Evaluasi penghitungan pajak pertambahan nilai Instalasi Farmasi studi kasus di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

(1)

(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Saya membuat penelitian ini untuk mereka yang mencari ilmu sambil menduakan kemapanan


(5)

(6)

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rama Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis

2. M. Trisnawati Rahayu, SE., M.Si., Ak., QIA., CA. selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. dr. R. Gatot Titus Wratsongko, Sp. THT-KL., M. Kes. selaku Direktur Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Bethesda

4. Ibu Retno Edi Purnami, Bapak Remulus Dwidja Maruto, dan segenap karyawan Rumah Sakit Bethesda bagian akuntansi yang telah bersedia membantu mencarikan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Veronika Susi Purwanti Rahayu, MBA, S.Si, Apt. atas ijin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk belajar.


(8)

viii

6. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, inspirasi, dan doa-doa untuk penulis dalam menuntaskan belajar di Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak, Ibu, dan teman-teman di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda yang dengan kebesaran hati memberikan dorongan dan kerelaan dalam bekerja sama saat penulis harus menyelesaikan proses belajar

8. Fransiscus Dedy Riandono atas segala kesabaran, dukungan, dan cinta kasihnya.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ..iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI………. ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK………xiv

ABSTRACT……… ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Manfaat dan Tujuan Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pajak ... 6

1. Definisi Pajak ... 6

2. Fungsi Pajak ... 6

3. JenisPajak ... 7


(10)

x

B. Pajak Pertambahan Nilai ... 9

1. Definisi PPN ... 9

2. DasarHukum PPN ... 10

3. SubjekPPN ... 10

4. ObjekPPN ... 11

5. Pengusaha Kena Pajak (PKP) ... 11

6. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) ... 13

7. Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak ... 16

8. Bukan Penyerahan Jasa Kena Pajak ... 17

9. Tarif dan Dasar Pengenaan PPN ... 18

10.Saat dan Tempat Terutangnya Pajak ... 20

11.Faktur Pajak ... 21

C. Pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai Farmasi Di Rumah Sakit ... 24

1. Pengertian Instalasi Farmasi ... 24

2. Pengenaan PPN obat di Instalasi Farmasi (kamar obat) ... 25

3. Instalasi Farmasi sebagai Pedagang Eceran Selain yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto ... 25

4. Penghitungan Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan Pada Instalasi Farmasi ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ... 33

A. Sejarah Rumah Sakit Bethesda ... 33

B. Visi dan Misi Rumah Sakit... 33

C. Motto dan Falsafah ... 34

D. Kebijakan Mutu ... 35


(11)

xi

F. Tujuan ... 35

G. Letak ... 36

H. Struktur Organisasi Rumah Sakit Bethesda ... 37

I. Fasilitas Layanan yang Tersedia di Rumah Sakit Bethesda ... 38

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Data ... 41

B. Analisis Data ... 41

C. Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA……….58


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Perbandingan cara penentuan DPP atas penghitungan PM

antara Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009………44 Tabel5.2 Perbandingan cara penghitungan PM yang dilakukan oleh

Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42

Tahun 2009.………44 Tabel 5.3 Pajak Masukan Rumah Sakit Bethesda Tahun 2015 ... 45

Tabel 5.4 Perbandingan cara penentuan DPP yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Surat

Edaran-06/PJ.52/2000……….…………46

Tabel 5.5 Perbandingan cara penghitungan PK yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42

Tahun 2009……….47 Tabel 5.6 Ringkasan Pajak Keluaran Rumah Sakit Bethesda Tahun 2015…..47 Tabel 5.7 Perbandingan cara penghitungan prosentase sebanding

untuk menentukan PM yang dapat dikreditkan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan PMK 78 Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.8 Perbandingan cara penghitungan PM yang dapat dikreditkan

antara Rumah Sakit Bethesda dengan PMK Nomor 78

Tahun 2010……….49

Tabel 5.9 Ringkasan Penghitungan PM Yang Dapat Dikreditkan

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda Tahun 2015 ... 50 Tabel 5.10 Perbandingan cara penghitungan PPN Instalasi Farmasi

yang disetorkan antara yang dilakukan oleh Rumah Sakit

Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009……….51 Tabel 5.11 Penghitungan PPN Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Faktur Pajak ... 24 Gambar 2 Denah Lokasi Rumah Sakit Bethesda………36 Gambar 3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Bethesda…………...………….37


(14)

xiv ABSTRAK

EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI INSTALASI FARMASI

Studi Kasus di Rumah Sakit Bethesda

Christiana Sari Wahyuningsih NIM: 122114101 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Rumah Sakit merupakan entitas yang tidak luput dari kewajiban untuk membayar pajak. Rumah Sakit Bethesda yang telah mengukuhkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka memiliki kewajiban untuk menghitung sendiri pajaknya. Salah satu pajak yang harus disetorkan oleh Rumah Sakit Bethesda adalah Pajak Pertambahan Nilai atas obat dan perbekalan farmasi. Tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara cara penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Farmasi yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagai dasar cara penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.

Evaluasi penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Farmasi di Rumah Sakit Bethesda adalah merupakan studi kasus. Wawancara dan dokumentasi adalah teknik yang digunakan dalam pengambilan data dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif komparatif, sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, secara garis besar cara penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Farmasi di Rumah Sakit periode tahun 2015 telah sesuai dengan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


(15)

xv ABSTRACT

EVALUASTION OF CALCULATION OF PHARMACEUTICAL VALUE ADDED TAX

A Case Study on Bethesda Hospital

Christiana Sari Wahyuningsih NIM: 122114101 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Hospital is an entity that is not exempt from the obligation to pay taxes. Bethesda Hospital which has established itself as the Taxable Entrepreneur, then has the obligation to calculate the tax. One of the taxes that should be paid by the Bethesda Hospital is the Value added Tax on medicines and pharmaceutical supplies. The purpose of this study is to determine the conformity of the method of calculation of Pharmaceuticals Value Added Tax by the Bethesda Hospital in comparison with the regulations.

This research is a case study. Interviews and documentation were the technique used in the data collections. Data were then analyzed using descriptive and comparative methods.

The result showed that the method of calculation of Pharmaceuticals Value Added Tax at Bethesda Hospital, in the year 2015 was in accordance with the regulations of Value Added Tax and Sales Tax on Luxury Goods.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sektor pajak saat ini menjadi harapan terbesar pemerintah dalam memenuhi pendanaan negara. Setelah tahun 2009 sektor migas sebagai sumber penerimaan Indonesia mengalami goncangan yang disebabkan harga migas tidak stabil sehingga kestabilan ekonomi negara juga mengalami goncangan.

Indonesia memiliki beberapa macam pajak, salah satu jenis pajak yang masih berlaku sampai saat ini adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN merupakan salah satu contoh pajak tidak langsung atas konsumsi dalam negeri. Sistem PPN saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Hampir seluruh barang kebutuhan hidup rakyat Indonesia termasuk hasil produksi dikenakan pajak oleh pemerintah.Sifat dari PPN adalah pajak atas konsumsi yang menjadikannya salah satu pajak yang memiliki cakupan objek pajak sangat luas (Purwono, 2010). Hal tersebut menyebabkan semua transaksi di bidang perdagangan, industri, dan jasa yang termasuk dalam golongan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) pada prinsipnya terkena PPN. Pengusaha Kena Pajak (PKP) sebagai pihak yang memungut PPN wajib melaporkan penghitungan PPN setiap masa pajak dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN.


(17)

Rumah Sakit merupakan salah satu entitas yang melakukan pelayanan jasa kesehatan kepada masyarakat, tidak serta merta mendapat pengecualian dari pemerintah. Rumah sakit memiliki kedudukan yang sama dengan entitas-entitas lainnya di hadapan Pajak. Rumah Sakit harus memenuhi kewajiban perpajakannya setelah mendaftarkan diri mereka sebagai PKP dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal Dua, Ayat Satu dan Dua.

Rumah Sakit Bethesda merupakan salah satu Rumah Sakit di Yogyakarta yang telah terdaftar menjadi PKP sehingga memiliki kewajiban untuk memungut, menghitung, menyetorkan, dan melaporkan pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak setempat. Hal tersebut mengakibatkan Rumah Sakit Bethesda menjadi salah satu perantara pemerintah untuk memungut pajak dari masyarakat. Banyak kegiatan penyerahan barang dan jasa yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda kepada pasien gawat darurat, rawat jalan, dan rawat inap. Kegiatan penyerahan barang dan jasa yang menjadi objek PPN dalam rumah sakit adalah kegiatan penyerahan barang berupa obat dan perbekalan farmasi yang dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi.

Penghitungan PPN Instalasi Farmasi memiliki cara yang khusus, hal tersebut disebabkan ada dua jenis transaksi yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi, yaitu penyerahan barang farmasi kepada pasien rawat jalan yang


(18)

terutang pajak dan penyerahan barang farmasi kepada pasien rawat inap yang tidak terutang pajak.

Elemen yang disebutkan di atas memiliki pengaruh dalam penghitungan PPN yang akan dilaporkan oleh Rumah Sakit kepada Direktorat Jenderal Pajak. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Bethesda, dengan mengangkat judul “Evaluasi Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Instalasi Farmasi Studi Kasus Di Rumah Sakit Bethesda”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji mendalam dalam penelitian ini adalah, apakah penghitungan Pajak Pertambahan Nilai Instalasi Farmasi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009? C. Batasan Masalah

Penelitian tentang evaluasi cara penghitungan PPN Instalasi Farmasi ini dibatasi pada penghitungan PPN Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Bethesda untuk Masa Pajak Tahun 2015.

D. TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penghitungan PPN Farmasi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.


(19)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Bethesda

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan pengembangan dalam cara penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPN Terutang atas kegiatan farmasi di Rumah Sakit Bethesda.

2. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dibidang perpajakan, terutama PPN yang terkait dalam kegiatan penyerahan barang Farmasi, serta mengaplikasikan teori-teori tentang perpajakan di rumah sakit.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber yang bermanfaat dan bahan acuan dalam penelitian dengan topik yang hampir sama.

F. SistematikaPenulisan

Secara keseluruhan, penelitian ini disusun dalam enam bab yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab I merupakan bab pendahuluan, yang menyajikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada Bab II menjabarkan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, yaitu mengenai definisi pajak, definisi


(20)

PPN serta unsur-unsur sistem PPN, azas-azas PPN yang harus dijadikan pondasi, selain itu juga diuraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pemberlakuan PPN di rumah sakit.

Bab III Metode Penelitian

Bab III merupakan bab metode penelitian yang membahas tentang pendekatan penelitian, jenis atau tipe penelitian, narasumber, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Rumah Sakit

Bab ini menjelaskan secara garis besar objek yang diteliti, mulai dari sejarah rumah sakit, visi rumah sakit, misi rumah sakit, sampai dengan perkembangan rumah sakit sekarang.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab V merupakan tinjauan umum atas permasalahan administrasi PPN di rumah sakit. Dalam bab ini membahas penghitungan PPN Instalasi Farmasi di rumah sakit apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

Bab VI Penutup

Bab VI merupakan bab terakhir dari seluruh rangkaian penulisan dan sebagai uraian penutup penelitian ini. Bab ini menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, keterbatasan penelitian, dan memberikan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti.


(21)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Sejak pajak menjadi salah satu bahkan mendominasi sumber pendapatan suatu negara, banyak ahli ekonomi yang mencoba mendefinisikan pajak. Definisi pajak di Indonesia tertuang pada Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 (satu), ayat 1 (satu):

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

2. Fungsi Pajak

Menurut Purwono (2010: 8-10), fungsi pajak terdiri dari dua yaitu: a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Pajak sebagai fungsi anggaran, karena sumber pendapatan Indonesia saat ini adalah berasal dari sektor pajak. Penerimaan tersebut digunakan untuk melakukan seluruh pembiayaan pemerintah. Hal ini nampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak dapat digunakan


(22)

sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Contohnya memberlakuan PPnBM yang bertujuan untuk membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang mewah.

3. Jenis Pajak

Menurut Purwono (2010: 10-11) jenis pajak di Indonesia dibagi berdasarkan 3 golongan, yaitu:

a. Penggolongan berdasarkan wewenang pemungutan

1) Pajak Negara (Pusat) adalah pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Pusat.

Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta Bea Materai.

2) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

b. Penggolongan berdasarkan administrasi dan pembebanan

1) Pajak Langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

Contohnya adalah PPh.

2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan kepada orang lain.


(23)

c. Penggolongan berdasarkan sasaran

1) Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak (WP).

Contohnya adalah PPh.

2) Pajak Objektif adalah pajak yang memperhatikan pada objek (benda, peristiwa, perbuatan, atau keadaan) yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.

Contohnya adalah PPN dan PPnBM. 4. Tarif Pajak

Penentuan besarnya pajak didasarkan pada tarif yang telah ditetapkan dengan peraturan perpajakan. Menurut Purwono (2010: 14-15) ada empat (4) tarif perpajakan, yaitu:

a. Tarif Proporsional

Tarif proporsional disebut juga dengan istilah Tarif Sebanding atau Tarif Sepadan, yaitu tarif berupa presentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenakan pajak. Semakin tinggi DPP semakin besar beban pajak yang terutang.

b. Tarif Progresif

Tarif progresif berupa presentase yang meningkat apabila jumlah yang dikenakan pajak juga meningkat. Menurut kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif dibedakan menjadi:

1) Tarif Progresif Progresif adalah kenaikan presentase tarifnya semakin besar.


(24)

2) Tarif Progresif Tetap adalah kenaikan presentase tarifnya tetap. 3) Tarif Progresif Degresif adalah kenaikan tarifnya semakin kecil. c. Tarif Degresif

Tarif degresif berupa presentase yang semakin kecil apabila jumlah yang dikenakan pajak semakin besar, sehingga merupakan kebalikan dari tarif pajak progresif.

d. Tarif Tetap

Tarif tetap berupa jumlah yang tetap (sama) untuk berapapun jumlah yang dikenakan pajak.

B. Pajak Pertambahan Nilai

1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pada hakekatnya PPN merupakan bentuk pajak atas konsumsi yang dipungut berdasarkan nilai tambah (value added) pada setiap kegiatan produksi dan distribusi (multistage). Nilai tambah tercermin dari selisih harga penjualan dengan harga pembelian. Selisih ini merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau menjual kembali suatu barang tersebut. Nilai tambah ini merupakan semua faktor produksi yang melekat pada suatu barang mulai barang itu diproduksi, didistribusikan, sampai dengan diperdagangkan kepada konsumen.

Definisi PPN tertuang pada Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009: “Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi”.


(25)

Dari pengertian PPN secara singkat dapat diartikan bahwa, segala bentuk transaksi apabila telah terjadi penyerahan barang atau jasa baik sudah mengalami proses pembayaran atau belum dalam transaksi tersebut dapat dikatakan sebagai objek PPN.

2. Dasar Hukum PPN

Dasar hukum pengenaan PPN dan PPnBM adalah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009.

3. Subjek PPN

Pihak yang menjadi perantara pemerintah untuk memungut PPN disebut sebagai subyek pajak. Subyek PPN menurut UU Nomor 42 Tahun 2009, pasal 3A (tiga A) terdiri dari:

a. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN Barang dan Jasa dan PPnBM.

b. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP

c. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau yang memanfaatkan JKP dari luar Daerah Pabean.


(26)

4. Objek PPN

Kegiatan wajib dipungut PPN oleh subjek pajak disebut sebagai Objek Pajak. Menurut UU No. 42 Tahun 2009, pasal 4 (empat) yang menjadi objek pajak adalah:

a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha

b. Impor BKP

c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha

d. Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam daerah Pabean f. Ekspor BKP Berwujud oleh PKP

g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP h. Ekspor JKP oleh PKP

5. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Dalam Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 dijelaskan yang dimaksud dengan pengusaha adalah:

“Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean”.


(27)

a. Kegiatan Usaha

Dari definisi Pengusaha yang telah dijelaskan, kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Menghasilkan barang

Kegiatan mengolah melalui proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah sumber daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.

2) Mengimpor barang 3) Mengekspor barang

4) Melakukan usaha perdagangan

5) Memanfaatkan Barang Tidak Berwujud dari Luar aerah Pabean Kegiatan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean yang disebabkan oleh suatu perjanjian di dalam Daerah Pabean.

6) Melakukan usaha jasa

Kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukun yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.


(28)

7) Memanfaatkan Jasa dari luar Daerah Pabean

Kegiatan pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

b. Kewajiban PKP

Bagi pengusaha yang menjalankan salah satu atau beberapa kegiatan usaha, kecuali pengusaha kecil. Maka pengusaha tersebut memiliki kewajiban untuk:

1) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP 2) Memungut pajak yang terutang

3) Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal PK lebih besar daripada PM yang dapat dikreditkan, serta

4) Melaporkan penghitungan pajak 6. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)

Yang termasuk dalam Penyerahan BKP dan JKP, menurut Undang Undang No. 42 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian

Perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian jual beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang.

b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna.

Pengalihan tersebut karena perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing). Meskipun pengalihan BKP belum dilakukan


(29)

dan pembayaran Harga Jual BKP tersebut dilakukan secara bertahap, tetapi karena penguasaan atas BKP telah berpindah dari penjual (lessor) kepada pembeli (lessee) maka penyerahan BKP dianggap telah terjadi pada saat perjanjian ditandatangani, kecuali apabila saat berpindahnya penguasaan secara nyata atas BKP tersebut terjadi lebih dahulu daripada saat ditandatanganinya perjanjian.

c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.

Menurut Diana dan Setiawati pengertian dari Pedagang Perantara adalah:

“Orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu”.

Sedangkan yang dimaksud dengan juru lelang adalah:

“Juru lelang adalah pemerintah atau yang ditunjuk oleh pemerintah”. d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP

Pemakaian sendiri adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan pemberian cuma-cuma adalah pemberian yang diberikan tanpa pembayaran, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.


(30)

e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan

BKP berupa aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang PM atas perolehannya tidak dapat dikreditkan tidak dianggap sebagai penyerahan BKP sehingga tidak dikenakan PPN.

f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antarcabang.

Apabila suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang, baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan BKP antar tempat tersebut merupakan penyerahan BKP. g. Penyerahan BKP secara konsinyasi

Penyerahan pada saat konsinyasi, PPN sudah dibayar pada waktu BKP yang bersangkutan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan dengan PK pada saat Masa Pajak terjadinya penyerahan BKP yang dititipkan tersebut. Jika BKP titipan tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk dikembalikan kepada pemilik BKP, pengusaha yang menerima titipan tersebut dapat menggunakan ketentuan mengenai pengembalian BKP (retur).

h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya


(31)

dianggap langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.

7. Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak

Kegiatan yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, menurut Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sebagai berikut: a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang

Seorang makelar menyelenggarakan perusahaannya dengan cara melakukan pekerjaan yang mendapat upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas nama orang-orang lain yang memiliki hubungan kerja dengan mereka.

b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar-cabang selama PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang

Apabila PKP mempunyai lebih dari satu tempat usaha, baik sebagai pusat maupun cabang perusahaan dan PKP telah menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Dirjen Pajak, maka pemindahan BKP dari suatu tempat usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya dianggap tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, kecuali pemindahan BKP antar tempat pajak terutang.


(32)

d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan menerima pengalihan adalah PKP

e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang PM atas perolehnnya tidak dapat dikreditkan karena perolehan BKP atau JKP tersebut tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha atau karena pengeluaran tersebut untuk perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali merupakan dagangan atau disewakan.

8. Bukan Penyerahan Jasa Kena Pajak

Menurut Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah disebutkan jenis jasa yang tidak dikenai PPN adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa sebagai berikut:

a. Jasa pelayanan kesehatan medis b. Jasa pelayanan sosial

c. Jasa pengiriman surat dan perangko d. Jasa keuangan

e. Jasa asuransi f. Jasa keagamaan g. Jasa pendidikan

h. Jasa kesenian dan hiburan


(33)

j. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri

k. Jasa tenaga kerja l. Jasa perhotelan

m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum

n. Jasa penyediaan tempat parkir

o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos

q. Jasa boga atau katering

9. Tarif dan Dasar Pengenaan PPN

Secara umum tarif PPN adalah sebesar 10%, dasar tarif PPN ini tertuang dalam UU PPN pasal tujuh (7) ayat satu (1). Besaran tarif PPN tersebut dapat dikenakan atas konsumsi BKP di dalam Daerah Pabean. Meskipun demikian, ada kemungkinan bahwa tarif PPN tersebut kapanpun dapat berubah disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, Pemerintah diberi wewenang untuk mengubah tarif PPN paling rendah 5% dan paling tinggi 15% berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009, pasal tujuh (7) ayat tiga (3).

Kegiatan yang dikenakan PPN 0%, menurut Undang Undang PPN pasal tujuh (7) ayat dua (2) dapat diterapkan atas:


(34)

b. Ekspor BKP Tidak Berwujud c. Ekspor JKP

Untuk mengetahui PPN yang terutang dapat dilakukan dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau ditulis dengan rumus:

PPN terutang = Tarif x DPP

Keterangan:

Tarif = 10% (secara umum) DPP = Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak meliputi: a. Harga Jual

Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP.

b. Penggatian

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan JKP.

c. Nilai Impor

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk.

d. Nilai Ekspor

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.


(35)

e. Nilai lain yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nilai lain ini muncul untuk menjamin rasa keadilan dalam hal:

1) Harga Jual, Penggatian, Nilai Impor, dan Nilai Ekspor sukar untuk ditetapkan

2) Penyerahan BKP yang dibutuhkan oleh masyarakat luas, seperti air minum dan listrik.

10.Saat dan Tempat Terutangnya Pajak a. Saat Terutangnya Pajak

Pemungutan PPN dan PPnBM menurut Undang Undang PPN telah menganut prinsip akrual, yang artinya pajak terjadi pada saat BKP atau JKP diserahkan meskipun untuk pembayaran belum diterima atau belum sepenuhnya diterima. Terutangnya pajak terjadi pada saat:

1) Penyerahan BKP 2) Impor BKP 3) Penyerahan JKP

4) Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean 5) Pemanfaatan JKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean 6) Ekspor BKP Berwujud

7) Ekspor BKP Tidak Berwujud 8) Ekspor JKP

Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau sebelum penyerahan JKP atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari


(36)

luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

b. Tempat Terutangnya Pajak

Dalam Undang Undang PPN pasal dua belas (12), disebutkan aturan untuk tempat terutangnya PPN, yaitu:

1) PKP yang melakukan penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean, melakukan penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, melakukan ekspor BKP Berwujud dan BKP Tidak Berwujud, dan melakukan ekspor JKP terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan yang diatur dengan Peraturan Dirjen Pajak. Pemberitahuan tempat kegiatan usaha, PKP harus harus menyampaikan kepada Dirjen Pajak secara tertulis.

2) Dalam hal kegiatan impor, terutangnya pajak terjadi di tempat BKP dimasukkan dan dipungut melalui Dirjen Bea dan Cukai.

3) Bagi orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

11.Faktur Pajak

Berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM, pasal tiga belas (13) adalah:


(37)

a. Pengertian Fatur Pajak

Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP.

b. Faktur pajak dibuat pada:

1) Saat penyerahan BKP dan/atau JKP

2) Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran belum terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP belum terjadi

3) Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan, atau

4) Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

c. Pengecualian

Pengecualian dalam pembuatan Faktur Pajak yaitu, PKP dalam membuat hanya satu (1) Faktur Pajak untuk seluruh penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP selama satu (1) bulan kalender.

d. Pembuatan

Faktur Pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan. e. Syarat Faktur Pajak

Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material. Dalam Faktur Pajak paling sedikit harus memuat:

1) Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP 2) Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP


(38)

3) Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga

4) PPN yang dipungut 5) PPnBM yang dipungut

6) Kode, nomer seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak, dan

7) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Faktur Pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan dengan di atas mengakibatkan PPN yang tercantum dalam faktur tersebut tidak dapat dikreditkan.


(39)

FAKTUR PAJAK

Gambar 1: Faktur Pajak (Sumber: Direktorat Jenderal Pajak)

C. Pajak Pertambahan Nilai Farmasi Di Rumah Sakit 1. Pengertian Instalasi Farmasi

Dalam Surat Edaran (SE)-06/PJ.52/2000 pasal satu (1) menyatakan bahwa, Instalasi farmasi (kamar obat) merupakan suatu tempat untuk mengadakan dan menyimpan obat-obatan, gas medik, alat kesehatan serta

No. Urut/ Kode

Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin *)

Tarif (%) DPP (Rp)

Jumlah Nama

Jabatan : : *) Coret yang tidak perlu

PPnBM (Rp) …………., tanggal………….

Dasar Pengenaan Pajak

PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak Pajak Penjualan atas Barang Mewah Dikurangi Potongan Harga

Dikurangi Uang Muka yang telah diterima

Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak

Nama Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak

Termin (Rp)

Harga Jual / Penggantian / Uang/ Nama

Alamat NPWP

: :

: NPPKP: NPWP

: :

PKP :

Tanggal Pengukuhan

Kode dan Nomer Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak

Nama :


(40)

bahan kimia yang bukan berdiri sendiri tetapi merupakan satuan organik yang tidak terpisah dari keseluruhan organisasi rumah sakit.

2. Pengenaan PPN obat di Instalasi Farmasi (kamar obat)

Berdasarkan Surat Edaran-06/PJ.52/2000 pasal dua (2) menyatakan bahwa, Instalasi Farmasi melayani Rumah Sakit yang terdiri dari pasien rawat inap, pasien rawat jalan, dan pasien gawat darurat. Mengingat instalasi farmasi melakukan pelayanan kepada pasien rawat jalan sebagaimana lazimnya sebuah apotek, maka atas penyerahan obat-obatan dan perbekalan kesehatan oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat jalan tetap terutang PPN.

3. Instalasi Farmasi Merupakan Pedagang Eceran Selain Yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Menurut Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 402/KMK. 03/2002, tentang Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan barang dagangan oleh pedagang eceran selain yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto:

a. Pasal 1 (satu), yang dimaksud dengan pedagang eceran selain yang menggunakan Norma penghitungan penghasilan neto adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pembukuan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaan utamanya adalah melakukan usaha perdagangan dengan cara sebagai berikut:

1) Menyerahkan BKP melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko, kios, atau dengancara penjualan yang dilakukan langsung


(41)

kepada konsumen akhir, atau dengancara penjualan dari rumah ke rumah.

2) Menyediakan BKP yang diserahkan di tempat penjualan secara eceran tersebut

3) Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului dengan penawaran tertulis, kontrak atau lelang dan pada umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada umumnya datang ke tempat penjualan tersebut langsung membawa sendiri BKP yang dibelinya.

b. Pasal 2 (dua), Atas penyerahan barang dagangan oleh pedagang eceran selain yang menggunakan Norma penghitungan penghasilan neto, terutang Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga jual.

c. Pasal 3 (tiga), Pedagang Eceran Selain yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, wajib membuat Faktur Pajak, memungut, dan menyetor pajak yang terutang, serta melaporkannya pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

4. Penghitungan Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan Pada Instalasi Farmasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 78/PMK.03/2010 tentang pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan bagi pengusaha kena pajak yang melakukan penyerahan yang


(42)

terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak pada pasal tiga (3), menyatakan bahwa:

Pedoman penghitungan PM yang dapat dikreditkan adalah sebagai berikut:

P = PM x Z Dengan ketentuan:

P = Jumlah PM yang dapat dikreditkan

PM = Jumlah PM atas peroleh BKP dan/atau JKP

Z = Presentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya


(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit dengan menyalin data-data yang sesuai dengan objek yang akan diteliti. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dilakukan analisis dan penarikan kesimpulan, sehingga kesimpulan yang diperoleh terbatas pada objek penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Jl. Jenderal Sudirman No. 70, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Kurun waktu pelaksanaan penelitian adalah 11 April 2016 sampai dengan 11 Mei 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian

Menurut (Idrus, 2009), subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah bagian akuntansi dan keuangan Rumah Sakit Bethesda.


(44)

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah individu atau benda atau sesuatu yang diteliti (Idrus, 2009). Objek dalam penelitian ini adalah:

a. Daftar pembelian obat dan perbekalan farmasi oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda

b. Penjualan farmasi kepada pasien rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat di Rumah Sakit Bethesda.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Wawancara

Metode wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dengan tujuan untuk menggali lebih dalam informasi-informasi yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab kepada staf-staf yang berkaitan dengan segala proses pembelian dan penjualan farmasi dan staf akuntansi yang bertugas melakukan penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPN di Rumah Sakit Bethesda.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari dokumen internal Rumah Sakit Bethesda yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian dengan cara mencatat data-data yang diperlukan. Dokumentasi juga dilakukan dengan menyalin secara langsung


(45)

data rumah sakit atau dengan memindahkan data Rumah Sakit Bethesda kedalam catatan peneliti, dan mencatat seperlunya disaat peneliti melakukan wawacara dengan narasumber.

Hal-hal yang didokumentasikan antara lain: a. Pembelian Farmasi selama tahun 2015

b. Penjualan farmasi kepada pasien rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat di Rumah Sakit Bethesda selama tahun 2015

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif komparatif. Teknik deskriptif komparatif adalah penyajian data hasil penelitian mengenai cara penghitungan PPN obat yang terutang dengan membandingkan antara hasil dan cara penghitugan PPN farmasi terutang yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan hasil dan cara penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Menjawab rumusan dalam penelitian ini, dilakukan tahapan sebagai berikut:

1. Membandingkan penghitungan antara PPN Instalasi Farmasi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan penghitungan PPN Instalasi Farmasi berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009. Komponen yang dibandingkan adalah sebagai berikut:


(46)

1) Menentukan besarnya Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 2) Cara menghitung besarnya PM

b. Membandingkan penghitungan Pajak Keluaran (PK) 1) Menentukan besarnya DPP

2) Cara menghitung besarnya PK

c. Membandingkan penghitungan PM yang dapat dikreditkan

1) Cara menghitung prosentase sebanding antara penyerahan BKP yang terutang pajak dengan penyerahan BKP seluruhnya

2) Cara menghitung besarnya PM yang dapat dikreditkan

2. Membandingkan penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan selama tahun pajak 2015 yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009

3. Menarik kesimpulan apakah Rumah Sakit Bethesda dalam melakukan penghitungan PPN Instalasi Farmasi telah sesuai atau belum sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009. Penghitungan PPN Instalasi Farmasi dikatakan sesuai dengan Undang Undang jika:

a. Penghitungan PM

1) Cara menentukan DPP yang dilakukan Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009

2) Cara menghitung PM yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009


(47)

b. Penghitungan PK

1) Cara menentukan DPP yang dilakukan Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009

2) Cara menghitung PK yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Thauan 2009

c. Penghitungan PM yang dapat dikreditkan

1) Cara menghitung prosentase sebanding antara penyerahan BKP yang terutang pajak dengan penyerahan BKP seluruhnya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010

2) Cara menghitung besarnya PM yang dapat dikreditkan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010

d. Penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan oleh Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009


(48)

33 BAB IV

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Sejarah Rumah Sakit Bethesda

Rumah Sakit Bethesda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1899 oleh Dr. J. Gerrit Scheurer dengan nama Petronella Zienkenhuis. Kemudian oleh masyarakat disebut sebagai Rumah Sakit Toeloeng/Pitulungan, karena dalam pelayanan terhadap pasien, rumah sakit ini tidak memandang apa dan siapa pasien itu, tetapi mengutamakan pertolongan lebih dahulu.

Pada zaman pemerintahan penjajahan Jepang (1942-1945) namanya diganti dengan Yogyakarta Tjuo Bjoin dan kemudian setelah terlepas dari penjajahan Jepang dikenal sebagai Rumah Sakit Pusat. Agar masyarakat umum mengetahui bahwa Rumah Sakit Pusat ini merupakan salah satu rumah sakit pelayanan kasih (kristen), maka pada tanggal 28 Juni 1950 diganti dengan nama Rumah Sakit Bethesda (kolam penyembuhan).

Rumah Sakit Bethesda tergabung dalam suatu yayasan menaungi rumah sakit-rumah sakit Kristen, yang bernama YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum). Yayasan ini resmi berdiri pada tanggal 1 Februari 1950. B. Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi Rumah Sakit Bethesda, adalah:

Menjadi rumah sakit pilihan yang bertumbuh dan memuliakan Allah. Misi Rumah Sakit Bethesda, adalah:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang holistik, unggul, efisien, efektif, dan aman yang berwawasan lingkungan.


(49)

2. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengembangan yang berkesinambungan untuk meghasilkan sumber daya manusia yang berintegritas dan berjiwa kasih.

3. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang terjangkau, memuaskan customer dengan jejaring yang luas dan mampu berkembang dengan baik.

4. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuana dan teknologi. C. Motto dan Falsafah

Motto:

“Tolong dulu urusan belakang”. Falsafah:

1. Setiap manusia sejak saat pembuahan sampai kematian, mempunyai citra dan martabat yang mulia sebagai ciptaan Allah.

2. Setiap orang berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan wajib ikut serta dalam usaha memelihara dan meningkatkan derajat kesahatannya. 3. Dengan dasar dan semangat cinta kasih, pelayanan kesehatan rumah sakit terpanggil untuk berperan serta dalam upaya memberdayakan sesama melalui pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan serta pendidikan bidang kesehatan yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.


(50)

D. Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu Rumah Sakit Bethesda adalah:

1. Rumah Sakit Bethesda memberikan layanan yang cepat, tepat, komunikatif, dan terpadu sesuai dengan standar mutu, sehingga menghasilkan pelanggan yang puas dan setia.

2. Rumah Sakit Bethesda berkomitmen untuk selalu melaksanakan dan meningkatkan keefektifan sistem mutu.

E. Peran

Peran yang ingin diberikan oleh Rumah Sakit Bethesda adalah:

1. Sebagai Roemah Sakit Toeloeng yang memberdayakan masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

2. Sebagai Unit Kerja YAKKUM yang berwawasan kesatuan, kenasionalan, dan keswasembadaan.

3. Sebagai mitra pemerintah dalam menyelenggarakan Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

4. Sebagai rumah sakit rujukan.

5. Sebagai rumah sakit untuk pendidikan dan pelatihan.

6. Sebagai wahana pelayanan dan peningkatan kesejahteraan karyawan. F. Tujuan

Tujuan Rumah Sakit Bethesda adalah: 1. Mampu bersaing

2. Melindungi dan mensejahterakan SDM


(51)

4. Unggul, berkualitas, dan paripurna dalam pelayanan kesehatan 5. Jejaring pelayanan kesehatan yang luas

6. Diversifakasi pelayanan kesehatan yang luas G. Letak

Rumah Sakit Bethesda terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 70, Yogyakarta.

Utara

Jl Jenderal Sudirman Jl Urip Sumoharjo

Gambar 2: Denah Lokasi Rumah Sakit Bethesda (Sumber: Rumah Sakit Bethesda)

Jl.

P

rof

. Yoha

ne

s

Jl. Dr.

W

ahidi

n

Galeria Mall


(52)

H. Struktur Organisasi Rumah Sakit Bethesda

Gambar 3: Struktur Organisasi Rumah Sakit Bethesda (Sumber: Rumah Sakit Bethesda)

DIREKTUR RUMAH SAKIT BETHESDA WAKIL DIREKTUR PELAYANAN MEDIK INSTALASI RAWAT

INTENSIF IGD IBS IRJ IRI

BIDANG PERAWATAN

SEKSI ETIKA MUTU & PROFESIONALISME

KEPERAWATAN

SEKSI LOGISTIK KEPERAWATAN

BIDANG REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN SEKSI PELAYANAN PASIEN SEKSI PENGELOLAAN REKAM MEDIK &

STATISTIKA WAKIL DIREKTUR PENUNJANG MEDIK INSTALASI FARMASI INSTALASI GIZI INSTALASI LABORATORIUM INSTALASI RADIOLOGI INSTALASI REHAB MEDIK INSTALASI PSPM WAKIL DIREKTUR PERSONALIA DAN UMUM BAGIAN SEKRETARIAT BAGIAN PEMELIHARAAN SARANA & PRASARANA

BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG PENGELOLAAN LINEN TERPADU BAGIAN RUMAH TANGGA IKL WAKIL DIREKTUR KEUANGAN BAGIAN INFORMASI & TEKNOLOGI BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PERENCANAAN &

PENGENDALIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN ADMINISTRASI KEUANGAN PASIEN

INAP SUB BAGIAN PIUTANG BAGIAN AKUNTANSI BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT &

MARKETING


(53)

I. Fasilitas Layanan yang Tersedia di Rumah Sakit Bethesda

Fasilitas layanan di Rumah Sakit Bethesda dibagi menjadi 5 (lima), yaitu: 1. Instalasi Rawat Jalan, meliputi:

a. Klinik Syaraf

b. Klinik Penyakit Dalam c. Klinik Bedah

d. Klinik Anak e. Kardiologi

f. Klinik Paru-paru dan PFT

g. Klinik Kebidanan dan Kandungan h. Klinik Bayi Sehat (Vaksinasi dan Pijat) i. Laktasi

j. Klinik Keluarga Bencana k. Klinik THT

l. Klinik Mata

m. Klinik Kesehatan Jiwa n. Klinik Psikologi

o. Klinik Kulit dan Kelamin p. Klinik Gigi dan Mulut q. Partus Sehari

r. Klinik Akupuntur s. Klinik Konsultasi Gizi t. Poliklinik 24 jam (umum)


(54)

u. Poliklinik Spesialis Sore v. Poliklinik Kartini 1 (VIP) w. Poliklinik Kartini 2 (VVIP)

x. Operasi Rawat Jalan dengan kapasitas 2 kamar operasi y. Pelayanan Hemodialisa

z. Pelayanan Elektrodiagnostik meliputi: ECG, EMG/BERA, dan EEG aa. Klinik Alergi

2. ICU, ICCU, NICU, PSA, IMC

Ruang perawatan intensif atau Intensive Care Unit (ICU) RS. Bethesda memiliki 10 tempat tidur dengan bed side monitor (alat untuk memantau tekanan darah, pernafasan, suhu, saturasi oksigen, serta gambaran gelombang jantung) untuk setiap tidur dan dilengkapi dengan ventilator (alat ventilasi mekanik) sebanyak 5 (lima) buah.

Ruang IMC (Intermediate Care) Rumah Sakit Bethesda terdiri dari 13 kamar yang dilengkapi tempat tidur dengan bed side monitor (alat untuk memantau tekanan darah, pernafasan, suhu, saturasi oksigen, serta gambaran gelombang jantung). Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit), Ruang ICCU (Intensive Coronary Care Unit), dan PSA (Perawatan Stroke Akut).

3. Instalasi Bedah Sentral

Instalasi Bedah Sentral (IBS) memiliki kapasitas 5 kamar operasi, dengan menghadirkan lanyanan unggulan berupa, Bedah Laparascopy. Selain Bedah Laparascopy.


(55)

IBS juga memiliki layanan berupa: a. Bedah Umum

b. Bedah Obsgyn c. Bedah THT d. Bedah Syaraf

e. Bedah Subspesialis yang meliputi: 1) Toraks – Kardiovaskuler 2) Onkologi

3) Orthopedi 4) Urologi 5) Digestive 4. Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Bethesda tersedia ruang rawat inap menurut kasus atau jenis penyakit yang diderita oleh pasien dengan kapasitas 445 tempat tidur. 5. Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang siap melayani pasien dengan segala kasus dan tersedia pelayanan jemput pasien oleh tenaga medis yang berkompenten.


(56)

41 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian di Rumah Sakit Bethesda bertujuan untuk menilai apakah penghitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Instalasi Farmasi oleh Rumah Sakit Bethesda sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Rumah Sakit Bethesda merupakan salah satu unit kerja Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM), yang pada tanggal 25 Januari 2008 Rumah Sakit Bethesda telah mengukuhkan dirinya sebagai PKP dilengkapi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.139.894.8-541.001.

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Bethesda adalah daftar pembelian obat dan perbekalan kesehatan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda dari beberapa distributor yang telah melalui proses pelunasan dan telah dilengkapi dengan Faktur Pajak dari distributor atas pembelian obat dan perbekalan kesehatan rumah sakit. Daftar pembelian obat dan perbekalan kesehatan dari distributor tahun 2015. Data berikutnya yang diperoleh adalah informasi tentang nota penjualan penjualan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda kepada pasien rawat jalan, pasien gawat darurat, dan pasien rawat inap tahun 2015 yang sekaligus sebagai Faktur Pajak dan tarif pajak yang dikenakan kepada pasien sebesar 10%, dan rekapitulasi pendapatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda selama tahun 2015 yang dapat dilihat dalam Lampiran 1.


(57)

Formula yang digunakan dalam menghitung PPN Instalasi Farmasi oleh Rumah Sakit Bethesda adalah sebagai berikut:

1. Menghitung PM dan PK

PPN = DPP x Tarif 10%

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) harus ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan penghitungan Pajak Keluaran (PK) dan Pajak Masukan (PM). Penghitungan PK Rumah Sakit Bethesda menggunakan DPP harga jual Instalasi Farmasi kepada pasien rawat jalan, sedangkan dalam penghitungan PM Rumah Sakit Bethesda menggunakan harga jual dari distributor kepada Instalasi Farmasi atas pembelian obat dan perbekalan farmasi. Setelah besarnya DPP telah ditentukan, maka PK dan PM dihitung sesuai dengan ketentuan pada Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009.

2. Menghitung Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan

�� �� ��� �� = ��� �� ��� �� �� �� � ��

3. Menghitung PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan

PPN yang disetorkan = PK – PM yang dapat dikreditkan

B. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan penghitungan antara yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009, dilengkapi dengan penjelasan atas setiap langkah-langkah dalam penghitungan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjawab apakah penghitungan PPN


(58)

Instalasi Farmasi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda telah sesuai dengan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan penghitungan antara PPN Instalasi Farmasi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan penghitungan PPN Instalasi Farmasi berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009.

a. Membandingkan penghitungan Pajak Masukan (PM). 1) Menentukan besarnya Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 yang meliputi DPP adalah harga jual, penggantian, nilai import, nilai ekport, dan nilai lain. Pembelian obat dan perbekalan kesehatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda berasal dari distributor dalam negeri, sehingga penentuan DPP yang dilakukan oleh Rumah Bethesda menggunakan harga beli obat dan perbekalan kesehatan dari distributor. Perbandingan cara penentuan DPP yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut:


(59)

Tabel 5.1 Perbandingan cara penentuan DPP atas penghitungan PM antara Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009

Komponen

Rumah Sakit Bethesda

Undang Undang Nomor 42 Tahun

2009

Hasil Penelitian Cara menentukan

DPP

Harga jual dari distributor obat dan alat kesehatan

Harga jual, nilai import, nilai eksport,

penggantian, dan nilai lain

Cara menentukan DPP antara Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sama Sumber: Data Diolah

2) Cara menghitung besarnya PM

Berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 PPN dihitung dengan cara mengalikan DPP dengan Tarif Pajak sebesar 10%. Cara penghitungan PM yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda yaitu DPP dikalikan dengan tarif pajak sebesar 10%. Perbandingan cara penghitungan PM yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Perbandingan cara penghitungan PM yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009

Komponen

Rumah Sakit Bethesda

Undang Undang Nomor 42 Tahun

2009

Hasil Penelitian Cara menghitung

PM

PPN = DPP x Tarif 10%

PPN = DPP x Tarif 10%

Cara

penghitungan PM yang dilakukan antara Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sama. Sumber: Data Diolah


(60)

Berdasarkan penentuan DPP dan cara penghitungan PM yang telah ditetapkan sebelumnya, maka berikut ini adalah contoh penghitungan PM pada tanggal 17 November 2014 dari PT. Brataco yang terdapat dalam daftar pembelian obat dan perbekalan farmasi pada bulan Januari 2015, untuk daftar lengkap penghitungan PM bulan Januari 2015 dapat dilihat pada Lampiran 3.

DPP = Rp 1.388.636 Tarif = 10%

Maka penghitungan PM: PPN = DPP x Tarif 10% PPN = Rp 1.388.636 x 10% PPN = Rp 138.863

Berikut ini adalah ringkasan PM Rumah Sakit Bethesda dari transaksi pembelian BKP tahun 2015.

Tabel 5.3 Pajak Masukan Rumah Sakit Bethesda Tahun 2015 Masa Pajak DPP (Rp) Tarif PM (Rp)

Januari 7.480.108.410 10% 748.010.841 Februari 6.553.257.286 10% 655.325.729

Maret 6.786.696.228 10% 678.669.623

April 6.283.716.028 10% 628.371.603

Mei 6.910.192.354 10% 691.019.235

Juni 7.557.522.654 10% 755.752.265

Juli 6.885.426.361 10% 688.542.636

Agustus 7.612.948.904 10% 761.294.890 September 7.289.444.322 10% 728.944.432 Oktober 8.139.147.865 10% 813.914.787

November 7.093.125.653 10% 709.312.565

Desember 7.034.534.918 10% 703.453.492 Sumber: Data Diolah


(61)

b. Membandingkan penghitungan Pajak Keluaran (PK) 1) Menentukan besarnya DPP

Berdasarkan Surat Edaran-06/PJ.52/2000 apabila apotek atau instalasi farmasi di rumah sakit yang bertindak sebagaimana lazimnya apotek, maka penyerahan obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien rawat jalan oleh instalasi farmasi dikenakan PPN. Rumah sakit Bethesda melayani rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat, dari ketiga pelayanan tersebut yang menjadi DPP dalam penghitungan PK adalah pelayanan kepada pasien rawat jalan. Perbandingan cara penentuan DPP yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Surat Edaran-06/PJ.52/2000 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.4 Perbandingan cara penentuan DPP yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Surat Edaran-06/PJ.52/2000

Komponen Rumah Sakit Bethesda

Surat Edaran-06/PJ.52/2000

Hasil Penelitian Cara penentuan

DPP

Harga jual obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien rawat jalan

Penyerahan obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien rawat jalan oleh instalasi farmasi.

Cara penentuan DPP antara Rumah Sakit Bethesda dengan Surat Edaran-06/PJ.52/2000 adalah sama. Sumber: Data Diolah

2) Cara menghitung besarnya PK

Berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 PPN dihitung dengan cara mengalikan DPP dengan Tarif Pajak sebesar 10%. Cara penghitungan PK yang dilakukan oleh Rumah Sakit


(62)

Bethesda yaitu DPP dikalikan dengan tarif pajak sebesar 10%. Perbandingan cara penghitungan PK yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.5 Perbandingan cara penghitungan PK yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009

Komponen

Rumah Sakit Bethesda

Undang Undang Nomor 42 Tahun

2009

Hasil Penelitian Cara menghitung

PK

PPN = DPP x Tarif 10%

PPN = DPP x Tarif 10%

Cara

penghitungan PK yang dilakukan antara Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sama. Sumber: Data Diolah

Berikut ini adalah ringkasan penghitungan PK Instalasi Farmasi atas transaksi penyerahan BKP kepada pasien rawat jalan.

Tabel 5.6 Ringkasan Pajak Keluaran Rumah Sakit Bethesda Tahun 2015 Masa Pajak DPP (Rp) Tarif PPN (Rp)

Januari 2.075.620.940 10% 207.562.094 Februari 1.952.850.834 10% 195.285.083

Maret 1.961.735.700 10% 196.173.570

April 1.821.973.871 10% 182.197.387

Mei 2.387.409.006 10% 238.740.901

Juni 2.474.898.959 10% 247.489.896

Juli 2.383.334.574 10% 238.333.457

Agustus 2.587.104.676 10% 258.710.468 September 2.548.631.134 10% 254.863.113 Oktober 2.599.777.145 10% 259.977.715

November 2.309.963.427 10% 230.996.343

Desember 2.431.540.449 10% 243.154.045 Sumber: Data Diolah


(63)

c. Membandingkan penghitungan PM yang dapat dikreditkan

1) Cara menghitung prosentase sebanding antara penyerahan BKP yang terutang pajak dengan penyerahan BKP seluruhnya

Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 78 Tahun 2010 penghitungan prosentase sebanding dilakukan dengan membandingkan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang terutang pajak dengan penyerahan BKP seluruhnya. Rumah Sakit Bethesda melakukan prosentase sebanding untuk dapat mengetahui berapakah PM yang dapat dikreditkan beradasarkan perbandingan antara penyerahan obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien rawat dengan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. Berikut ini adalah hasil perbandingan cara penghitungan prosentase sebanding untuk menentukan PM yang dapat dikreditkan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan PMK 78 Tahun 2010.

Tabel 5.7 Perbandingan cara penghitungan prosentase sebanding untuk menentukan PM yang dapat dikreditkan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan PMK 78 Tahun 2010.

Komponen Rumah Sakit Bethesda

PMK 78 Tahun 2010

Hasil Penelitian Cara

penghitungan prosentase

sebanding =

penyerahan obat kepada pasien

rawat jalan penyerahan obat

kepada pasien rawat jalan dan

rawat inap = penyerahan BK� terutang �ajak penyerahan BK� seluruhnya Cara penghitungan prosentase sebanding antara Rumah Sakit Bethesda dengan PMK &8 Tahun 2010 hasilnya adalah sama. Sumber: Data Diolah


(64)

2) Cara menghitung besarnya PM yang dapat dikreditkan

Menurut PMK Nomor 78 Tahun 2010 cara penghitungan PM yang dapat dikreditkan adalah mengalikan PM dengan prosentase sebanding antara jumlah penyerahan yang terutang pajak dengan penyerahan seluruhnya. Cara penghitungan PM yang dapat dikreditkan oleh Rumah Sakit Bethesda dilakukan dengan mengalikan PM dengan hasil penghitungan prosentase sebanding antara penyerahan obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien rawat jalan dengan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. Perbandingan cara penghitungan PM yang dapat dikreditkan antara Rumah Sakit Bethesda dengan PMK Nomor 78 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.8 Perbandingan cara penghitungan PM yang dapat dikreditkan antara Rumah Sakit Bethesda dengan PMK Nomor 78 Tahun 2010

Komponen Rumah Sakit Bethesda

PMK 78 Tahun 2010

Hasil Penelitian Cara

penghitungan PM yang dapat dikreditkan

PM yang

dikreditkan = prosentase

sebanding x PM

PM yang

dikreditkan = prosentase

sebanding x PM

Cara

penghitungan PM yang dapat dikreditkan antara Rumah Sakit Bethesda dengan PMK Nomor 78 Tahun 2010 adalah sama. Sumber: Data Diolah


(65)

Berikut ini adalah contoh penghitungan PM yang dapat dikreditkan pada bulan Januari 2015 berdasarkan data rekapitulasi pendapatan Instalasi Farmasi (lampiran II).

Penghitungan prosentase sebanding (Z): BKP Terutang pajak = Rp 2.075.620.940 BKP seluruhnya = Rp 8.304.046.108

� = penyerahan BK� terutang pajakpenyerahan BK� seluruhnya

� = Rp .Rp . .. .. = ,

Penghitungan PM yang dapat dikreditkan (P): PM = Rp 748.010.841

Z = 0,25 P = PM x Z

P = Rp 748.010.841 x 0,25 P = Rp186.967.527

Berikut ini adalah ringkasan penghitungan pm yang dapat dikreditkan instalasi farmasi rumah sakit bethesda tahun 2015.


(66)

Tabel 5.9 Ringkasan Penghitungan PM Yang Dapat Dikreditkan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda Tahun 2015

Masa Pajak PM (Rp) BKP Terutang PPN (Rp) BKP Seluruhnya (Rp) PM yang dapat dikreditkan (Rp) Januari 748.010.841 2.075.620.940 8.304.046.108 186.967.527 Februari 655.325.729 1.952.850.834 7.227.375.497 177.070.279 Maret 678.669.623 1.961.735.700 7.532.016.278 176.761.491 April 628.371.603 1.821.973.871 6.958.924.323 164.519.197 Mei 691.019.235 2.387.409.006 7.515.746.544 219.505.213 Juni 755.752.265 2.474.898.959 8.130.492.944 230.048.843 Juli 688.542.636 2.383.334.574 7.501.103.024 218.771.488 Agustus 761.294.890 2.587.104.676 8.142.238.775 241.892.878 September 728.944.432 2.548.631.134 7.956.033.859 233.509.624 Oktober 813.914.787 2.599.777.145 8.779.612.827 241.012.571 November 709.312.565 2.309.963.427 7.202.856.032 216.103.414 Desember 703.453.492 2.431.540.449 7.581.953.718 225.598.267 Sumber: Data Diolah

Penghitungan PPN Instalasi Farmasi baik penghitungan PM, PK, dan PM yang dapat dikreditkan seluruh komponen penghitungan memiliki kesamaan dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009, PMK No. 78 Tahun 2010, dan Surat Edaran-06/PJ.52/2000.

2. Membandingkan penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan selama tahun pajak 2015 yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan berdasarkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan menurut Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009, dilakukan dengan cara mengkreditkan PM dalam suatu Masa Pajak dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. Cara menghitung PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan oleh Rumah Sakit Bethesda dilakukan dengan cara mengurangkan PM yang dapat dikreditkan pada PK masa pajak yang sama.


(67)

Berikut adalah perbandingan cara penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan antara yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Tabel 5.10 Perbandingan cara penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan antara yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009

Komponen

Rumah Sakit Bethesda

Undang Undang Nomor 42 Tahun

2009

Hasil Penelitian Cara

penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan

PPN = PK – PM yang dikreditkan

PPN = PK – PM yang dikreditkan

Cara

penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan antara Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sama. Sumber: Data Diolah

Pada tabel 5.11 merupakan ringkasan penghitungan PPN Instalasi Farmasi yang disetorkan pada tahun 2015.

Tabel 5.11 Penghitungan PPN Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bethesda yang disetorkan Tahun 2015

Masa Pajak PK (Rp) P (Rp) PPN (Rp) Januari 207.562.094 186.967.527 20.594.567 Februari 195.285.083 177.070.279 18.214.804 Maret 196.173.570 176.761.491 19.412.079 April 182.197.387 164.519.197 17.678.190 Mei 238.740.901 219.505.213 19.235.688 Juni 247.489.896 230.048.843 17.441.053 Juli 238.333.457 218.771.488 19.561.969 Agustus 258.710.468 241.892.878 16.817.590 September 254.863.113 233.509.624 21.353.489 Oktober 259.977.715 241.012.571 18.965.144 November 230.996.343 216.103.414 14.892.929 Desember 243.154.045 225.598.267 17.555.778 Sumber: Data Diolah


(68)

Sesuai dengan hasil perbandingan penghitungan PPN yang disetorkan antara yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009, komponen-komponen yang terkandung di dalamnya, yaitu cara mengkreditkan PM yang dikreditkan dikreditkan pada PK dengan masa pajak yang sama.

C. Pembahasan

Pembahasan atas langkah-langkah penghitungan PPN Instalasi Farmasi antara yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Penghitungan PPN Instalasi Farmasi.

Penghitungan PPN Instlasi Farmasi terdiri dari penghitungan PM, PK, dan PM yang dapat dikreditkan.

a. Penghitungan PM

Penghitungan PM yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Bethesda, komponen yang terkandung dalam proses penghitungan memiliki komponen yang sama dengan dengan proses penghitungan PM yang terkandung dalam Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009. Penentuan DPP dan penghitungan PPN, telah sesuai dengan pasal 8 Undang Undang 42 Tahun 2009, PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff pajak dengan DPP, yang meliputi DPP adalah harga jual, penggantian, nilai import, nilai eksport, dan nilai lain. Tarif pajak yang digunakan untuk dikalikan dengan DPP adalah sebesar 10% sesuai dengan Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 7. Rumah


(1)

PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14919388 04/12/2014 Rp 3.645.820 Rp 364.582 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14919386 04/12/2014 Rp 7.069.488 Rp 706.949 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14799241 11/11/2014 Rp 4.339.500 Rp 433.950 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14799239 11/11/2014 Rp 5.459.480 Rp 545.948 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14814278 13/11/2014 Rp 11.250.000 Rp 1.125.000 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14814287 13/11/2014 Rp 3.736.000 Rp 373.600 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14814289 13/11/2014 Rp 10.098.000 Rp 1.009.800 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14815619 13/11/2014 Rp 600.000 Rp 60.000 PARIT PADANG GLOBAL, 010.003-14.14816788 14/11/2014 Rp 2.400.000 Rp 240.000 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67595174 18/11/2014 Rp 901.875 Rp 90.188 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67597474 20/11/2014 Rp 1.762.125 Rp 176.213 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67630867 04/12/2014 Rp 1.044.788 Rp 104.479 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67634611 06/12/2014 Rp 445.388 Rp 44.539 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67634608 06/12/2014 Rp 73.538 Rp 7.354 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67637467 08/12/2014 Rp 235.125 Rp 23.513 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67645738 11/12/2014 Rp 4.299.169 Rp 429.917 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67645739 11/12/2014 Rp 2.760.200 Rp 276.020 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67645736 11/12/2014 Rp 2.210.634 Rp 221.063 PENTA VALENT,PT 010.003-14.67645737 11/12/2014 Rp 1.743.741 Rp 174.374 PRIMA MEDIKA RAYA,PT 010.003-14.20055217 19/11/2014 Rp 15.973.720 Rp 1.597.372 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969399 10/12/2014 Rp 10.800.000 Rp 1.080.000 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969400 10/12/2014 Rp 8.235.000 Rp 823.500 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969398 10/12/2014 Rp 16.424.727 Rp 1.642.473 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969386 10/12/2014 Rp 526.800 Rp 52.680 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969428 13/12/2014 Rp 6.620.494 Rp 662.049


(2)

RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969429 13/12/2014 Rp 10.784.714 Rp 1.078.471 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969435 19/12/2014 Rp 103.636 Rp 10.364 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.24969436 22/12/2014 Rp 802.995 Rp 80.300 RAJAWALI NUSANTARA I 010.003-14.25055729 24/12/2014 Rp 14.692.827 Rp 1.469.283 SABA INDOMEDIKA,PT 010.003-14.32496326 09/12/2014 Rp 6.426.000 Rp 642.600 SABA INDOMEDIKA,PT 010.003-14.32496296 09/12/2014 Rp 1.004.000 Rp 100.400 SABDA BADRANAYA MU 010.003-14.27800711 27/10/2014 Rp 538.200 Rp 53.820 SABDA BADRANAYA MU 010.003-14.27800778 28/10/2014 Rp 214.410 Rp 21.441 SABDA BADRANAYA MU 010.003-14.27801454 13/11/2014 Rp 1.510.590 Rp 151.059 SABDA BADRANAYA MU 010.003-14.27801469 14/11/2014 Rp 897.709 Rp 89.771 SABDA BADRANAYA MU 010.003-14.27801470 14/11/2014 Rp 79.750 Rp 7.975 SAHABAT LINGKUNGAN 010.003-14.11756558 11/12/2014 Rp 7.000.000 Rp 700.000 SAWAH BESAR FARMA, 010.003-14.20125465 10/11/2014 Rp 5.558.400 Rp 555.840 SEKARGUNA MEDIKA,PT 010.003-14.08193087 15/11/2014 Rp 1.200.000 Rp 120.000 SEKARGUNA MEDIKA,PT 010.003-14.08192915 18/11/2014 Rp 240.000 Rp 24.000 SEKARGUNA MEDIKA,PT 010.003-14.80278575 03/12/2014 Rp 288.000 Rp 28.800 SEKARGUNA MEDIKA,PT 010.003-14.80278665 11/12/2014 Rp 1.200.000 Rp 120.000 SEKARGUNA MEDIKA,PT 010.003-14.80278680 12/12/2014 Rp 288.000 Rp 28.800 SENTRA MULTIGAS UTA 010.002-14.76583798 20/11/2014 Rp 14.198.000 Rp 1.419.800 SENTRA MULTIGAS UTA 010.002-14.76583996 29/11/2014 Rp 12.110.000 Rp 1.211.000 SENTRA MULTIGAS UTA 010.002-14.76583580 10/11/2014 Rp 6.420.000 Rp 642.000 SETIABUDI CIPTA MANDI 010.003-14.46044430 29/11/2014 Rp 1.578.375 Rp 157.838 SETIABUDI CIPTA MANDI 010.003-14.46044432 01/12/2014 Rp 6.732.000 Rp 673.200 SETIABUDI CIPTA MANDI 010.003-14.46044435 02/12/2014 Rp 1.656.000 Rp 165.600 SETIABUDI CIPTA MANDI 010.003-14.46044453 08/12/2014 Rp 6.753.600 Rp 675.360


(3)

SETIABUDI CIPTA MANDI 010.003-14.46044422 20/11/2014 Rp 1.611.000 Rp 161.100 SEVANA DISTRIBUTION, 010.003-14.57908544 21/11/2014 Rp 10.253.100 Rp 1.025.310 SEVANA DISTRIBUTION, 010.003-14.57908545 27/11/2014 Rp 10.253.100 Rp 1.025.310 SEVANA DISTRIBUTION, 010.003-14.57908731 05/12/2014 Rp 13.404.000 Rp 1.340.400 SEVANA DISTRIBUTION, 010.003-14.57908775 09/12/2014 Rp 9.134.000 Rp 913.400 SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363893 14/11/2014 Rp 11.400.000 Rp 1.140.000 SURGIKA ALKESINDO,P 010.003-14.71872965 21/11/2014 Rp 2.726.400 Rp 272.640 SURGIKA ALKESINDO,P 010.003-14.71873641 27/11/2014 Rp 1.641.600 Rp 164.160 SURGIKA ALKESINDO,P 010.003-14.71873644 28/11/2014 Rp 1.843.200 Rp 184.320 SURGIKA ALKESINDO,P 010.003-14.71874302 04/12/2014 Rp 3.945.600 Rp 394.560 SURGIKA ALKESINDO,P 010.003-14.71874713 09/12/2014 Rp 2.908.800 Rp 290.880 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637512 01/11/2014 Rp 5.850.000 Rp 585.000 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637513 03/11/2014 Rp 3.251.250 Rp 325.125 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637514 07/11/2014 Rp 2.812.500 Rp 281.250 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637516 10/11/2014 Rp 202.500 Rp 20.250 TAWADA HEALTH CARE 010.003-14.66552983 20/11/2014 Rp 7.524.000 Rp 752.400 TEMPO,PT 010.003-14.47502049 21/11/2014 Rp 14.109.556 Rp 1.410.956 TEMPO,PT 010.003-14.47502025 22/11/2014 Rp 9.000.000 Rp 900.000 TEMPO,PT 010.003-14.47509515 24/11/2014 Rp 636.364 Rp 63.636 TEMPO,PT 010.003-14.47509516 24/11/2014 Rp 640.959 Rp 64.096 TEMPO,PT 010.003-14.47517085 26/11/2014 Rp 1.073.464 Rp 107.346 TEMPO,PT 010.003-14.47517081 26/11/2014 Rp 1.128.600 Rp 112.860 TEMPO,PT 010.003-14.47519192 27/11/2014 Rp 14.960.897 Rp 1.496.090 TEMPO,PT 010.003-14.47519191 27/11/2014 Rp 14.960.897 Rp 1.496.090 TEMPO,PT 010.003-14.47519190 27/11/2014 Rp 5.984.358 Rp 598.436


(4)

TEMPO,PT 010.003-14.47560376 06/12/2014 Rp 17.825.485 Rp 1.782.549 TEMPO,PT 010.003-14.47567393 08/12/2014 Rp 3.515.244 Rp 351.524 TEMPO,PT 010.003-14.47567296 09/12/2014 Rp 17.825.485 Rp 1.782.549 TEMPO,PT 010.003-14.47567323 09/12/2014 Rp 5.984.358 Rp 598.436 TEMPO,PT 010.003-14.47575592 10/12/2014 Rp 2.977.370 Rp 297.737 TEMPO,PT 010.003-14.47587589 12/12/2014 Rp 15.000.000 Rp 1.500.000 TEMPO,PT 010.003-14.47587577 12/12/2014 Rp 132.545 Rp 13.255 TEMPO,PT 010.003-14.47587599 12/12/2014 Rp 7.081.740 Rp 708.174 TEMPO,PT 010.003-14.47587598 12/12/2014 Rp 10.064.340 Rp 1.006.434 TEMPO,PT 010.003-14.47587600 12/12/2014 Rp 6.340.450 Rp 634.045 TEMPO,PT 010.003-14.47625246 22/12/2014 Rp 17.825.485 Rp 1.782.549 TEMPO,PT 010.003-14.47625242 22/12/2014 Rp 206.000 Rp 20.600 TEMPO,PT 010.003-14.47625247 22/12/2014 Rp 8.087.536 Rp 808.754 TEMPO,PT 010.003-14.47625771 23/12/2014 Rp 3.545.455 Rp 354.545 TEMPO,PT 010.003-14.47625772 23/12/2014 Rp 999.000 Rp 99.900 TEMPO,PT 010.003-14.47632700 24/12/2014 Rp 17.825.485 Rp 1.782.549 TEMPO,PT 010.003-14.47632701 24/12/2014 Rp 17.825.485 Rp 1.782.549 TEMPO,PT 010.003-14.47632699 24/12/2014 Rp 17.825.485 Rp 1.782.549 TEMPO,PT 010.003-14.47639936 26/12/2014 Rp 8.818.051 Rp 881.805 TEMPO,PT 010.003-14.47639935 26/12/2014 Rp 5.839.144 Rp 583.914 YEKATRIA HUSADA FAR 010.003-14.34146484 03/12/2014 Rp 3.505.250 Rp 350.525 SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363809 14/11/2014 Rp 17.100.000 Rp 1.710.000 SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363811 14/11/2014 Rp 17.100.000 Rp 1.710.000 SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363808 14/11/2014 Rp 17.100.000 Rp 1.710.000 SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363810 14/11/2014 Rp 17.100.000 Rp 1.710.000


(5)

SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363812 14/11/2014 Rp 17.100.000 Rp 1.710.000 SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363892 24/11/2014 Rp 17.100.000 Rp 1.710.000 SINAR RODA UTAMA,PT 010.003-14.30363907 25/11/2014 Rp 561.600 Rp 56.160 SS. BIO INT.,PT 010.001-14.98313602 05/12/2014 Rp 16.415.000 Rp 1.641.500 SS. BIO INT.,PT 010.001-14.98313601 05/12/2014 Rp 16.415.000 Rp 1.641.500 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637515 10/11/2014 Rp 270.000 Rp 27.000 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637518 12/11/2014 Rp 2.452.500 Rp 245.250 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637520 17/11/2014 Rp 3.397.500 Rp 339.750 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637525 25/11/2014 Rp 270.000 Rp 27.000 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637526 26/11/2014 Rp 2.598.750 Rp 259.875 SURYA KARUNIA MEDIK 010.003-14.00637527 27/11/2014 Rp 1.500.000 Rp 150.000 TAMARA OVERSEAS CO 010.002-14.98575045 11/11/2014 Rp 13.200.000 Rp 1.320.000 TAMARA OVERSEAS CO 010.002-14.98575046 11/11/2014 Rp 12.800.000 Rp 1.280.000 TAMARA OVERSEAS CO 010.002-14.98575047 11/12/2014 Rp 12.800.000 Rp 1.280.000 TEMPO,PT 010.003-14.47526233 28/11/2014 Rp 1.620.500 Rp 162.050 TEMPO,PT 010.003-14.47545753 01/12/2014 Rp 1.050.000 Rp 105.000 TEMPO,PT 010.003-14.47545768 01/12/2014 Rp 700.000 Rp 70.000 TEMPO,PT 010.003-14.47547070 01/12/2014 Rp 17.825.485 Rp 1.782.549 TEMPO,PT 010.003-14.47547050 01/12/2014 Rp 5.291.640 Rp 529.164 TEMPO,PT 010.003-14.47551574 03/12/2014 Rp 640.959 Rp 64.096 TEMPO,PT 010.003-14.47551610 03/12/2014 Rp 18.538.504 Rp 1.853.850 TEMPO,PT 010.003-14.47551611 03/12/2014 Rp 5.189.550 Rp 518.955 TEMPO,PT 010.003-14.47551580 04/12/2014 Rp 660.273 Rp 66.027 TEMPO,PT 010.003-14.47560389 05/12/2014 Rp 3.824.100 Rp 382.410 TEMPO,PT 010.003-14.47587596 12/12/2014 Rp 2.100.000 Rp 210.000


(6)

TEMPO,PT

010.003-14.47587597

12/12/2014

Rp

15.589.975

Rp

1.558.998

TEMPO,PT

010.003-14.47587590

12/12/2014

Rp

15.000.000

Rp

1.500.000

TEMPO,PT

010.003-14.47587566

13/12/2014

Rp

13.100.992

Rp

1.310.099

TEMPO,PT

010.003-14.47591195

15/12/2014

Rp

555.000

Rp

55.500

TEMPO,PT

010.003-14.47591192

15/12/2014

Rp

350.000

Rp

35.000

TEMPO,PT

010.003-14.47593359

16/12/2014

Rp

14.385.478

Rp

1.438.548

TEMPO,PT

010.003-14.47607201

19/12/2014

Rp

18.538.504

Rp

1.853.850

TEMPO,PT

010.003-14.47625742

22/12/2014

Rp

8.153.400

Rp

815.340

TEMPO,PT

010.003-14.47625743

22/12/2014

Rp

6.490.500

Rp

649.050

TEMPO,PT

010.003-14.47639947

27/12/2014

Rp

17.825.485

Rp

1.782.549

TEMPO,PT

010.003-14.47639948

27/12/2014

Rp

2.722.725

Rp

272.273

TEMPO,PT

010.003-14.47647314

29/12/2014

Rp

1.489.569

Rp

148.957

TEMPO,PT

010.003-14.47647312

29/12/2014

Rp

1.783.636

Rp

178.364

TEMPO,PT

010.003-14.47647310

29/12/2014

Rp

1.998.000

Rp

199.800

TEMPO,PT

010.003-14.47654776

30/12/2014

Rp

636.364

Rp

63.636

TEMPO,PT

010.003-14.47654775

30/12/2014

Rp

7.705.718

Rp

770.572

TEMPO,PT

010.003-14.47654777

30/12/2014

Rp

3.709.091

Rp

370.909

TEMPO,PT

010.000-15.63722356

05/01/2015

Rp

1.117.680

Rp

111.768

TEMPO,PT

010.000-15.63729432

07/01/2015

Rp

2.837.700

Rp

283.770

PARAZELSUS INDONESI

010.003-14.70283881

14/11/2014

Rp

5.402.650

Rp

540.265