufi dikenal dengan istilah tahliyah dan takhliyah.

Mengenai pentingnya menuntut ilmu Allah SWT telah berfirman dalam kitab suci Al-Qur’an surat Al-Mujadilah QS: 58: 11

7 Choirul Anam, Pengurus Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya, wawancara


(16)

 

...

ِﺬﱠاﺴو

ْ ُ ِْ

اﻮُﺴآ

ﺴ ِﺬﱠا

ُﱠﻪا

ِﺴْﺮﺴـ

تﺎﺴﺟﺴرﺴد

ﺴِْْا

اﻮُوُأ

ﺴ ْﺴـ

ﺎﺴِﲟ

ُﱠﻪاﺴو

ﺴنﻮُ

ﺲﲑِﺒﺴﺧ

Artinya : "Niscaya Allah akan menaikkan derajat orang yang beriman, dan yang diberi pengetahuan diantara kamu. Dan Allah Maha tahu terhadap apa yang kamu lakukan .” (Al-Mujadilah:11)

Hadith-hadith terdahulu dan semisalnya menjelaskan bahwa Pentingnya menuntut ilmu pengetahuan. Sabda Nabi SAW:

لﺎﻗ

ر

أ

و

ﻰ ﺻ

ﱯ ا

:

"

ا

ﺔ ﺮ

،

ﺊﺷ

ﺮ ﻐ

، ا

ﺐ ﺎﻃ

نإو

نﺎ ﳊا

ﺮ ﺒ ا

"

Artinya : Dari Anas ra. Rasullah SAW bersabda : menuntut Ilmu itu sangat fardhu bagi setiap muslim. Orang yang menuntut ilmu itu dimohonkan ampunan baginya oleh semua makhluk hingga ikan-ikan yang ada di laut”8

Kemudian terlepas dari hukum wajib menuntut ‘ilmu, peneliti tidak akan membahas tersebut akan tetapi penulis mencoba meneliti kajian rutin dengan peningkatan kualitas keagamaan.

Semenjak zaman Nabi hingga sekarang, berlangsunglah ketika itu difusi antar masyarakat. Jadi yang mula-mula islam itu adalah pribadi – pribadi. Setelah cukup banyak pribadi islam di suatu tempat, masjid didirikan, berpangkal dari masjid inilah pribadi-pribadi islam itu dibina


(17)

 

menjadi masyarakat islam9. Masyarakat yang dimaksud peneliti disini

adalah masyarakat islam pada umumnya dan khususnya yang ada di kelurahan Rungkut kidul Surabaya. Tepatnya jamaáh kajian rutin kitab nashaih al-ibad di mushalla baiturrahman dalam kaitannya terhadap kajian rutin kitab nashaih al-ibad, sebagai wujud dari percontohan perbuatan atau tindakan nabi dalam pembentukan masyarakat yang dimulai sejak didirikannya masjid pertama yakni masjid Quba di Yatsrib. Di masjid tersebut Nabi bersama-sama dengan kaum muhajirin dan anshar menjadikan masjid sebagai lembaga pusat kajian ilmu dan Nabi pun ditanya tentang ajaran islam di masjid.

Dalam penelitian kali ini peneliti melakukan penelitian yang bertempat di Musholla Baiturrahman dimana kajian rutin seriap hari Jumát malam ba’da maghrib dilaksanakan di tempat tersebut. Kegiatan tersebut merupakan usaha untuk meningkatkatkan kualitas keagamaan jama’ahnya yaitu masyarakat Rungkut kidul Surabaya.

Berpijak dari uraian yang tertera diatas timbul keinginan penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai persoalan tersebut dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul “ Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad Terhadap Peningkatan Kualitas Keagamaan Masyarakat Rungkut Kidul Surabaya”.

9 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, (Jakarta : PT


(18)

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas untuk dapat memfokuskan pembahasan kiranya perlu di ambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan kajian rutin kitab nashaih al-ibad di Rungkut Kidul Surabaya?

2. Bagaimana kualitas keagamaan masyarakat Rungkut Kidul Surabaya sebelum dan sesudah kajian rutin kitab nashaih al-ibad di terapkan?

3. Adakah peningkatan kualitas keagamaan masyarakat Rungkut Kidul Surabaya setelah mengikuti kajian rutin kitab nashaih al-ibad?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan kajian rutin kitab nashaih al-ibad di Rungkut Kidul Surabaya.

2. Mengetahui kualitas keagamaan masyarakat Rungkut Kidul Surabaya sebelum dan sesudah kajian rutin kitab nashaih al-ibad diterapkan.


(19)

 

3. Mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas keagamaan masyarakat Rungkut Kidul Surabaya setelah mengikuti kajian rutin kitab nashaih al-ibad.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Memperoleh informasi obyektif secara konkret tentang kondisi Kegiatan mengenai pelaksanaan kajian rutin kitab nashaih al-ibad terhadap peningkatan kualitas keagamaan .

2. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam menambah wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat di jadikan sebagai latihan dan pengalamaan teknik-teknik yang baik khususnya dalam membuat karya tulis ilmiah, juga sebagai kontribusi nyata bagi dunia pendidikan.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini pada dasarnya bukan penelitian yang benar-benar baru. Sebelum ini banyak yang telah mengkaji objek penelitian tentang kajian dan kualitas keagamaan. Oleh karena itu, penulisan dan penekanan skripsi ini harus berbeda dengan skripsi yang telah dibuat sebelumnya.

Adapun penelitian terdahulu (prior research) adalah sebagai berikut:


(20)

 

“ Studi Tentang Partisipasi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Keagamaan Masyarakat Di Dusun Bunton Desa Turirejo Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”.

“ Pengaruh Pengajian Kitab Al-Hikam Terhadap Penguatan Kecerdasan Spiritual Pada Jama’ah Hikam di Masjid Bumi Damai Al-Muhibbin Tambakberas Jombang”.

“ Upaya Pesantren Dalam Meningkatkan Kualitas Keagamaan Masyarakat : Studi Kasus Di Pesantren Al-Jihad Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Surabaya”. ..

F. Definisi Operasional

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka perlu kiranya peneliti menjelaskan pengertian yang terkandung dalam judul, yaitu:

1. Kajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran terutama dalam hal keagamaan.10 Dan menurut Kamus Ilmiah Populer,

kajian bermakna telaah, mempelajari dan analisa.11 Sedangkan

rutin bermakna sehari-hari atau kebiasaan.12 Maka kajian rutin

dapat diartikan telaah dalam hal keagamaan yang dilakukan dalam waktu kebiasaan tertentu.

10 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Abditama, 2001),

h. 215

11 Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola,

2001), h. 301


(21)

 

2. Kitab Nashaih al-Ibad adalah kitab syarah al-Munabbiĥâtu ‘ala al-Isti’dâd li yaum al-Ma’âd karangan Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Kitab Ini diajarkan di hampir setiap madrasah dan pondok pesantren di seluruh Indonesia. Di dalamnya memuat ratusan nasehat-nasehat yang sangat dalam dan menyentuh ke akar kehidupan. Sehingga kitab ini diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi manusia dalam beretika , bergaul dan berhubungan baik dengan Allah dan sesama makhluk. Kitab ini memusatkan pembahasannya kepada adab-adab berperilaku. Dan seringkali dijadikan sebagai karya pengantar mengenai akhlak bagi para santri yang lebih muda.13

3. Kualitas Keagamaan Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menaikkan tingkat kesadaran beragama sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan dan sebuah aturan tertentu14

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

Pendahuluan berada pada bab satu yang memuat: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

13 Martin Van Bruinnessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, Tradisi –Tradisi

Islam Di Indonesia, (Bandung : Mizan, 1999), Cet ke-3 h. 59.


(22)

 

Kajian Pustaka berada pada bab dua yang memuat tentang : pengertian kajian rutin, pengertian kitab nashaih al-ibad, dan isi kitab nashaih al-ibad.

Metode penilitian berada pada bab tiga yang memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Pada bab. empat paparan data dan temuan penelitian. pertama tinjauan tentang kajian rutin kitab nashaih al-ibad di Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya, yang meliputi pelaksanaan kajian rutin kitab nashaih al-ibad di Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya. Kemudian tujuan kajian rutin kitab nashaih al-ibad di Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya, dan terakhir meliputi data-data Kitab nashaih al-ibad Kedua: tinjauan tentang peningkatan kualitas keagamaan, Ketiga: Kajian rutin kitab nashaih al-ibad terhadap peningkatan kualitas keagamaan masyarakat Rungkut Kidul Surabaya.

