Evaluasi penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai : studi kasus di PT. Kumkang Label Indonesia.

(1)

xv

ABSTRAK

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Studi Kasus di PT. Kumkang Label Indonesia

Theresia Veny Tabi NIM: 092114080 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak pertambahan nilai di PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah gambaran umum perusahaan dan data-data yang berhubungan dengan PPN. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi dan wawancara.

Langkah-langkah dalam menganalisis data yang diperoleh ada tiga tahap, yaitu (1) membandingkan penghitungan PPN terutang yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia dengan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, (2) melakukan penilaian terhadap penyetoran PPN yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan (3) melakukan penilaian terhadap pelaporan PPN yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Hasil analisis data selama bulan September, Oktober, dan November 2012 menunjukkan bahwa proses penghitungan PPN yang terutang sebagian benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan sebagian tidak benar. Proses penyetoran dan pelaporan PPN bulan September dan November sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Namun,proses penyetoran dan pelaporan PPN bulan Oktober tidak benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


(2)

xvi

ABSTRACT

AN EVALUATION OF THE CALCULATION, PAYMENT, AND REPORTING OF VALUE ADDED TAX

A Case Study at PT. Kumkang Label Indonesia

Theresia Veny Tabi NIM: 092114080 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to evaluate of whether or not the calculation, payment, and reporting of value added tax of PT. Kumkang Label Indonesia has conformed with the Laws on Goods and Services Value Added Tax and the Law on Sales Tax of Luxurious Goods. This research is a case study. Data collected for this research were data on the general illustration of the company and data related to value added tax. Data was collected using documentation and interview approaches.

Three steps of data analyzing were employed. They are: (1) comparing the calculation of the value added tax payable prepared by PT. Kumkang Label Indonesia with the calculation prepared by the researcher based on the respected Laws, (2) assessing the payment of value added tax of PT. Kumkang Label Indonesia based on the respected Laws, and (3) evaluating the reporting of the value added tax of PT. Kumkang Label Indonesia based on the respected Laws.

The research found that during September, October, and November 2012 the calculation process of the value added tax payable was partially in conformaity with the respected Laws. Further, the payment procedure and reporting of the value added tax in September and November were valid based on the Laws. However, in October 2012 these were not valid.


(3)

i

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Studi Kasus di PT. Kumkang Label Indonesia

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Theresia Veny Tabi

NIM : 092114080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

Skripsi

EVALUASI PENGIIITUNGAIY, PEIYYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAIIT NTILAI

Studi Kasus di PT. Kumkang Label Indonesia

Pembirnbing

Tanggal: 15 Agustus 2013 . Gien Agustinawansari, MM., Akt.


(5)

Skripsi

EVALUASI PENGIIITT]NGAIY, PEI\TYETORAN, DAII PELAPORAN

PAJAK PERTAMBAHAN

I{ILAI

Studi Kasus di PT. Kumkang Label Indonesia

Ketua Selaetaris

Anggota Anggota Anggota

Ik

Lisia

Dta,

ori.

YP,

M. Trisnawati Eahayq

Yogyakarta, 30 September 2013

UI

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

akultas Ekonomi


(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup adalah kesempatan, manfaatkanlah. Hidup

adalah tantangan, hadapilah. Hidup adalah hidup,

berjuanglah.

(Mother Teresa)

Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi

kekuatan kita, berdoa dan berusaha maka selalu akan

ada jalan menghadapi segala rintangan.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Papa, Mama, Kakak, dan Adikku

Sahabat-sahabatku (Sari, Yuni, dan Rosa)

Teman-teman K2KAMSY


(7)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUS$I AKUNTAI\SI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertandatangan

di

bawah

ini,

saya menyatakan bahwa Skripsi

dengan

judul:

EVALUASI

PENGHITUNGAI\, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

PAJAK

PERTAMBAHAIY

NILAI

(Studi

Kasus

di

PT.

Kumkang Label Indonesia) dan diajukan untuk diuji pada tanggal 19 Septernber

2013 adalahhasil karya saya.

Dengan

ini

saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

ini

tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atat pernikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan hasil tulisan saya

sendiri

ini. Bila

kemudian terbukti bahwa saya temyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Septernber 2013 Yang mernbuat pemyataan,

\L

W


(8)

LEMBAR PERI\IYATAAN PERS ETUJUAN

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

TJNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Theresia Veny Tabr

NomorMahasiswa :092114080

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya

ilmiah saya yang berjudul:

Evaluasi Penghitungan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus

di

PT. Kumkang Label Indonesia) beserta perangkat yang diperlukan

(bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada porpustakaan Universitas Sanata Dharma hal untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelclanya dalam benfuk pangkalan data, mendisribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akadernis tanpa

perlu meminta

ijin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 30 September 2013

Yang menyatakan

(Theresia Veny Tabi)


(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

a. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J. Selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

b. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Akt. Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah berkenan memberi bimbingan, pengarahan, dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

c. Bapak Yohanis Pasaingan P., Ibu Mince Tabi, dan seluruh staf di PT. Kumkang Label Indonesia yang telah memberikan ijin penelitian dan telah membantu penulis dalam memperoleh data lisan maupun tulisan dalam proses penulisan skripsi ini.

d. Seluruh Pengajar Brevet A dan B Ikatan Akuntan Indonesia yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam proses pengerjaan skripsi.


(10)

viii

e. Papa, mama, kakak, dan adikku yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

f. Sahabat-sahabatku Yovita Ratnasari Massora, Yunita Astikawati, dan Agata Rosa Pebriani atas doa, persahabatan, canda tawa, semangat, dan masukan selama penulis berkuliah hingga menyelesaikan skripsi.

g. Teman-teman K2KAMSY (Hany, Anton, James, Renol, dan Fr. Tarsisius Yanri) yang sudah memberikan motivasi dan dorongan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

h. Teman-teman di kost Brojowikalpo 8 atas pertemanan, canda tawa, kebersamaan, dan dukungan selama penulis berkuliah hingga menyelesaikan skripsi.

i. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka, penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan memerlukannya.

Yogyakarta, 30 September 2013


(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v

HALAMAN PUBLIKASI KARYA TULIS... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ...vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ...xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Pajak ... 6

1. Pengertian Pajak ... 6

2. Fungsi Pajak ... 7

3. Jenis-jenis Pajak ... 7

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 8

5. Asas-asas Pemungutan Pajak ... 9

6. Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak ... 10

7. Tarif Pajak ... 11

B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 11

1. Dasar Hukum ... 12

2. Objek Pajak ... 12


(12)

x

Halaman

4. Saat dan Tempat Pajak Terutang ... 15

5. Dasar Pengenaan Pajak ... 16

6. Tarif Pajak Pertambahan Nilai ... 19

7. Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai ... 19

8. Faktur Pajak ... 19

9. Penyetoran dan Pelaporan ... 24

10. Bentuk dan Isi SPT Masa PPN ... 26

11. Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN ... 27

C. Review Jurnal dan Skripsi ... 28

1. Skripsi ... 28

2. Jurnal ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subjek dan Objek ... 36

1. Subjek Penelitian ... 36

2. Objek Penelitian ... 36

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

1. Waktu Penelitian ... 36

2. Tempat Penelitian ... 36

D. Data yang diperlukan ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44

A. Sejarah Singkat Perusahaan... 44

B. Lokasi ... 44

C. Struktur Organisasi ... 46

D. Deskripsi Jabatan... 47

E. Personalia ... 51

F. Proses Produksi ... 51

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Data ... 53

B. Analisis Data ... 54

C. Pembahasan ... 111

BAB VI PENUTUP ... 116

A. Kesimpulan... 116

B. Keterbatasan Penelitian ... 118

C. Saran ... 118


(13)

xi

Halaman

LAMPIRAN... 122

Lampiran 1 ... 123

Lampiran 2 ... 125

Lampiran 3 ... 156


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Bagian-bagian Dalam Formulir SPT Masa PPN ... 26 Tabel 4.1 Penggolongan Karyawan PT. Kumkang Label Indonesia ... 51 Tabel 5.1 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan September 2012... 56 Tabel 5.2 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan Oktober 2012... 59 Tabel 5.3 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan November 2012 ... 62 Tabel 5.4 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia

Masa Pajak September, Oktober, dan November 2012 ... 67 Tabel 5.5 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan September 2012... 69 Tabel 5.6 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan Oktober 2012... 71 Tabel 5.7 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan November 2012 ... 74 Tabel 5.8 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Masa Pajak Sepetember, Oktober, dan November 2012 ... 78 Tabel 5.9 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan September 2012... 79 Tabel 5.10 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan Oktober 2012... 82 Tabel 5.11 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia


(15)

xiii

Halaman Tabel 5.12 Pajak Keluaran PT. Kumkang Label Indonesia

Masa Pajak September, Oktober, dan November 2012 ... 90 Tabel 5.13 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan September 2012... 92 Tabel 5.14 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan Oktober 2012... 94 Tabel 5.15 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Bulan November 2012 ... 97 Tabel 5.16 Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia

Masa Pajak Sepetember, Oktober, dan November 2012 ... 101 Tabel 5.17 Perbandingan Penghitungan Pajak Keluaran yang

dilakukan Oleh PT. Kumkang Label Indonesia dan yang

dilakukan Oleh Penulis Menurut Undang-Undang... 103 Tabel 5.18 Perbandingan Penghitungan Pajak Masukan yang

dilakukan Oleh PT. Kumkang Label Indonesia dan yang

dilakukan Oleh Penulis Menurut Undang-Undang... 103 Tabel 5.19 Perbandingan Penyetoran PPN Terutang PT. Kumkang

Label Indonesia dengan Undang-Undang... 104 Tabel 5.20 Penyetoran PPN Terutang Masa Pajak September, Oktober,

dan November yang dilakukan Oleh

PT. Kumkang Label Indonesia ... 106 Tabel 5.21 Perbandingan Pelaporan PPN Terutang

PT. Kumkang Label Indonesia dengan Undang-Undang ... 107 Tabel 5.22 Pelaporan PPN terutang Masa Pajak September, Oktober,

dan November yang dilakukan Oleh


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Faktur Pajak Standar ... 23 Gambar 2 Surat Setoran Pajak (SSP) ... 25 Gambar 3 Struktur Organisasi PT. Kumkang Label Indonesia... 46


(17)

xv

ABSTRAK

EVALUASI PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Studi Kasus di PT. Kumkang Label Indonesia

Theresia Veny Tabi NIM: 092114080 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak pertambahan nilai di PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah gambaran umum perusahaan dan data-data yang berhubungan dengan PPN. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi dan wawancara.

Langkah-langkah dalam menganalisis data yang diperoleh ada tiga tahap, yaitu (1) membandingkan penghitungan PPN terutang yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia dengan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, (2) melakukan penilaian terhadap penyetoran PPN yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan (3) melakukan penilaian terhadap pelaporan PPN yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Hasil analisis data selama bulan September, Oktober, dan November 2012 menunjukkan bahwa proses penghitungan PPN yang terutang sebagian benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan sebagian tidak benar. Proses penyetoran dan pelaporan PPN bulan September dan November sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Namun,proses penyetoran dan pelaporan PPN bulan Oktober tidak benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.


(18)

xvi

ABSTRACT

AN EVALUATION OF THE CALCULATION, PAYMENT, AND REPORTING OF VALUE ADDED TAX

A Case Study at PT. Kumkang Label Indonesia

Theresia Veny Tabi NIM: 092114080 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to evaluate of whether or not the calculation, payment, and reporting of value added tax of PT. Kumkang Label Indonesia has conformed with the Laws on Goods and Services Value Added Tax and the Law on Sales Tax of Luxurious Goods. This research is a case study. Data collected for this research were data on the general illustration of the company and data related to value added tax. Data was collected using documentation and interview approaches.

Three steps of data analyzing were employed. They are: (1) comparing the calculation of the value added tax payable prepared by PT. Kumkang Label Indonesia with the calculation prepared by the researcher based on the respected Laws, (2) assessing the payment of value added tax of PT. Kumkang Label Indonesia based on the respected Laws, and (3) evaluating the reporting of the value added tax of PT. Kumkang Label Indonesia based on the respected Laws.

The research found that during September, October, and November 2012 the calculation process of the value added tax payable was partially in conformaity with the respected Laws. Further, the payment procedure and reporting of the value added tax in September and November were valid based on the Laws. However, in October 2012 these were not valid.


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia struktur penerimaan dalam negeri sangat didominasi oleh penerimaan dari sektor migas pada tahun 2005 sampai dengan 2008. Namun sektor tersebut mempunyai kelemahan yaitu pada tahun 2009 harga migas tidak stabil sehingga mengakibatkan ketidakstabilan dalam penerimaan negara, yang akhirnya mengganggu kestabilan kegiatan perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah mengupayakan semua potensi penerimaan yang ada dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara sampai sekarang ini.

Penerimaan dari sektor pajak terbagi menjadi dua golongan, yaitu dari pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang dibebankan secara langsung kepada individu atau rumah tangga sebagai Wajib Pajak dan kewajiban membayarnya tidak dapat dialihkan kepada orang lain, sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan jika terdapat suatu peristiwa atau transaksi yang kewajiban membayarnya dapat dialihkan kepada pihak lain yang dianggap sebagai pihak akhir yang terkena pembebanan pajak tersebut.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan contoh jenis pajak tidak langsung yang termasuk sebagai pajak konsumsi di dalam negeri, baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Secara umum PPN merupakan


(20)

pajak yang dikenakan atas nilai tambah dari suatu barang atau jasa setelah melalui proses produksi. Nilai tambah merupakan elemen utama yang digunakan sebagai dasar perhitungan PPN.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Pengusaha yang melakukan penyerahan barang dan/atau jasa yang dikenakan pajak adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha tersebut diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Setelah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kewajiban selanjutnya yang harus dilakukan oleh pengusaha yang bersangkutan adalah memungut, menyetor, melunasi, dan melaporkan PPN yang terutang.

Dalam hal pemungutan PPN yang terutang, perlu diketahui tentang jumlah PPN terutang yang harus dipungut, saat dan tempat pajak terutang, faktur pajak, pajak masukan dan keluaran, serta mekanisme pengkreditannya. Perhitungan PPN berguna untuk mengetahui besarnya pajak terutang yang nantinya harus disetorkan ke kas negara. Penyetoran pajak tersebut berguna bagi negara sebagai sumber penerimaan dalam negeri yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, termasuk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pelaporan pajak dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan kas negara dan juga sebagai bentuk


(21)

pertanggungjawaban PKP atas pajak yang dipotong atau dipungut dan di setorkannya.

PT. Kumkang Label Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri Penyablonan dan Percetakan Label (Transference Label and Offset Printing), yang letaknya di Bekasi, Jawa Barat. Sebagai PKP, PT. Kumkang Label Indonesia mempunyai kewajiban yakni memungut, menyetor, melunasi, dan melaporkan PPN yang terutang. PT. Kumkang label menghitung berapa besar PPN yang terutang yang harus disetor dan dilaporkan, maka penulis ingin mengevaluasi apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPN di PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

Apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak pertambahan nilai di PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak pertambahan nilai di PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang


(22)

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1. Bagi Perusahaan

Hasil ini dapat dijadikan sebagai kajian dan masukan untuk mengevaluasi penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPN di perusahaan tersebut. 2. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperluas wawasan mengenai PPN.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat menerapkan teori-teori, terutama yang mengenai PPN, yang telah didapatkan selama kuliah untuk diterapkan pada kondisi nyata.

E. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(23)

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dan dipergunakan sebagai landasan untuk mendukung penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah singkat perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, personalia, dan proses produksi PT. Kumkang Label Indonesia. Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai hasil penelitian di PT. Kumkang Label Indonesia dan pemecahan permasalahan pada rumusan masalah. Bab VI Penutup

Bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan.


(24)

6

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pajak

1. Defenisi Pajak

Defenisi pajak menurut UU No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang–Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung, dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Defenisi pajak menurut beberapa ahli, (Zain, 2007: 10-11) yaitu: Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani

Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas-tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro

Pajak adalah iuran kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian dikoreksinya berbunyi sebagai berikut:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.


(25)

Menurut Sommerfeld, Anderson, dan Brock

Pajak adalah suatu peralihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

2. Fungsi Pajak

Munurut Mardiasmo (2011: 1-2) fungsi pajak terdiri dari fungsi budgetaire (anggaran) dan fungsi regulerend (mengatur). Fungsi budgetaire (anggaran) adalah pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sedangkan fungsi regulerend (mengatur) adalah pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3. Jenis-jenis Pajak

Menurut Resmi (2011: 7-8) jenis-jenis pajak terdiri dari pajak menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya. Menurut golongannya, pajak terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Pajak menurut sifatnya terdiri dari pajak subjektif dan pajak objektif. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada


(26)

keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Sedangkan pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pada objeknya baik pada berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan subjek pajak maupun tempat tinggal.

Pajak menurut lembaga pemungutnya terdiri dari pajak negara (pajak pusat) dan pajak daerah. Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Sedangkan pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Daerah Tingkat I (Pajak Provinsi) maupun Daerah Tingkat II (Pajak Kabupaten/Kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011: 7-8) terdiri dari Official assessment system, Self assessment system, dan With holding system. Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif, dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.


(27)

Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak itu sendiri, wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

With holding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang adalah pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

5. Asas-asas Pemungutan Pajak

Asas-asas pemungutan pajak menurut Waluyo (2008: 13) terdiri dari equality, certainty, convenience, economy. Equality adalah pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to paydan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.

Certainty adalah penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus bayar, serta batas waktu


(28)

pembayaran. Convenience adalah kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn. Economy adalah secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

6. Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Ada beberapa teori yang mendukung pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011: 3-4) yaitu teori asuransi, teori kepentingan, teori daya pikul, teori bakti, teori asas daya beli. Teori asuransi menjelaskan bahwa Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut. Teori kepentingan menjelaskan bahwa pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan atas kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

Teori daya pikul menjelaskan bahwa beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Teori bakti menjelaskan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban. Sedangkan teori asas


(29)

daya beli menjelaskan bahwa dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

7. Tarif Pajak

Tarif pajak menurut Mardiasmo (2011: 9-10) ada empat macam yang digunakan yaitu tarif sebanding/proporsional, tarif tetap, tarif progresif, dan tarif degresif. Tarif sebanding/proporsional adalah tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

Tarif progresif adalah persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Sedangkan tarif degresif adalah persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri (di dalam Daerah Pabean) baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,


(30)

perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.

PPN hanya dikenakan terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut dalam beberapa kali pada berbagai mata rantai alur perusahaan. Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen.

PPN merupakan pajak tidak langsung karena pajak dilimpahkan kepada pihak ketiga (konsumen). PPN harus dibayarkan oleh orang pribadi atau suatu badan yang menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) ke kantor kas negara sebanyak 1 (satu) kali untuk setiap masa pajak.

1. Dasar Hukum

Dasar hukum pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009.

2. Objek Pajak

Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 UU No. 42 Tahun 2009 yang menjadi objek pajak PPN adalah penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah


(31)

Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha, impor Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha, pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Berdasarkan Pasal 1A ayat 1 UU No. 42 Tahun 2009 yang termasuk dalam pengertian penyerahaan barang kena pajak adalah penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian, pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing, penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang, pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak, Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual-belikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar Cabang, penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi, dan penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.


(32)

3. Barang dan Jasa yang tidak dikenakan PPN

Berdasarkan Pasal 4A ayat 2 UU No. 42 Tahun 2009 jenis barang yang tidak dikenakan PPN adalah barang tertentu dalam kelompok barang sebagai berikut: barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering, dan uang, emas batangan, dan surat berharga.

Berdasarkan Pasal 4A ayat 3 UU No. 42 Tahun 2009 jasa yang tidak dikenakan PPN yaitu jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasa pengiriman surat dengan perangko, jasa keuangan, jasa asuransi, jasa keagamaan, jasa pendidikan, jasa kesenian dan hiburan, jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan, jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri, jasa tenaga kerja, jasa perhotelan, jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, jasa penyediaan tempat parkir, jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, jasa pengiriman uang dengan wesel pos, dan jasa boga atau katering.


(33)

4. Saat dan Tempat Pajak Terutang

Berdasarkan Pasal 11 ayat 1 UU No. 42 Tahun 2009 terutangnya pajak pada saat: penyerahan Barang Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean, pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, atau ekspor Jasa Kena Pajak.

Berdasarkan Pasal 12 ayat 1, 2, 3, dan 4 UU No. 42 Tahun 2009 tempat terutangnya PPN adalah Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean, melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Selain itu, atas pemberitahuan secara tertulis dari Pengusaha Kena Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempat pajak terutang. Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat Barang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar


(34)

Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

5. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya PPN dan PPnBM yang terutang perlu adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Menurut UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 1 butir 17 Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 pasal 1 butir 18 Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Menurut Resmi (2011: 25) harga jual merupakan DPP untuk penyerahan BKP. Harga jual dapat diperoleh dengan menjumlahkan harga pembelian bahan baku, bahan pembantu, alat-alat pelengkap lainnya ditambah dengan biaya-biaya seperti penyusutan barang modal, bunga pinjaman dari bank, gaji dan upah tenaga kerja, manajemen, serta laba yang diharapkan. Termasuk biaya dalam harga jual adalah biaya pengangkutan, biaya pengiriman, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya garansi, biaya bantuan teknik, biaya pemasangan dan instalasi, dan biaya-biaya lain yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha menghasilkan sampai dengan penyerahan BKP.


(35)

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 1 butir 19 Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 1 butir 20 Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut Undang-Undang ini. Menurut Resmi (2011: 25) penentuan nilai impor BKP didasarkan pada Undang-Undang Pabean yang mengatur DPP Bea Masuk, yaitu cost (harga faktur), insurance (biaya asuransi antar-Daerah Pabean), dan freight (ongkos angkut) atau disingkat dengan CIF. Rumus menghitung nilai impor sebagai DPP adalah:


(36)

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 pasal 1 butir 26 Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Selain itu, nilai lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010.

Adapun nilai lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai DPP menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 yaitu untuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma atas BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor, untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata, untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film, untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran, untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar, untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan, penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli, untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang, untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah seharusnya ditagih, dan untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.


(37)

6. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen). Pasal 7 ayat 2 Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan ekspor Jasa Kena Pajak. Pasal 7 ayat 3 tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

7. Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Pasal 8A ayat 1 Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain.

PPN yang terutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak 8. Faktur Pajak

Faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC). Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat 1a faktur pajak dibuat pada saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak, saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan


(38)

Jasa Kena Pajak, saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan, saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Dalam hal terjadi penyerahan BKP dan/atau JKP, PKP yang menyerahkan BKP dan/atau menyerahkan JKP itu wajib memungut PPN yang terutang dan memberikan faktur pajak sebagai bukti pungutan pajak. Faktur pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan faktur penjualan. Faktur pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai faktur pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.

Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2011, berikut adalah dokumen yang kedudukannya diperlakukan sebagai faktur pajak. Pertama, Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut. Kedua, Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu. Ketiga, Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak. Keempat, bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi. Kelima, tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), Delevery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri. Keenam, nota


(39)

penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhan. Ketujuh, bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik. Kedelapan, pemberitahuan ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pemberitahuan ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud. Kesembilan, Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP. Kesepuluh, SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean. Kesebelas, bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air minum. Keduabelas, bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek, dan ketigabelas bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan. Faktur pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak memenuhi persyaratan material apabila berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, ekspor JKP, impor


(40)

BKP, atau pemanfaatan JKP dan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 pasal 13 ayat 5 dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan

BKP atau JKP.

b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP.

c. Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga.

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut. f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.

g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Faktur pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas, mengakibatkan PPN yang tercantum dalam faktur pajak tidak dapat dikreditkan.


(41)

Nama : Alamat : NPWP : Nama : Alamat : NPWP : No. Urut

Tarif DPP PPnBM

...% Rp... Rp... ...% Rp... Rp... ...% Rp... Rp...

...% Rp... Rp... Nama Rp...

*) Diisi apabila penyerahan menggunakan mata uang asing **) Coret yang tidak perlu

Jumlah

FAKTUR PAJAK

Valas *) (Rp)

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Nama Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin

Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin **) Dikurangi Potongan Harga

Dikurangi Uang Muka yang telah diterima PPN = 10% X Dasar Pengenaan Pajak Dasar Pengenaan Pajak

Gambar 1: Faktur Pajak

Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak :

Pengusaha Kena Pajak

Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak

... ..., tgl...


(42)

9. Penyetoran dan Pelaporan

Berdasarkan Pasal 15A ayat 1 penyetoran PPN oleh Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Adapun penyetoran/pembayaran pajak dilakukan dengan mempergunakan SSP (Surat Setoran Pajak). Pembayaran/penyetoran PPN dapat dilakukan di beberapa tempat antara lain kantor pos dan giro, bank BUMN/BUMD, bank yang ditunjuk Direktorat Jenderal Anggaran, bank devisa, kantor Dirjen Bea Cukai.

Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 15A ayat 2 Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Sarana untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak adalah SPT Masa PPN, SPT Masa PPN yang dipakai adalah SPT Masa PPN formulir 1111.


(43)

Gambar 2: Surat Setoran Pajak


(44)

10. Bentuk dan Isi SPT Masa PPN 1111

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak tentang petunjuk pengisian SPT Masa PPN, formulir SPT Masa PPN formulir 1111 terdiri dari induk SPT Masa PPN dan lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) atau data elektronik yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang masing-masing diberi nomor kode dan nama formulir sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Bagian-bagian Dalam Formulir SPT Masa PPN

No Kode Formulir Nama Formulir Keterangan

1.

1111

(F.1.2.32.04)

Surat Pemberitahuan Masa PPN.

Induk SPT Masa PPN.

2.

1111 AB (D.1.2.32.07)

Rekapitulasi

Penyerahan dan Perolehan.

Lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) atau data elektronik.

3.

1111 A1 (D.1.2.32.08)

Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP.

Lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) atau data elektronik.

4.

1111 A2 (D.1.2.32.09)

Daftar Pajak Keluaran atas Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak.

Lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) atau data elektronik.


(45)

Tabel 2. 1 Bagian-bagian dalam Formulir SPT Masa PPN (Lanjutan)

No Kode Formulir Nama Formulir Keterangan

5.

1111 B1 (D.1.2.32.10)

Daftar Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan atas Impor BKP dan Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari Luar Daerah Pabean.

Lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) atau data elektronik.

6.

1111 B2 (D.1.2.32.11)

Daftar Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan atas Perolehan BKP/JKP Dalam Negeri.

Lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) atau data elektronik.

7.

1111 B3 (D.1.2.32.12)

Daftar Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan atau yang Mendapat Fasilitas.

Lampiran SPT Masa PPN dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) atau data elektronik.

Sumber: Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

11. Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

Dalam sistem self assessment, SPT Masa PPN berfungsi sebagai sarana bagi PKP untuk mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dan melaporkan tentang pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran dan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pihak lain dalam suatu masa pajak.


(46)

Mengisi SPT adalah mengisi formulir SPT, dalam bentuk kertas dan/atau bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

a. SPT diisi dengan benar, yaitu benar dalam penghitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

b. SPT diisi dengan lengkap, yaitu memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT, menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jendral Pajak.

c. SPT diisi dengan jelas, yaitu ditulis dalam bahasa Indonesia, menggunakan huruf latin, angka Arab, dan dalam satuan mata uang Rupiah.

C. Riview Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti meriview penelitian terdahulu baik berupa skripsi maupun jurnal yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Adapun skripsi dan jurnal tersebut adalah:

1. Skripsi

Deasy Ariyani Aditya (2009) telah melakukan penelitian tentang

Analisis Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada PT. Tirta Jaya). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan


(47)

pelaporan pajak pertambahan nilai di PT. Tirta Jaya, Pelabuhan Ratu telah sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM. Langkah-langkah dalam menganalisis data yang diperoleh ada dua tahap, yaitu (1) menganalisis penghitungan PPN yang terutang berdasarkan UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM, dan (2) menganalisis penyetoran dan pelaporan PPN berdasarkan UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPN yang dilakukan PT. Tirta Jaya telah sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM.

Atven Punami Sari (2011) telah melakukan penelitian tentang

Evaluasi Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada PT. Madubaru Yogyakarta). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak pertambahan nilai PT. Madubaru Yogyakarta selama bulan Agustus, September, dan Oktober 2010 telah mengacu pada UU No. 42 Tahun 2009 tentang PPN dan PPnBM. Langkah pertama yang digunakan untuk menganalisi data adalah membandingkan penghitungan PPN terutang yang dilakukan oleh PT Madubaru dengan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009. Langkah kedua adalah dengan melakukan penilaian terhadap penyetoran PPN yang dilakukan oleh PT. Madubaru berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009. Langkah ketiga adalah dengan


(48)

melakukan penilaian terhadap pelaporan PPN yang dilakukan oleh PT. Madubaru berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009. Hasil analisis data selama bulan Agustus, September, dan Oktober 2010 menunjukkan bahwa proses penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPN telah mengacu pada UU No. 42 Tahun 2009.

Andre H Pakpahan (2009) telah melakukan penelitian tentang

Penerapan Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Enam Enam Group Medan. PT. Enam Enam merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pendistribusian alat KWh. PT. Enam Enam merupakan PKP yang wajib mencatat semua jumlah harga perolehan dan penyerahan BKP terutama untuk menerapkan akuntansi PPN. Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT. Enam Enam Group Medan telah menerapkan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sesuai dengan SAK. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa akun PPN yang diterapkan perusahan telah memadai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan peraturan perpajakan, walupun masih ada hal-hal yang belum dilaksanakan tetapi perusahaan berusaha untuk menyempurnakannya. Perusahaan hendaknya terus mengikuti perkembangan peraturan perpajakan, sehingga tidak ada kesalahan yang disebabkan ketidaktahuan terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.

Mohamad Ferri Prawiro (2010) telah melakukan penelitian tentang Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan


(49)

Nilai pada PT. Karya Mandiri. PT. Karya Mandiri adalah perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan pengecer hanphone. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data serta melakukan peninjauan sehingga memberi gambaran yang cukup jelas atas suatu objek yang diteliti untuk membuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dalam melakukan perhitungan PPN selalu mengalami kurang bayar. Dalam pembuatan SPT Masa PPN perusahaan telah melengkapi semua lampiran-lampiran yang diperlukan dan tidak ditemukan keterlambatan dalam pelaporan SPT Masa PPN.

Lega Yalti Gultom (2010) telah melakukan penelitian tentang

Analisis Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Esstar Indorim. Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah sebuah perusahaan kontraktor untuk pembangunan sebuah pabrik es untuk menghasilkan es sesuai dengan permintaan pelanggan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data serta melakukan peninjauan sehingga memberi gambaran yang cukup jelas atas suatu objek yang diteliti untuk membuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan selalu kekurang bayar. Kurang bayar tersebut, akan disetorkan selambat-lambatnya setiap tanggal 15, setiap bulan berikutnya. Dalam hal pelaporan SPT Masa PPN, PT. Esstar Indorim selalu mempersiapkan semua file pendukung untuk melengkapi data dan jika ada pemeriksaan


(50)

setiap saat dan tidak ditemukan keterlambatan dalam penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN.

2. Jurnal

Rendy Daryl Pandelaki (2013) telah melakukan penelitian tentang

Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Maber Teknindo. Objek pajak penelitian diambil pada PT. Maber Teknindo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan dan pelaporan PPN pada PT. Maber Teknindo apakah sesuai dengan Undang-Undang PPN yang berlaku di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian dapat disimpulkan PT. Maber Teknindo telah melaksanakan kewajibannya dalam hal perhitungan dan pelaporan PPN selama satu tahun. Mekanisme penerbitan faktur pajak juga telah berdasarkan peraturan perpajakan. Mekanisme pengkreditan dilakukan pada setiap akhir bulan dengan menandingkan pajak masukan yang diperoleh melalui bukti faktur pajak dengan pajak keluaran yang sudah dipungut dengan bukti faktur pajak. Kesalahan yang terjadi pada PT. Maber Teknindo adalah dalam hal penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPN dimana masih sering terjadi keterlambatan.

Juniaty Carmila Manarisip (2013) telah melakukan penelitian tentang Evaluasi Perhitungan, Pencatatan, Pelaporan PPN PT. Swa Karya Muda Balikpapan. PPN merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa dalam negeri (dalam Daerah Pabean). Tujuan


(51)

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT. Swa Karya Muda telah melaksanakan proses perhitungan, pencatatan, dan pelaporan PPN dengan benar. Penelitian ini dilakukan pada PT. Swa Karya Muda yang berlokasi di Balikpapan yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu suatu metode pembahasan masalah yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan suatu data atau keadaan serta melukiskan dan menerangkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapatlah ditarik suatu kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk penghitungan pajak pertambahan nilai pada PT. Swa Karya Muda telah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Pencatatan yang telah dilakukan oleh PT. Swa Karya Muda sudah cukup baik dan memadai untuk menghasilkan informasi bagi perusahaan agar dapat melakukan perhitungan pajak yang terutang maupun untuk pelaporan SPT Masa PPN. Sedangkan untuk pelaporan, SPT Masa PPN PT. Swa Karya Muda telah diiisi dengan legkap, benar, jelas, dan bersih dari coretan.

Cindy R. E. Lalujan (2013) telah melakukan penelitian tentang

Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Agung Utara Sakti Manado. Objek penelitian ini adalah perusahaan PT. Agung Utara Sakti Manado yang berdiri pada tahun 1986 yang bertempat di Jl. DR. Sutomo No. 10A. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui


(52)

bagaimana penerapan pajak pertambahan nilai yang ada mulai dari perhitungan, penyetoran, dan pelaporan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripstif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan mekanisme pajak pertambahan nilai mulai dari perhitungan, penyetoran, sampai pelaporan setiap bulannya sesuai dengan Undang-Undang. Perusahaan telah melaporkan seluruh pengkreditan pajak keluaran dan pajak masukan dengan menggunakan SPT Masa PPN dan dalam bentuk formulir 1111 beserta lampiran SPT Masa PPN dan tidak melebihi batas waktu yang ditetapkan.

Priancka Ida Cahya Posumah (2013) telah melakukan penelitian tentang Evaluasi Penerapan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT Telekomunikasi Indonesia TBK Manado. Penelitian ini dilakukan di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Manado dengan mengambil data-data yang digunakan untuk penelitian diantaranya informasi mengenai tarif PPN yang dikenakan oleh PT Telkom kepada pengguna jasa telekomunikasi. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses pemungutan atas PPN pada PT Telkom Manado apakah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN. Berdasarkan pada hasil evaluasi berupa wawancara dan observasi serta analisis di dalam pembahasan ini maka pada PT Telkom Manado dapat diketahui bahwa pemungutan, pelaporan, dan penyetoran SPT Masa PPN


(53)

telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 sebagai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan oleh Direktur Jenderal Pajak. Dimana pemungutan PPN pada PT Telkom Manado adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau yang seharusnya ditagih. Pelaporan dan penyetoran pajak pertambahan nilai (PPN) dengan menggunakan SPT Masa telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 sebagai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan secara benar dan diakui Oleh Direktur Jenderal Pajak dan telah dilaporkan paling lambat tanggal 20 (dua puluh) setelah akhir masa pajak.

Novi Darmayanti (2012) telah melakukan penelitian tentang

Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada CV. Sarana Teknik Kontrol Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipakai pada perusahaan. PPN adalah pajak untuk menghitung berapa besar pertambahan nilai yang terkandung dalam suatu barang. Dari data yang diperoleh dari perusahaan, penulis melakukan analisis pada perhitungan PPN yang dipakai perusahaan apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang baru. Metode penelitian adalah data primer dengan teknik analisis data melalui interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan PPN masih belum sesuai dengan perubahan Undang-Undang Perpajakan yang baru, sehingga laba yang diperoleh lebih sedikit karena tarif pajak yang terlalu besar.


(54)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian dilakukan di perusahaan dengan mengambil data-data sesuai objek yang akan diteliti. Kesimpulan yang didapatkan hanya berlaku untuk perusahaan yang diteliti.

B. Subjek dan Objek

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah PT. Kumkang Label Indonesia khususnya Bagian Keuangan dan Akuntansi.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah faktur pajak, SPT Masa PPN, dan SSP PPN PT. Kumkang Label Indonesia.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari 2013. 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perusahaan PT. Kumkang Label Indonesia pada Bagian Keuangan dan Akuntansi yang beralamat di Jln. Cendana Raya Kav. F 9 No. 8 Kawasan Industri Lippo Cikarang, Delta Silicon 3, Cicau, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat 17550.


(55)

D. Data yang diperlukan

1. Gambaran umum perusahaan.

2. Faktur pajak bulan September-November 2012. 3. SSP PPN bulan September-November 2012. 4. SPT Masa PPN bulan September-November 2012.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai penjualan/penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), data mengenai pembelian BKP/perolehan Jasa Kena Pajak (JKP), SPT Masa PPN, dan data pendukung lainnya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum PT. Kumkang Label Indonesia yang terdiri dari sejarah singkat perusahaan, lokasi, struktur organisasi, sumber daya manusia, kegiatan operasional, dan proses produksi.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah:

1. Untuk menjawab rumusan masalah apakah penghitungan PPN yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(56)

a. Penghitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang telah dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia yaitu dengan cara:

PPN terutang = Tarif (10%) x DPP

b. Penghitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT. Kumkang Label Indonesia oleh penulis sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yaitu dengan cara:

PPN terutang = Tarif (10%) x DPP

c. Membandingkan penghitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan terutang yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia dengan yang dilakukan oleh penulis berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

2. Untuk menjawab rumusan masalah apakah penyetoran PPN yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, maka dilakukan langkah-langkah teknik analisis sebagai berikut:

a. Sarana yang digunakan untuk menyetorkan PPN yang terutang adalah Surat Setoran Pajak (SSP).

b. Penyetoran PPN oleh Pengusaha Kena Pajak harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT


(57)

Masa PPN) disampaikan. Atas keterlambatan penyetoran, maka PKP akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang terutang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Penyetoran untuk masa pajak bulan September dilakukan paling lambat akhir bulan Oktober, untuk masa pajak bulan Oktober dilakukan paling lambat akhir bulan November, dan untuk masa pajak November penyetorannya dilakukan paling lambat akhir bulan Desember. Dalam hal tanggal pembayaran atau penyetoran bertepatan dengan hari libur (termasuk hari libur yaitu hari Sabtu dan Cuti Bersama), pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

c. Menuliskan jumlah PPN terutang yang dibayar dalam satuan Rupiah. d. SSP ditandatangani oleh Wajib Pajak.

3. Untuk menjawab rumusan masalah apakah pelaporan PPN yang dilakukan oleh PT. Kumkang Label Indonesia sudah benar berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, maka dilakukan langkah-langkah teknik analisis sebagai berikut:

a. Sarana pelaporan yang dipakai adalah SPT Masa PPN.

b. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.


(58)

Dalam hal tanggal jatuh tempo penyampaian SPT bertepatan dengan hari libur, penyampaian SPT dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya.

c. Jumlah Rupiah PPN dihitung dalam satuan Rupiah penuh dibulatkan kebawah.

d. SPT diisi dengan benar yaitu:

1) Benar dalam perhitungan yaitu perhitungan PPN yang dilakukan dengan cara mengalikan tarif PPN sebesar 10% dengan DPP. 2) Benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan yaitu:

(a) Tarif PPN adalah 10%.

(b) Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas: ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor barang kena pajak tidak berwujud, dan ekspor jasa kena pajak.

(c) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada point pertama dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(d) DPP yang dipakai untuk menghitung pajak yang terutang adalah jumlah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.


(59)

(e) PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan DPP-nya.

3) Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yaitu apabila dalam suatu Masa Pajak, PPN keluaran lebih besar daripada Pajak masukan, selisihnya merupakan PPN yang harus disetorkan. e. SPT diisi dengan lengkap yaitu memuat semua unsur-unsur yang

berkaitan dengan objek dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT antara lain:

1) Masa pajak yang bersangkutan, untuk SPT Masa PPN pembetulan diisi dengan masa pajak yang dibetulkan.

2) Nama PKP diisi dengan lengkap orang pribadi atau badan yang wajib mengisi SPT Masa PPN sesuai dengan yang tercantum pada surat pengukuhan pengusaha kena pajak.

3) NPWP diisi dengan dengan NPWP sesuai dengan yang tercantum pada surat keterangan terdaftar yang juga berfungsi sebagai Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

4) Alamat PKP diisi dengan alamat PKP. 5) Nomor telepon diisi dengan nomor PKP.

6) Usaha diisi dengan jenis usaha yang dilakukan oleh PKP.

7) SPT Masa PPN yang terdiri dari lampiran 1 berupa daftar pajak keluaran dan lampiran 2 berupa daftar pajak masukan agar diisi terlebih dahulu kemudian dipindahkan ke induk SPT Masa PPN.


(60)

8) Sebelum disampaikan ke KPP, SPT Masa harus ditandatangani, diberi nama jelas, jabatan, dan cap perusahaan.

f. SPT Masa diisi dengan jelas yaitu ditulis dalam Bahasa Indonesia, menggunakan huruf latin, angka Arab, dan menggunakan satuan mata uang Rupiah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penghitungan PPN yang terutang dapat dihitung dengan cara mengalikan dengan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Penyetoran PPN harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) disampaikan. Atas keterlambatan penyetorannya, maka PKP akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari dasar pengenaan pajak yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Penyetoran untuk masa pajak bulan September dilakukan paling lambat akhir bulan Oktober, untuk masa pajak bulan Oktober dilakukan paling lambat akhir bulan November, dan untuk masa pajak November penyetorannya dilakukan paling lambat akhir bulan Desember.

Pelaporannya disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Atas keterlambatan penyampainnya, maka PKP akan dikenakan sanksi administrasi berupa sanksi denda sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap masa pajak. Penyampaian untuk masa pajak bulan September dilakukan paling lambat akhir bulan Oktober, untuk masa pajak bulan


(61)

Oktober dilakukan paling lambat akhir bulan November, dan untuk masa pajak November penyampainnya dilakukan paling lambat akhir bulan Desember.

Sarana yang digunakan dalam penyetoran PPN yaitu Surat Setoran Pajak (SSP) yang ditandatangani oleh Wajib Pajak, sedangkan sarana yang digunakan untuk pelaporannya adalah Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN) yang diisi benar, lengkap, jelas dan dan ditandatangani oleh Wajib Pajak.


(62)

44

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Kumkang Label Indonesia atau yang dikenal dengan PT. KK Label Indonesia merupakan anak perusahaan dari PT. Kumkang Label Korea. PT. Kumkang Label Korea memiliki 2 (dua) anak perusahaan yakni PT. Kumkang Label Indonesia dan PT. Kumkang Label Vietnam. PT Kumkang Label Indonesia sendiri didirikan pada tahun 2010 dan beroperasi pada tahun 2011, dengan luas bangunan 4440 m2. Pemilik perusahaan ini berasal dari Korea yang bernama Choi Kabchul selaku president directordari perusahaan

ini. PT Kumkang Label Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri Penyablonan dan Percetakan Label (Transference Label and Offset

Printing) misalnya percetakan label pakaian dan papan nama. PT. Kumkang

Label Indonesia dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada tanggal 5 April 2011.

B. Lokasi

PT. Kumkang Label Indonesia beralamat di Jl. Cendana Raya Kav. F 9 No. 8 Kawasan Industri Lippo Cikarang Delta Silicon 3, Desa Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Dasar pemilihan lokasi ini adalah:

1. Letak pabrik dekat dengan pusat kota dan sarana transportasi sehingga memudahkan dalam penyaluran hasil produksi dan bahan baku.


(63)

2. Tenaga kerja mudah dicari dan di dapat, karena dapat menampung tenaga kerja di daerah sekitar pabrik.


(64)

C. Struktur Organisasi

PRESIDENT DIRECTOR

GENERAL MANAGER

Administration Marketing Manager Accounting Marketing Manager Production QC Advisor Technical Enggineering Manager (Avery Dennison) Manager (Local) Manager Advisor Advisor

HRD Staff Purchase Staff Accounting Staff Marketing Staff Prod. Staff Cutting Matched Matched Devision Colour Colour Exim Staff Warehouse Staff Design

Staff Delevery

CTP Devision

Silk Print Offset Printing M & E

Building Delevery QC Devision Screen Devision

OP. Machine

Security Eyelet

Devision

Driver

GA / CS Gambar 4.1: Struktur Organisasi PT. Kumkang Label Indonesia Sumber: PT. Kumkang Label Indonesia


(65)

D. Deskripsi Jabatan

Dari gambar struktur organisasi perusahaan di atas dapat dilihat tugas dan tanggungjawab dari masing-masing jabatan sebagai berikut:

1. President Director

PT. Kumkang Label Indonesia dipimpin oleh seorang president

director yang juga merupakan pemilik perusahaan. Sebagai pemilik

perusahaan, maka ia bertanggunngjawab secara penuh terhadap kegiatan operasional perusahaan secara keseluruhan. Tugas presiden direktur adalah:

a. Merencanakan, mengkoordinasi, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan perusahaan.

b. Mengambil keputusan yang jelas dan bermanfaat bagi semua pihak.

2. General Manager

General manager bertugas mengurusi segala hal yang berhubungan

dengan kegiatan perusahaan. Tugas bagian ini adalah sebagai wakil

president director. Tugas-tugas lain bagian ini antara lain:

a. Membantu president director dalam mengkoordinasi bagian-bagian

di bawahnya.

b. Menyampaikan tugas-tugas dari president directorkepada karyawan.

c. Mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada president


(66)

3. Administration Manager

a. Mengawasi dan mengkoordinasi bagian-bagian di bawahnya seperti

HRD Staff (Human Resource Development Staff), exim team, M & E

building, security, driver, GA / GS.

b. Mencari dan menerima tenaga kerja.

c. Menangani urusan kesejahteraan dan keselamatan kerja karyawan. d. Mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada general manager

dan president director.

4. Marketing Manager (Avery Dennison)dan Marketing Manager (Local)

a. Mengawasi dan mengkoordinasi bagian-bagian di bawahnya seperti

purchase staff, warehouse staff, dan delevery.

b. Bertugas dan bertanggungjawab dalam mencari dan menghubungi pelanggan yang berhubungan dengan perusahaan baik dalam negeri maupun luar negeri.

c. Bertugas membuat kalkulasi harga dan penawaran harga yang baik dan kompetitif dan mengevaluasi.

d. Bertugas dan bertanggung jawab melengkapi dokumen-dokumen yang akan digunakan dalam proses produksi.

e. Bertugas menjalin komunikasi yang baik antara perusahaan dan pelanggan.

f. Bertanggungjawab dan bertugas dalam membuat laporan dan file dokumen untuk devisi.


(67)

g. Mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada general manager

dan president director.

5. Accounting Manager

a. Mengawasi dan mengkoordinasi bagian-bagian di bawahnya seperti

accounting staff dan design staff.

b. Menyiapkan dan memverifikasi laporan harian. c. Membuat rekonsiliasi bank.

d. Menyiapakanvoucher pembayaran yang sah.

e. Membuat laporan bulanan.

f. Menghitung gaji dan pajak karyawan. g. Membuat schedule pembayaran bulanan.

h. Mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada general manager

dan president director.

6. Production Manager

a. Mengawasi dan mengkoordinasi bagian-bagian di bawahnya seperti

production staff, CTP division, quality control division, dan eyelet

division.

b. Bertanggungjawab penuh terhadap proses produksi yang sedang berlangsung sampai dengan selesai.

c. Bertanggungjawab terhadap seluruh produk yang sudah dihasilkan. d. Mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada general manajer


(68)

7. Quality Control Advisor

a. Mengawasi dan mengkoordinasi bagian-bagian di bawahnya seperti

cutting division.

b. Mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada general manager

dan president director.

8. Technical Advisor

a. Mengawasi dan mengkoordinasi bagian-bagian di bawahnya seperti

matched colour, silk print, screen, operator machine, dan quality

control.

b. Bertugas memperbaiki kerusakan yang terjadi pada mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi.

c. Memeriksa mesin secara berkala.

d. Bertanggungjawab atas instalasi mesin dan listrik.

e. Mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada general manager

dan president director.

9. Enggineering Advisor

a. Mengawasi dan mengkoordinasi bagian-bagian di bawahnya seperti

matched colour dan offset printing division.

b. Mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada general manager


(69)

E. Personalia

1. Jam Kerja dan Hari Kerja Karyawan

Adapun jadwal jam kerja dan hari kerja karyawan PT. Kumkang Label Indonesia adalah:

Senin – Kamis : Pukul 08.00 – 17. 00 Istirahat : Pukul 12.00 – 13.00 Jumat : Pukul 08.00 – 17. 30 Istirahat : Pukul 11.30 – 13.00 Sabtu dan Minggu : Libur

2. Penggolongan Karyawan

Tabel 4.1 Penggolongan Karyawan PT. Kumkang Label Indonesia

Jenis Karyawan Jumlah Karyawan

Karyawan Tetap 3 Orang Kayawan Kontrak 64 Orang Karyawan Harian 3 Orang

Sumber: PT. Kumkang Label Indonesia

F. Proses Produksi

Proses produksi pada PT. Kumkang Label Indonesia umumnya melalui beberapa bagian, yaitu 6 (enam) bagian. Bagian-bagian tersebut dimulai dari penerimaan pesanan dari pelanggan. Kemudian masuk pada bagian design produk pesanan. Setelah di design, ada 2 (dua) bagian yang

bersamaan berjalan yaitu bagian prepres dan bagian penyiapan bahan untuk

mencetak produk pesanan tersebut. Pada bagian prepres yang meliputi

pembuatan film dari hasil design produk pesanan. Bagian prepres berjalan,


(70)

pisau pemotong, lem, serta bahan pendukung lainnya. Bagian prepres dan

penyiapan bahan selesai, kemudian masuk pada bagian pencetakan. Untuk mencetak produk ada beberapa mesin yang digunakan yaitu mesin 2 (dua) warna dan 4 (empat) warna. Mesin 2 (dua) warna digunakan apabila untuk mencetak produk yang hanya membutuhkan 2 (dua) warna saja, begitupula dengan mesin 4 (empat) warna. Pencetakan produk selesai, dilanjutkan dengan pemotongan produk yang sudah jadi kemudian hasil potongan tersebut di bawah ke bagian QC (Quality Control). Pada bagian ini dilakukan

penyortiran produk yang sudah jadi dengan tujuan melihat apakah ada produk yang dihasilkan gagal. Dikatakan gagal apabila produk tersebut salah potong yakni tidak sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Setelah dilakukan penyortiran kemudian dilanjutkan dengan penimbangan produk sesuai dengan berat setiap produk yang ditentukan oleh perusahaan. Penimbangan produk selesai dilanjutkan pada bagian packing atau pengemasan produk. Bagian


(1)

221 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

222 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

223 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

224 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

225 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

226

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI