BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kesiapan Sekolah Dasar Kota Salatiga dalam Penerapan Pendidikan Inklusi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Tahun 2015
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan kajian ilmiah tentang kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus, studi deskriptif pada sekolah inklusi di Kota Salatiga. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui tingkat kesiapan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus. Bab ini akan menguraikan proses, hasil dan pembahasan penelitian. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah sebagai berikut:
4.1.Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian diharapkan dapat memperlancar penelitian yang akan dilakukan. Adapun rangkaian persiapan penelitian sebagai berikut:
4.1.1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat pelaksanaan di beberapa sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusi yang tersebar di Kota Salatiga, adapun sekolah tersebut antara lain SD Blotongan 03, SD Pulutan 02, SD Mangunsari 06, SD Sidorejo Kidul 02, SD Dukuh 02 . Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas inklusi.
4.1.1.1.Profil Sekolah SD Blotongan 03
1. Identitas Sekolah Nama sekolah
SD Negeri Blotongan 03 Nomor Indentitas Sekolah (NIS)
Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101036204022 Alamat Sekolah
Jl. Fatmawati Prampelan RT: 2/6 Kecamatan
Jawa Tengah
Kode Pos
Status Sekolah
Negeri
Nama Yayasan
Tahun Berdiri Sekolah
Luas Tanah Sekolah
Status Bangunan
Milik Sendiri
Status Akreditasi / Tahun
B / 2012
2. Kepala Sekolah Nama : Wagimin, S.Pd NIP : 19590404 197802 1 004 Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl. Lahir
:04-04-1959
Pangkat / Gol : Pembina /IV.a Pendidikan Terakhir : S.1
3. Visi
a. Memberikan layanan yang prima kepada semua peserta didik.
b. Mengembangkan daya kreativitas anak melalui kegiatan pembelajaran.
c. Mengembangkan pertumbuhan jasmani dan rohani melalui program perpaduan olahraga dan seni.
d. Memberikan dasar pendidikan sebagai bekal untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya.
e. Menanamkan sikap iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Misi
a. Terwujudnya sikap siswa suka bekerja keras, ulet, tekun dan bertanggung jawab
b. Menumbuhkan sikap kreatif siswa.
c. Mewujudkan siswa yang berwawasan luas dan berprestasi.
d. Menumbuhkan siswa yang berkepribadian luhur
e. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.
4.1.1.2.Profil Sekolah SD pulutan 02
1. Identitas Sekolah Nama sekolah
SD Negeri Pulutan 02 Nomor Indentitas Sekolah (NIS)
Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101036204026 Alamat Sekolah
Jl. Dipomenggolo No. 11 Kecamatan
Jawa Tengah
Kode Pos
Telepon (0298) 324930
Status Sekolah
Negeri
Nama Yayasan
Tahun Berdiri Sekolah
Luas Tanah Sekolah
Luas Bangunan Sekolah
Status Bangunan
Milik Sendiri
Nomor Sertifikat Tanah
Status Akreditasi / Tahun
A / 2012
2. Kepala Sekolah Nama : Theresia Sri Rahayu, M.Pd NIP : 19690705 199303 2 007 Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tgl. Lahir : Sleman, 05-07-1969 Pangkat / Gol : Pembina /IV.a Pendidikan Terakhir : S.2
3. Visi Terwujudnya SD bermutu yang menjadi tempat menyenangkan dan "beriman" (bersih, indah dan nyaman) bagi berkembangnya potensi peserta didik baik akademik maupun non akademik dengan menghargai partisipasi warga sekolah dan masyarakat, sehingga menjadi mitra dan dikagumi oleh masyarakatnya.
4. Misi
a. Mengembangkan pendidikan inklusif, aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan yang berpusat pada peserta didik untuk peningkatan mutu pendidikan.
b. Menata lingkungan yang "beriman" (bersih, indah, dan nyaman) bagi warga sekolah.
c. Menggali dan mengembangkan keanekaragaman potensi non
akademik dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.
d. Mengembangkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan untuk mendukung pelayanan pendidikan yang profesional.
e. Menjalin relasi dan kerjasama intensif dengan masyarakat untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
f. Memberi kesempatan pada warga sekolah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat jika dibutuhkan.
4.1.1.3.Profil Sekolah SD Mangunsari 06
1. Identitas Sekolah Nama sekolah
SD Negeri Mangunsari 06 Nomor Indentitas Sekolah (NIS)
Nomor Statistik Sekolah (NSS) 1010036203008 Alamat Sekolah
Tegalsari Rt: 03/08 Mangunsari Kecamatan
Jawa Tengah
Kode Pos
Telepon (0298) 328096 Status Sekolah
Negeri
Nama Yayasan
Nomor Akte Pendirian 421.2/008384/97. Tahun Berdiri Sekolah
Luas Tanah Sekolah
Luas Bangunan Sekolah
395 Milik Sendiri 509
Status Tanah
Wakaf 431 Status Bangunan
Milik Sendiri
Nomor Sertifikat Tanah
Status Akreditasi / Tahun
B / 2012
2. Kepala Sekolah Nama : Bangun Setiani, S.Pd NIP : 19580222 197701 2 002 Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Lahir
: 20-02-1958
Pangkat / Gol : Pembina /IV.a Pendidikan Terakhir : S.1
3. Visi Menyiapkan peserta didik agar cerdas dalam berpikir dan terampil dalam berkarya yang dijiwai nilai-nilai budaya bangsa .
4. Misi
a. Menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang menumbuhkan semangat kebangsaaan.
b. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai religius dan budaya sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
c. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK secara bertanggung jawab.
d. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan agar lebih bersikap kritis, demokratis dan selektif dalam menghadapi era globalisasi.
e. Menyelenggarakan pendidikan yang senantiasa memberikan bekal keterampilan yang relevan dengan perkembangan jaman yang dilandasi kedisiplinan dan kejujuran.
f. Meningkatkan kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar dan steake holder lainnya secara komunikatif.
4.1.1.4.Profil Sekolah SD Sidorejo Kidul 02
1. Identitas Sekolah Nama sekolah
SD Negeri Sidorejo Kidul Nomor Indentitas Sekolah (NIS)
Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101036202017 Alamat Sekolah
Jl. Mardi Utomo 16 Kecamatan
Jawa Tengah
Kode Pos
Telepon (0298) 316628 Status Sekolah
Negeri
Nama Yayasan
Nomor Akte Pendirian 421.2/05760/1995 Tahun Berdiri Sekolah
Luas Tanah Sekolah
Luas Bangunan Sekolah
Status Tanah Status Bangunan
Milik Sendiri
Nomor Sertifikat Tanah
Status Akreditasi / Tahun
B / 2011
2. Kepala Sekolah Nama : Eko Edhy Irianto, M.Pd NIP : 19620408 198201 1 004 Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat, Tgl. Lahir : Kab.Semarang, 08-04-1962
Pangkat / Gol : Pembina /IV.a Pendidikan Terakhir : S 2
3. Visi Terwujudnya sikap dan perilaku warga sekolah yang bertaqwa, berilmu, nasionalisme yang berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan prestasi sekolah
4. Misi
a. Mengupayakan suatu sistem pembelajaran dengan berkoordinasi dengan stakeholder untuk mewujudkan penghayatan pengamalan beragama, kebiasaaan hidup rukun, saling toleransi antar dan inter umat beragama dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mewujudkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif menyenangkan dan interaktif.
c. Mengupayakan sarana dan prasarana belajar yang memadai.
d. Mengupayakan pembiasaan nasionalisme.
e. Membina bakat siswa agar mampu berkembang secara optimal dengan memberikan layanan pendidikan untuk meningkatkan prestasi akademik dan non akademik.
4.1.1.5.Profil Sekolah SD Dukuh 02
1. Identitas Sekolah Nama sekolah
SD Negeri Dukuh 02 Nomor Indentitas Sekolah (NIS)
Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101036203012 Alamat Sekolah
Jl.parikesit 35 Warak Kecamatan
Jawa Tengah
Kode Pos
Telepon 085749100244 Status Sekolah
Negeri
Nama Yayasan
Nomor Akte Pendirian 421/8384/1997 Tahun Berdiri Sekolah
Luas Tanah Sekolah
Luas Bangunan Sekolah
Status Tanah
Hak Pakai
Status Bangunan
Milik Sendiri
Nomor Sertifikat Tanah Status Akreditasi / Tahun
A / 2008
2. Kepala Sekolah Nama : Supriyati, S.Pd NIP : 19610119 197911 2 001 Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Lahir
:19-01-1961
Pangkat / Gol : Pembina /IV.a Pendidikan Terakhir : S.1
3. Visi Menjadi Lembaga Pendidikan yang BERMUTU (Berakhlak Mulia, Terampil, dan Unggul)
4. Misi
a. Membudayakan perilaku positif baik sosial maupun agamis.
b. Mengembangkan bakat peserta didik agar menjadi manusia terampil dalam bidangnya.
c. Mengembangkan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan, komunikatif, dan demokratis seoptimal mungkin.
4.1.2. Proses perijinan
Salah satu syarat penting yang harus dipenuhi untuk melakukan penelitian adalah memperoleh ijin dari pihak yang terkait. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa tahap untuk mempersiapkan proses perijinan. Peneliti melakukan pra penelitian atau studi pendahuluan terlebih dahulu guna memperoleh data awal. Proses perijinan dimulai dengan meminta surat permohonan ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana yang ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surat tersebut ditujukan kepada kepala sekolah SD Blotongan
03, SD Pulutan 02, SD Mangunsari 06, SD Sidorejo Kidul 02, SD Dukuh
4.1.3. Penentuan Sampel
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah purposif sampling, di mana jumlah subjek yang dijadikan sampel adalah sekolah yang telah menyelenggarakan program inklusif. Subjek dari penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas inklusi. Penelitian ini menggunakan sampel dengan jumlah seluruh subjek yaitu 49 orang.
4.2.Penyusunan Instrumen
Penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
4.2.1. Menyusun instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu variabel penelitian untuk kemudian dijadikan dalam beberapa aspek, kemudian aspek tersebut dijabarkan lagi menjadi indikator yang selanjutnya disusun menjadi beberapa butir item dalam sebuah angket atau kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus. Pertama, angket kesiapan sekolah dijabarkan menjadi delapan aspek yaitu aspek kurikulum, tenaga pengajar, manajemen, sarana-prasarana, dana, peserta didik, lingkungan, dan proses belajar-mengajar. Aspek tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator yang selanjutnya disusun menjadi item.
4.2.2. Menentukan Karakteristik Jawaban yang Dikehendaki
Jawaban dari masing-masing butir item menurut angket tak langsung tertutup. Angket kesiapan sekolah terdiri dari lima alternatif jawaban dan mempunyai skor 1 sampai 5.
4.2.3. Menyusun Format Instrumen
Format angket dalam penelitian ini disusun secara jelas untuk memudahkan responden dalam mengisi angket. Adapun format angket terdiri dari: Format angket dalam penelitian ini disusun secara jelas untuk memudahkan responden dalam mengisi angket. Adapun format angket terdiri dari:
b. Kata Pengantar Kata pengantar ini berisi penjelasan terhadap responden yang meliputi latar belakang penyusunan angket, tujuan penelitian, dan motivasi kepada responden agar menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan sebenarnya sesuai dengan keadaan yang diketahui responden.
c. Petunjuk Pengisian Petunjuk pengisian dalam angket ini terdiri dari cara menjawab pernyataan dengan memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan yang diketahui responden. Peneliti memberikan contoh pengisian angket. Setiap angket didahului oleh petunjuk pengisian angket kemudian butir-butir itemnya.
d. Butir-butir Instrumen Butir-butir instrumen ini merupakan serangkaian pernyataan mengenai kesiapan sekolah yang terdiri dari 136 item.
4.3.Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan angket yang sebelum dibagikan kepada responden instrumen angket ini telah melalu proses uji validitas dan reliabilitas di SD inklusi yang berada di kota semarang. Selanjutnya angket dibagikan kepada responden yang telah ditentukan yaitu Sekolah Dasar kota Salatiga yang menjalankan program pelayanan inklusi dan data yang didapatkan akan dianalisis menggunakan statistik deskriptif sehingga akan terlihat hasil dari kedelapan aspek yang ingin diungkap
4.4.Prosedur Pengumpulan Data
4.4.1. Proses Pengumpulan Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan di lima Sekolah Dasar penyelenggara pendidikan inklusi yang tersebar di Kota Salatiga dan berlangsung dari tanggal 5 sampai dengan 10 juni 2015. Angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket kesiapan sekolah inklusi.
Pemberian angket tersebut dilakukan secara bertahap di lima Sekolah Dasar. Hari pertama angket diberikan kepada SD Mangunsari 06, kemudian hari kedua angket diberikan kepada responden di SD Sidorejo Kidul 02,pada hari keempat angket diberikan kepada responden di SD Blotongan 03 dan SD Dukuh 02, dan hari kelima diberikan di SD Pulutan
02. Jumlah subjek penelitian ini adalah 49 orang. Proses pengisian angket tidak langsung diawasi oleh peneliti dikarenakan permintaan dari pihak sekolah, sehingga peneliti menyerahkan angket kepada kepala sekolah dan dari kepala sekolah baru disebarkan kepada guru yang mengajar di kelas inklusi. Setelah angket yang telah diisi oleh masing-masing responden dikumpulkan pada peneliti, hari berikutnya peneliti mengumpulkan data melalui metode dokumentasi. Data yang dikumpulkan antara lain data mengenai kurikulum, dana, sarana-prasarana, peserta didik maupun profil sekolah. Oleh karena itu, peneliti membut uhkan waktu yang cukup panjang untuk pelaksanaan penelitian. Kemudian pada tanggal 22 juni 2015 semua data baik yang diperoleh dari metode angket maupun dokumentasi sudah terkumpul lengkap dari kelima sekolah tersebut.
4.4.2. Pelaksanaan Skoring
Setelah melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melihat apakah semua angket diisi dengan benar dan tidak ada yang terlewat maupun diisi secara ganda. Jika ada, peneliti akan kembali menanyakan jawaban apa yang akan mereka berikan pada soal tersebut.
2. Memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh subjek penelitian (responden) dengan memberikan skor antara 1 sampai dengan 5 pada angket kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan ABK.
3. Tahap berikutnya angket tersebut diberi kode untuk mempermudah tabulasi data berdasarkan hasil perhitungan, jumlah item, dan skor tiap indikator.
4. Langkah berikutnya, data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis persentase.
4.5.Hasil Penelitian
4.5.1. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya mean empiris. Penggolongan subjek kedalam tiga kategori yaitu siap, cukup siap, dan tidak siap.
4.5.1.1.Gambaran kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Penelitian ini menggunakan angket kesiapan sekolah penyelenggara pendidikan anak berkebutuhan khusus (inklusi) yang tersusun berdasarkan aspekaspek yang terdapat dalam kesiapan sekolah inklusi. Responden yang terdiri dari guru dan kepala sekolah dalam penelitian berjumlah 49 orang, kemudian dari data responden tersebut kesiapan Sekolah Dasar penyelenggara pendidikan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus yang ada di Kota Salatiga akan diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu siap, cukup siap, dan tidak siap. Penggolongan kategori tersebut berdasarkan pencarian nilai interval konversi berikut ini : Range
= Data maksimal – Data minimal Deviasi Standar (s) = Luas jarak sebaran : enam satuan deviasi standar Mean Teoritisnya (µ) = Jumlah item x 3 (kategori) Maka diperoleh pembagian kategori interval:
Tabel 4.1 Kategori Interval
Interval
Kategori
X < (µ -1,0 s)
Data mengenai perilaku kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus diambil dengan menggunakan angket kesiapan Data mengenai perilaku kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus diambil dengan menggunakan angket kesiapan
= Data maksimal – data minimal Data Maksimal
= Jumlah item x skor maksimal = 136 x 5 = 680
Data Minimal
= Jumlah item x skor minimal = 136 x 1 = 136
Luas Jarak Sebaran = Jumlah data maksimal – Jumlah data minimal = 680 - 136 = 554
Deviasi Standar (s) = Luas jarak sebaran : enam satuan deviasi standar
Mean Teoritisnya (µ) = Jumlah item x 3 (kategori)
= 136 x 3 = 408
Maka didapat pembagian kategori interval sebagai berikut: Tabel 4.2 Kategori Interval Sekolah
Interval
Kategori
Tidak siap {408 – 1,0 (90,66)}} ≤ X < {408 + 1,0 (90,66)}
X < {408 – 1,0 (90,66)}
Cukup siap {408 + 1,0 (90,66)} ≤ X
Siap Sehingga didapat hasil pembagian kategori interval:
Tabel 4.3. Kategori Interval Kesiapan Sekolah
Tidak siap
317,34 ≤ X < 498,66
Cukup siap
Siap Deskripsi data tersebut di atas memberikan sebuah gambaran
498,66 ≤ X
mengenai distribusi skor angket pada responden dari sekolah penyelenggara pendidikan anak berkebutuhan khusus dan berfungsi mengenai distribusi skor angket pada responden dari sekolah penyelenggara pendidikan anak berkebutuhan khusus dan berfungsi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor kurang dari 317,34 menilai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota Salatiga masih dalam kondisi tidak siap. Jika responden penelitian mempunyai skor antara 317,34 hingga 498,66 maka subyek menilai kesiapan sekolah dasar inklusi di Kota Salatiga tergolong cukup siap. Sedangkan jika responden mempunyai skor lebih dari 498,66 maka responden menilai kondisi sekolah dasar di Kota Salatiga telah siap dalam mengimplementasikan pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus. Lebih lanjut mengenai tingkat kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus
Interval
Presentase X < 317,34
Tidak siap
14 28,57 % 498,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
Jumlah
Persentase Kesiapan Sekolah Inklusi Salatiga
Kurang siap Cukup siap
Siap
Gambar 4.1. Diagram Presentase Kesiapan Sekolah Inklusi Salatiga Diagram di atas menunjukan bahwa persentase Sekolah Dasar Inklusi di Kota Salatiga yang telah siap sebanyak 69,39%, kategori cukup siap sebanyak 28,57%, dan kategori tidak siap ada 2,04%.
4.5.1.1.1. Gambaran Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Aspek Kurikulum
Aspek kurikulum menerangkan tentang seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sekolah Inklusi perlu mempersiapkan beberapa hal agar anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna, diantaranya: mengikuti Proses Pengembangan PPI, membentuk tim pengembang PPI, melaksanakan pengembangan PPI, melakukan modifikasi kurikulum dan isi materi, merencanakan waktu atau format PPI, memiliki model atau format PPI. Data diambil dengan menggunakan angket kesiapan sekolah inklusi pada aspek kesiapan kurikulum yang terdiri dari 23 butir soal item yang valid dengan skor maksimum 5 dan skor minimum 1 sehingga kesiapan sekolah berdasar aspek kurikulum dapat dinyatakan sebagai berikut:
Range = Data maksimal – Data minimal Data Maksimal = Jumlah item x Skor maksimal
= 23 X 5 = 115
Data Minimal
= Jumlah item x skor minimal = 23 x 1 = 23
Luas Jarak Sebaran = Jumlah data maksimal – Jumlah data minimal
= 115 - 23 = 92
Deviasi Standar (s) = Luas jarak sebaran : enam satuan deviasi
Mean Teoritisnya (µ) = Jumlah item X 3 (kategori)
= 23 X 3 = 69
Maka didapat pembagiankategori interval sebagai berikut: Tabel 4.5 Kategori Interval Kesiapan Sekolah Pada Aspek Kurikulum
Tidak siap
53,67 ≤ X < 84,33
Cukup siap
Siap Deskripsi data tersebut di atas memberikan sebuah gambaran
84,33 ≤ X
mengenai distribusi skor angket pada kelompok responden yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan responden pada aspek atau variabel yang diteliti. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor kurang dari 53,67 menilai kurikulum di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota Salatiga masih dalam kondisi tidak siap. Jika responden penelitian mempunyai skor antara 53,67 hingga 84,33 maka subyek menilai kesiapan kurikulum sekolah dasar inklusi di Kota Salatiga tergolong cukup siap. Sedangkan jika mengenai distribusi skor angket pada kelompok responden yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan responden pada aspek atau variabel yang diteliti. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor kurang dari 53,67 menilai kurikulum di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota Salatiga masih dalam kondisi tidak siap. Jika responden penelitian mempunyai skor antara 53,67 hingga 84,33 maka subyek menilai kesiapan kurikulum sekolah dasar inklusi di Kota Salatiga tergolong cukup siap. Sedangkan jika
Tabel 4.6.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sekolah Pada Aspek Kurikulum Interval
Kategori
Frekuensi Presentase
4 8,16 % 53,67 ≤ X < 84,33
X < 53,67
Tidak siap
12 24,49 % 84,33 ≤ X
Cukup siap
Siap
49 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar, yakni 33
Jumlah
dari 49 responden sebagai guru dikelas inklusi menilai sekolah telah siap dalam mengimplementasikan kurikulum bagi anak berkebutuhan khusus. Responden yang menilai cukup siap ada 12 orang, sedangkan sisanya 4 responden menilai kondisi sekolah inklusi masih tidak siap dalam aspek kurikulum. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram persentasekesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus berdasarkan aspek kurikulum berikut ini :
Persentase Kesiapan Kurikulum
tidak siap
cukup siap
siap
Gambar 4.2. Diagram Presetase Kesiapan Aspek Kurikulum
Diagram di atas menunjukan bahwa persentase Sekolah Dasar Inklusi di Kota Salatiga yang telah siap dalam aspek kurikulum sebanyak 67,35%, kategori cukup siap sebanyak 24,49%, dan kategori tidak siap ada 8,16%.
a. Kesiapan kurikulum di SD Blotongan 03 Tingkat kesiapan dalam implementasi kurikulum inklusi di SD Blotongan 03 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi kesiapan kurikulum SD Blotongan 03 Interval
Kategori
Frekuensi Presentase
1 11,11 % 53,67 ≤ X < 84,33
X < 53,67
Tidak siap
2 22,22 % 84,33 ≤ X
Cukup siap
Siap
9 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebesar 6
Jumlah
dari 9 responden menilai SD Blotongan 03 tergolong siap dalam mengimplementasikan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus
b. Kesiapan kurikulum di SD Pulutan 02 Tingkat kesiapan dalam implementasi kurikulum inklusi di SD Pulutan
02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut : Tabel 4.8. Distribusi frekuensi kesiapan kurikulum SD Pulutan 02 Interval
Kategori
Frekuensi Presentase
X < 53,67
Tidak siap
53,67 ≤ X < 84,33
3 30 % 84,33 ≤ X
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebesar 7
Jumlah
dari 10 responden menilai SD Pulutan 02 tergolong siap dalam mengimplementasikan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus.
c. Kesiapan kurikulum di SD Mangunsari 06 Tingkat kesiapan dalam implementasi kurikulum inklusi di SD Mangunsari 06 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 4.9. Distribusi frekuensi kesiapan kurikulum SD Mangunsari 06 Interval
Kategori
Frekuensi Presentase
1 11,11 % 53,67 ≤ X < 84,33
X < 53,67
Tidak siap
1 11,11 % 84,33 ≤ X
Cukup siap
Siap
100 % Tabel di atas menunjukkan hampir seluruh responden yaitu sebesar 7
Jumlah
dari 9 responden menilai Mangunsari 06 tergolong siap dalam mengimplementasikan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus.
d. Kesiapan kurikulum di SD Sidorejo Kidul 02 Tingkat kesiapan dalam implementasi kurikulum inklusi di SD Sidorejo Kidul 02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 4.10.
Distribusi frekuensi kesiapan kurikulum SD Sidorejo Kidul 02 Interval
Kategori
Frekuensi Presentase
2 20 % 53,67 ≤ X < 84,33
X < 53,67
Tidak siap
4 40 % 84,33 ≤ X
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan rata-rata responden menilai Sidorejo Kidul
Jumlah
02 tergolong cukup siap dalam mengimplementasikan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus.
e. Kesiapan kurikulum di SD Dukuh 02 Tingkat kesiapan dalam implementasi kurikulum inklusi di SD Dukuh
02 yang diambil dari data 11 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut : Tabel 4.11. Distribusi frekuensi kesiapan kurikulum SD Dukuh 02 Interval
Kategori
Frekuensi Presentase
X < 53,67
Tidak siap
53,67 ≤ X < 84,33
2 18,18 % 84,33 ≤ X
Cukup siap
Siap
11 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian sebesar responden yaitu 9 dari 11
Jumlah
responden
02 tergolong siap dalam mengimplementasikan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus.
menilai
Dukuh
4.5.1.1.2. Gambaran Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Aspek Tenaga Pengajar
Pada aspek ini yang dimaksud dengan tenaga pengajar ialah guru maupun kepala sekolah. Tugas tenaga pengajar tersebut antara lain menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Kompetensi yang perlu dikuasai oleh guru bagi anak berkebutuhan khusus ialah kompetensi teknis (technical competencies ) dan kompetensi kolaboratif (collaborative consultation competencies ). Kemampuan-kemampuan di atas merupakan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru dan sekaligus pendamping bagi ABK di sekolah inklusi, dengan harapan program penyelenggaraan sekolah inklusi dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan ABK.
Data diambil dengan menggunakan angket kesiapan sekolah inklusi berdasar aspek tenaga pengajaryang terdiri dari 40 butir soal item valid dengan skor maksimum 5 dan skor minimum 1 sehingga kesiapan sekolah berdasar aspek tenaga pengajar dapat dinyatakan sebagai berikut:
Range = Data maksimal – Data minimal Data Maksimal
= Jumlah item x Skor maksimal = 42 x 5 = 210
Data Minimal = Jumlah item x skor minimal = 42 x 1 = 42
Luas Jarak Sebaran = Jumlah data maksimal – Jumlah data minimal
= 210 - 42 = 168
Deviasi Standar (s) = Luas jarak sebaran : enam satuan deviasi
Mean Teoritisnya (µ) = Jumlah item x 3 (kategori)
= 42 x 3 = 126
Maka didapat pembagiankategori interval sebagai berikut: Tabel 4.12.
Kategori Interval Kesiapan Sekolah Pada Aspek Tenaga Pengajar
Tidak siap
98 ≤ X < 154
Cukup siap
Siap Deskripsi data tersebut di atas memberikan sebuah gambaran
154 ≤ X
mengenai distribusi skor angket pada kelompok responden yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan responden pada aspek atau variabel yang diteliti. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor kurang dari 98 menilai tenaga pengajar di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota Salatiga masih tergolong tidak siap. Jika responden penelitian mempunyai skor antara
98 hingga 154 maka subyek menilai kesiapan tenaga pengajar sekolah dasar inklusi di Kota Salatiga tergolong cukup siap. Sedangkan jika responden mempunyai skor lebih dari 154 maka responden menilai kondisi tenaga pengajar di sekolah dasar inklusi telah siap dalam mengimplementasikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Lebih lanjut mengenai tingkat kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus berdasarkan aspek tenaga pengajar dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.13.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sekolah Pada Aspek Tenaga Pengajar Interval
Prosentase X < 98
Kategori
Jumlah subjek
3 6,12 % 98 ≤ X < 154
Tidak siap
24 48,98 % 154 ≤ X
Cukup siap
Siap
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa antara responden yang menilai aspek tenaga pengajar dalam kategori siap 22 orang dan cukup siap 24 orang hanya selisih 2 orang responden. Sisanya 3 responden yang menilai tenaga pengajar di sekolah dasar inklusi dalam kondisi tidak siap, akan tetapi dari data yang disajikan di atas nampak responden yang sebagian besar merupakan tenaga pengajar di sekolah dasar inklusi menilai cukup siap dalam mengimplementasikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram persentase kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus berdasarkan aspek tenaga pengajar berikut ini :
Persentase Kesiapan Tenaga Pengajar
tidak siap
cukup siap
siap
Gambar 4.3. Diagram Presentase Kesiapan Aspek Tenaga
Pengajar
Diagram di atas menunjukan bahwa persentase Sekolah Dasar Inklusi di Kota Salatiga yang telah siap dalam aspek tenaga pengajar di kelas inklusi sebanyak 44,90%, kategori cukup siap sebanyak 48,98%, dan kategori tidak siap ada 6,12%.
a. Kesiapan Tenaga Pengajar Inklusi SD Blotongan 03 Tingkat kesiapan tenaga pengajar di SD Blotongan 03 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.14.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Tenaga Pengajar di SD Blotongan 03 Interval
Prosentase X < 98
Kategori
Jumlah subjek
Tidak siap
5 55,56 % 154 ≤ X
98 ≤ X < 154
Cukup siap
Siap
9 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu 5 dari 9
Jumlah
responden tergolong cukup siap dalam mendukung implementasi layanan inklusi di SD Blotongan 03.
b. Kesiapan Tenaga Pengajar Inklusi SD Pulutan 02 Tingkat kesiapan tenaga pengajar di SD Pulutan 02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.15.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Tenaga Pengajar di SD Pulutan 02 Interval
Prosentase X < 98
Kategori
Jumlah subjek
Tidak siap
4 40 % 154 ≤ X
98 ≤ X < 154
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besr responden yaitu 6 dari 10
Jumlah
responden tergolong siap dalam mendukung implementasi layanan inklusi di Pulutan 02.
c. Kesiapan Tenaga Pengajar Inklusi SD Mangunsari 06 Tingkat kesiapan tenaga pengajar di SD Mangunsari 06 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.16.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Tenaga Pengajar di SD Mangunsari 06 Interval
Prosentase X < 98
Kategori
Jumlah subjek
1 11,11 % 98 ≤ X < 154
Tidak siap
5 55,56 % 154 ≤ X
Cukup siap
Siap
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu 5 dari 9 responden tergolong cukup siap dalam mendukung implementasi layanan inklusi di SD Mangunsari 06.
d. Kesiapan Tenaga Pengajar Inklusi SD Sidorejo Kidul 02 Tingkat kesiapan tenaga pengajar di SD Sidorejo Kidul 02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.17.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Tenaga Pengajar di SD Sidorejo Kidul 02 Interval
Prosentase X < 98
Kategori
Jumlah subjek
2 20 % 98 ≤ X < 154
Tidak siap
6 60 % 154 ≤ X
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu 6 dari 10.
Jumlah
responden tergolong siap dalam mendukung implementasi layanan inklusi di SD Sidorejo Kidul 02.
e. Kesiapan Tenaga Pengajar Inklusi SD Dukuh 02 Tingkat kesiapan tenaga pengajar di SD Dukuh 02 yang diambil dari data 11 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.18.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Tenaga Pengajar di SD Dukuh 02 Interval
Prosentase X < 98
Kategori
Jumlah subjek
Tidak siap
4 36,36 % 154 ≤ X
98 ≤ X < 154
Cukup siap
Siap
11 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu 7 dari 11
Jumlah
responden tergolong cukup siap dalam mendukung implementasi layanan inklusi di SD Dukuh 02.
4.5.1.1.3. Gambaran Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Aspek Sarana-prasarana.
Peserta didik di sekolah inklusif terdiri atas anak-anak normal dan anak-anak luar biasa yang mengalami kelainan atau menyimpang Peserta didik di sekolah inklusif terdiri atas anak-anak normal dan anak-anak luar biasa yang mengalami kelainan atau menyimpang
Sarana yang perlu disiapkan oleh sekolah inklusi antara lain: alat asesmen, alat orientasi dan mobilitas bagi tunanetra,alat bantu pelajaran atau akademik, alat bantu visual, alat bantu auditif, alat latihan fisik, alat bantu dengar bagi siswa tunarungu, alat latihan bina persepsi bunyi dan irama (tunarungu), alat latihan sensori bagi siswa tunagrahita atau lamban belajar, alat yang digunakan untuk memahami konsep dan simbol bilangan, alat latihan kreatifitas dan daya pikir, alat pengajaran bahasa, alat latihan perseptual motor, alat bina diri bagi siswa tunadaksa, alat terapi bagi siswa tunalaras.
Prasarana yang diperlukan antara lain: ruang asesmen, ruang remidial, ruang konsultasi, ruang latihan, ruang ketrampilan, ruang penyimpanan barang, dan lapangan olah raga. Data diambil dengan menggunakan angket kesiapan sekolah inklusi berdasar aspek sarana- prasaranayang terdiri dari 14 butir soal item valid dengan skor maksimum 5 dan skor minimum 1 sehingga kesiapan sekolah berdasar aspek sarana-prasarana dapat dinyatakan sebagai berikut:
Range = Data maksimal – Data minimal Data Maksimal
= Jumlah item x Skor maksimal = 14 x 5 = 70
Data Minimal = Jumlah item x skor minimal = 14 x 1
Luas Jarak Sebaran = Jumlah data maksimal – Jumlah data minimal
= 70 - 18 = 52
Deviasi Standar (s) = Luas jarak sebaran : enam satuan deviasi
Mean Teoritisnya (µ) = Jumlah item x 3 (kategori)
= 14 x 3 = 42
Maka didapat pembagiankategori interval sebagai berikut: Tabel 4.19.
Kategori Interval Kesiapan Sekolah Pada Aspek Sarana Prasarana
Tidak siap
30,34 ≤ X < 53,66
Cukup siap
Siap Deskripsi data tersebut di atas memberikan sebuah gambaran
53,66 ≤X
mengenai distribusi skor angket pada kelompok responden yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan responden pada aspek atau variabel yang diteliti.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor kurang dari 30,34 menilai sarana- prasarana di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota Salatiga masih tergolong tidak siap. Jika responden penelitian mempunyai skor antara 30,34 hingga 53,66 maka subyek menilai kesiapan sarana-prasarana sekolah dasar inklusi di Kota Salatiga saat ini tergolong cukup siap. Sedangkan jika responden mempunyai skor lebih dari 53,66 maka responden menilai kondisi sarana-prasarana di sekolah dasar inklusi telah siap dalam mengimplementasikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Lebih lanjut mengenai tingkat kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor kurang dari 30,34 menilai sarana- prasarana di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota Salatiga masih tergolong tidak siap. Jika responden penelitian mempunyai skor antara 30,34 hingga 53,66 maka subyek menilai kesiapan sarana-prasarana sekolah dasar inklusi di Kota Salatiga saat ini tergolong cukup siap. Sedangkan jika responden mempunyai skor lebih dari 53,66 maka responden menilai kondisi sarana-prasarana di sekolah dasar inklusi telah siap dalam mengimplementasikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Lebih lanjut mengenai tingkat kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak
Tabel 4.20
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sekolah Pada Aspek Sarana Prasarana Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 30,34
Kategori
7 14,29 % 30,34 ≤ X < 53,66
Tidak siap
24 48,98 % 53,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
49 100 % Tabel di atas sebagian besar responden yaitu 24 orang menilai kondisi
Jumlah
sarana-prasarana sekolah inklusi di Salatiga dalam kategori cukup siap, responden lainnya sebanyak 18 orang menilai dalam kategori siap. Sebanyak 7 responden yang menilai sarana-prasarana sekolah inklusi di Kota Salatiga dalam kondisi tidak siap. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram persentase kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus berdasarkan aspek sarana- prasarana berikut ini :
Persentase Kesiapan Sarana Prasarana
tidak siap cukup siap
siap
Gambar 4.4. Diagram Presentase Kesiapan Aspek Sarana Prasarana Diagram di atas menunjukan bahwa persentase Sekolah Dasar Inklusi di Kota Salatiga yang telah siap dalam aspek sarana-prasarana di kelas inklusi sebanyak 36,73%, kategori cukup siap sebanyak 48,98%, dan kategori tidak siap ada 14,29%.
a. Kesiapan Sarana-prasarana Inklusi SD Blotongan 03 Tingkat kesiapan sarana-prasarana inklusi di SD Blotongan 03 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihatdari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.21.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sarana-prasarana di SD Blotongan 03 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 30,34
Kategori
2 22,22 % 30,34 ≤ X < 53,66
Tidak siap
7 77,78 % 53,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
9 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu 7 dari 9
Jumlah
orang guru yang mengajar di kelas inklusi dan kepala SD Blotongan
03 menilai sarana-prasarana di sekolah mereka tergolong cukup siap untuk diimplementasikan dalam layanan inklusi.
b. Kesiapan Sarana-prasarana Inklusi SD Pulutan 02 Tingkat kesiapan sarana-prasarana inklusi di SD Pulutan 02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihatdari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.22.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sarana-prasarana di SD Pulutan 02 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 30,34
Kategori
Tidak siap
30,34 ≤ X < 53,66
4 40 % 53,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besarresponden yaitu 6 dari 10
Jumlah
orang guru yang mengajar di kelas inklusi dan kepala Pulutan 02 menilai sarana-prasarana di sekolah mereka tergolong siap untuk diimplementasikan dalam layanan inklusi.
c. Kesiapan Sarana-prasarana Inklusi SD Mangunsari 06 Tingkat kesiapan sarana-prasarana inklusi di SD Mangunsari 06 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihatdari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.23.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sarana-prasarana di SD Mangunsari 06 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 30,34
Kategori
5 55,56 % 30,34 ≤ X < 53,66
Tidak siap
4 44,44 % 53,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
9 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian responden yaitu 5 dari 9 orang
Jumlah
guru yang mengajar di kelas inklusi menilai sarana-prasarana di sekolah mereka tergolong kurang siap untuk diimplementasikan dalam layanan inklusi.
d. Kesiapan Sarana-prasarana Inklusi SD Sidorejo Kidul 02 Tingkat kesiapan sarana-prasarana inklusi di SD Sidorejo Kidul 02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihatdari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.24.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sarana-prasarana di SD Sidorejo Kidul 02 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 30,34
Kategori
Tidak siap
30,34 ≤ X < 53,66
7 70 % 53,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu 7 dari 10
Jumlah
orang guru yang mengajar di kelas inklusi dan kepala SD Sidorejo Kidul 02 menilai sarana-prasarana di sekolah mereka tergolong cukup siap untuk diimplementasikan dalam layanan inklusi.
e. Kesiapan Sarana-prasarana Inklusi SD Dukuh 02 Tingkat kesiapan sarana-prasarana inklusi di SD Dukuh 02 yang diambil dari data 11 responden dapat dilihatdari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.25.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sarana-prasarana di SD Dukuh 02 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 30,34
Kategori
Tidak siap
30,34 ≤ X < 53,66
2 18,18 % 53,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
11 100 % Tabel di atas menunjukkan hampir seluruh responden yaitu 9 dari
Jumlah
11responden yang mengajar di kelas inklusi dan kepala SD Dukuh 02 menilai sarana-prasarana di sekolah mereka tergolong siap untuk diimplementasikan dalam layanan inklusi.
4.5.1.1.4. Gambaran Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Aspek Manajemen Sekolah.
Manajemen di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dilandasi dengan pola manajemen mutu total. Pelaksanaan manajemen mutu total ini meliputi prinsip-prinsip sebagai berikut: pengutamaan kepuasan pelanggan, perbaikan terus menerus, kebiasaan berbicara dengan fakta, sikap menghargai orang lain, melaksanakan fungsi sesuai pembagian tugas. Data diambil dengan menggunakan angket kesiapan sekolah inklusi berdasar aspek manajemen sekolah yang terdiri dari 16 butir soal item valid dengan skor maksimum 5 dan skor minimum 1 sehingga kesiapan sekolah berdasar aspek manajemen sekolah dapat dinyatakan sebagai berikut:
Range = Data maksimal – Data minimal Data Maksimal
= Jumlah item x Skor maksimal = 16 X 5 = 80
Data Minimal =Jumlah item x skor minimal = 16 x 1 = 16
Luas Jarak Sebaran = Jumlah data maksimal – Jumlah data minimal
= 80 - 16
Deviasi Standar (s) = Luas jarak sebaran : enam satuan deviasi
Mean Teoritisnya (µ) = Jumlah item x 3 (kategori)
= 16 x 3 = 48
Maka didapat pembagiankategori interval sebagai berikut: Tabel 4.26.
Kategori Interval Kesiapan Sekolah Pada Aspek Manajemen Sekolah
Tidak siap
37,34 ≤ X < 58,66
Cukup siap
Siap Deskripsi data tersebut di atas memberikan sebuah gambaran
58,66 ≤ X
mengenai distribusi skor angket pada kelompok responden yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan responden pada aspek atau variabel yang diteliti. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian yang mempunyai skor kurang dari 37,34 menilai manajemen di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota Salatiga masih tergolong tidak siap. Jika responden penelitian mempunyai skor antara 37,34 hingga 58,66 maka subyek menilai kesiapan manajemen pada sekolah dasar inklusi di Kota Salatiga saat ini tergolong cukup siap. Sedangkan jika responden mempunyai skor lebih dari 58,66 maka responden menilai kondisi manajemen di sekolah dasar inklusi telah siap dalam mengimplementasikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Lebih lanjut mengenai tingkat kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus berdasarkan aspek manajemen sekolah dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.27.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Sekolah Pada Aspek Manajemen Sekolah
Inklusi
Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 37,34
Kategori
1 2,04 % 37,34 ≤ X < 58,66
Tidak siap
13 26,53 % 58,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
49 100 % Tabel di atas sebagian besar responden yaitu sebanyak 35 orang menilai
Jumlah
kondisi manajemen sekolah inklusi di Salatiga dalam kategori siap, 13 orang responden lainnya menilai dalam kategori cukup siap. Hanya ada satu responden yang menilai manajemen sekolah inklusi di Kota Salatigadalam kondisi tidak siap. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram persentase kesiapan sekolah dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus berdasarkan aspek manajemen sekolah berikut ini :
Persentase Kesiapan Aspek
Menejemen Sekolah
tidak siap cukup siap
siap
Gambar 4.5. Diagram Presentase Kesiapan Aspek Manajemen Diagram di atas menunjukan bahwa persentase Sekolah Dasar Inklusi di Kota Salatiga yang telah siap dalam aspek menejemen sekolah sebanyak 71,43%, kategori cukup siap sebanyak 26,53%, dan kategori tidak siap ada 2,04%.
a. Kesiapan Manajemen Inklusi SD Blotongan 03 Tingkat kesiapan manajemen inklusi di SD Blotongan 03 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.28.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Manajemen Inklusi di SD Blotongan 03 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 37,34
Kategori
Tidak siap
37,34 ≤ X < 58,66
2 22,22 % 58,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
9 100 % Tabel di atas menunjukkan hampir seluruh responden yaitu 7 dari 9
Jumlah
responden menilai manajemen di SD Blotongan 03 tergolong siap dalam mendukung layanan inklusi.
b. Kesiapan Manajemen Inklusi SD Pulutan 02 Tingkat kesiapan manajemen inklusi di SD Pulutan 02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.29.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Manajemen Inklusi di SD Pulutan 02 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 37,34
Kategori
Tidak siap
37,34 ≤ X < 58,66
1 10 % 58,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan hampir seluruh responden yaitu 9 dari 10
Jumlah
responden menilai manajemen di SD N Pulutan 02 tergolong siap dalam mendukung layanan inklusi.
c. Kesiapan Manajemen Inklusi SD Mangunsari 06 Tingkat kesiapan manajemen inklusi di SD Mangunsari 06 yang diambil dari data 9 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.30.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Manajemen Inklusi di SD Mangunsari 06 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 37,34
Kategori
1 11,11 % 37,34 ≤ X < 58,66
Tidak siap
2 22,22 % 58,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
9 100 % Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden yaitu 6 dari 9
Jumlah
responden menilai manajemen di SD Mangunsari 06 tergolong siap dalam mendukung layanan inklusi.
d. Kesiapan Manajemen Inklusi SD Sidorejo Kidul 02 Tingkat kesiapan manajemen inklusi di SD Sidorejo Kidul 02 yang diambil dari data 10 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.31.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Manajemen Inklusi di SD Sidorejo Kidul
Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 37,34
Kategori
Tidak siap
37,34 ≤ X < 58,66
5 50 % 58,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
10 100 % Tabel di atas menunjukkan rata-rata dari responden menilai
Jumlah
manajemen di SD Sidorejo Kidul 02 tergolong siap dalam mendukung layanan inklusi.
e. Kesiapan Manajemen Inklusi SD Dukuh 02 Tingkat kesiapan manajemen inklusi di SD Dukuh 02 yang diambil dari data 11 responden dapat dilihat dari distribusi frekuensi seperti yang tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.32.
Distribusi Frekuensi Kesiapan Manajemen Inklusi di SD Dukuh 02 Interval
Jumlah subjek Prosentase X < 37,34
Kategori
Tidak siap
37,34 ≤ X < 58,66
3 27,27 % 58,66 ≤ X
Cukup siap
Siap
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan sebaagian besar responden yaitu 8 dari 11 responden menilai manajemen di SD Dukuh 02 tergolong siap dalam mendukung layanan inklusi.
4.5.1.1.5. Gambaran Kesiapan Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Aspek Dana.