Pembahasan hasil penelitian berada pada bab lima yang memuat tentang sejumlah analisis terkait.

Penutup berada pada bab enam yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.  


(23)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad

1. Pengertian Kajian Rutin

Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, kajian berasal berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran terutama dalam hal keagamaan.13 Dan

menurut Kamus Ilmiah Populer, kajian bermakna telaah, mempelajari dan analisa.14 Sedangkan rutin bermakna sehari-hari atau kebiasaan.15 Maka kajian

rutin dapat diartikan telaah dalam hal keagamaan yang dilakukan dalam waktu kebiasaan tertentu.

Jika dirunut ke belakang, dalam sejarahnya yang panjang, kajian Islam (Islamic Studies) di indonesia sebenarnya bukanlah tumbuh dan

berkembang dari realitas historis yang kosong; ia hadir secara kronologis dalam konteks ruang dan waktu yang jelas, sebagai respon sejarah atas sejumlah persoalan keagamaan yang dialami umat Islam di negeri ini. Secara substantif, kajian Islam sebenarnya sudah dimulai semenjak agama ini datang ke Indonesia pada abad ke 13 dan mencapai momentum spiritualnya pada abad ke 17. Kajian keislaman di masa-masa ini diwarnai oleh proses

13 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Abditama, 2001),

h. 215

14 Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola,

2001), h. 301


(24)

13

transformasi nilai keagamaan secara besar-besaran yang dilakukan oleh para pemimpin sufi dan ‘ulama’, terutama di lembaga-lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren.16 Proses transformasi keislaman ini berlangsung

hingga Indonesia memproklamasikan hari kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, saat mana bangsa Indonesia dituntut untuk mulai memikirkan dan membenahi proses pelembagaan di segala sektor kehidupan bangsa, tidak terkecuali sektor kehidupan keagamaan sebagai elemen penting, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat religius.

Proses transformasi keislaman pada masa-masa ini tidak bisa dilepaskan dari peran para ‘ulama dan tokoh-tokoh pemimpin gerakan sufi karena diakui terdapat keterkaitan historis yang sangat ekstensif antara umat Islam di Indonesia dengan para ‘ulama di Jazirah Arab seperti Makkah dan Madinah, belakangan Kairo.17 Hubungan keagamaan yang sudah sedemikian

established diantara kedua komunitas Muslim ini pada gilirannya

menciptakan sebuah iklim intellectual exchanges yang relatif dinamis dan

dialektis antar mereka. Daratan Jazirah Arab selanjutnya dikenal sebagai oase subur yang memproduksi karya-karya intelektual keislaman yang dikomsumsi oleh masyarakat Muslim Indonesia. Proses transmisi epistemologis ini berlangsung melalui beragam cara, baik langsung maupun tidak langsung, mulai dari diseminasi hasil karya-karya intelektual ‘ulama Timur Tengah di

16 Syamsun Niám, “Menimbang Kembali Pendekatan Kajian Keislaman di Perguruan

Tinggi Agama Islam”, Al-Tahrir, XI, 2 (November, 2011), h. 357


(25)

14

banyak lembaga pesantren maupun pengiriman generasi muda Islam yang ingin memperdalam ilmu agamanya ke negara-negara di wilayah ini.18

Sekalipun Indonesia memiliki kedekatan hubungan intelektual dengan tradisi keagamaan di Arab, terutama Makkah dan Madinah, itu tidak berarti bahwa Islam Indonesia bisa dikatakan sebagai sekadar replika Islam Arab. Proses transmisi keislaman dari tradisi intelektual Arab ke tradisi intelektual Indonesia berlangsung dalam pola yang sangat dinamis, unik, dan kompleks, disesuaikan dengan kosmologi keagamaan domestik, sehingga wajah islam yang berkembang di Indonesia dalam banyak hal bisa berbeda dari wajah Islam “asli” Timur Tengah. Sekalipun demikian, Islam Indonesia tidak serta merta dianggap sebagai Islam pinggiran (peripheral Islam) seperti

yang diklaim oleh Geertz.19 Pencitraan terhadap Islam Indonesia yang

reduktif dan distortif ini bahkan telah dimentahkan oleh Woodward,20

Ricklefs, dan Hefner yang tetap memandang Islam di negeri ini sebagai varian keagamaan yang tidak tercerabut dari akar-akar sebagaimana yang diucapkan Fazlur Rahman dengan istilah “Islam normatif”.21 Persoalan wajah

Islam Indonesia yang berbeda dari wajah Islam Timur Tengah dikatakan mereka hanya pada dataran kultural historis semata akibat proses adaptasi,

18 Syamsun Ni’am, “Menimbang Kembali Pendekatan Kajian Keislaman di Perguruan

Tinggi Agama Islam”, Al-Tahrir, XI, 2 (November, 2011), h. 358

19Ibid., 358

20 Mark R. Woodward, Islam in Java, Normative Piety and Mysticism In The Sultanate of

Yogyakarta, (Tucson: The University of Arizona Press, 1989).


(26)

15

asimilasi, dan akulturasi dalam jangka waktu yang relatif panjang, bukan pada dataran substantif doktrinalnya.

Sebagai bukti bahwa proses transmisi keislaman di Indonesia berlangsung secara unik dan kompleks bisa dijustifikasi melalui proses belajar mengajar yang berlangsung di lembaga pesantren yang mengambil bentuk dan modus operandi cukup unik.22 Di daratan Arab sendiri tidak

ditemui padanan istilah pesantren yang secara terminologis berarti tempat berlangsungnya proses belajar mengajar antara kiai dan santri di sebuah asrama bersama antara mereka. Istilah santri sendiri bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan berasal dari bahasa Jawa kuno (Pallawa), cantrik, yang

berarti murid atau siswa yang sedang menuntut ilmu-ilmu kerohanian. Pengadopsian khasanah budaya domestik ini menjadi legitimasi betapa Islam Indonesia sarat dengan muatan-muatan material non Islam yang tidak bisa dijumpai di negara asalnya, yaitu Arab. Keunikan di tingkat budaya ini menjadi penguat proses pelembagaan kajian keislaman di wilayah non –Arab seperti Indonesia.

Keunikan lain yang bisa dijumpai dari fenomena pesantren adalah digunakannya bahasa “Arab pegon” (Arab Jawi), yakni gabungan antara

bahasa jawa yang ditulis dengan karakter huruf Arab sebagai sarana memahami sejumlah teks-teks kitab kuning yang berbahasa Arab. Bahkan bahasa Arab pegon ini tidak saja digunakan di lembaga-lembaga pesantren di


(27)

16

Indonesia, tetapi juga digunakan di dunia Melayu (kini Malaysia, Pattani, dan Brunei Darussalam).23

Proses pelembagaan kajian Islam dalam pesantren terus berlangsung seiring dengan terjadinya proses transformasi dan modernisasi lembaga tradisional ini.24 Proses transformasi dan modernisasi ini terjadi ketika

kolonial Belanda memperkenalkan sistem pendidikan sekolah kepada masyarakat pribumi yang dampaknya dirasakan oleh pesantren melalui penyelenggaraan sistem pembelajaran kelas (classical). Sebagai akibat dari

penyelenggaraan pembelajaran model ini, maka berdirilah sekolah-sekolah (madrasah) di lingkungan pesantren yang hanya mengajarkan materi pendidikan agama klasik yang meliputi fiqh, tasawuf, etika Islam (akhlak),

dan lain sebagainya.

2. Pengertian kitab Nashaih Al-ibad

Kitab Nashaih Al-Ibad merupakan salah satu karya dari Nawawi

Banten. Kitab Ini merupakan Syarah atas karya Ibn Hajar Al-Asqalani, yaitu

Munabbihatu ‘Ala al- isti’dadi li yaumi al- ma’ad. Kitab ini memusatkan

pembahasannya kepada adab-adab berperilaku. Dan seringkali dijadikan sebagai karya pengantar mengenai akhlak bagi para santri yang lebih muda.25

23 Anthony Reid (ed), The Making of an Islamic Political Discourse in Southeast Asia,

(Centre of Southeast Asian Studies : Monash University, 1993), h. 4

24 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, (Yogyakarta : LkiS, 2001), h. 48. 25 Martin Van Bruinnessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, Tradisi –Tradisi Islam


(28)

17

Kitab Nashaih Al- Ibad juga merupakan kitab yang dikaji di banyak

pesantren di berbagai wilayah di Indonesia. Nashaih Al- Ibad berarti nasihat-nasihat bagi para hamba, adalah kitab karya Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar jawi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Nawawi Al-Bantani Rahimahullah (ra). Kitab ini berisikan ucapan Nabi Muhammad sollallahu ’alaihi wasallam dan ucapan para sahabat radliallahu ’anhum, dan ucapan para ’ulama dan sholihin.

