MANFAAT ANALISIS DU PONT UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN (Studi Kasus pada Indeks LQ-45).

(1)

SKRIPSI

Oleh :

IKA RATNAWATI 0513010310/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Manfaat Analisis Dupont Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan (Studi Kasus Pada Indeks LQ45)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan yang telah diberikan, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSI, sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dra. Ec. Harymami, MM selaku Dosen Pembimbing yang selalu


(3)

6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan penyusunan skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak, Ibu dan adik-adikku tercinta serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan doanya pada penulis serta bantuan baik materiil maupun riil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat menjadi pelajaran bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, Februari 2010


(4)

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar... ix

Daftar Lampiran ... x

Abstrak ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1 Kesulitan Keuangan Perusahaan ... 15

2.2.1.1 Definisi Kesulitan Keuangan Perusahaan ... 15

2.2.1.2 Penyebab Kesulitan Keuangan Perusahaan ... 18

2.2.1.3 Manfaat Informasi Kebangkrutan ... 21

2.2.2 Laporan Keuangan ... 23

2.2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 23


(5)

2.2.2.5 Jenis Laporan Keuangan ... 30

2.2.3 Analisa Laporan Keuangan... 32

2.2.3.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan... 32

2.2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan... 34

2.2.3.3 Jenis dan Alat Analisis Laporan Keuangan ... 34

2.2.4 Analisis Rasio ... 36

2.2.4.1 Pengertian Analisis Rasio ... 36

2.2.4.2 Klasifikasi Rasio Keuangan ... 37

2.2.4.3 Keterbatasan Analisis Rasio... 38

2.2.5 Analisis Model DuPont ... 39

2.2.6 Discriminant Analysis... 41

2.3 Kerangka Pikir ... 43

2.4 Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.2 Tipe Skala Data ... 45

3.3 Teknik Penentuan Sampel ... 46

3.3.1 Populasi... 46

3.3.2 Sampel ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47


(6)

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 54

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Sampel ... 54

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

4.2.1 Variabel Net Profit Margin ... 59

4.2.2 Variabel Total Assets Turnover ... 60

4.2.3 Variabel Return On Assets ... 62

4.2.4 Variabel Financial Leverage Multiplier ... 64

4.2.1 Variabel Return On Equity ... 66

4.3 Analisis Data Dan Uji Hipotesis ... 68

4.3.1 Analisis Kelompok (Cluster) ... 68

4.3.2 Uji Asumsi Analisis Diskriminan ... 70

4.4 Analisis dan Uji Hipotesis... 75

4.4.1 Analisis Diskriminan ... 75

4.4.2 Uji Hipotesis ... 81

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

4.5.1 Implikasi Penelitian ... 82

4.5.2 Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu... 86

4.5.3 Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian... 88


(7)

5.1 Kesimpulan ... 89 5.2 Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Tabel 1.1 : Rasio-rasio yang diuji oleh Beaver ... 4

Tabel 2.1 : Perbedaan dan Persamaan dengan penelitian terdahulu ... 14

Tabel 4.1 : Data NPM Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 59

Tabel 4.2 : Data TAT Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 61

Tabel 4.3 : Data ROA Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 63

Tabel 4.4 : Data FLM Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 65

Tabel 4.5 : Data ROE Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 67

Tabel 4.6 : Pembentukan Kelompok ... 69

Tabel 4.7 : Jumlah Anggota Kelompok ... 69

Tabel 4.8 : Hasil Uji Normalitas Variabel Bebas ... 70

Tabel 4.9 : Hasil Uji Outlier Pada Variabel Bebas ... 71

Tabel 4.10 : Uji Univariate Outlier Putaran 1 ... 72

Tabel 4.11 : Uji Univariate Outlier Putaran 2 ... 73

Tabel 4.12 : Hasil Pengujian Korelasi Antar Variabel Bebas ... 73


(9)

Tabel 4.16 : Canonical Discriminant Function Coefficient ... 78

Tabel 4.17 : Function At Group Centroids ... 79

Tabel 4.18 : Eigen Values ... 80

Tabel 4.19 : Standardized Canonical Discriminant Function Coefficient ... 80

Tabel 4.20 : Hasil Pengujian Hipotesis ... 81


(10)

Gambar 4.1 : Grafik Batang NPM Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 60 Gambar 4.1 : Grafik Batang TAT Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa

Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 62 Gambar 4.1 : Grafik Batang ROA Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa

Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 64 Gambar 4.4 : Grafik Batang FLM Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa

Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2008 ... 66 Gambar 4.5 : Grafik Batang ROE Perusahaan LQ 45 Yang Go Public di Bursa


(11)

Lampiran 1 : Du Pont Chart

Lampiran 2 : Perhitungan Variabel-variabel Penelitian Lampiran 3 : Descriptive Statistic

Lampiran 4 : Hasil Analisis Cluster

Lampiran 5 : Hasil Uji Asumsi Analisis Diskriminan Lampiran 6 : Hasil Uji Diskriminan


(12)

(STUDI KASUS PADA INDEKS LQ 45) Oleh :

Ika Ratnawati Abstrak

Kondisi perekonomian di Indonesia yang belum menentu mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kepailitan. Para investor di Indonesia saat ini cenderung untuk menginvestasikan dananya pada kelompok saham yang masuk dalam penghitung indeks LQ 45, karena merupakan saham-saham di jajaran top 45 yang memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Untuk bertahan pada indeks LQ 45 tidaklah mudah, sehingga banyak perusahaan yang keluar pada suatu periode tetapi dapat masuk kembali di periode berikutnya. Adanya kondisi yang berubah-ubah ini membuat para investor melakukan analisis laporan keuangan perusahaan sehingga mereka dapat melihat perusahaan mana saja yang memiliki potensi kebangkrutan. Salah satu cara untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan tersebut adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan dengan melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan. Dalam menganalisis kinerja sebuah perusahaan dikenal banyak sekali macam-macam rasio keuangan. Salah satu yang cukup dikenal adalah Analisis DuPont. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah metode DuPont dapat digunakan untuk membedakan pengelompokan dua kategori perusahaan yang berpotensi bangkrut dan perusahaan yang berpotensi tidak bangkrut dalam indeks LQ45.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder laporan keuangan dari 12 perusahaan go public non bank yang masuk dalam indeks LQ 45 selama periode tahun 2004-2008, yang terdiri dari net profit margin, total asset turnover, return on asset, financial leverage multiplier dan return on equity. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis diskriminan dengan menggunakan program SPSS.

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan model DuPont yaitu rasio Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Retun On Assets, Financial Leverage Multiplier, dan Return On Equity secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi potensi kegagalan pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 periode 2004-2008, sehingga hipotesis yang diutarakan terbukti kebenarannya..

Key words: Model DuPont, Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Retun On Assets, Financial Leverage Multiplier, Return On Equity


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum menentu saat ini mengakibatkan tingginya risiko suatu perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kepailitan. Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan operasi suatu perusahaan di masa yang akan datang dapat berakibat fatal yaitu kehilangan pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan pada suatu perusahaan.

Para investor di Indonesia saat ini cenderung untuk menginvestasikan dananya pada kelompok saham yang masuk dalam penghitung indeks LQ 45 dibanding kelompok saham non LQ 45. Kecenderungan ini dikarenakan saham LQ 45 merupakan saham-saham yang ada di jajaran top 45 dari perusahaan-perusahaan yang besar dan terkenal atau saham-saham yang memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi.

Tidaklah mudah suatu perusahaan untuk dapat tetap bertahan dalam indeks LQ 45. Hal ini dikarenakan saham-saham yang berada di dalam LQ 45 memang adalah saham-saham pilihan yang telah melalui beberapa kriteria. Jika kriteria-kriteria tersebut tidak dapat dipenuhi oleh suatu saham sebuah perusahaan maka jangan harap saham tersebut dapat masuk jajaran saham-saham primadona di bursa saham ini bahkan yang sudah masuk saja bisa terdepak keluar.


(14)

Salah satu contohnya yaitu grup Bakrie, enam saham grup Bakrie tidak masuk kelompok saham elit LQ-45 pada periode 2 Februari sampai 31 Juli 2009 akan tetapi pada periode 3 Agustus 2009 hingga 29 Januari 2010 seluruh saham-saham Bakrie 7 kembali masuk dalam daftar LQ 45. Keputusan BEI mendepak hampir seluruh saham-saham Bakrie 7 dari LQ45 periode Februari-Juli 2009, terutama disebabkan ambruknya saham-saham Bakrie 7 akhir tahun lalu karena masalah gadai saham raksasa ala PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) yang mendorong kejatuhan level IHSG secara tajam. Namun seiring perbaikan pergerakan saham-saham Bakrie 7 di pasar sekunder beberapa bulan terakhir, BEI kembali memasukkan seluruh saham-saham Bakrie 7 ke dalam daftar saham terlikuid versi BEI alias LQ45.

Berdasarkan contoh grup Bakrie tersebut dapat dilihat begitu mudahya sebuah perusahaan untuk keluar dari indeks LQ45 pada suatu periode dan kembali masuk pada periode berikutnya. Kondisi yang berubah-ubah ini membuat para investor sebaiknya melakukan analisis laporan keuangan perusahaan sehingga mereka dapat melihat perusahaan mana saja yang memiliki potensi kebangkrutan.

Kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan dalam praktik maupun dalam penelitian empiris. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan yang paling berat.

Analisis potensi kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda


(15)

kebangkrutan tersebut, semakin baik pula bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkin yang buruk. Salah satu cara untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan tersebut adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan.

Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu.

Analisis rasio dalam banyak hal mampu memberikan indikator dan gejala-gejala yang muncul di sekitar kondisi yang melingkupinya. Apabila rasio-rasio yang dihitung diinterpretasikan secara tepat, maka akan mampu menunjukkan pada aspek-aspek mana evaluasi dan analisis lebih lanjut harus dilakukan. Oleh karena itu banyak penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kinerja sebuah perusahaan sehingga dapat diketahui pula kemungkinan adanya kondisi finansial distress pada suatu perusahaan.

Hasil penelitian Beaver (1966), merupakan salah satu penelitian yang sering dijadikan acuan utama dalam penelitian tentang financial distress. Beaver menggunakan 30 jenis rasio keuangan, yang tampak seperti table di bawah ini:


(16)

Tabel 1.1

Rasio-rasio yang diuji oleh Beaver

GROUP I (CASH-FLOW RATIOS) 1. Cash flow to sales

2. Cash flow to total assets 3. Cash flow to net worth 4. Cash flow to total debt

GROUP II (NET-INCOME RATIOS) 1. Net Income to sales

2. Net Income to total assets 3. Net Income to net worth 4. Net Income to total debt

GROUP III (DEBT TO TOTAL-ASSETS RATIOS)

1. Current liabilities to total assets 2. Long-term liabilities to total assets 3. Current plus long-term liabilities

to total assets

4. Current plus long-term plus preferred stock to total assets

GROUP IV (LIQUID-ASSETS TO TOTAL-ASSET RATIOS)

1. Cash to total assets 2. Quick assets to total assets 3. Current assets to total assets 4. Working capital to total assets

GROUP V (LIQUID-ASSET TO CURRENT DEBT RATIOS)

1. Cash to current liabilities 2. Quick assets to current liabilities 3. Current ratio (current assets to

current liabilities)

GROUP VI (TURNOVER RATIOS) 1. Cash to sales

2. Accounts receivable to sales 3. Inventory to sales

4. Quick assets to sales 5. Current assets to sales 6. Working capital to sales 7. Net worth to sales 8. Total assets to sales

9. Cash interval (cash to fund expenditures for operations)

10. Defensive interval (defensive assets to fund expenditures for operations)

11. No-credit interval (defensive assets minus current liabilities to fund expenditures for operations)

Sumber: Beaver

Rasio-rasio tersebut diujikan pada 79 pasang perusahaan yang pailit dan tidak pailit. Memakai univariate discriminant anlysis sebagai alat uji statistik, Beaver menyimpulkan bahwa rasio working capital funds flow/total asset dan net income/total assets mampu membedakan perusahaan yang akan pailit dengan yang tidak pailit secara tepat masing-masing sebesar 90% dan 88% dari sampel yang digunakan.

Altman (1968), melakukan penelitian pada topik yang sama dengan topik penelitian yang dilakukan oleh Beaver tetapi Altman menggunakan teknik multivariate discriminant analysis dan menghasilkan model Z-score dengan lima


(17)

rasio keuangan yaitu rasio working capital to total assets, retained earnings to total assets, EBIT to total assets, market value equity to total liabilities, dan sales to total assets. Dalam penelitiannya, Altman menggunakan sampel 33 pasang perusahaan yang pailit dan tidak pailit dan model yang disusunnya secara tepat mampu mengidentifikasikan 90% kasus kebangkrutan pada satu tahun sebelum kebangkrutan terjadi.

Pada tahun 1977, Altman, Haldeman dan Narayanan (1977) membuat model generasi kedua dengan beberapa beberapa perbaikan pada pendekatan Z-score awal. Dalam penelitian ini Altman juga menyatukan perbaikan manfaat teknik diskriminan. Model terbaru yang disebut ZETA® ini efektif untuk mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan yang bangkrut lima tahun sebelum kebangkrutan dengan tingkat kesuksesan mengidentifikasikan sebesar 93% kasus kepailitan pada satu tahun sebelum kebangkrutan terjadi dan 70% kasus kepailitan pada lima tahun sebelum kebangkrutan terjadi. Dalam penelitiannya ini, Altman menggunakan tujuh model variabel yang terdiri dari return on assets, stability of earnings, debt service, cumulative profitability, liquidity, capitalization, size.

Deakin pada tahun 1972 juga telah melakukan penelitian dengan topik financial distress. Deakin mereplikasi penelitian Beaver dengan menggunakan rasio cash flow to total debt, net income to total assets, total debt to total assets, current assets to total assets, quick assets to total assets, working capital to total assets, cash to total assets, current assets to current liabilities, quick assets to current liabilities, cash to current liabilities, current assets to sales, quick assets to sales, working capital to sales, cash to sales yang sebelumnya telah dipakai


(18)

oleh Beaver, namun dalam penelitiannya ini Deakin menggunakan Multivariate Discriminant Analysis. Hasil penelitian Deakin adalah analisis diskriminan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan data akuntansi sejauh tiga tahun ke depan dengan tingkat keakuratan yang tinggi.

Penelitian dengan topik financial distress perusahaan terus dilakukan oleh para peneliti. Sehingga walaupun penelitian financial distress telah banyak dilakukan, namun tampaknya penelitian mengenai hal ini akan terus berlanjut sebagai akibat perkembangan dunia usaha yang begitu cepat.

Banyak sekali macam-macam rasio keuangan yang dikenal dalam menganalisis kinerja sebuah perusahaan. Salah satu yang cukup dikenal adalah Analisis DuPont. Analisis Dupont adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalis profitabilitas perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas (Keown, 2008:88).

Du Pont analysis memperlihatkan bagaimana hutang, perputaran aktiva dan profit margin dikombinasikan untuk menentukan Return On Equity (ROE). Du Pont System memecah Return on Equity dan Return on Assets menjadi berbagai rasio lainnya. Sistem yang dikembangkan oleh Du Pont, perusahaan bahan kimia, ini sangat bermanfaat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan (Atmaja, 2008:419).

Hal ini menjadi ketertarikan untuk mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Manfaat Analisis DuPont untuk memprediksi potensi kebangkrutan (Studi Kasus pada indeks LQ 45)”


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:

- apakah Analisis DuPont dapat digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

- untuk menganalisis apakah model DuPont dapat digunakan untuk membedakan pengelompokan dua kategori perusahaan yang berpotensi gagal dan perusahaan yang berpotensi tidak gagal dalam indeks LQ45.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai tambahan pengetahuan dalam bidang yang dikaji.

2. Bagi Investor atau Calon Investor

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran khususnya dalam mengkaji dan menilai laporan keuangan perusahaan-perusahaan indeks LQ 45 sebagai bahan pertimbangan dalam pembelian dan penjualan saham serta bagaimana prospek perusahaan di masa yang akan datang.


(20)

3. Bagi Manajemen

Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana kondisi finansial, sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan manajerial.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengkajian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. William H. Beaver (1966) dalam jurnal yang berjudul “Financial Ratio as Predictors of Failure”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat rasio-rasio keuangan dalam memprediksi peristiwa penting perusahaan yang salah satunya adalah kebangkrutan suatu perusahaan. Beaver menggunakan 30 jenis rasio keuangan, yang terdiri dari rasio cash flow to sales; cash flow to total assets; cash flow to net worth; cash flow to total debt; net income to sales; net income to total assets; net income to net worth; net income to total debt; current liabilities to total assets; long-term liabilities to total assets; current plus long-long-term liabilities to total assets; current plus long-term plus preferred stock to total assets; cash to total assets; quick assets to total assets; current assets to total assets; working capital to total assets; cash to current liabilities; quick assets to current liabilities; current ratio (current assets to current liabilities); cash to sales; accounts receivable to sales; inventory to sales; quick assets to sales; current assets to sales; working capital to sales; net worth to sales;


(22)

total assets to sales; cash interval (cash to fund expenditures for operations); defensive interval (defensive assets to fund expenditures for operations); no-credit interval (defensive assets minus current liabilities to fund expenditures for operations), yang digunakan pada 79 pasang perusahaan yang pailit dan tidak pailit. Memakai univariate discriminant anlysis sebagai alat uji statistik, Beaver menyimpulkan bahwa rasio working capital funds flow/total asset dan net income/total assets mampu membedakan perusahaan yang akan pailit dengan yang tidak pailit secara tepat masing-masing sebesar 90% dan 88% dari sampel yang digunakan. 2. Edward I. Altman (1968) dalam jurnalnya yang berjudul “ Financial

ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy”. Tujuan Altman melakukan penelitian ini adalah untuk mencoba menaksir kualitas analisis rasio sebagai teknik analisis. Kumpulan rasio keuangan akan diteliti pada konteks prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metodologi statistik multiple discriminant. Altman menggunakan teknik multivariate discriminant analysis dan menghasilkan model Z-score dengan 5 rasio keuangan yaitu rasio working capital to total assets, retained earnings to total assets, EBIT to total assets, market value equity to total liabilities, dan sales to total assets. Dalam penelitiannya, Altman menggunakan sampel 33 pasang perusahaan yang pailit dan tidak pailit dan model yang disusunnya secara tepat mampu mengidentifikasikan 90% kasus kepailitan pada satu tahun sebelum kepailitan terjadi.


(23)

3. Edward I. Altman, R. Haldeman, dan P. Narayanan (1977) dalam jurnal yang berjudul “Zeta Analysis: A New Model to Identify Bankruptcy Risk of Corporations”. Altman membuat model generasi kedua dengan beberapa beberapa perbaikan pada pendekatan Z-score awal. Dalam penelitian ini Altman juga menyatukan perbaikan manfaat teknik diskriminan. Dalam penelitiannya ini, Altman menggunakan tujuh model variabel yang terdiri dari return on assets, stability of earnings, debt service, cumulative profitability, liquidity, capitalization, size. Model terbaru yang disebut ZETA Analysis ini efektif untuk mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan yang bangkrut lima tahun sebelum kebangkrutan dengan tingkat kesuksesan mengidentifikasikan sebesar 93% kasus kepailitan pada satu tahun sebelum kebangkrutan terjadi dan 70% kasus kepailitan pada lima tahun sebelum kebangkrutan terjadi.

4. Mohamad Iwan (2005) dalam jurnal yang berjudul “Bankruptcy prediction model with ZETA optimal cut-off score to correct type I error”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah a) perbedaan antara perusahaan-perusahaan yang bangkrut dan non-bangkrut, dan b) berapa banyak kesalahan tipe I lebih merugikan disbanding kesalahan tipe II.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H1 : Rasio Keuangan CAR dapat membedakan secara signifikan antara bank yang bangkrut dan bank yang tidak bangkrut

2. H2 : Rasio Keuangan dapat digunakan untuk memprediksi


(24)

3. H3 : persentase prediksi perusahaan-perusahaan yang bangkrut akan semakin besar dengan memberikan beban yang lebih besar pada kesalahan tipe I daripada kesalahan tipe II dibandingkan dengan persentase prediksi perusahaan-perusahaan yang bangkrut dengan memberikan beban yang sama pada kesalahan tipe I maupun kesalahan tipe II.

4. H4 : prediksi kebangkrutan dengan cut-off score yang menggabungkan kemungkinan kebangkrutan dan non-bangkrut. Rasio-rasio keuangan yang dipakai adalah rasio-rasio yang pernah dipakai oleh Ou dan Penman (1989), Machfoedz (1994), dan Avianti (2000). Rasio-rasio itu adalah: cash to current liabilities, quick assets to current liabilities, current assets to current liabilities, current assets to total liabilities, earning before taxes to sales, gross profit to sales, net income to sales, current assets to total assets, working capital to total asstes, total liabilities to current assets, operating income to total liabilities, current liabilities to total assets, working capital to total assets, quick assets to total assets, net worth to total assets, total liabilities to total assets, net income to fixed assets, earning before income taxes to total assets, net income to total assets, sales to current liabilities, net income to total liabilities, net worth to total liabilities.

Simpulan yang dihasilkan adalah:

- rasio finansial memang dapat digunakan untuk membedakan antara perusahan yang bangkrut dan perusahaan yang non-bangkrut.


(25)

- Dari 22 rasio finansial yang diteliti terdapat dua rasio finansial yang dapat membedakan antara perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang non-bangkrut. Dua rasio ini adalah rasio leverage dan equity group yaitu rasio net worth to total assets dan rasio net worth to total liabilities. Rasio-rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi setahun sebelum kebangkrutan terjadi.

5. Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2003) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rasio keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan oleh perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress. Hipotesis yang diuji adalah rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Rasio keuangan yang dipakai berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002) yaitu, net income to sales, current assets to current liabilities, working capital to total assets, current assets to total assets, net fixed assets to total assets, sales to total assets, sales to current assets, sales to working capital, net income to total assets, net income to equity, total liabilities to total assets, current liabilities to total assets, notes payable to total assets, notes payable to total liabilities, equity to total assets, cash to current liabilities, cash to total assets, growth sales, growth net income to total assets. Pengujian dilakukan


(26)

dengan regresi logit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Menurut hasil penelitian ini, rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah net income to sales, current liabilities to total assets, current assets to current liabilities, growth net income to total assets.

Tabel 2.1. Perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Objek

Penelitian

Variabel Alat Uji

1. William H. Beaver (1966)

Financial Ratio as Predictors of Failure 158 Perusahaan yang tergabung dalam Moody’s Industrial Menggunakan 30 jenis rasio keuangan

univariate discriminant anlysis

2 Edward I. Altman (1968)

Financial ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy 66 Perusahaan yang tergabung dalam Moody’s Industrial rasio working capital to total assets, retained earnings to total assets, EBIT to total assets, market value equity to total liabilities, dan sales to total assets

multivariate discriminant analysis

3 Edward I. Altman, R. Haldeman, dan P. Narayanan (1977)

Zeta Analysis: A New Model to Identify Bankruptcy Risk of Corporations Perusahaan yang tergabung dalam Moody’s Industrial

return on assets, stability of earnings, debt service, cumulative profitability, liquidity, capitalization, size multivariate discriminant analysis 4 Mohamad Iwan (2005) Bankruptcy prediction model with ZETA optimal cut-off score to correct type I error

4 Bank di Indonesia

Menggunakan 22 jenis rasio finansial

multivariate discriminant analysis

5 Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2003) Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Perusahaan maufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (1998-2001)

Menggunakan 19 jenis rasio keuangan


(27)

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Objek Penelitian

Variabel Alat Uji

6 Ika Ratnawati (2009) Manfaat Analisis DuPont untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan (Studi Kasus Pada Indeks LQ45)

Perusahaan anggota LQ45 (2004-2008)

Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Return On Assets, Financial Leverage Multiplier, dan Return On Equity

Discriminant analysis

Sumber: Penulis

Berdasarkan perbedaan dan persamaan di atas, maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu dan tidak plagiat.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kesulitan Keuangan Perusahaan

2.2.1.1. Definisi Kesulitan Keuangan Perusahaan

Kesulitan keuangan dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya (Brigham dan Daves dalam Fachrudin, 2008). Ada beberapa definisi kesulitan keuangan, sesuai tipenya, yaitu economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal bankruptcy (Brigham dan Gapenski dalam Fachrudin, 2008). Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Economic failure

Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya. Bisnis ini dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditur mau menyediakan modal dan pemiliknya mau menerima


(28)

tingkat pengembalian (rate of return) di bawah pasar. Meskipun tidak ada suntikan modal baru saat aset tua sudah harus diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat secara ekonomi.

2. Business failure

Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat kerugian kepada kreditur.

3. Technical insolvency

Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis menunjukkan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive. Di sisi lain, jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi perhentian pertama menuju bencana keuangan (financial disaster).

4. Insolvency in bankruptcy

Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan Insolvent in bankruptcy jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius daripada technical insolvency karena, umumnya, ini adalah tanda economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.


(29)

5. Legal bankruptcy

Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang.

Kepailitan (failure) di Indonesia diatur dalam UU. No.1 tahun 1998, disebutkan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak dapat membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan tidak dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. Permohonan ini dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.

Definisi kesulitan keuangan dalam riset-riset awal disinonimkan dengan kegagalan bisnis (misalnya Altman, 1968; Altman et al., 1977; Ball and Foster, 1982; Moses dan Liao, 1987 dalam Turetsky dan McEwen, 2001). Tetapi perkembangan selanjutnya mengatakan bahwa kesulitan keuangan mempunyai beberapa karakteristik sehubungan dengan peristiwa antara kesehatan perusahaan dan kebangkrutan (Lau, 1987; Gilbert et al., 1990; Anyane-Ntow, 1991; dan Johnsen and Melicher, 1994 dalam Turetsky dan McEwen, 2001). Turetsky dan McEwen (2001) menggambarkan kesulitan keuangan sebagai rangkaian peristiwa keuangan yang merefleksikan berbagai macam tingkatan corporate adversity (Fachrudin, 2008: 6).

Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam pertumbuhan, kemampulabaan, dan aset tetap, serta peningkatan dalam tingkatan persediaan relatif terhadap perusahaan yang sehat (Kahya dan Theodossiou, 1999). Di samping itu kesulitan keuangan dapat juga dilihat dari


(30)

melemahnya kondisi keuangan, kreditur yang mulai mengambil tindakan, pemasok yang mungkin tak mengirim bahan baku secara kredit, investasi modal yang menguntungkan mungkin harus dilepas, dan pembayaran dividen yang terganggu (Keown et al., 1997).

2.2.1.2. Penyebab Kesulitan Keuangan Perusahaan

Menurut Lizal (2002: 4), Perusahaan-perusahaan yang dalam kondisi financial distress sangatlah membahayakan. Data peringkat perusahaan Republik Czech dari periode 1993-1999 digunakan untuk menaksir faktor-fakor utama yang mempengaruhi kemungkinan kebangkrutan. Tiga model utama yang menyebabkan kondisi financial distress adalah sebagai berikut:

1. Neoclassical model

Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Kasus restrukturisasi ini terjadi ketika kebangkrutan mempunyai campuran aset yang salah. Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets.

2. Financial model

Campuran aset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama


(31)

kasus ini. Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus ini kebangkrutan baik atau buruk untuk direstrukturisasi. Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator keuangan atau indikator kinerja seperti turnover/total assets, revenues/turnover, ROA, ROE, profit margin, stock turnover, receivables turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cash flow/(liabilities-reserves), current ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing ratio, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity per share, EPS ratio, dan sebagainya.

3. Corporate governance model

Kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. Model ini mengestimasi kesulitan dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.

Menurut R. Agus Sartono (1994), ada tiga jenis kegagalan perusahaan yaitu:

1. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi asset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya.


(32)

2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai asset perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang perusahaan.

3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit.

Sebab utama kegagalan sebuah perusahaan adalah manajemen perusahaan yang kurang kompeten (Weston dan Brigham, 1993: 474). Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001: 315) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Sebab intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri, yang meliputi sebab finansiil maupun non finansiil.

a. Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi:

1)Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang berat bagi perusahaan.

2)Adanya “current liabilities” yang terlalu besar diatas “current assets”.

3)Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya “Bad-Debts” (piutang tak tertagih).

4)Kesalahan dalam “dividend-policy”. 5)Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.

b. Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi:

1)Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan, yaitu antara lain: a) Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan. b) Kesalahan dalam penentuan produk yang dihasilkan.


(33)

c) Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan. 2)Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan.

3)Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan. 4)Adanya “managerial incompetence”.

a) Kesalahan dalam policy pembelian. b) Kesalahan dalam policy produksi. c) Kesalahan dalam policy marketing. d) Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan.

2. Sebab ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain:

a. Adanya persaingan yang hebat.

b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya. c. Turunnya harga-harga, dan lain sebagainya.

2.2.1.3. Manfaat Informasi Kebangkrutan

Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini:

1. Pemberi Pinjaman

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.


(34)

2. Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

3. Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

4. Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen

Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan dengan munculnya biaya kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau


(35)

restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari. (Hanafi dan Halim, 2000: 261).

2.2.2. Laporan Keuangan

2.2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan Keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna (IAI, 2009).

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian internal dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2009).

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pengguna. Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna lain (IAI, 2009).

Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan


(36)

meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun demikian, pelaporan informasi semacam itu berada di luar ruang lingkup kerangka dasar ini. Bagaimanapun juga, laporan keuangan yang diterbitkan didasarkan pada informasi yang digunakan manajemen tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan (IAI, 2009).

2.2.2.2. Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi jaminan, pemasok, dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi:

a) Investor. Penanaman modal berisiko dan penasihat mereka berkepetingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari hasil investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

b) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.


(37)

Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja, dan kesempatan kerja.

c) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d) Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama karena mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang, dengan, atau bergantung pada perusahaan.

f) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasannya berkeptingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g) Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai acara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada


(38)

perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya (IAI, 2009).

2.2.2.3. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan dan laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh sebagai suatu progress report dari laporan keuangan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009), sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

- Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Oleh karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

- Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja. - Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan


(39)

- Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula halnya dengan penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

- Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi

ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasrti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang paling menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

- Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya (substance form). - Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis

dan pemakai laporan keuangan diasumsikan dapat memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi tersebut.

- Adanya berbagai alternative metode akuntansi yang dapat digunakan untuk menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

- Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dikuantitifkan umumnya diabaikan.


(40)

2.2.2.4. Tujuan dan Karakteristik Laporan Keuangan

Menurut SAK (IAI, 2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang manyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan (IAI, 2009).

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen (IAI, 2009). Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakai. Adapun karakteristik kualitatif dari laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2009) adalah:


(41)

 Relevan

Agar bermanfaat, informasi yang disajikan harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Relevan berarti dapat membantu mereka dalam melakukan evaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan sampai keputusan ekonomi yang diambil.  Dapat dipahami

Kualitas penting dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat diambil dan digunakan oleh pemakainya. Untuk kepentingan ini pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi, bisnis dan akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

 Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus / jujur dengan yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

 Dapat dibandingkan

Informasi akan lebih berguna apabila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dan juga membandingkan laporan antar perusahaan yang sejenis untuk mengevaluai posisi keuangan dan kinerjanya.


(42)

2.2.2.5. Jenis Laporan Keuangan

Analisis kinerja keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain. Menurut Munawir (2000: 26), ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu:

1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Ada tiga elemen pokok dalam neraca yaitu aktiva yang menggambarkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi dimasa lalu, sedang hutang dan modal (pasiva) menunjukkan asal sumber dana untuk kepentingan pendanaan dimasa lalu tersebut. Pos-pos pada neraca disusun mulai dari yang paling likuid, mudah dicairkan menjadi uang tunai sampai yang paling tidak likuid.

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip yang umum diterapkan dalam laporan laba rugi adalah:


(43)

b. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.

c. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expenses).

d. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar organisasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan (non operating atau financial income dan expenses).

e. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary) diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

Laporan keuangan ini memperlihatkan laporan hasil kegiatan atau operasional perusahaan selama suatu periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi keuangan memperlihatkan keefektifan manajemen dalam menyerap dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan jenis penyaluran dana juga mencerminkan profesionalisme dari manajemen yang ada.

3. Laporan Aliran Kas

Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan


(44)

usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas menggambarkan aliran kas yang masuk dan yang keluar pada suatu periode tertentu yang merupakan hasil atau efek dari kegiatan perusahaan yaitu operasi, investasi dan pendanaan.

Laporan aliran kas mempunyai peran penting dalam memberikan informasi mengenai berapa besar dan kemana saja dana digunakan serta dari mana sumber dana itu diambil. Informasi yang diperoleh dari laporan ini dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan.

Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan.

2.2.3. Analisa Laporan Keuangan

2.2.3.1. Pengertian Analisa Laporan Keuangan

Analisa Laporan Keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisa dan laporan keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka kita dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Kata analisa adalah memecahkan atau menguraikan


(45)

sesuatu unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba / Rugi, dan Arus Kas (Dana). Kalau dua pengertian ini digabungkan maka analisis laporan keuangan berarti:

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. (Harahap, 2002:189-190)

Sedangkan Foster (1986:58) mengemukakan pengertian analisa laporan keuangan sebagai berikut:

“Mempelajari hubungan-hubungan di dalam suatu set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dengan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan ini sepanjang waktu”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisa laporan keuangan adalah pengkajian laporan keuangan dengan mempelajari angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dan mencari hubungan sebab akibatnya sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan bagi pihak yang berkepentingan.


(46)

2.2.3.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, data-data keuangan tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dianalisa lebih lanjut guna mendukung dengan selalu megadakan analisa laporan keuangan yang mempunyai tujuan agar apabila terdapat kekurangan-kekurangan dalam menajemennya dapat segera dicari sebab-sebab akibatnya untuk kemudian diperbaiki di masa yang akan datang (Gilman, 2000:124).

2.2.3.3. Jenis dan Alat Analisis Laporan Keuangan

Dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, pada dasarnya ada beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan yaitu:

1. Analisa Internal

Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.

2. Analisa Eksternal

Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya


(47)

diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.

3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)

Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.

4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)

Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja. (Supardi dan Mastuti, 2003: 78).

Menurut Wild et al (2005: 30), alat analisis keuangan ada lima, yaitu: 1. Analisis laporan keuangan komparatif

Analisis laporan keuangan komparatif dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya.


(48)

2. Analisis laporan keuangan common-size

Analisis laporan keuangan common-size berguna dalam memahami pembentuk internal laporan keuangan.

3. Analisis rasio

Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio.

4. Analisis arus kas

Analisis arus kas terutama digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dan penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaanya dan menggunakan sumber dayanya.

5. Penilaian

Penilaian biasanya mengacu pada estimasi nilai intrinsik perusahaan atau sahamnya.

2.2.4. Analisis Rasio

2.2.4.1. Pengertian analisis rasio

Menurut Keown et al (2008: 74), secara matematis, rasio keuangan tak lebih dari rasio dimana pembilang dan penyebut diambil dari data keuangan. Rasio keuangan membantu kita untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara


(49)

bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti: (1) kita dapat meneliti rasio antar-waktu (katakanlah untuk 5 tahun terakhir) untuk meneliti arah pergerakannya; dan (2) kita dapat membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya. Tujuan dari penggunaan suatu rasio saat menganalisis rasio yang akan dianalisis agar rasio dari dua perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan atau juga suatu perusahaan dengan batas waktu yang berbeda.

2.2.4.2. Klasifikasi Rasio Keuangan

Brigham dan Weston (1991: 115), mengklasifikasikan rasio-rasio dalam 6 jenis pokok:

1. Rasio likuiditas (liquidity ratios), yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek yang jatuh tempo.

2. Rasio leverage (leverage ratios), yaitu mengukur besarnya perusahaan tersebut telah dibiayai dengan hutang.

3. Rasio aktivitas (activity ratios), yaitu mengukur efektivitas perusahaan dalam mempergunakan sumber-sumber (resources).

4. Rasio profitabilitas (profitability ratios), yaitu mengukur keberhasilan manajemen sebagaimana ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi.

5. Rasio pertumbuhan (growth ratio), yaitu mengukur kamampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi dan industri.


(50)

6. Rasio penilaian (valuation ratio), adalah sebagai ukuran kemajuan perusahaan yang paling lengkap karena menganalisis rasio risiko (dua yang pertama) dan rasio hasil (tiga berikutnya). Rasio penilaian adalah sangat penting, karena langsung berhubungan dengan tujuan maksimisasi nilai kekayaan perusahaan dan harta pemegang saham.

2.2.4.3. Keterbatasan Analisis Rasio

Walaupun rasio-rasio merupakan alat yang sangat berguna, namun mempunyai beberapa pembatasan dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio-rasio tersebut dibentuk dari data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsirannya dan bahkan bisa dimanipulasi (Brigham dan Weston, 1991: 137).

Keown et al (2008: 91), mengemukakan daftar beberapa kelemahan penting yang mungkin ditemui dalam menghitung dan menginetpretasikan rasio keuangan, yaitu:

1. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri, jika perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha.

2. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan hanya memberikan petunjuk umum karena bukan merupakan hasil penelitian dari seluruh perusahaan dalam industri ataupun bahkan sekedar sampel yang mewakili dalam industri.

3. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan perbedaan dalam perhitungan rasio.


(51)

4. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target atau nilai rasio yang diinginkan.

5. Banyak perusahaan mengalami perubahan-perubahan dalam operasi mereka.

2.2.5. Analisis Model DuPont

Sistem analisis DuPont telah dikenal luas dalam industri di Amerika, dan hal itu memang beralasan. Analisis tersebut mencakup seluruh rasio aktivitas dan marjin keuntungan atas penjualan untuk menunjukkan bagaimana rasio-rasio ini saling mempengaruhi untuk menentukan profitabilitas aktiva. (Weston & Brigham, 1991 : 128-131)

Analisis Dupont adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalis profitabilitas perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas (Keown, 2008:88). DuPont analysis memperlihatkan bagaimana hutang, perputaran aktiva dan profit margin dikombinasikan untuk menentukan Return On Equity (ROE). Du Pont System memecah ROE dan ROA menjadi berbagai rasio lainnya. Sistem yang dikembangkan oleh Du Pont, perusahaan bahan kimia, ini sangat bermanfaat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. (Atmaja, 2008:419).

Manfaat menggunakan model DuPont adalah manajemen dapat mencari ROA dan ROE untuk menyediakan gambaran yang jelas dari efektivitas manajemen.


(52)

Margin laba dikalikan dengan perputaran total aktiva disebut dengan persamaan DuPont, dan merupakan tingkat pengembalian atas aktiva (rate of return on assets – ROA)

Jika perusahaan hanya didanai oleh ekuitas saham biasa, maka tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) akan sama karena total aktivanya sama dengan total ekuitas saham biasa:

Kesamaan ini akan tetap terjadi jika dan hanya jika Total Aktiva = Ekuitas Saham Biasa, yaitu jika perusahaan tidak menggunakan utang.

Lebih spesifik lagi, tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dapat dikalikan dengan pengganda ekuitas (equity multiplier) atau kadang disebut Financial Leverage Multiplier, yang merupakan rasio dari total aktiva terhadap ekuitas saham biasa:

Perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan pendanaan melalui utang dalam jumlah besar (leverage yang lebih besar) tentunya akan memiliki pengganda ekuitas yang lebih tinggi – semakin besar utang, semakin kecil ekuitas, sehingga semakin tinggi pengganda ekuitasnya.


(53)

Persamaan DuPont yang diperluas menunjukkan bagaimana margin laba, rasio perputaran total aktiva, dan pengganda ekuitas bersama-sama bergabung untuk menentukan ROE:

Dimana:

1. Profit Margin memperlihatkan pengawasan terhadap biaya

2. Total Assets Turnover memperlihatkan efektivitas penggunaan aktiva 3. Equity Multiplier memperlihatkan efektivitas penggunaan utang. (Brigham & Houston, 2006: 114-116)

Model persamaan DuPont ini dilihat dalam lampiran 1.

2.2.6. Discriminant Analysis

Analisis diskriminan adalah suatu analisis yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Misalnya seorang analisis keuangan memiliki beberapa rasio keuangan dari sebuah perusahaan dan ingin menggunakan rasio tersebut untuk menggolongkan perusahaan itu masuk kategori berpotensi gagal atau tidak berpotensi gagal.

Discriminant Analysis atau analisis pembeda ganda merupakan suatu metodologi formal yang digunakan untuk memperkecil rasio dan untuk mempertinggi kerepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai variabel. Model analisis semacam ini dapat digunakan untuk:


(54)

1. Memprediksi kebangkrutan perusahaan.

2. Mengevaluasi atas prospek perusahaan secara individual.

3. Menilai kelayakan dan kewajaran suatu rencana organisasi dalam memutuskan alternatif-alternatifnya.

Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan keberlanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut.

Formula dari fungsi analisis diskriminan adalah sebagai berikut:

Dimana,

Zjk = indeks diskriminan

a = intercept

Wn = parameter

Xnk = variabel bebas


(55)

Berdasarkan analisis diskriminan ini bisa ditentukan rasio keuangan yang secara statistis signifikan dijadikan faktor pembeda antar kelompok pailit dan tidak pailit sehingga akan diperoleh skor pembeda (Z-score).

2.3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang mendasari dilakukannya penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Diduga model DuPont dapat digunakan untuk membedakan pengelompokan dua kategori perusahaan yang gagal dan perusahaan yang tidak gagal dalam indeks LQ45. ”


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti. Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Y = Kondisi / kriteria perusahaan (Z) adalah variabel dependen yang berupa data kategorikal/data nominal. Dalam data tersebut terdapat dua jenis kode yaitu kode nol (1) untuk mengidentifikasikan kelompok perusahaan yang berpotensi tidak gagal dan kode satu (2) untuk mengidentifikasikan kelompok perusahaan yang berpotensi gagal. Untuk mengkategorikan dua kelompok ini dipakai analisis cluster.

- X1 = Net Profit Margin adalah rasio keuangan yang digunakan untuk

mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:

- X2 = Total Asset Turnover adalah rasio keuangan yang digunakan untuk

mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:


(57)

- X3 = ROA (Return On Assets) adalah rasio keuangan yang digunakan

untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:

- X4 = Financial Leverage Multiplier adalah rasio keuangan yang digunakan

untuk menguji bagaimana perusahaan menggunakan utang untuk membiayai aktivanya. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:

- X5 = ROE (Return On Equity) adalah rasio ini memperlihatkan sejauh

manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus:

3.2. Tipe Skala Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang mempergunakan skala rasio (NPM, TAT, ROI, FLM, dan ROE) dan skala nominal (kondisi perusahaan). Skala rasio mencerminkan nilai sesungguhnya dari


(58)

variabel-variabel independen/bebas yang diukur. Sedangkan skala nominal menjelaskan kelompok dari variabel dependen/terikat yang digunakan, yaitu suatu perusahaan yang berpotensi gagal atau tidak berpotensi gagal (yang dinyatakan dalam kode angka).

3.3. Teknik Penentuan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2001:72), Populasi adalah wilayah generalisiasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ 45 dari tahun 2004-2008.

3.3.2 Sampel

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik sampling ini dilakukan untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan go publik di Indonesia yang terdaftar di BEI yang masuk dalam indeks LQ 45 selama periode 2004-2008

2. Perusahaan dalam indeks yang terpilih memiliki kelengkapan laporan keuangan selama periode 2004-2008


(59)

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan masing-masing mulai tahun 2004 sampai dengan 2008.

3.4.2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini merupakan data yang bersumber dari catatan-catatan yang dipublikasikan di BEI dan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), IDX Statistik serta data-data lain yang tersedia di internet dan BEI.

3.4.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam peneletian ini dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya. (Arikunto, 1998: 149)


(60)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Uji Diskriminan dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis: H0 : Model DuPont tidak dapat digunakan untuk membedakan pengelompokan

dua kategori perusahaan yang gagal dan perusahaan yang tidak gagal dalam indeks LQ45.

H1 : Model DuPont dapat digunakan untuk membedakan pengelompokan dua

kategori perusahaan yang gagal dan perusahaan yang tidak gagal dalam indeks LQ45.

Dengan kriteria sebagai berikut: H0 : P-value > α = 0,05

H1 : P-value < α = 0,05

Tahap-tahap dalam menguji hipotesis dengan alat uji diskriminan, sebagai berikut:

Tahap 1: Menyeleksi Obyek yang Akan Diteliti.

- Mengevaluasi perbedaan grup

Melakukan penghitungan rasio keuangan (NPM, TAT, ROA, EM, dan ROE) yang diperoleh dari data laporan keuangan tahunan (berupa laporan laba rugi dan neraca) perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam obyek penelitian untuk masing-masing periode selama 5 tahun (periode 2004-2008).

- Mengklasifikasikan hasil observasi dalam grup

Dilakukan pembagian sampel ke dalam dua kelompok, yaitu sampel perusahaan yang berpotensi tidak gagal dan sampel


(61)

perusahaan yang berpotensi gagal. Pembagian ini dilakukan dengan menggunakan analisis cluster.

Tahap 2 : Desain Penelitian untuk Analisis Diskriminan

- Menyeleksi variabel bebas

Penelitian ini menggunakan lima variabel bebas yaitu rasio NPM (Net Profit Margin), TAT (Total Assets Turnover), ROA (Return On Assets), FLM (Financial Leverage Multiplier), dan ROE (Return On Equity)

- Mempertimbangkan ukuran sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 sampel perusahaaan.

Tahap 3: Asumsi pada Analisis Diskriminan

- Menguji tingkat normalitas variabel bebas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas ini digunakan karena pada analisis statistic parametric, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud dari terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal, di mana data akan memusat pada nilai rata-rata. Dalam penelitian ini untuk menguji normalitas data digunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S ini dilakukan dengan membuat hipotesis:


(62)

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

a. Jika angka signifikansi < 0,05 hal ini berarti H0 ditolak, yang berarti data residual tidak berdistribusi normal.

b. Jika angka signifikansi > 0,05 hal ini berarti H0 diterima, yang berarti data residual berdistribusi normal.

Jika dalam menguji asumsi normalitas, terdapat sebuah variabel yang mempunyai sebaran data yang tidak normal, maka untuk memperbaiki masalah normalitas dapat dilakukan dengan menambah atau menghilangkan jumlah data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data.

- Menguji hubungan linear

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier.

- Menguji ketiadaan multikoloniearitas antara variabel bebas

Asumsi multikolinearitas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas (gejala korelasi antarvariabel independen). Gejala ini ditunjukkan dengan korelasi yang signifikan antar variabel independen. Apabila terjadi gejala multikolinearitas, salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan variabel dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang paling baik. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliearitas di dalam


(63)

model regresi dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah VIF > 10.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10, maka terjadi multikolinearitas antar variabel independen.

b. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.

Jika dalam menguji asumsi multikolinearitas ditemukan bahwa nilai korelasi antar variabel independen cukup kuat dan signifikan, maka salah satu variabel harus dikeluarkan.

- Penyebaran matrik yang merata

Penyebaran matrik yang tidak merata dapat berpengaruh negatif untuk proses pengklasifikasian. Jika sampel berukuran kecil dan penyebaran matrik tidak merata, maka signifikansi statistik dari proses estimasi akan berpengaruh kurang baik.

Tahap 4: Estimasi Fungsi Diskriminan dan Uji Kualitas Model

- Perhitungan dengan Metode simultan / cara langsung secara bersama-sama (direct simultaneous method).

Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan seluruh variabel bebas ke dalam fungsi diskriminan, metode ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tiap-tiap variabel atau variabel, mana yang paling berperan sebagai pembeda (most discriminating variables).


(1)

4.5.2. Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian terbukti kebenarannya.

Penelitian yang dilakukan kali ini berbeda dengan penelitian terdahulu, dimana perbedaannya terletak pada :

1. Populasi dan tahun pengamatan

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 dari tahun 2004-2008.

2. Variabel yang digunakan dengan hasil penelitian.

Tabel 4.21 Rangkuman Perbedaan Penelitian Dahulu dan Sekarang

Nama Variabel Kesimpulan

William H. Beaver (1966)

Menggunakan 30 rasio keuangan

bahwa rasio working capital funds flow/total asset dan net income/total assets mampu membedakan perusahaan yang akan pailit dengan yang tidak pailit secara tepat masing-masing sebesar 90% dan 88% dari sampel yang digunakan. Edward I.

Altman (1968)

working capital to total assets, retained earnings to total assets, EBIT to total assets, market value equity to total liabilities, dan sales to total assets

model yang disusunnya secara tepat mampu mengidentifikasikan 90% kasus kepailitan pada satu tahun sebelum kepailitan terjadi.

Edward I. Altman, R. Haldeman, dan P. Narayanan (1977)

return on assets, stability of earnings, debt service, cumulative profitability, liquidity, capitalization, size.

Model terbaru yang disebut ZETA Analysis ini efektif untuk mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan yang bangkrut lima tahun sebelum kebangkrutan dengan tingkat kesuksesan mengidentifikasikan sebesar 93% kasus kepailitan pada satu tahun sebelum kebangkrutan terjadi dan 70% kasus kepailitan pada lima tahun sebelum kebangkrutan terjadi.


(2)

87

Sumber : Peneliti

Berdasarkan hasil perbandingan penelitian terdahulu dan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini, terdapat perbedaan. Hal ini berguna bagi peneliti untuk memberikan saran akademis bagi peneliti yang ada hendaknya memperhatikan variabel lain yang mempengaruhi potensi kegagalan perusahaan. Dengan mengetahui rasio apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi potensi kegagalan perusahaan, sehingga perusahaan khususnya manajemen dapat lebih antisipasi dengan cara menghitung rasio-rasio tersebut untuk memprediksi potensi kegagalan perusahaan.

Mohamad Iwan (2005)

Memakai 22 rasio keuangan

- rasio finansial memang dapat digunakan untuk membedakan antara perusahan yang bangkrut dan perusahaan yang non-bangkrut.

- Dari 22 rasio finansial yang diteliti terdapat dua rasio finansial yang dapat membedakan antara perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang non-bangkrut. Dua rasio ini adalah rasio leverage dan equity group yaitu rasio net worth to total assets dan rasio net worth to total liabilities. Rasio-rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi setahun sebelum kebangkrutan terjadi. Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2003) Menggunakan 19 jenis rasio keuangan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Menurut hasil penelitian ini, rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah net income to sales, current liabilities to total assets, current assets to current liabilities, growth net income to total assets.

Ika Ratnawati (2009)

Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Return On Assets, Financial Leverage

Multiplier, Return On Equity

Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Return On Assets, Financial Leverage Multiplier, Return On Equity

berpengaruh signifikan terhadap prediksi potensi kegagalan perusahaan di indeks LQ 45.


(3)

4.5.3. Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dicantumkan dalam Bab I terlihat bahwa tujuan penelitian untuk menganalisis apakah model DuPont dapat digunakan untuk membedakan pengelompokan dua kategori perusahaan yang berpotensi gagal dan perusahaan yang tidak berpotensi gagal dalam indeks LQ45 telah tercapai dengan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Return On Assets, Financial Leverage Multiplier dan Return On Equity terhadap prediksi potensi kegagalan perusahaan. Sehingga untuk selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para akademisi untuk penelitian pada masa yang akan datang.

4.5.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah di lakukan secara optimal namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih adanya keterbatasan antara lain :

1. Penelitian ini tidak menggunakan sampel hold-out dikarenakan pertimbangan waktu dan kurangnya data. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel hold-out untuk memvalidasi model dengan harapan bahwa hasil dari penelitian tersebut menjadi lebih valid.

2. Sampel penelitian ini terdiri dari perusahaan yang ruang lingkupnya berbeda-beda.


(4)

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang termasuk dalam model DuPont yaitu rasio Net Profit Margin, Total Assets Turnover, Retun On Assets, Financial Leverage Multiplier, dan Return On Equity secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi potensi kegagalan pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45 periode 2004-2008 dan dapat teruji kebenarannya.

.

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya para investor perlu mempertimbangkan variabel-variabel yang dimasukkan dalam model ketika melakukan pertimbangan investasi, terutama variabel yang memiliki discriminating power.

2. Peneliti selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan variabel-variabel lain yang memiliki kontribusi dalam membedakan perusahaan yang berpotensi gagal dan perusahaan yang berpotensi tidak gagal.

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas obyek penelitian selain indeks LQ45.


(5)

Atmaja, Lukas Setia, 2008, Teori dan Praktik Manajemen Keuangan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F and Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen

Keuangan, Edisi 10. Buku 1, Ali Akbar Yulianto, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Fachrudin, Khaira Amalia, 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan

Personal, USU Press, Medan.

Foster, G. 1986. Financial Statement Analysis,. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Hair, Joseph F, Jr, RE. Anderson, RL. Tatham, WC. Black, 2000, Multivariate

Data Analysis (International Edition), 6th edition, Prentice Hall, New

Jersey.

Halim, Abdul, 2007, Manajemen Keuangan Bisnis, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Hanafi, M. Mamduh dan Abdul Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit IAI, Yogyakarta.

Keown, Arthur J., et. al., 2008, Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi 10. Jilid 1, Penerbit PT Indeks, Jakarta.

Munawir, S., 2000, Analisis Informasi Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.


(6)

Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.

Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F., 1991, Manajemen Keuangan, Edisi 7. Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wild, John J., K. R. Subramanyam, Robert F. Halsey, Analisis Laporan

Keuangan, Edisi 8. Buku satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jurnal:

Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi. 2003. “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI). Volume 7. No. 2.

Altman, Edward I, 1968, Financial Ratio, Discriminant Analysis and the

Prediction of Corporate Bankruptcy, The Journal of Finance. XXIII(4):

589-609.

Altman, Edward I, 2000, Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting

the Z-Score and Zeta@ Models, Paper. p.1-53

http://pages.stern-nyu.edu/ealtman/zscore.pdf

Beaver, William H, 1966, Financial Ratios as Predictors of Failure, The Accounting Review Vol. XX, January: 71-111.

Deakin E., 1972. A Discriminant Analysis of Predictors of Business Failure. Journal of Accounting Research, Vol. 10, No. 1, Spring: 167-179.

Iwan, Mohamad, 2005. Bankruptcy prediction model with ZETA optimal cut-off

score to correct type I error, Gajah Mada International Journal of Business,

volume 7, no.1, pp. 41-68, Januari-April 2005.

Alamat Website: www.google.com www.idx.co.id www.ssrn.com