Dalam mukadimahnya, syekh Nawawi ra menyebutkan bahwa kitab

Nashaih al-Ibad ini adalah sebuah kitab syarah (penjelas) yang disiapkan

beliau untuk menjelaskan sebuah kitab yang berisi berbagai nashihat, yaitu kitab Munabbihatu ‘Ala al- isti’dadi li yaumi al- ma’ad, karangan

Al’Allamah Al-Hafidz Syekh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad As-Syafi’i, seorang ulama yang termasyhur dengan gelar Ibn Hajar Al-Asqalani, kemudian Al-Mishri.

Kitab Nashaih Al-Ibad ini sangat populer dikalangan seluruh penjuru

Islam, baik di Timur Tengah, Asia dan Afrika. Di Indonesia sendiri kitab ini merupakan buku rujukan di kalangan madrasah diniah dan pesantren, yang disusun oleh Syeikh Imam Nawawi Banten (1813-1897), seorang ulama besar dari Banten yang pernah menjadi Imam Besar Masjidil Haram. Karya-karyanya banyak yang menjadi rujukan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Tak heran jika beliau mendapat Julukan sebagai “Bapak Kitab Kuning Indonesia”.


(29)

18

Sedangkan isi dari kitab nashaih al-ibad akan penulis cantumkan

dalam uraian selanjutnya.

B. Isi Kitab Nashaih Al-Ibad

Pada dasarnya isi kitab nashaih al-ibad adalah berisikan tentang

tutur kata-tutur kata yang baik yang berkenaan dengan akhlak yang mulia yang bersumberkan dari ucapan Nabi Muhammad SAW, kemudian juga berisikan ucapan para sahabat Nabi dan ucapan para ulama’ terkait dengan keutamaan -keutamaan berakhlak al-kariimah.

Karena isi kitab nashaih al-ibad berkaitan dengan akhlak maka

peneliti akan mentashawurkan tentang pengertian dari akhlak dan ilmu akhlak

terlebih dahulu dengan tujuan memudahkan dalam memahami substansi dan kandungan dari kitab nashaih al-ibad.

1. Pengertian akhlak dan ilmu akhlak

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa arab ( ﻼﺧﺍ) yang

merupakan bentuk jamak dari kata ﻠﺧ (khuluq) yang artinya : tabiat, budi

pekerti, kebiasaan, atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, agama, dan kemarahan (al-ghadab).26 Sementara itu, kalangan mufassir berpendapat

bahwa didalam al-Qur’an kata akhlak dalam bentuk jama’ tidak dijumpai.

Sebaliknya, yang ada hanyalah kata ﻠﺧ. Kata tersebut tercantum di dalam

surah al-Qalam yang isinya merupakan pujian kepada Nabi Muhammad saw. Yang berakhlak sangat mulia, yaitu sebagai berikut :


(30)

19

و

Artinya : Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.27

Adapun makna akhlak secara terminologis, maka para ulama memberikan definisi-definisi beragam sebagaimana dibawah ini:

Imam Al-ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:28

ﺔﺌ

ةرﺎ

ﺨ ﺒ

ﺮ و

ﺔﻮﻬ

لﺎ ﻷﺒ

رﺪ

ﺎﻬ

ﺔ ﺒر

ﺟﺎﺣ

ﺔؤرو

ﱃﺒ

Artinya : “Akhlak adalah sifat yang tertananm dalam jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan

Sementara itu, menurut Ahmad Amin, sosok pakar akhlak modern, menyatakan sebagai berikut :

ﺒذﺐ

ةدﺒرﻷﺒ

نأ

ةدﺒرﻷﺒ

ةدﺎ

ﻬﻀ

ﺧﺮ

ﺎﺌ ﺷ

ﺎ ﺒ

ةﺎ ﺒ

ﺎ دﺎ

Artinya : “Sebagian ulama mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan, maksudnya, apabila kehendak itu sudah menjadi suatu kebiasaan maka itulah yang dinamakan akhlak

Secara tekstual, definisi diatas tampak berbeda, akan tetapi memiliki esensi makna yang tunggal dan sama. Kedua ulama diatas sependapat bahwa akhlak adalah tindakan yang dilakukan manusia tanpa melalui pertimbangan

27 QS. Al-Qalam [68]:4

28  Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Mesir: Isa


(31)

20

tertentu sebelumnya, dan muncul menjadi suatu kebiasaan. Hal itu terjadi karena cenderung dilakukan berulang-ulang dan mandiri tanpa ada paksaan dari faktor luar diri manusia sebagai makhluk individual yang bebas (memiliki free will dan free act.). Perbuatan yang menjelma menjadi perilaku kebiasaan mencerminkan karakter pribadi manusia. Perilaku manusia merupakan nilai kuaalitas manusia yang melekat dalam diri pribadinya sebagai akibat pembiasaan-pembiasaan dan terimplementasikan pada bentuk perilaku secara spontanitas, baik berupa perilaku terpuji maupun perilaku tercela.

Jika dikaitkan pada konteks kehidupan sosial, maka terdapat manusia yang berakhlak baik dan terdapat pula yang berakhlak buruk, bergantung pada baik dan buruknya perbuatan yang dilkukan oleh mereka. Berakhlak baik merupakan bekal mendasar yang harus dimiliki setiap individu terkait dengan relasi sosial yang dibangunnya dalam sebuah masyarakat. Tanpa bekal perilaku baik dari individu-individu, suatu masyarakat akan mengalami disharmoni ataupun anomali-anomali yang akan dijumpai dalam realita kehidupan komunitasnya, atau yang disebut sebagai “patologi sosial”.29

Pengertian akhlak lebih tepat difokuskan pada substansinya bahwa akhlak adalah sifat yang telah terpatri dan melekat dalam jiwa seorang

29 Hamzah Tualeka, et.al, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011),


(32)

21

manusia untuk melakukan perbuatan secara spontan dan mudah, tanpa dipaksa atau dibuat-buat. Sementara, pengertian ilmu akhlak adalah lebih mengacu pada seputar teori-teori yang berkaitan dengan pengetahuan tentang baik atau buruknya suatu perbuatan dan perilaku manusia. Ilmu akhlak merupakan seperangkat pengetahuan yang mempunyai metode tertentu untuk mempelajari perilaku, tabiat atau perangai manusia, dengan tujuan untuk menciptakan manusia agar menjadi individu-individu yang memiliki budi pekerti baik dan luhur. Membangun masyarakat yang baik harus dimulai dari bagaimana memperbaiki perilaku-perilaku individu secara maksimal dan komperhensif. Untuk mewujudkan suatu bangsa yang besar dan berbudi luhur pun harus dimulai dari pembentukan individu dalam konteks sosial masyarakat yang memiliki komitment tinggi untuk berperilaku baik. Dalam upaya ini, maka segala daya dan upaya senantiasa dikerahkan untuk menciptakan manusia-manusia yang memiliki akhlak mulia atau perilaku baik menuju terwujudnya suatu masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik dan mulia pula.

Persoalan akhlak yang dihadapi bangsa dewasa ini bukan persoalan individual, tetapi merupakan persoalan umat, sehingga yang layak bertanggung jawab adalah institusi keluarga, karena merupakan bagian dari struktur masyarakat terkecil, bangsa, dan negara secara luas. Dalam konteks ini, maka negara menyediakan alokasi anggaran yang besar untuk memperbaiki perilaku dan perbuatan manusia, melalui peningkatan mutu


(33)

22

pendidikan nasional. Karena pendidikan merupakan salah satu media yang efektif untuk memberi pencerahan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan baik-buruk perbuatan, yakni pendidikan sebagai lahan dan sarana dalam pengembangan ilmu akhlak. Para generasi penerus bangsa diharapkan mampu memilah dan memilih antara perilku baik dan buruk, mengingat ditangan generasi mendatanglah masa depan bangsa ini dipertaruhkan.30

2. Tujuan mempelajari ilmu Akhlak

Dengan mengetahui seluk beluk yang terkait dengan akhlak, maka manusia akan menggapai kehidupan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kebahagiaan hidup ini pasti tercapai manakala akhlak baik terpancar dalam jiwanya, inilah yang menjadi tujuan manusia dalam mempelajari ilmu-ilmu akhlak. Akhlakul kariimah yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari akan membawa manusia pada ketenangan dan kedamaian jiwa di bawah ridla Allah SWT. Mereka yang berakhlak baik akan dicintai kawan dan disegani lawan, karena takwa selalu menjadi pakaian orang-orang yang berakhlak mulia ini. Mengenai rezeki pun tidak perlu dikhawatirkan, karena Allah telah berjanji akan melapangkan rezeki bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an:


(34)

23

ْ ﺴﺴو

)

ﺎًﺟﺴﺮْﺴﳐ

ُﺴ

ْ ﺴْﺴ

ﺴﱠﻪﺒ

ِﱠﺴـ

ْ ﱠﺴﻮﺴـﺴـ

ْ ﺴﺴو

ُ ِ ﺴْﺴ

ُﺚْﺴﺣ

ْ ِ

ُُْزْﺮﺴـﺴو

(

)

ﺒًرْﺪﺴ

ﺳءْ ﺴﺷ

ُِِّ

ُﱠﻪﺒ

ﺴ ﺴ ﺴﺟ

ْﺪﺴ

ِِﺮْﺴأ

ُِﺴ

ﺴﱠﻪﺒ

ﱠنِﺐ

ُُْ ﺴﺣ

ﺴﻮُﻬﺴـ

ِﱠﻪﺒ

ﻰﺴﺴ

(

Artinya : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberinya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”31

3. Urgensi Akhlak dalam Islam

Akhlak baik atau budi pekerti luhur merupakan hal yang sangat penting dalam ajaran agama Islam. Buktinya, kehadiran al-Qur’an sebagai rujukan utama manusia baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, maupun dengan sesama makhluk-Nya, banyak memberikan pedoman tentang masalah akhlak ini. Akhlak terpuji merupakan perhiasan hidup di dunia. Al-Qur’an dan Sunnah/hadith Nabi telah memberikan perhatian yang luar biasa terkait dengan perilaku manusia ini. Hadith atau sunnah Nabi adalah terjemahan dari kandungan Al-Qur’an dalam bentuk yang lebih detail, rinci, dan nyata. Karena seluruh tindakan, perkataan, dan ketentuan Nabi yang terangkum didalam hadith dan sunnahnya adalah selalu selaras dan sejalan dengan kitab suci al-Qur’an, mengingat semua yang datang dari Nabi bersifat wahyu, mengingat nabi termasuk manusia yang ma’shum, sehingga ketika Nabi Khilaf langsung mendapat teguran dari Allah SWT.


(35)

24

Sebagai seorang Muslim, teladan yang sangat penting untuk dijadikan sebagai panutan dalam pribadi dan akhlak sehari-hari adalah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Allah SWT telah mengapresiasi ketinggian akhlak atau budi pekerti Nabi Muhammad dengan memberi pujian, sebagaimana yang tergambar di dalam ayat al-Qur’an berikut:

ﺴﺮ ِﺴْﺒ

ﺴمْﻮﺴـْﺒﺴو

ﺴﱠﻪﺒ

ﻮُﺟْﺮﺴـ

ﺴنﺎﺴ

ْ ﺴِ

ﺲﺔﺴﺴ ﺴﺣ

ﺲةﺴﻮْ ُأ

ِﱠﻪﺒ

ِلﻮُ ﺴر

ِﰲ

ْ ُ ﺴ

ﺴنﺎﺴ

ْﺪﺴﺴ

ﺒًﲑِﺜﺴ

ﺴﱠﻪﺒ

ﺴﺮﺴﺴذﺴو

)

٨

(

Artinya : “Sesungguhnya telah ada dalam diri rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”32

Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadith yang memberikan pencerahan kepada ummat muslim, bahwa betapa kedudukan

akhlaq al-kariimah menempati posisi yang sangat signifikan dalam rangka

menggapai tugas mulia manusia selaku khalifah di muka bumi ini. Akhlak mulia ini senantiasa relevan sepanjang kehidupan manusia dimana pun dan kapan pun, menembus batas ruang dan waktu.33

Salah satu isi dari kitab nashaih al-ibad dalam bab yang ke dua yaitu

bersumber dari Sabda Nabi Muhammad SAW :

32 QS. Al-Ahzab [33]:21

33 Hamzah Tualeka, et.al, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011),


(36)

25

لﺎ

أ

و

ﱯ ﺒ

ﺎ ﻬ

ﻀ أ

ء ﺷ

نﺎ ﺣ

"

"

ﺒو

نﺎﳝﻷﺒ

Artinya : Dari Nabi SAW sesungguhnya beliau bersabda : dua perkara yang tidak ada yang lebih utama dari keduanya yaitu iman kepada Allah dan dan kemanfaatan bagi orang-orang islam

Yang di maksud kemanfaatan bagi orang –orang islam dalam kitab nashaih al-ibad yaitu kemanfaatan baik berupa ucapan, kedudukan, harta, maupun badan.34

Sedangkan dalam kitab nashaih al-ibad terdapat 10 BAB, yang akan

peneliti rinci sebagai berikut :

a. BAB yang pertama berisi mukadimah dari pengarang kitab. b. BAB yang kedua berisi 33 Mauizah.

c. BAB yang ketiga berisi 55 Mauizah d. BAB yang keempat berisi 37 Mauizah e. BAB yang kelima berisi 27 Mauizah f. BAB yang keenam berisi 17 Mauizah. g. BAB yang ketujuh berisi 10 Mauizah. h. BAB yang kedelapan berisi 5 Mauizah. i. BAB yang kesembilan berisi 5 Mauizah. j. BAB yang kesepuluh berisi 29 Mauizah.

34 Muhammad ibn Umar Nawawi al-Jawi al-Bantani, Nashaih Al-Ibad, (Beirut : Dar


(37)

26

Jika didefinisikan nashaih al-ibad itu bermakna nasihat-nasihat bagi

para hamba Allah. Dimaksudkan agar para hamba Allah menjadi kuat imannya dan lebih yakin terhadap ajaran Agama Islam serta memiliki akhlak yang baik. Oleh karenanya kitab nashaih al-ibad ini menjadi sebuah karya fenomenal yang menjadi rujukan banyak pondok pesantren dan madrasah di berbagai penjuru nusantara, dikarenakan kitab tersebut berisikan tentang berbagai macam sabda Nabi Muhammad SAW yang terkait dengan akhlak yang mulia, serta berbagai macam ucapan para sahabat dan para orang-orang sholih yang mengandung banyak sekali mutiara-mutiara hikmah dan diharapkan bisa menjadi jalan untuk mendapatkan Ridla Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


(38)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini guna mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan suatu metode yang tepat. Dengan demikian, maka peneliti membuat suatu perencanaan dan langkah-langkah yang akan ditempuh. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini dikatagorikan dalam rencana penelitian. Rencana penelitian adalah desain atau strategi yang mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid.35

Penelitian yang dilakukan peneliti kali ini menggunakan pendekatan fenomenologis. fenomenologi memiliki dua makna, sebagai filsafat sains dan sebagai metode penelitian. Studi fenomenologi ini mencoba mencari arti pengalaman dalam kehidupan. Peneliti menghimpun data berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian, sikap, penilaian, dan pemberian makna terhadap situasi atau pengalaman dalam kehidupan. Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang esensial atau mendasar dari pengalaman hidup tersebut. Fenomenologi merupakan strategi dalam penelitian kualitatif. Di

35 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


(39)

28

dalamnya, peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi makna.36

Sedangkan jenis penelitian yang diteliti kali ini merupakan penelitian kualitatif interaktif, yaitu studi yang mendalam dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti menginterpretasikan fenomena-fenomena bagaimana orang mencari makna daripadanya. Jenis strategi penelitian yang digunakan peneliti sepanjang penelitian adalah strategi studi lapangan kualitatif. Yaitu metode spesifik yang diterapkan peneliti seperti pengumpulan data melalui observasi.

Metode kualitatif ini digunakan berdasarkan beberapa pertimbangan : Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan; ketiga metode kualitatif ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri

36 M. Djunaidi & Fauzan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz


(40)

29

dengan latar penelitian dan mampu melakukan penajaman pola-pola nilai yang dihadapi peneliti.37

B. Subjek Dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian yang di maksud peneliti dalam hal ini adalah jama’ah kajian rutin kitab nashaih al-ibad yang kesemuanya kurang lebih berjumlah 50 orang jama’ah, yang terdiri dari beberapa jama’ah laki-laki dan beberapa perempuan yang kebanyakan adalah jama’ah ibu-ibu yasinan di rungkut kidul surabaya. Mengenai keadaan atau latar belakang jamaah kebanyakan para jama’ah kajian rutin kitab nashaih al-ibad mayoritas pegawai swasta. Sedangkan jama’ah perempuan kebanyakan adalah berprofesi sebagai ibu rumah tangga.38 Untuk lebih jelasnya peneliti akan

mencantumkan dokumentasi photo para jamaah kajian rutin kitab nashaih al-ibad yang terdiri dari jama’ah laki-laki dan perempuan dalam lampiran di akhir skripsi.

2. Objek penelitian

Mushalla Baiturrahman yang bertempat di Rungkut Kidul Surabaya merupakan objek penelitian yang difokuskan oleh peneliti. Terkait sejarah berdirinya Mushalla Baiturrahman peneliti telah melakukan wawancara

37Ibid., h. 34


(41)

30

intensif dengan pengurus mushalla baiturrahman yang mana pada mulanya mushalla tersebut didirikan oleh paman dari bapak Choirul Anam yang bernama H. Abdurrahman pada tahun 1993 yang mana beliau bertempat tinggal di daerah Rungkut Mejoyo, yang masih merupakan satu wilayah di Kecamatan Rungkut Surabaya.39 Kemudian seiring berjalannya waktu

lambat laun pembangunan mushalla baiturrahman semakin baik untuk lebih jelasnya peneliti akan memberikan hasil dokumentasi dari mushalla baiturrahman dalam lampiran. Mengenai letak geografis mushalla Baiturrahman akan peneliti cantumkan dalam uraian berikut yaitu berada di kelurahan Rungkut Kidul, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rungkut, di sebelah timur berbatasan dengan pasar pahing Rungkut Kidul, sehingga letak mushalla Baiturrahman sangat strategis. Disebelah selatan sekitar 200 meter terdapat Mall besar yang menjadi pusat perbelanjaan masyarakat. Dan di sebelah barat terdapat Masjid Al-Musthofa yang menjadi icon masyarakat Rungkut kidul Surabaya.

C. Tahap-Tahap Penelitian

Berbagai upaya dalam mempelajari, memahami penelitian kualitatif tidak bisa terlepas dari memahami dan mengenal tahap-tahap penelitian kualitatif itu sendiri. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan

39 Choirul Anam, Pengurus Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya, wawancara


(42)

31

salah satu ciri pokoknya dimana peneliti itu sendiri menjadi instrumen kunci penelitian. Khususnya dalam analisis data ciri khasnya sudah dimulai sejak awal pengumpulan data. Hal itu yang amat berbeda dengan penelitian pendekatan yang menggunakan eksperimen. Tahap-tahap penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang keseluruhan kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, analisis dan penafsiran data, sampai penulisan laporan.

Uraian tentang tahap-tahapan penelitian kualitatif ini bersumber dari pandangan Bodgan (1972) yaitu tahapan : pra-lapangan, kegiatan lapangan, dan analisis intensif. Sedangkan Krik dan Miller (1985) menyatakan ada: intervensi, temuan, penafsiran, dan eksplanasi. Disamping pandangan lofland menyatakan tahapan-tahapan sebagai berikut: dimulai dari tempat peneliti berdomisili, menilai latar penelitian, memasuki lapangan, berada di lokasi penelitian, mencatat dengan hati-hati, memikirkan satuan, mengajukan pertanyaan, mengembangkan analisis, dan menulis laporan40

Dari paparan diatas tahapan-tahapan penelitian kualitatif tersebut disesuaikan dengan kepraktisan, kemampuan peneliti, serta mudah dipahami. Selanjutnya, pentahapan tersebut terdiri dari tahap penelitian


(43)

32

secara umum dan tahap penelitian secara siklus, yang akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra lapangan ini ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis yaitu merancang penelitian yang telah peneliti tulis di BAB I. Kemudian peneliti talah memilih lokasi penelitian yaitu bertempat di Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya. Yang ketiga peneliti telah mengurus perizinan penelitian yang akan peneliti lampirkan di akhir halaman. Kemudian yang keempat peneliti telah menjajaki dan menilai lokasi penelitian dengan cara mencari gambaran umum tentang geografi, demografi, sejarah, tokoh-tokoh berpengaruh, dan adat-istiadat kebiasaan masyarakat. Kelima peneliti telah mengadakan persiapan Interview dengan tokoh masyarakat yang terkait dengan penelitian. Krik dan Miller41 merumuskan beberapa segi terkait dengan

tahap invansi ini kedalam tiga aspek, yaitu : pertama, pemahaman atas petunjuk dan cara hidup masyarakat. Dalam hal tersebut peneliti telah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Rungkut Kidul Surabaya, kedua, memahami pandangan hidup masyarakat. Sebagai bentuk partisipasi peneliti dalam hal tersebut, peneliti telah menggali informasinya.

41 Jarome Krik & Marc L. Miller, Reliabilityand Validity in Qualitative Research


(44)

33

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan kali ini akan peneliti uraikan dalam beberapa bagian. Yang pertama peneliti telah memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam mengadakan penelitian terkait kajian rutin kitab nashaih al-ibad yang dilangsungkan di Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya. Peneliti memahami bahwa latar penelitian yang dijadikan sebagai objek penelitian terletak di tempat yang strategis sehingga peneliti tidak hanya mengandalkan pengamatan saja akan tetapi juga mengadakan wawancara secara intensif dengan tokoh-tokoh agama yang berpengaruh di lokasi setempat. Kemudian selama melaksanakan penelitian, peneliti bersikap dan berpenampilan mengikuti dan menyesuaikan dengan para jama’ah yang ikut serta dalam kajian rutin kitab nashaih al-ibad agar dalam penelitian selaras dengan kebiasaan, adat, tata cara dan kultur latar penelitian. Yang Ketiga terkait pengenalan hubungan peneliti di lapangan, peneliti aktif mengikuti kajian rutin kitab nashaih al-ibad sehingga hubungan emosional dan kultural antara peneliti dan subjek yang diteliti dapat dikatakan cukup baik. Hal tersebut dapat di buktikan dengan seringnya peneliti menggali data di latar penelitian. Mengenai jumlah waktu penelitian peneliti menentukan dan membatasi waktu dengan seefisien dan seefektif mungkin agar penelitian sesuai dan tepat dengan target dan perencanaan yang di buat sebelumnya.


(45)

34

Tahap selanjutnya yakni memasuki lokasi penelitian. Peneliti akan menjelaskan keakraban hubungan peneliti dengan para jama’ah. Dalam hal penelitian kali ini peneliti sebut dengan istilah rapport. Rapport disini adalah hubungan antara peneliti dengan subjek yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantara keduanya. Sedangkan bahasa yang digunakan selama berlangsungnya penelitian kali ini adalah bahasa sehari-sehari dengan bahasa yang mudah di mengerti oleh peneliti yakni bahasa jawa krama. Selanjutnya peranan peneliti adalah sebagai partisipator yang juga mengadakan riset dalam penelitian yang dilaksanakan di latar penelitian.

4. Berpartisipasi Sambil Mengumpulkan Data

Selama pengumpulan data, peneliti membatasi waktu penelitian untuk efisiensi waktu, tenaga dan biaya, akan tetapi peneliti tetap aktif berpartisipasi dalam lingkungan penelitian. Dan tak lupa peneliti juga aktif mencatat data-data yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Alat penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif kali ini adalah berupa catatan lapangan (Field Note). Catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti kali ini adalah catatan yang digunakan peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara, dan mengajukan questionnaire kepada para jama’ah kajian rutin kitab nashaih al-ibad serta bentuk data lainnya seperti dokumen, laporan, gambar dan foto sebagai data pendukung hasil penelitian.


(46)

35

D. Sumber Dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif interaktif kali ini adalah Subjek dari mana data dapat diperoleh. Yaitu jama’ah kajian rutin kitab nashaih al-ibad yang terdiri dari jama’ah laki-laki dan beberapa jama’ah ibu-ibu, serta tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh terhadap objek penelitian.

Terkait sumber data, peneliti juga akan mengemukakan bagaimana menjaga kerahasiaan sumber data. Antara lain peneliti mencantumkan tulisan dengan kata-kata akan merahasiakan data tanpa diketahui seorang pun dalam lembaran-lembaran kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti sebelumnya kepada jama’ah. Selain itu, peneliti juga menjaga kerahasiaan data di recorder.

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis data yakni sumber data primer, sekunder, pustaka, dan yang keempat adalah sumber data place.

1. Data Primer

Yakni sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan, mulai wawancara atau jawaban tertulis berupa data base. Dalam penelitian kali ini yang memberikan data adalah ketua dan pengurus Mushalla Baiturrahman dan beberapa Jama’ah kajian rutin kitab nashaih al-ibad serta tokoh-tokoh agama di latar penelitian melalui wawancara kualitatif terstruktur.


(47)

36

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diolah terlebjh dahulu dan biasanya diperoleh dari dokumen-dokumen resmi yang bisa berupa arsip yang ada di latar penelitian. Dan merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.

3. Kajian Pustaka

Data yang diperoleh dengan kajian pustaka yaitu data yang ditemukan melalui bacaan atau literatur dari berbagai buku yang mendukung terhadap masalah yang diteliti. Sering pula disebut “sumber pustaka baku” atau sifatnya lebih permanen, pada umumnya memiliki waktu, masa usia terbit yang lebih lama.42

4. Place

Place yakni sumber data yang menyajikan tampilan data berupa keadaan tempat, baik itu gedung ataupun inventaris sekolah lainnya. Sumber data ini merupakan obyek yang bisa digali dengan teknik.

Sedangkan menurut jenis datanya penelitian ini termasuk dalam jenis data kualitatif. karena tidak dilakukan dengan menggunakan statistik akan tetapi dilakukan dengan teknik-teknik kualitatif.

42 M. Djunaidi Ghony & Fauzan, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif


(48)

37

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian merupakan hal yang esensial. Pengumpulan data penelitian kualitatif bukanlah mengumpulkan data melalui instrumen seperti halnya penelitian kuantitatif dimana instrumennya dibuat untuk mengukur variable-variable penelitian. Tetapi, pengumpulan data dalam penelitian kualitatif instrument utama adalah peneliti sendiri (human instrument), untuk mencari data dengan berinteraksi secara simbolik dengan informan/subjek yang diteliti.

Pengumpulan data merupakan pekerjaan penelitian yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian. Hubungan kerja antara peneliti atau kelompok peneliti dengan subjek penelitian hanya berlaku untuk pengumpulan data dengan melalui kegiatan atau teknik pengumpulan data melalui teknik observasi partisipan, wawancara, yang mendalam dengan informan atau subjek penelitian, pengumpulan dokumen dengan melakukan penelaahan terhadap berbagai referensi-referensi yang memang relevan dengan fokus penelitian.43 Untuk menggunakan teknik-teknik

tersebut peneliti membuat format atau pedoman observasi, wawancara, dan menyediakan alat-alat pendukung seperti tape recorder, alat tulis, kertas, serta Handphone. dalam melaksanakan penelitian.

43 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif &


(49)

38

Bila dilihat dari segi cara, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, interview, kuisioner, dokument, dan gabungan.44 Dalam melakukan penelitian kali ini Peneliti sendiri

menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara gabungan yaitu observasi, interview, kuisioner dan dokument. Obeservasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian kali ini adalah observasi partisipatif, yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam lingkungan subjek penelitian yaitu aktif berpartisipasi dengan mengikuti kajian rutin kitab nashaih al-ibad yang berlatar di Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya. Observer (pengamat) terlibat mengikuti orang-orang yang sedang diteliti dalam kehidupan mereka sehari-hari, melihat apa-apa yang mereka lakukan, kapan, dengan siapa, dan dalam keadaan apa, dan menanyai mereka mengenai tindakan mereka.45 Dengan observasi tersebut peneliti dapat memahami konteks

data dalam keseluruhan situasi sosial, sehingga memperoleh pandangan yang holistik (menyeluruh). Selain itu peneliti akan memperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan (discovery).

44 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 62. 45 Howard S. Becker, Blanche Geer, dan Everett C. Hughes, Memahami Penelitian


(50)

39

Selain menggunakan observasi partisipatif, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data yang lain yaitu dengan wawancara kualitatif. Teknik wawancara mendalam (depth interview) merupakan teknik pengumpulan data yang khas dari penelitian kualitatif.46

Wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi. Peneliti menggunakan metode ini berdasarkan pada dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh didalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini, dan juga masa mendatang. Wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif. Artinya, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan tak lupa peneliti juga menyimpan cadangan masalah yang perlu ditanyakan kepada informan. Cadangan masalah tersebut adalah kapan menanyakannya, bagaimana urutannya, akan seperti apa rumusan pertanyaannya dan sebagainya yang biasanya muncul secara spontan sesuai perkembangan situasi wawancara itu sendiri.

46 M. Djunaidi & Fauzan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta :Ar-ruz,


(51)

40

Ketika melaksanakan wawancara, peneliti menggunakan wawancara terstruktur. Dengan kata lain merupakan model pilihan karena dapat membuat kerangka pertanyaan yang tepat untuk memperolehnya. Dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada ditangan pewawancara, dan respons terletak pada informan. Kemudian informan mendeskripsikan data-data yang diperlukan oleh peneliti dan difasilitasi peneliti dengan alat perekam suara.

Adapun teknik lain yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data dalam penelitian kali ini adalah metode kuesioner atau angket. Menurut Suharsimi Arikunto angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.47

Instrument yang digunakan untuk metode angket ini adalah berbentuk kuesioner (serangkaian pertanyaan) atau angket. Dan bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya, sehingga respondent tinggal memilih salah satu jawaban atau alternatif jawaban yang sudah disediakan atau yang bersifat pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yaitu : selalu, sering, jarang, tidak pernah. Respondent disilahkan untuk memberikan tanda silang di salah satu pilihan jawaban yang disediakan di dalam kuesioner.

47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.


(52)

41

F. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui pengaturan data secara logis dan sistematis. Dan analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak awal peneliti terjun ke lokasi penelitian hingga pada akhir penelitian pengumpulan data. Adapun yang melakukan analisis pada penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yang sejak awal terjun ke lokasi lapangan berinteraksi dengan latar dan subjek penelitian dalam rangka pengumpulan data.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, baik data dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan di lokasi penelitian, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan lain sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca secara cermat, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya peneliti kualitatif mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan itu kemudian dikatagorikan pada langkah berikutnya. Katagori-katagori itu dibuat sambil melakukan koding. Tahap akhir dari proses analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan kebsahahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara


(53)

42

menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Singkat kata, analisis data itu dilakukan dalam dua tahapan, yaitu selama proses pengumpulan data dan pada akhir pengumpulan data.

Berdasarkan paparan diatas analisis data untuk penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih dan memilahnya menjadi satuan unit yang dapat dikelola, mensintesiskannya,mencari dan menemukan pola, menemukan apa-apa yang penting dan apa-apa yang dipelajari, dan merumuskan apa-apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun proses dari analisis data kualitatif menurut siddel (1998) sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilih dan memilah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

3. Berpikir dengan jalan membuat agar katagori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Adapun tahap-tahapan analisis data kualitatif dalam penelitian kali ini akan peneliti tuliskan dalam beberapa bagian secara urut, antara lain adalah sebagai berikut :


(54)

43

a. Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka, membaca, mendengar, dan lain-lain.

b. Transkrip wawancara dari perekam

c. Pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi d. Anonim dari data yang sensitif.

e. Koding

f. Identifikasi tema g. Pengkodingan ulang h. Pengembangan kategori

i. Eksplorasi hubungan antara katagori j. Pengulangan tema dan katagori

k. Membangun teori dan menggabungkan pengetahuan yang sebelumnya. l. Pengujian data dengan teori lain

m.Penulisan laporan, termasuk dari data asli apabila tepat (seperti kutipan dari wawancara).

Teknik analisis data yang digunalkan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Milles dan Hubberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan


(55)

44

conclusion drawing/verification.48 Langkah-langkah analisis ditunjukkan

pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Komponen dalam analisis data (interctive model)

Sedangkan selama analisis di lapangan peneliti menggunakan analisis taksonomi dengan tujuan mempermudah dalam penelitian. Analisis tersebut adalah sebagai berikut :

48 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2010), h. 92.

Data collection

Data reduction

Data display

Conclusions: drawing/verifying


(56)

45

Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad

Akhlak

Isi Kitab

Subjek & Objek

Terpuji Tercela

BAB III BAB IV

Mushalla Baiturrahman

Jama’ah BAB V

BAB VI BAB VII BAB II BAB I

BAB VIII BAB IX BAB X


(57)

46

Gambar 2. Analisis Taksonomi penelitian kualitatif.

Penyajian data dalam penelitian kali ini adalah berasal dari catatan lapangan yang diperoleh peneliti sewaktu mengadakan penelitian di lapangan. yaitu dimulai dari wawancara kualitatif dan observasi yang menggambarkan tentang latar belakang objek dan subjek penelitian yaitu pada jama’ah kajian rutin kitab nashaih al-ibad dan latar belakang berdirinya mushalla Baiturrahman yang telah di jelaskan peneliti sebelumnya.

Peningkatan Kualitas Keagamaan Masyarakat

Kualitas Akhlak Mahmudah

Rajin Jamaáh Rowatib Kualitas

Ibadah

Syukur Sabar


(58)

47

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad

1. Pelaksanaan Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad Di Mushalla

Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya

Kronologi dimulainya kajian rutin kitab nashaih al-ibad yaitu

dimulai sejak lima tahun yang lalu yakni pada tahun 2010 yang di didirikan dan di bimbing oleh Ustadz Slamet Riyadi. Sebelumnya pada tahun 1995 Ustadz Slamet Riyadi sudah mengadakan pendidikan mengaji Al-Qur’an. Setelah berjalan beberapa tahun, karena dipandang perlu ditambahi kajian tentang fiqih yaitu kajian kitab kuning dengan mengkaji kitab Fath al-Qarib dan kitab Sullam Al-Taufiq dan kitab Safinah Al-Najah. Kajian kitab kuning tersebut diikuti oleh santri-santri remaja dan

beberapa orang tua yang jumlahnya masih berkisar 15 orang yang kebanyakan adalah remaja laki-laki. Setelah berjalan beberapa tahun, Ustadz Slamet Riyadi kemudian terinspirasi seorang ‘Ulama dari Mojokerto yang bernama K.H. Masrihan dan K.H. Mudzakkir dari Mojokerto yang mengadakan kajian rutin di Masjid Agung Kota Mojokerto dengan mengkaji kitab Nashaih Al-Ibad.49

49Slamet Riyadi, Pengasuh Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad Mushalla Baiturrahman


(59)

48

Setelah menentukan waktu yang tepat kemudian Ustadz Slamet Riyadi memulai kajian rutin dengan menggunakan kitab nashaih al-ibad,

yang bertempat di Mushalla Baiturrahman Rungkut Kidul Surabaya. Kajian rutin tersebut diikuti oleh jama’ah yang terdiri dari beberapa jama’ah laki laki dan perempuan yang kurang lebih berjumlah lima puluh orang.

Adapun waktu pelaksanaan kajian rutin kitab nashaih al-ibad ialah

hari Jum’at malam ba’da sholat maghrib, yang sebelumya diawali dengan sholawat burdah yang digunakan sebagai tanda akan di mulainya kajian kitab nashaih al-ibad. Setelah pembacaan sholawat burdah selesai

kemudian Ustadz mengawali dengan membaca doa dan surat Al-Fatihah.

Sistem yang di gunakan ketika pelaksanaan kajian rutin kitab nashaih al-ibad adalah sistem pembacaan kitab nashaih al-al-ibad dengan membaca teks atau naskah arab kemudian di maknai dengan bahasa jawa pegon. Setelah naskah dan makna dibacakan kemudian Ustadz menjelaskan kepada jama’ah terkait isi dari mauizah dan maqalah yang ada didalam kitab nashaih al-ibad. Setelah hampir satu jam sebelum adzan isya’ berkumandang kajian rutin kitab nashaih al-ibad ditutup dan diakhiri dengan doa.


(60)

49

Sekitar setahun yang lalu Ustadz Slamet Riyadi memprakarsai diadakannya infaq untuk anak yatim. Sampai saat ini anak-anak yatim yang sudah di beri santunan sebanyak delapan anak. Dan masing-masing anak yatim tersebut mendapat santunan sebesar Rp. 70.000.

2. Tujuan Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad

Jika dijabarkan, tujuan dari dari kajian rutin kitab nashaih al-ibad

adalah untuk menghiasi diri manusia itu sendiri dengan akhlak al- kariimah, antara lain tawadlu, zuhud, wira’i, sakha’ (dermawan), qana’ah, sabar, syukur, dan ikhlas. Dan menghindari diri akhlak-akhlak yang

tercela seperti rakus, ghibah (mengumpat), tamak, bakhil, namimah (adu domba), riya’ (pamer), Dan Sum’ah (ingin ketenaran). Namun tujuan yang sebenarnya seperti yang peneliti kutip dari hasil wawancara dengan pengasuh kajian rutin kitab nashaih al-ibad yaitu Ustadz Slamet Riyadi,

berikut hasil wawancaranya

“Tujuan yang utama dari kajian rutin kitab nashaih al-ibad yang pertama adalah membentuk masyarakat yang berakhlak al-kariimah. Kedua, meringankan beban faqir miskin (yatim) dari hasil infaq pengajian”.50

Dari pernyataan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa akhlak al-kariimah sangat penting disamping ilmu pengetahuan yang diperoleh

50Slamet Riyadi, Pengasuh Kajian Rutin Kitab Nashaih Al-Ibad Mushalla Baiturrahman


(61)

50

ketika mengikuti kajian rutin kitab nashaih al-ibad.. Sehingga dengan aktif

mengikuti kajian rutin kitab nashaih al-ibad, masyarakat rungkut kidul

pada umumnya dan jama’ah khususnya diharapkan memiliki pribadi yang baik dengan berakhlak al-kariimah baik kepada diri sendiri maupun

terhadap sesama muslim dan orang yang beragama lain.

Dan diawal kajian rutin Ustadz selalu mengawali dengan ucapan” Semoga berkahnya mengaji senantiasa mendapatkan limpahan rahmatnya Allah SWT, panjang umurnya, berkah rizqinya, kuat imannya, dan senantiasa ditingkatkan kualitas ibadahnya oleh Allah SWT”.

3. Data Kitab Nashaih Al-Ibad

Jika didefinisikan Nashaih al-ibad itu bermakna nasihat-nasihat

bagi para hamba Allah. Dimaksudkan agar para hamba Allah menjadi kuat imannya dan lebih yakin terhadap ajaran Agama Islam serta memiliki akhlak yang baik. Mengenai akhlak yang baik.

Sedangkan dalam kitab nashaih al-ibad terdapat 10 BAB, yang

akan peneliti rinci sebagai berikut :

a. BAB yang pertama berisi mukadimah dari pengarang kitab. b. BAB yang kedua berisi 33 Mauizah.

c. BAB yang ketiga berisi 55 Mauizah d. BAB yang keempat berisi 37 Mauizah e. BAB yang kelima berisi 27 Mauizah f. BAB yang keenam berisi 17 Mauizah.


(62)

51

g. BAB yang ketujuh berisi 10 Mauizah. h. BAB yang kedelapan berisi 5 Mauizah. i. BAB yang kesembilan berisi 5 Mauizah. j. BAB yang kesepuluh berisi 29 Mauizah. Data dalam BAB yang kedua adalah : 1) Iman, kegunaan untuk muslimin. 2) Ulama’, Hukama’.

3) Kubur.

4) Kebaikan Umar Ibn Khattab, kebaikan Abu Bakar 5) Gelisah Duniawi, Gelisah Ukhrawi.

6) Mencari ilmu, mencari makshiat. 7) Orang mulia, orang bijaksana. 8) Modal taqwa, modal dunia.

9) Makshiat dari syahwat, makshiat dari sombong. 10) Berdosa dengan senang-senang, taat dengan prihatin. 11) Dosa kecil, dosa besar.

12) Terus-menerus berdosa, istighfar. 13) Kemauan orang arief, kemauan zahid. 14) Wali,/penolong, musuh.

15) Lisan, hati/qalbu. 16) Syahwat, shabar.


(63)

52

18) Meninggalkan dosa, meninggalkan haram. 19) Taat, maksiat durhaka.

20) Ittiba’/mengikuti kebaikan, ijtinab/menjauhi kejelekan. 21) Orang utama, orang bodoh

22) Buah taat. 23) Geraknya taat.

24) Pangkal segala kesalahan, pangkal segala fitnah. 25) Pengakuan bahwa dirinya kurang sempurna. 26) Mengingkari nikmat, menemani orang bodoh.

27) Kesibukan dunia, lamunan melantur, kelengahan, kematian, kuburan. 28) Diplomasi mohon ampunan

29) Jenak bersama Allah, jemu dari diri sendiri.

30) Manisnya bersambung dengan Allah, pahitnya terpisah daripada Allah.

Data dalam BAB yang ketiga adalah :

1) Mengadukan kesempitan hidup, mengadukan kesusahan duniawi, berendah diri kepada orang kaya.

2) Mencapai kekayaan, mencapai kemudaan, mencapai kesehatan. 3) Kasih sayang, pertanyaan, pengaturan.

4) Meninggalkan dunia, meninggalkan dosa, membasmi sikap tamak. 5) Nikmat dunia, kesibukan, pelajaran.


(1)

92

masing anak yatim tersebut mendapat santunan. Dari hasil analisis data yang dilakukan oleh peneliti ketika dalam proses pengumpulan data dan setelah pengumpulan data, baik itu ketika melakukan wanwancara interaktif maupun membuat catatan lapangan dan abstraksi dapat diketahui bahwa pelaksanaan kajian rutin kitab

nashaih al-ibad memberikan dampak yang positif dan nilai yang baik

terhadap peningkatan kualitas keagamaan masyarakat Rungkut Kidul Surabaya. Hal tersebut didasari oleh penuturan warga dan tokoh masyarakat setempat ketika diwawancarai.

2. Dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti serta wawancara terstruktur dan angket dapat diketahui bahwa sebelum di adakannya kajian rutin kitab nashaih al-ibad, kualitas keagamaan masyarakat

Rungkut Kidul Surabaya dikatakan cukup baik di buktikan dengan adanya beberapa rutinitas kegiatan keagamaan seperti jam’iyyah yasin dan tahlil, jam’iyyah khatmil qur’an, kegiatan istighasah, dan hadrah sholawat al-banjari. Dan setelah diadakannya kajian rutin kitab

nashaih al-ibad ditemukan peningkatan kualitas keagamaan di buktikan dengan penyajian data melalui angket. Sehingga kajian rutin kitab nashaih al-ibad memberikan kontribusi yang baik terhadap

kualitas keagamaan jama’ahnya.

3. Serta dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas keagamaannya jama’ah kebanyakan aktif mengikuti jam’iyyah rutin lainnya seperti


(2)

93

yasin tahlil dan khatmil qur’an dan aktif sholat berjama’ah dan infaq

serta shadaqah kepada faqir miskin dan anak yatim. Temuan tersebut

dapat disajikan berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner yang telah disebarkan oleh peneliti kepada para jama’ah yang mengikuti kajian rutin kitab nashaih al-ibad di Mushalla

Biaturrahman Rungkut Kidul Surabaya. Dalam kuesioner yang mereka isi dapat diketahui bahwa kajian rutin yang mereka ikuti memberikan hasil yang membahagiakan mereka dan para jama’ah pun aktif mengikuti sehingga tingkat keaktifan jama’ah dapat dikatakan tinggi.

B. Saran-Saran

Setelah pembahasan tentang kesimpulan sebagaimana tersebut diatas maka, tidaklah berlebihan kiranya apabila peneliti memberikan saran-saran yang berkenaan dengan penelitian, adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi para peneliti kualitatif hendaknya mempersiapkan diri dari segi waktu, tenaga, pikiran dan biaya dengan sebaik-baiknya dan seefisien mungkin. Dikarenakan dalam melakukan interaksi sosial untuk observasi dan wawancara kualitatif di temukan adanya tahap-tahap penelitian yaitu tahap pra lapangan dan tahap pekerjaan lapangan.. 2. Bagi para guru untuk selalu mengembangkan teknik pengajaran yang


(3)

94

keagamaan, hendaknya menggunakan metode-metode untuk meningkatkan kualitas keagamaan dalam hal ini adalah peningkatan kualitas akhlak terpuji. Antara lain metode taat syariat, metode pengembangan diri, dan metode kesufian.

3. Bagi masyarakat muslim umumnya untuk meningkatkan kualitas keagamaannya yang meliputi kualitas akhlak maupun kualitas ibadah. C. Penutup

Telah selesai penelitian tentang pengaruh kajian rutin kitab nashaih al-ibad terhadap peningkatan kualitas keagamaan masyarakat Rungkut

Kidul Surabaya yang di tulis oleh peneliti pada tanggal 13 bulan Rajab tahun 1436 Hijriah atau pada tanggal 2 Mei 2015 Masehi. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah untuk selama-lamanya atas pemberian anugerah dan ni’matnya yang amat besar kepada hamba-hamba-Nya. Semoga Sholawat dan salam sejahtera Allah selalu dicurahkan pada Nabi

Muhammad SAW, seorang Nabi yang terpilih lagi mulia dan semua keluarga serta sahabat-sahabatnya, mereka itu ahli al-tuqa, ahli al-‘ilm,

dan ahli al-kamal. Dan apa yang ditulis oleh peneliti diharapkan menjadi

hasil penelitian yang bermanfaat untuk diri penulis sendiri khususnya, dan umumnya untuk semua umat manusia yang membaca tulisan peneliti ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

An-Nahlawi, Abdurrahman. Lingkungan Pendidikan Islam, Rumah, Sekolah

dan Masyarakat. Bairut : Dar al-Fikr al-Ma’asyir, 1983.

Azra, Azyumardi, Jaringan Intelektual Ulama Nusantara, Bandung : Mizan,

1994.

Anthony Reid (ed), The Making of an Islamic Political Discourse in

Southeast Asia, Centre of Southeast Asian Studies : Monash

University, 1993.

Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi, Yogyakarta : LkiS, 2001.

Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Karya

Abditama, 2001.

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003,

Fazlur Rahman, Islam, Chicago : The University of Chicago Press, 1980.

Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1996.

Tualeka, Hamzah, et.al, Akhlak Tasawuf, Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press, 2011.

M. Djunaidi & Fauzan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta :

Ar-Ruzz Media, 2012.

Martin Van Bruinnessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, Tradisi – Tradisi Islam Di Indonesia, Bandung : Mizan, 1999.

Mark R. Woodward, Islam in Java, Normative Piety and Mysticism In The

Sultanate of Yogyakarta, Tucson: The University of Arizona Press,

1989.

Zaini, Mahmud, Terjemah Mukhtarul Ahadith, Jakarta : Pustaka Amani,

1995.

Muhammad ibn Umar Nawawi al-Jawi al-Bantani, Nashaih Al-Ibad, Beirut :

Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2013.


(5)

Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya :

Arkola, 2001.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2011.

Niám, Syamsun, “Menimbang Kembali Pendekatan Kajian Keislaman di

Perguruan Tinggi Agama Islam”, Al-Tahrir, XI, 2 November,

2011.

Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta

: PT Bulan Bintang, 1976.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada. 2000.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta : LP3ES, 1985.

Suryabrata,Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada. 2000

M. Djunaidi & Fauzan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta :

Ar-Ruzz Media, 2012

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2008

Jarome Krik & Marc L. Miller, Reliability and Validity in Qualitative Research Beverly Hills: Sage Publication, 1986

M. Djunaidi Ghony & Fauzan, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif Malang: UIN Maliki Press

Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial: Pendekatan

Kualitatif & Kuantitatif Yogyakarta: UII Press, 2007

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 62.

Howard S. Becker, Blanche Geer, dan Everett C. Hughes, Memahami

Penelitian Kualitatif, Penerj. Basrawi dan Suwandi. Jakarta :

Rineka Cipta, 2008

M. Djunaidi & Fauzan Almansur, Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta


(6)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta

: PT. Rineka Cipta, 2002

Salim, Emil, Sumber Daya Manusia Dalam Prespektif, dalam Conny R.

Seniawan et.al. (ed), Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan

Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta: Grasindo,1991

Zaini, Syahminan, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam Jakarta:

Kalani Mulia, 1986

M. Miftahussirojuddin, “Metode Peningkatan Kualitas Akhlak Terpuji”, Inovasi, VIII, 1 Januari-Maret, 2013.

Syamilah Software, Kitab Ulama Salaf Muakhirin, Shahih Bukhori Sugiono, Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, 2001

Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti